Anda di halaman 1dari 7

Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 32-38

https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan


dan Pola Asuh Ibu Balita Gizi Kurang

Hesti Rahayu1*, Iriyani K.1, Dina Lusiana S.1

1 Universitas Mulawarman, Samarinda Kaltim, Indonesia


*Corresponding Author: hrahayu.no1@gmail.com

Abstrak

Kekurangan gizi pada usia balita dapat mempengaruhi perkembangan otak pada anak. Secara nasional, kasus gizi
buruk-kurang pada tahun 2013 mencapai 19,3%. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan dan pola asuh ibu balita gizi kurang di wilayah kerja
Puskesmas Rapak Mahang. Metode penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian quasi experiment dengan
desain penelitian nonequivalent control group design. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 sampel pada
kelompok kontrol dan perlakuan. Teknik penentuan sampel pada kelompok perlakuan dalam penelitian ini yaitu
nonprobability sampling dengan metode accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam peneliitian ini adalah
kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik wilcoxon dengan taraf signifikansi 0.05. Hasil uji statistik,
terdapat pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan gizi (p value= <0,001) dan juga terdapat pengaruh konseling
gizi terhadap pola asuh ibu pada kelompok perlakuan (p value= <0,001). Sebaiknya konseling gizi dilaksanakan di
posyandu sehingga ibu balita gizi kurang yang tidak ke puskesmas dapat mengikuti konseling gizi.
Kata Kunci: Gizi, Konseling, Pengetahuan, Pola Asuh

Abstract

Nutritional deficiency in children under five years old can affect their brain development. At the national level, the
percentage of nutritional deficiency-malnutrition cases in 2013 reached 19.3 %. This research aimed to find out the
effect of nutrition counseling on the knowledge and parenting of the mothers of with nutritional deficiency in the
operational area of Puskesmas Rapak Mahang. The method used in this research was quasi experiment with
nonequivalent control group design. In this research used 30 respondents for experiment and control group. The
method for determined respondent was nonprobability sampling with accidental sampling, The instrument that used in
this research was questionnaire. The data were analyzed by using statistical analysis of Wilcoxon at the significance
level of 0.05. The result of statistical analysis showed that there was an effect of nutrition counseling on the knowledge
about nutrition (p value = 0.001) and there was an effect of nutrition counseling on the parenting of the mothers in the
experimental group (p value = 0.001). It is suggested that nutrition counseling be given at Posyandu (Integrated Service
Post) so that the mothers of balita who do not visit the Puskesmas will get nutrition counseling.
Keywords: Nutrition, Counseling, Knowledge, Parenting

32
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 32-38
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Pendahuluan pendidikan orang tua dengan status gizi balita.


Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh Pola asuh ibu terhadap anak yang baik merupakan
kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa hal yang sangat penting, karena akan
kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, mempengaruhi proses tumbuh kambang balita
bersifat irreversible atau tidak dapat pulih (Linda, 2011). Dalam penelitian lainnya
(Marimbi, 2010). Secara nasional, prevalensi gizi menyatakan bahwa ada hubungan antara pola
buruk-kurang pada tahun 2013 adalah 19,3 asuh dengan status gizi anak balita (Putri, 2014)
persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 Salah satu upaya dalam penanggulangan gizi
persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan kurang yakni melalui peningkatan pengetahuan,
angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan sikap dan perilaku tentang konseling gizi.
tahun 2010 (17%) terlihat meningkat. Prevalensi Konseling gizi adalah suatu proses komunikasi
gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan interpersonal/dua arah antara konselor dan klien
2013. Hal ini berarti masalah gizi berat-kurang di untuk membantu klien mengenali, mengatasi dan
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi
masyarakat mendekati prevalensi tinggi masalah gizi yang dihadapi. Penelitian Desy yang
(Riskesdas, 2013). menyatakan bahwa pemberian konseling gizi
Bayi dan balita memerlukan gizi pada dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
makanan yang berbeda-beda sesuai dengan perilaku ibu tentang pemberian makan pada balita
umurnya. Pengaruh gizi kurang pada waktu bayi gizi buruk (Sofiyana, 2012).
yang diteliti dikalangan anak-anak Jamaica Salah satu pelayanan kesehatan yang
menunjukkan bahwa setelah umur 6-10 tahun, IQ menyediakan jasa konseling gizi adalah
anak-anak yang menderita gizi kurang pada waktu Puskesmas. Di Kecamatan Tenggarong,
bayi lebih rendah daripada IQ anak-anak yang Puskesmas Rapak Mahang memiliki kasus balita
cukup gizi pada masa bayinya. Meskipun data gizi kurang terbanyak pada tahun 2014
penyebab kematian bayi dan anak jarang dibandingkan dengan 2 puskesmas lainnya
menyebutkan secara eksplisit peranan ragam gizi (Tenggarong, 2015).
pada bayi, tetapi banyak para ahli gizi masyarakat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menekankan pentingnya gizi sebagai salah satu mengetahuan pengaruh konseling gizi terhadap
upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) pengetahuan gizi dan pola asuh ibu balita gizi
serta meningkatkan mutu hidup (Notoatmodjo, kurang diwilayah kerja puskesmas Rapak Mahang
2007). Tenggarong.
Menurut UNICEF (1998) gizi kurang pada
anak balita disebabkan oleh beberapa faktor yang Metode Penelitian
kemudian di klasifikasikan sebagai penyebab Penelitian ini merupakan bentuk penelitian
langsung dan penyebab tidak langsung, pokok quasi experiment dengan desain nonequivalent
masalah dan akar masalah. Penyebab langsung kontrol group design. Populasi dalam penelitian
dari gizi kurang yakni asupan makanan dan ini adalah jumlah balita gizi kurang pada Bulan
penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak Agustus 2016 yang tercatat di Puskesmas Rapak
langsungnya yakni tidak cukup persediaan Mahang Tenggarog. Populasi dalam penelitian ini
pangan, pola asuh anak tidak memadai dan adalah seluruh ibu balita yang mengalami status
sanitasi dan air bersih/ pelayanan kesehatan dasar gizi kurang pada periode Bulan Agustus 2016
tidak mamadai. Kemudian terdapat pula pokok yakni sebanyak 88 orang. Sampel dalam
masalah dan akar masalah yang terdiri dari penelitian ini sebanyak 30 ibu dengan balita gizi
kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang sebagai kelompok perlakuan dan 30 ibu
kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat dengan balita gizi kurang sebagai kelompok
dan krisis ekonomi, politik, dan sosial (Unicef, kontrol. Teknik pengambilan sampel pada
2000). kelompok perlakuan yaitu dengan nonprobability
Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi akan sampling dengan metode sampling accidental
berdampak positif terhadap pola makan anak. Hal sampling, yaitu ibu balita yang ketika waktu
ini sependapat dengan penelitian sebelumnya, penelitian datang mengunjungi poli gizi
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Puskesmas Rapak Mahang. Sedangkan pada

33
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 32-38
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

