Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

Stelah masuknya pengaruh kebudayaan islam ke wilayah nusantara, banyak


bermunculan kerajaan islam di wilayah nusantara. Begitu juga di pulau jawa banyak
kerajaan–kerajaan islam seperti demak, banten, mataram baru, dll. Salah satu kerajaan islam
tertua di jawa adalah kerajaan demak yang berada di Demak, Jawa Tengah. Kerajaan demak
berdiri pada tahun 1475 M di dirikan oleh raden patah . kerajaan demak meninggalkan
beberapa peninggalan bersejarah yang masih dapat kita lihat sampai sekarang terutama
adalah masjid demak , yang berdiri pada tahun 1477 dan di bangun oleh wali songo secara
bersama–sama yang mitosnya di bangun hannya pada satu malam.

Mundurnya Kerajaan Majapahit memberikan kesempatan kepada para bupati yang


berada di pesisir pantai utara Jawa untuk melepaskan diri, khususnya Demak. Faktor lain
yang mendorong perkembangan Demak ialah letaknya yang strategis di jalur perdagangan
Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur.

Letak Geografis

Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah. Kerajaan Demak


berkembang dari sebuah daerah yang bernama Bintoro yang merupakan daerah bawahan
Majapahit. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.1

Raden Patah yang menjadi perintis kerajaan Islam di Jawa. Ia disebut-sebut sebagai
putra Raja Majapahit Brawijaya V dengan putri asal Campa (kini Kamboja) yang telah masuk
Islam. Masa kecilnya dihabiskan di Pesantren Ampel Denta -pesantren yang dikelola Sunan
Ampel. Ibu Sunan Ampel (istri Maulana Malik Ibrahim) juga putri penguasa Campa ketika
1
http://yeninurpratiwi.blogspot.com/2012/11/kerajaan-demak.html
Majapahit melemah dan terjadi pertikaian internal, Raden Patah melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit dan membangun Kesultanan Demak. Dalam konflik dengan Majapahit,
ia dibantu Sunan Giri. Berdirilah Kesultanan Demak pada 1475 atau beberapa tahun setelah
itu.

A. SEJARAH MASJID DEMAK

Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam
tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun 1399
Saka (1477 M) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang
pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun 1401 Saka yang
menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479 M. Bangunan yang terbuat dari kayu jati
ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya
ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di
antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya
buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur
laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong
balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga.
Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada
zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521
M) pada tahun 1520.2

Gambar: Masjid Agung Demak

2
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/05/masjid-agung-demak.html
Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat
penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga
juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju hadiah
dari Nabi Muhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang
bermusyawarah di dalam masjid itu. Memasuki pertengahan abad XVII, ketika kerajaan
Mataram berdiri, pemberontakan pun juga mewarnai perjalanan sejarah kekuasaan raja
Mataram waktu itu.3

Sejarah yang sama juga melanda kerajaan Demak. Kekuasaan baru yang berasal dari
masuknya agama Islam ke tanah Jawa. Seorang Bupati putra dari Brawijaya yang beragama
Islam disekitar tahun 1500 bernama Raden Patah dan berkedudukan di Demak, secara
terbuka memutuskan ikatan dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan
daerah-daerah lain yang telah Islam (seperti Gresik, Tuban dan Jepara), ia mendirikan
kerajaan Islam yang berpusat di Demak. Namun keberadaan kerajaan Demak tak pernah sepi
dari rongrongan pemberontakan. Dimasa pemerintahan raja Trenggono, walau berhasil
menaklukkan Mataram dan Singasari. Tapi perlawanan perang dan pemberontakan tetap
terjadi di beberapa daerah yang memiliki basis kuat keyakinan Hindu. Sehingga daerah
Pasuruan serta Panarukan dapat bertahan dan Blambangan tetap menjadi bagian dari Bali
yang tetap Hindu. Pada tahun 1548 M, raja Trenggono wafat akibat perang dengan Pasuruan.

