Bencana Gumuk Pasir
Bencana Gumuk Pasir
Sari
Hasil penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di kawasan pesisir dan perairan selatan
Yogyakarta, menunjukkan bahwa kawasan Pesisir Yogyakarta perlu diwaspadai terhadap bencana
geologi seperti tsunami, abrasi, dan sedimentasi/pendangkalan.
Adanya perbedaan parameter oseanografi, karakteristik pantai dan jenis litologi, menjadikan hal yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan tata ruang pantai.Upaya pemeliharaan kelestarian pelindung
alami dan buatan sangat membantu pengembangan wilayah, khususnya di kawasan pesisir
Yogyakarta.
Abstract
The result of marine geological and geophysical investigation in southern coastal areaand waters of
Yogyakarta indicates that this area has to be paid attention from the geological hazards, such as tsunami,
abrasion and sedimentation.
The differences of oceanographical parameters, coastal characteristics and lithologies, has to be
mentioned in coastal development planning. The natural and artificial protection will support in
coastal development especially in Yogyakarta coastal area.
9
Jurnal Geologi Kelautan, vol. 1, no. 1, April 2003 : 9 - 14
Data kedalaman dasar laut yang diperoleh akan gelombang yang relatif tinggi dan seragam,
digunakan untuk mengetahui morfologi dasar yaitu berkisar antara 17 hingga 23 Nm/det/m.
laut yang akan berpengaruh terhadap kecepatan Perbedaan nilai energi gelombang tersebut,
rambat gelombang tsunami, yang merupakan menunjukkan bahwa proses pantai yang
akar kuadrat dari kedalaman dasar laut dikali berkembang di kawasan pantai Yogyakarta
percepatan gravitasi bumi. Relief topografi cenderung didominasi oleh faktor klimatologi
lantai samudera dapat mempengaruhi sifat musim timur dengan arah angin dominan dari
penjalaran gelombang tsunami. arah timur dan tenggara yang juga
Pengamatan oseanografi dilakukan untuk menyebabkan komponen arus sejajar pantai
mengetahui parameter oseanografi yang (longshore current) cenderung bergerak ke arah
diperlukan dalam perhitungan penghitungan barat.
energi fluks gelombang dalam menentukan Pengamatan karakteristik pantai memper-
abrasi maupun sedimentasi. lihatkan adanya dua jenis pantai yang berbeda
di daerah penyelidikan. Pantai yang ber-
Pengamatan karakteristik pantai dilakukan
untuk menginventarisasi kondisi lapangan, morfologi tinggi, tersusun oleh tebing-tebing
seperti morfologi, geologi, karakteristik garis batugamping yang menghasilkan kantong-
kantong pantai (pocket beach) dengan pasir
pantai dan penggunaan lahan untuk mengetahui
dampak/resiko yang ditimbulkan apabila terjadi putih sebagai rombakan batugamping terumbu
bencana. tersebut, yang dijumpai di bagian timur daerah
penyelidikan. Sedangkan Pantai yang
Pengambilan contoh sedimen dilakukan untuk bermorfologi landai, tersusun oleh hamparan
mengetahui jenis litologi penyusun di daerah pasir berwarna hitam, dengan gumuk-gumuk
penyelidikan, apakah bersifat resisten maupun pasir (sand dune) di belakang pantai, dijumpai
rentan terhadap potensi bencana yang ada di di bagian barat daerah penyelidikan.
daerah ini.
Data seismik menunjukkan adanya struktur
Penyelidikan seismik dasar laut, dilakukan geologi pada sekuen B, yaitu pola patahan
untuk mengetahui struktur geologi bawah normal antara lain pada lintasan L-2, L-5 dan L-
permukaan dasar laut. Pengolahan data seismik 6, di beberapa lintasan seperti L-5 juga
dilakukan dengan mengidentifikasi berdasarkan dijumpai adanya indikasi patahan anjak (step
pola eksternal dan internal refleksi dari semua fault). Jika dikorelasikan dengan geologi darat
rekaman seismik. berdasarkan hasil interpretasi rekaman seismik
patahan ini merupakan patahan lampau yang
HASIL DAN ANALISIS diduga berumur Tesier, (Bapekoinda Prop. D.I.
Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut, Yogyakarta & LPM Universitas Padjadjaran,
diketahui bahwa kedalaman dasar laut di 2002, Gambar 1).
perairan selatan Yogyakarta hingga batas 12 mil
ke arah laut lepas, berkisar antara 5 m hingga Potensi Bencana Geologi
350 meter, dengan kenaikan nilai kontur Data yang diperoleh dari USGS (1916-2002)
berangsur meninggi dengan pola sejajar pantai. dan ERI-Jepang (1995-2002) menunjukkan
bahwa solusi mekanisme fokal dari beberapa
Perairan selatan Yogyakarta memiliki tipe
gempabumi merusak yang pernah terjadi di
pasang surut mixed tide predominantly semi
selatan Pulau Jawa (Gambar 2). Arah kompresi
diurnal atau pasang campuran yang condong ke
maksimum umumnya dominan berarah
harian ganda. Ini berarti dalam satu hari terjadi
timurlaut-baratdaya, sebagian kecil utara-
2 kali pasang dan 2 kali surut.
selatan, barat-timur dan baratlaut-tenggara. Hal
Data angin yang dikorelasikan dengan bentuk ini menunjukkan gempabumi yang terjadi di
garis pantai daerah penyelidikan menunjukkan, daerah ini umumnya berasosiasi dengan lajur
bahwa frekuensi angin yang paling berpengaruh penunjaman (subduksi) di selatan Pulau Jawa.
adalah berasal dari arah tenggara, selatan, Sifat gempabumi yang berasosiasi dengan lajur
baratdaya dan barat. Hasil perhitungan energi penunjaman di selatan Jawa, umumnya
fluks gelombang tahunan menunjukkan, bahwa memiliki karakteristik tersendiri, misalnya di
bagian timur daerah penyelidikan, mulai dari sebelah selatan Pulau Jawa, pusat gempabumi
daerah Sadeng hingga Parangendog, energi umumnya berkedalaman dangkal (0-90 km),
gelombang relatif tinggi dan berfluktuasi sedangkan makin ke utara pusat gempabumi
dengan nilai energi berkisar antara 5.1 hingga berkedalaman menengah (91-150 km) hingga
29.7 Nm/det/m. Sedangkan bagian barat mulai dalam (151-700 km). Gempabumi berke-
dari daerah Parangtritis hingga pantai Congot dalaman dangkal (0-90 km) umumnya
mempunyai potensi abrasi yang cukup besar, berbahaya dan dampaknya sangat merusak,
yang ditunjukkan dengan nilai energi karena kadang disertai oleh bencana tsunami.
10
Potensi Kebencanaan Geologi di Kawasan Pesisir Selatan D.I. Yogyakarta (Yudhicara, et.al.)
Gambar 2. Peta sebaran gempabumi, solusi mekanisme Fokal dan lokasi kejadian Tsunami (sumber:
Soloviev, CH.N.Go, 1974; Hamilton, 1979; USGS, 1916-2002, ERI-Jepang, 1996-2002)
11
Jurnal Geologi Kelautan, vol. 1, no. 1, April 2003 : 9 - 14
Bentuk morfologi pantai sangat berpengaruh Kawasan pantai dari Parangendog ke arah timur
terhadap dampak kerusakan yang akan di- hingga Sadeng, yang memiliki bentuk pantai
timbulkan oleh bencana tsunami. Bentuk pantai berteluk, berpotensi sebagai tempat pengaku-
berteluk umumnya memiliki kecenderungan mulasian energi tsunami.