kelompok kontrol yaitu ibu balita gizi kurang konseling kategori baik bertambah menjadi 53%.
yang ketika waktu penelitian mengunjungi Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh ibu balita
posyandu balita dan tidak mendapatkan konseling pada kelompok perlakuan meningkat setelah di
gizi. Teknik pengambilan data pada penelitian ini lakukan konseling gizi.
yaitu dengan wawancara dengan kuisioner
pengetahuan gizi dan pola asuh. Teknik analisis Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteritik ibu dan
data menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat balita gizi kurang (n=60)
derajat kesalahan 5%.
Variabel F %
Hasil dan Pembahasan Jenis kelamin balita
Berdasarkan tabel 1, jenis kelamin balita Perempuan 33 55
yang mengalami gizi kurang yang paling banyak Laki-laki 27 45
adalah perempuan yaitu 55%. Untuk umur balita Umur balita
yang paling banyak yaitu pada kategori 13-36 6-12 bulan 15 25
bulan yaitu 58%. Hasil yang diperoleh ini 13-36 bulan 35 58.3
dikarenakan ibu balita mengaku anak perempuan 37-60 bulan 10 16.7
lebih memiliki nafsu makan yang kurang sehingga Pendidikan ibu
membuat mereka tidak memiliki cukup berat SMP 22 36.7
badan. SMA 36 60
Kemudian pada pekerjaan ibu yang paling D3 1 1.7
banyak adalah ibu rumah tangga (IRT) yaitu S1 1 1.7
sebanyak 88,3%. Dari hasil ini menunjukkan Pekerjaan ibu
bahwa mayoritas balita di asuh oleh ibunya Guru honor 1 17
sendiri di rumah dan bukan di asuh oleh kerabat IRT 53 88.3
atau orang lain. Hal ini berarti peran ibu dalam Pedagang 3 5
pemberian makanan pendamping asi sangat besar. Petani 2 3.3
Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi Swasta 1 1.7
frekuensi tingkat pegetahuan gizi pada kelompok
perlakuan sebelum konseling gizi paling banyak
pada kategori cukup yaitu sebanyak 80%.
Sedangkan pada sesudah konseling gizi kategori Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan gizi
cukup bertambah menjadi 83,3%. Hal ini berarti pada kelompok perlakuan (n=30)
terjadi peningkatan terhadap pengetahuan gizi ibu
setelah konseling gizi. Konseling Gizi
Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi Pengetahuan
Sebelum Sesudah
frekuensi tingkat pengetahuan gizi pada kelompok Gizi (n=30)
N % n %
kontrol pada saat sebelum konseling gizi paling Kurang 1 3.3 0 0
banyak pada kategori cukup yakni sebanyak 70% Cukup 24 80 25 83.3
dan kategori yang paling sedikit adalah kategori Baik 5 16. 5 16.7
kurang yaitu 13,3%. Kemudian pada saat sesudah 7
konseling kategori yang bertambah yaitu pada
kategori cukup menjadi 86,7%. Pada kelompok
kontrol pengetahuan ibu mengalami peningkatan,
hal ini terjadi dikarenakan ibu balita mendapatkan
Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan gizi
intervensi dari kader posyandu. Sehingga
pada kelompok kontrol (n=30)
pengetahuan gizi ibu mengalami peningkatan.
Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi
Konseling Gizi
frekuensi tingkat pola asuh ibu pada kelompok Pengetahuan
Sebelum Sesudah
perlakuan pada saat sebelum konseling kategori Gizi (n=30)
N % n %
baik sebanyak 86,7%. Sedangkan pada saat
setelah konseling gizi, pola asuh ibu meningkat Kurang 4 13.3 0 0
sebanyak 13,3%. Kemudian pada saat sesudah Cukup 21 70 27 86.7
Baik 5 16.7 3 13.3