Gambar: Wali Songo

3
http://vadlanisme.blogspot.com/2010/01/sejarah-berdirinya-kerajaan-demak.html
Kematian Trenggono menimbulkan perebutan kekuasaan antara adiknya dan putranya
bernama pangeran Prawoto yang bergelar Sunan Prawoto (1549 M). Sang adik berjuluk
pangeran Seda Lepen terbunuh di tepi sungai dan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh
anak dari pangeran Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang. Tahta Demak dikuasai Arya
Penangsang yang terkenal kejam dan tidak disukai orang, sehingga timbul pemberontakan
dan kekacauan yang datangnya dari kadipaten-kadipaten. Apalagi ketika adipati Japara yang
mempunyai pengaruh besar dibunuh pula, yang mengakibatkan si adik dari adipati japara
berjuluk Ratu Kalinyamat bersama adipati-adipati lainnya melakukan pemberontakan dalam
bentuk gerakan melawan Arya Panangsang. Salah satu dari adipati yang memberontak itu
bernama Hadiwijoyo berjuluk Jaka Tingkir, yaitu putra dari Kebokenongo sekaligus menantu
Trenggono yang masih ada hubungan darah dengan sang raja. Jaka Tingkir, yang berkuasa di
Pajang Boyolali, dalam peperangan berhasil membunuh Arya Penangsang. Dan oleh karena
itu ia memindahkan Karaton Demak ke Pajang dan ia menjadi raja pertama di Pajang.
Dengan demikian, habislah riwayat kerajaan Islam Demak.

B. KEISTIMEWAAN MASJID AGUNG DEMAK

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia.4 Masjid ini
memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya
pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai
tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan
Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi
tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk
sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam
di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.

Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama
adalah pada tahun 1466 M. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren
Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477 M, masjid ini dibangun
kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478 M, ketika Raden
Patah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap.
Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu
masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para
wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat

4
http://www.anneahira.com/peninggalan-kerajaan-demak.htm
wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang
memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di
bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan
Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.

Gambar : Masjid Agung Demak

Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m 2. Di


samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan
panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan
ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid
ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga
utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi
berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara.5 Masjid ini
menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini
berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk
kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang
beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan
ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian
dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat,
dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman,
yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya,
hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

5
http://irvanadaaa.blogspot.com/2012/11/artikel-sejarah-i-masjid-agung-demak.html
Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini,
pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian
dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah. Dan
ada satu keistimewahan satu buah tiang yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh
melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Bentuk
bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreatifitas masyarakat pada saat itu.

Disamping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi


iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses
pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti
joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.

Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas.
Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu
bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di
tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan,
bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.

C. LETAK DAN STRUKTUR BANGUNAN MASJID AGUNG DEMAK

Masjid Agung Demaki terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Lokasi Masjid
berada di pusat kota Demak, berjarak ±26 km dari Kota Semarang, ±25 km dari Kabupaten
Kudus, dan ±35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat
berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk
membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan
Demak. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja
Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi
berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.6

Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur
bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia.
Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid
Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah. Penampilan atap limas
6
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/05/masjid-agung-demak.html
piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman,
(2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat "Pintu Bledeg", bertuliskan "Condro
Sengkolo", yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau
1466 M, atau 887 H. 

Prasasti Bulus

Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan Masjid Maha karya abadi yang
karismatik ini dengan memberi prasasti bergambar bulus. Ini merupakan Condro Sengkolo
Memet, dengan arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar
bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1 (satu), kaki 4 berarti angka 4 (empat), badan
bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Bisa disimpulkan, Masjid
Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.

Soko Majapahit

Soko Majapahit, tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda
purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden
Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
Pawestren

Merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat jamaah wanita. Dibuat
menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap limasan berupa sirap ( genteng dari
kayu ) kayu jati. Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias
ukiran motif Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m.
Pawestren ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari bentuk dan
motif ukiran Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.