untuk diwaspadai (bagian timur daerah Lokasi pemukiman yang umumnya terlalu dekat
penyelidikan), karena bentuk pantai seperti ini dengan garis pantai, penataan bangunan pantai
memiliki kecenderungan untuk meng- dengan konstruksi yang kurang memadai dan
akumulasikan energi tsunami dan akan jarang dijumpainya pelindung alami maupun
mengalami kerusakan lebih besar dibandingkan buatan (pepohonan keras dan penghalang
dengan daerah lainnya yang memiliki garis pantai), menyebabkan daerah ini cukup beresiko
pantai lurus. Kemiringan muka pantai landai mengalami kerusakan cukup berarti.
lebih berbahaya dibandingkan dengan bentuk Penempatan perahu nelayan tanpa diikat, akan
muka pantai yang mempunyai kemiringan menambah jumlah kerugian yang mungkin akan
curam. ditimbulkan (Gambar 3). Meskipun jumlah
Letak pemukiman dan aktifitas manusia juga penduduk yang bermukim di tepi pantai masih
sangat berpengaruh pada tingkat kerusakan sedikit, namun penataan ruang pantai sangat
yang akan dialami oleh suatu daerah, apabila perlu diperhatikan dan diwaspadai, mengingat
terjadi tsunami. Dari hasil penyelidikan, sepanjang pantai Yogyakarta merupakan
diperoleh bahwa di bagian timur letak kawasan wisata yang berkembang dan banyak
pemukiman relatif sangat dekat dengan garis dikunjungi wisatawan.
pantai (kurang dari 100 m), dengan konstruksi Kawasan Pantai dari Parangtritis ke arah barat,
bangunan yang kurang memadai (mis.: yang memiliki morfologi landai, dengan
Ngerenehan). Sedangkan di bagian barat (mis.: gumuk-gumuk pasir, yang didominasi oleh garis
Parangtritis), dengan konstruksi yang sama, pantai lurus. Letak pemukiman umumnya
letak pemukiman relatif jauh dengan garis berada di belakang gumuk pasir, membuat
pantai. daerah ini relatif aman terhadap landaan
gelombang tsunami. Hal ini ditunjang dengan
Jenis Bencana keberadaan pelindung alami maupun buatan
Berdasarkan hasil penyelidikan dan sejarah sangat membantu dalam rangka menjaga
kebencanaan geologi yang pernah dialami oleh kelestarian kawasan pantai sekitarnya. Seperti
kawasan pantai Yogyakarta, maka dapat keberadaan hamparan terumbu karang, gumuk-
dikelompokkan jenis bencana geologi yang gumuk pasir, bangunan penghalang (seawall),
berpotensi terjadi di daerah ini, yaitu : dinding pantai dan pemecah gelombang.
Tsunami, abrasi dan sedimentasi/pendangkalan
(Bapekoinda Prop. D.I. Yogyakarta, LPM
Universitas Padjadjaran, 2002).
Tsunami
Tsunami dikenal sebagai gelombang pasang
berdimensi gunung, yang bergerak sepanjang
samudera dengan kecepatan yang dapat
mencapai 500 km/jam, yang dapat menerjang
kawasan pantai dan merusak infrastruktur
masyarakat terkadang tanpa suatu peringatan
atau tanda-tanda yang teramati. (Prasetyo, H.,
dalam Kumpulan Makalah Tsunami, 1994)
Kecepatan perjalanan tsunami dipengaruhi oleh
kedalaman relief topografi dasar laut. Tinggi Gambar 3. Daerah berpotensi tsunami (Lokasi:
tsunami bisa mencapai kurang dari 5 meter di Teluk Ngerenehan, 2002)
tengah lautan, namun dapat mencapai 30 meter
pada kedalaman dangkal atau mendekati pantai.