34
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 32-38
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil distribusi dalam pengasuhan anak dan tumbuh kembang
frekuensi tingkat pola asuh ibu pada kelompok anak mengungkapkan bahwa, wanita merupakan
control pada saat sebelum konseling yang paling pihak yang paling penting bertanggung jawab
banyak yaitu pada kategori cukup yakni 86,7% terhadap kesehatan, pengasuhan, dan tumbuh
sedangkan pada kategori baik seanyak 13,3%. kembang anak khususnya anak balita, kesehatan
Kemudian pada saat setelah konseling pada anak balita sangat tergantung pada orang yang
kategori baik bertambah menjadi 26,7%. Hasil ini mengasuhnya yaitu ibu (Iswarati, 2010)
menunjukkan bahwa kader posyandu juga
mempengaruhi pola asuh ibu balita gizi kurang
sehingga membuat nilai pola asuh ibu balita Tabel 4. Distribusi frekuensi pola asuh ibu pada
menjadi meningkat. kelompok perlakuan (n=30)
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
pengetahuan gizi saat sebelum konseling gizi Konseling Gizi
yaitu 71,6 dan meningkat menjadi 74,63 ada saat Pola Asuh
Sebelum Sesudah
setelah konseling gizi. Pada tabel 6 juga (n=30)
n % n %
menunjukkan ada pengaruh konseling gizi Cukup 26 86.7 14 46.7
terhadap pengetahuan gizi ibu balita gizi kurang Baik 4 13.3 16 53
pada kelompok perlakuan dengan p value <0,001.
Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata nilai
pengetahuan gizi ibu balita sebesar 70,44 pada Tabel 5. Distribusi frekuensi pola asuh ibu pada
saat awal pengukuran dan menjadi 72,37 pada kelompok kontrol (n=30)
akhir pengukuran. Pada tabel 6 juga menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan gizi pada Konseling Gizi
kelompok kontrol dengan p value 0,229. Pola Asuh
Sebelum Sesudah
Tabel 6 juga menunjukkan bahwa rata-rata (n=30)
n % n %
nilai pola asuh ibu balita pada kelompok Cukup 26 86.7 22 73.3
perlakuan saat sebelum konseling gizi yaitu 75,15 Baik 4 13.3 8 26.7
dan ketika setelah konseling gizi menjadi 80,30.
Pada tabel 7 juga menunjukkan bahwa ada
pengaruh konseling gizi terhadap pola asuh ibu
Tabel 6. Pengaruh konseling gizi terhadap
balita dengan p value <0,001. Sedangkan pada
pengetahuan gizi ibu dan pola asuh ibu
kelompok kontrol nilai rata-rata pola asuh pada
balita gizi kurang
awal penelitian yaitu 69,33 dan bertambah
menjadi 71,47 pada saat akhir penelitian.
Berdasarkan tabel 7 juga menunjukkan bahwa ada Pengetahuan gizi Rata- SD p
perbedaan pola asuh ibu balita pada awal (n=30) rata value
pengukuran dan akhir pengukuran. Perlakuan
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang Sebelum konseling 71.16 7.43
<0.001
diketahui tentang makanan dalam hubungannya Sesudah konseling 74.63 4.85
dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi Kontrol
meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan Sebelum konseling 70.44 10.22
0.2229
konsumsi sehari-hari dengan baik dan Sesudah konseling 72.37 5.83
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan Pola Asuh (n=30)
untuk fungsi normal tubuh (Almatsier, 2004). Perlakuan
Dalam penelitian Dewi menyebutkan bahwa Sebelum konseling 75.15 7.07
<0.001
pendidikan ibu memliki hubungan yang bermakna Sesudah konseling 80.30 4.85
dengan kejadian gizi buruk dan pendidikan ibu Kontrol
merupakan faktor resiko dari kejadian gizi buruk Sebelum konseling 69.33 9.41
0.038
(Dewi, 2012). Peran orang tua terutama peran ibu Sesudah konseling 71.47 6.02
terhadap pola pengasuhan anak mempunyai
peranan yang besar seperti penelitian yang
dilakukan Iswarati tentang pengetahuan keluarga