Surya Majapahit 

Merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli
purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di
Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 Saka, atau 1479 M.

Maksurah

Merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang memiliki nilai
estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak
Maksurah didalamnya berukirkan tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan
Allah SWT. Prasasti di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di
mana saat itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
Pintu Bledheg 

Pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng
Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti "Condro Sengkolo" yang
berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

(1) Ornamen Pintu Bledeg dilihat dari contour; terdiri dari beberapa bagian yaitu motif
tumpal, mahkota, kepala naga, jambangan, bunga tumbuhan, lung dan camara. Dalam
ornamen tertsebut terdapat beberapa motif yang berasal dari Majapahit, yaitu pada
motif tumpal dan pemakaian lambang Surya Majapahit yang distilir menjadi mata
naga. Susunan lung (kalpalata) dan jambangan mempunyai kesamaan dengan hasil
seni ornamen Jawa-Budha abad VIII. Warna yang digunakan merah, hijau, dan putih.
(2) Ornamen tersebut dilihat dari content; motuif tumpal simbol hubungan manusia
dengan Allah s.w.t, motif mahkota simbol Al-Wahid, motif kepala naga simbol
kekuatan dalam berdakwah Islam, motif jambangan simbol agama Islam, dan motif
bunga tumbuhan simbol kesuburan ajaran Islam, sedangkan warna merah, biru dan
putih simbol keselamatan dari Allah s.w.t.
(3) Ornamen tersebut dilihat dari context; mengangkat mitos Ki Ageng Selo sewaktu
menangkap dan menahlukkan halilintar atau petir (Jawa: bledeg). Mitos ini
divisualisasikan kedalam ornamen simbolis dan dijadikan sebagai media dakwah
Islam yang dilakukan Walisanga. Kesimpulannya, nilai-nilai Islam yang terkandung
dalam ornamen Pintu Bledeg disimbolkan kedalam warna dan motif-motif ornamen
simbolis. Simbol-simbol tersebut adalah simbol konstitutif yaitu simbol-simbol yang
terbentuk sebagai kepercayaan-kepercayaan dan merupakan inti dari agama Islam.

1.Ornamen Pintu Bledeg dilihat dari contour

Terdiri dari beberapa bagian yaitu motif tumpal, mahkota, kepala naga,
jambangan, bunga tumbuhan, lung dan camara. Dalam ornamen tersebut terdapat
beberapa motif yang berasal dari Majapahit, yaitu pada motif tumpal dan pemakaian
lambang Surya Majapahit yang distilir menjadi mata naga. Susunan lung (kalpalata)
dan jambangan mempunyai kesamaan dengan hasil seni ornamen Jawa-Budha abad
VIII. Warna yang digunakan merah, hijau, dan putih.

2.Ornamen tersebut dilihat dari content

Motif tumpal simbol hubungan manusia dengan Allah SWT, motif mahkota
simbol Al-Wahid, motif kepala naga simbol kekuatan dalam berdakwah Islam, motif
jambangan simbol agama Islam, dan motif bunga tumbuhan simbol kesuburan ajaran
Islam, sedangkan warna merah, biru dan putih simbol keselamatan dari Allah SWT.

3.Ornamen tersebut dilihat dari context

Mengangkat mitos Ki Ageng Selo sewaktu menangkap dan menahlukkan


halilintar atau petir (Jawa: bledeg). Mitos ini divisualisasikan kedalam ornamen
simbolis dan dijadikan sebagai media dakwah Islam yang dilakukan
Walisanga.Kesimpulannya, nilai-nilai Islam yang terkandung dalam ornamen Pintu
Bledeg disimbolkan kedalam warna dan motif-motif ornamen simbolis. Simbol-
simbol tersebut adalah simbol konstitutif yaitu simbol-simbol yang terbentuk sebagai
kepercayaan-kepercayaan dan merupakan inti dari agama Islam.