Pada pantai berbentuk teluk atau corong, Abrasi
umumnya terjadi akumulasi massa air laut yang
Berdasarkan penyelidikan energi fluks
menambah kecepatan rambat dan tinggi tsunami,
gelombang, di beberapa lokasi perlu diwaspadai
sehingga seolah-olah merayap naik ke daratan (run
adanya proses abrasi. Secara setempat, di antara
up). Tsunami akan menimbulkan pula arus sejajar
pantai Parangendog hingga Pantai Sadeng,
pantai (longshore current) yang disebabkan karena
dapat dijumpai proses abrasi ini berkembang.
bentuk pantai.
12
Potensi Kebencanaan Geologi di Kawasan Pesisir Selatan D.I. Yogyakarta (Yudhicara, et.al.)
Gambar 4. Jatuhan Batuan Akibat Pengikisan Air Gambar 6. Bangunan penghalang pantai yang
laut (Lokasi: Kukup, 2002) menyebabkan pendangkalan
(Lokasi : Teluk Sadeng, 2002)
Batuan penyusun pantai di kawasan ini yang memasuki kawasan Pelabuhan Teluk
umumnya adalah batugamping terumbu yang Sadeng.
bersifat masif, namun adanya pengikisan air
laut terhadap batugamping tersebut, meninggal-
kan lubang di bagian tengah batuan, yang KESIMPULAN DAN SARAN
kadang terpotong sebagian (Gambar 4).
Kesimpulan
Sedimentasi/Pendangkalan • Kawasan pantai bagian timur daerah
Ke arah barat, dari Pantai Parangtritis hingga penyelidikan dicirikan oleh pantai bertebing
Pantai Congot teramati proses dinamika pantai dan berteluk kecil. Kawasan ini perlu
maju (akrasi). Aktifitas gelombang dan angin diwaspadai dari kemungkinan teraku-
lebih berperan di kawasan ini, ditandai dengan mulasinya gelombang tsunami ke dalam
keterdapatan gumuk-gumuk pasir, tampak teluk.
terlihat bangunan wisata, yang tertutupi oleh • Kawasan pantai bagian barat, yang
pasir akibat aktifitas angin (Gambar 5). merupakan pantai landai memiliki sedimen
yang bersifat lepas dan mudah tergerus oleh
Proses sedimentasi/pendangkalan juga dijumpai
arus dan gelombang.
di Teluk Sadeng. Pendangkalan tersebut
• Energi fluks gelombang yang tinggi
disebabkan oleh aktifitas manusia, yaitu adanya
mendominasi kawasan pantai di bagian
penghalang gelombang yang dibuat di mulut
timur daerah penyelidikan, menandakan
teluk, menyebabkan sedimen terperangkap di
tingkat abrasi yang cukup tinggi, ditandai
sekitar kolam pelabuhan (Gambar 6). Oleh
oleh adanya pengikisan batugamping
sebab itu, penataan pendangkalan di Teluk
terumbu penyusun morfologi pantai di
Sadeng harus dilakukan dengan menanggulangi
kawasan tersebut, dan material hasil
proses erosi dan transportasi sedimen asal darat
gerusannya terangkutkan oleh arus sejajar
pantai dan terakumulasi di teluk-teluk
tersebut.
• Di kawasan pantai bagian barat sedimen asal
darat dan laut dapat terendapkan secara
bersamaan di pantai.
• Sedimentasi/pendangkalan bisa diakibatkan
oleh proses alami maupun akibat ulah
manusia, yang dampaknya bisa merugikan
bagi pengembangan wilayah di kawasan
pantai Yogyakarta.
Saran
• Pemahaman terhadap ciri-ciri parameter
Gambar 5. Gumuk Pasir yang Menutupi oseanografi, kondisi fisik dan jenis litologi
Bangunan Pantai di daerah penyelidikan sangat dibutuhkan
(Lokasi : Pandansimo, 2002) untuk pengembangan wilayah dan tata ruang
pantai di kawasan ini.
13
Jurnal Geologi Kelautan, vol. 1, no. 1, April 2003 : 9 - 14
14