35
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 32-38
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan konseling gizi. Pada penelitiannya, sebagian besar
bahwa ada pengaruh konseling gizi terhadap ibu memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu
pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan di tamatan SMA. Sehingga memudahkan ibu dalam
wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang menerima informasi gizi dan kesehatan (Rosania,
Tenggarong . Hal ini menunjukkan bahwa, 2013). Pada penelitian Desy juga menyebutkan
konseling gizi yang dilakukan oleh petugas bahwa ada perbedaan pengetahuan sebelum dan
kesehatan berpengaruh meningkatkan setelah konseling gizi (Sofiyana, 2012).
pengetahuan gizi. Sehingga menunjukkan Pola asuh gizi merupakan praktek rumah
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tangga yang diwujudkan dengan tersedianya
gizi sebelum dan sesudah konseling gizi. pangan dan perawatan kesehatan serta sumber
Sedangkan Berdasarkan hasil uji statistik dengan lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan
menggunakan wilcoxon menunjukkan bahwa dan perkembangan. Pola asuh gizi juga
tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan gizi ibu merupakan sikap dan perilaku ibu atau pengasuh
pada pengukuran awal dan pengukuran akhir pada lainnya dalam hal kedekatan dengan anak,
kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas memberikan makan, merawat, kebersihan,
Rapak Mahang Tenggarong. Walaupun tidak ada memberi kasih sayang dan sebagainya
perbedaan pengetahuan gizi pada kelompok (Soekirman, 2000). Dalam penelitian Palviana,
kontrol tetapi pada beberapa ibu mengalami menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pola
peningkatan nilai. Peningkatan yang terjadi pada asuh ibu dengan status gizi anak balita (Ita, 2014).
beberapa sampel pada kelompok kontrol Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa
disebabkan pada beberapa ibu mengaku mendapat ada pengaruh konseling gizi terhadap pola asuh
informasi dari kader posyandu. Kader posyandu pada kelompok perlakuan di wilayah kerja
menjadi sumber informasi oleh ibu balita yang Puskesmas Rapak Mahang Tenggarong (p value =
tidak mendapat perlakuan berupa konseling gizi di <0,001). Berdasarkan hasil tersebut maka ada
puskesmas,. namun peningkatan yang terjadi tidak perbedaan yang signifikan antara pola asuh ibu
terlalu signifikan. pada pengukuran sebelum dan sesudah konseling
Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh faktor gizi. Hal ini terjadi dikarenakan tingkat
tingkat pengetahuan ibu yang mayoritas (60%) pendidikan ibu yang termasuk pada pendidikan
pada tingkat sekolah menengah atas (SMA). atas sehingga pemberian informasi mudah.
Kemudian terdapat pula yang lulusan perguruan Peningkatan pola asuh ibu pada kelompok
tinggi. Sedangkan tingkat pendidikan paling perlakuan, terlihat dijawaban kuisioner pada saat
rendah adalah pada tingkat sekolah menengah posttest dilakukan. Beberapa ibu memberikan
pertama. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, hal ini jawaban yang lebih baik.
menunjukkan bahwa mayoritas ibu balita Pada kelompok kontrol, juga terdapat
memiliki tingkat pendidikan menengah perbedaan pola asuh pada awal dan akhir
(SMA/SMK). Pendidikan yang tinggi penelitian. Berdasarkan hasil dari penelitian
memudahkan ibu dalam menerima informasi gizi didapatkan bahwa ada perbedaan pola asuh pada
dan kesehatan. awal pengukuran dan akhir pengukuran (p value =
Dalam penelitiannya, Nur menyimpulkan 0.038). Perbedaan pola asuh ibu balita pada
bahwa tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi kelompok kontrol ini dapat terjadi karena tingkat
terdapat hubungan yang signifikan dengan status pendidikan ibu yang mayoritas adalah lulusan
gizi balita. Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi SMA dan ibu balita mendapatkan informasi
akan berdampak positif terhadap pola makan tambahan mengenai pola asuh balita di posyandu
anak. Pengetahuan tentang kadar gizi dalam melalui kader-kader posyandu. Sehingga
berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi peningkatan terjadi juga di kelompok kontrol.
kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih Pola pengasuhan ibu terhadap anak yang baik
bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal merupakan hal yang sangat penting, karena akan
akan tetapi nilai gizinya tinggi (Afita, 2013) . mempengaruhi proses tumbuh kembang balita.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Salah satu cara untuk memperbaiki pola asuh ibu
Tiara yang menyebutkan bahwa pada kelompok balita yaitu dengan konseling. Hal ini dibenarkan
perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan dalam salah satu fungsi konseling yaitu fungsi
pada pengetahuan ibu saat sebelum dan sesudah perbaikan yang artinya, konseling dilaksanakan

36
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 32-38
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | 2597-8667