Mihrab 

Adalah tempat pengimaman, didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang


merupakan prasasti "Condro Sengkolo". Prasasti ini memiliki arti "Sariro Sunyi Kiblating
Gusti", bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab
sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan
Dampar Kencono warisan dari Majapahit.
Dampar Kencana

Benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah
untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi.
Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521–1560 M, secara
universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah
Mada.

Soko Tatal / Soko Guru

Merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga yang
berjumlah 4. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat
soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan
Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan
Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan
tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.

Situs Kolam Wudlu 


Situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat
untuk berwudlu. Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah
tidak dipergunakan lagi.

Menara

Bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja. Pemilihan
konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara
diprakarsai para ulama, seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak),
R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Masjid Demak mewakili karya agung manusia pada zamannya. Pengertian karya
agung tidak selalu berpatokan pada ukuran besar, mewah dan megahnya suatu karya tapi
dinilai dari keistimewaan gagasan pemikiran suatu karya.Masjid Agung Demak merupakan
masjid pelopor ditanah Jawa.Pembangunan Masjid Agung Demak berarti ancaman bagi
kerajaan-kerajaan Hindu di tanah Jawa. Sebelum datangnya pengaruh Islam, kawasan Demak
berada pada pengaruh kerajaan-keraajaan Hindu seperti Majapahit.Raden Patah sebagai
pemimpin cikal bakal kerajaan Demak, bersama para Wali Sanga dengan beraninya
membangun masjid di kawasan kekuasaan Majapahit. 
Masjid Agung Demak disebut sebagai sebuah karya agung bukan hanya dari sisi
sejarah, tapi juga dapat denial dari segi arsitektur, teknik rancang bangun dan ketradisian.
Masjid Agung Demak dari sisi arsitektural juga menunjukan sebuah karya yang luar biasa
yang ditunjukan dari bentuk atap tumpang tiganya, mustaka, ukiran, dan beberapa ornamen-
ornamen yang menggambarkan unsur sinkretisme. 
Sementara itu, dari segi rancang bangun, masjid agung demak merupakan sebuah mahakarya
pada zamannya karena dibangun dengan material kayu dan bata. Material kayu merupakan
teknik bangun yang baru pada masa itu.Sistem persambungan antar rangka bangunan
sedemikian rupa tanpa adanya paku
Dari berbagai keunikan tersebut, Masjid Agung Demak menjadi sebuah karya agung
manusia. Oleh karena itu pembangunannyapun memakan waktu yang cukup lama. Dalam
membangun, para pendiripun harus benar-benar menghabiskan pikirannya untuk
pembangunan masjid tersebut. Ini dibuktikan dari Sunan Kalijaga yang mencari cara
membangun salah satu soko dengan ide menyatukan serutan-serutan kecil yang kmudian
dipadatkan dan diikat. Ini menunjukan pembangunan Masjid Agung Demak tidak main-main,
dan benar-benar menguras seluruh pikiran para pendirinya.  

DAFTAR PUSTAKA

Abu Umar, Imron. 1996. Sejarah Ringkas Kerajaan Islam Demak. Kudus: Menara Kudus
Rochim, Abdul. 1983. Masjid Dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung:
Angkasa.

Soenanto, H.M. Imam. 2004. Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Islam Sebuah Karya Besar
Peninggalan Walisanga Masjid Agung Demak. Demak: Ta’mir Masjid Agung
Demak.

Koentjaraningrat.1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka

http://yeninurpratiwi.blogspot.com/2012/11/kerajaan-demak.html
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/05/masjid-agung-demak.html
http://vadlanisme.blogspot.com/2010/01/sejarah-berdirinya-kerajaan-demak.html
http://www.anneahira.com/peninggalan-kerajaan-demak.htm
http://irvanadaaa.blogspot.com/2012/11/artikel-sejarah-i-masjid-agung-demak.html

Anda mungkin juga menyukai