ketika terjadi penyimpangan perilaku klien atau Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
pelayanan kesehatan lingkungan yang Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
menyababkan terjadi masalah kesehatan sehingga Ernawati. (2007). Hubungan Faktor Sosial
diperlukan upaya perbaikan dengan konseling Ekonomi, Higiene Sanitasi Lingkungan,
(Uripni, 2003). Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kabupaten
bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dengan Semarang.
status gizi disebabkan sebagian besar responden Istiari, T. (2000). Menanti Buah Hati.
memiliki tingkat pendidikan rendah dan hal itu Yogyakarta: Persindo.
berpengaruh pada pengetahuan tentang cara Iswarati. (2010). Pengetahuan Keluarga dalam
pengasuhan yang baik (Mustapa, 2013). Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Anak.
Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan Gizi Indon .
informasi tentang gizi. Semakin tinggi tingkat Ita, P. (2014). Hubungan Pola Asuh Dengan
pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia Status Gizi Anak Balita di Desa Tuning
menyerap informasi yang diterima termasuk Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten
pendidikan dan informasi gizi yang mana dengan Landak Kalimantan Barat. 5-7.
pendidikan gizi tersebut diharapkan akan tercipta Linda, O. (2011). Huungan Peendidikan dan
pola kebiasaan yang baik dan sehat (Ernawati, Pekerjaan Orang Tua Serta Pola Asuh
2007). Dengan Status Gizi Balita Di Kota dan
Hasil penelitian lain juga menyimpulkan Kabupaten Tangerang, Banten. 137.
bahwa ada perbedaan perilaku ibu sebelum dan Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang Status
setelah konseling gizi. Pada penelitiannya, pada Gizi. Yogyakarta: Nuha Medika.
sebelum konseling, pengetahuan dan sikap Mustapa, Y. (2013). Analisis Faktor Determinan
sebagian besar ibu sudah cukup sehingga setelah Kejadian Masalah Gizi pada Anak Balita di
dilakukan konseling gizi perubahan perilaku akan Wilayah Kerj Puskesmas Tilote Kecamatan
mudah terjadi (Sofiyana, 2012). Namun hasil Tilango Kbupaten Gorontalo Tahun 2013 , 9-
yang berbeda diungkapkan Tiara dalam Rosiana 10.
(2013) dalam penelitiannya yang menyatakan Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat :
bahwa pada kelompok kontrol tidak terjadi Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
peningkatan secara signifikan antara pengukuran Novitasari, D. A. (2012). Faktor-Faktor Resiko
di awal dan di akhir penelitian, walaupun Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang
pengetahuan ibu cukup baik. Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Krya Tulis Ilmiah , 60.
Simpulan Nur Afita R., N. A. (2013). Hubungan Tingkat
Hasil penelitian ini menunjukkan ada Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang Pada
pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan Balita Terhadap Kejadian Gizi Kurang Di
gizi pada kelompok perlakuan di wilayah kerja Desa Penusupan Tahun 2013. 4-5.
Puskesmas Rapak Mahang Tenggarong dengan Riskesdas. (2013, Desember 1). Retrieved
nilai p value (0,000) < 0,05. Dan ada pengaruh November 2016, from depkes.go.id:
konseling gizi terhadap pola asuh pada kelompok URL:http://www.depkes.go.id/resources/dow
perlakuan di wilayah kerja Puskesmas Rapak nload/general/Hasil%20Riskesdas%202013.p
Mahang Tenggarong dengan nilai p value (0,000) df
< 0.05. Pada kelompok kontrol hasil uji statistik Rona Firmana Putri, D. S. (2014). Faktor-Faktor
didapatkan p value sebesar (0.229) > 0,05, hal ini yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak
berarti tidak ada perbedaan pengetahuan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
awal penelitian dan akhir penelitian.Sedangkan Nanggalo, Padang. 255-260.
pada kelompok kontrol, hasil uji statistik Rosania, T. (2013). Pengaruh Konseling Gizi
didapatkan p value sebesar (0,038) < 0,05 berarti Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
ada perbedaan pola asuh pada awal pengukuran Ibu Dalam Pemberian Makan Anak Dan
dan akhir pengukuran. Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2
Tahun di Kecamatan Semarang Timur. 14-
Referensi 16.

37
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 32-38
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Tenggarong, P. R. (2015). Profil Puskesmas
Untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Rapak Mahang Tenggarong Tahun 2015.
Depertemen Pendidikan Nasional. Kutai Krtanegara: Dinkes Kabupaten Kutai
Sofiyana, D. (2012). Perbedaan Pengetahuan, Kartanegara.
Sikap Dan Perilaku Sebelum Dan Setelah Unicef, B. d. (2000). Laporan Indonesia untuk
Konseling Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk. persiapan end decade goal. Jakarta.
20-25. Uripni. (2003). Komunikasi Kebidanan. Jakarta:
EGC.

38

Anda mungkin juga menyukai