Anda di halaman 1dari 2

 Latar belakang

 Analisis pembahasan
 Penutup
 Tema : perkembangan dan keadaan perekonomian di Indonesia di era new normal

Penerapan New Normal untuk Memulihkan Perekonomian Indonesia

Munculnya virus corona berawal dari Wuhan, China pada desember 2019. Pada 2 Maret 2020,
untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia.
Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyebutkan virus corona jenis
SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19 itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari (Kompas,
2020). Kasus virus corona pertama di Indonesia ditemukan di Depok yaitu 2 orang WNI yang
merupakan seorang ibu (64 tahun) dan putrinya (31 tahun). Keduanya di duga tertular virus corona
karena kontak dengan warga negara Jepang yang sedang berkunjung di Indonesia. Dan pada awal
April virus corona mengalami keaikan yang sangat pesat setiap hari nya. Hingga sekarang total kasus
virus corona menjadi 200 rb kasus, diantaranya 143 rb dan 8.230 meninggal (google news, 2020).
Dengan demikian, dampak Virus Corona atau Covid-19 nampaknya berimbas pada semua sektor
terutama ekonomi. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan
tertekan di level 2,1 persen. Hal ini disebabkan oleh terus meluasnya persebaran Covid-19 baik di
dalam negeri maupun luar negeri. Bank Indonesia (BI) pun telah merevisi proyeksi pertumbuhan
ekonomi RI menjadi di Bawah 5 Persen atau hanya sekitar 2,5 persen saja yang biasanya mampu
tumbuh mencapai 5,02 persen (Detik, 2020). Hal ini diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan
ekonomi karena pandemi Covid-19. Keterlambatan ini ditandai dengan memburuknya kondisi
lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri seiring dengan menurunnya
sentimen bisnis dan konsumen.

Pemerintah akhirnya membuat keputusan untuk memberlakukan new normal pada tanggal 5 bulan
Juni. New normal adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial,
dan ekonomi. Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan
hasil riset epidemiologis di wilayah terkait. Organisasi kesehatan dunia WHO telah menyiapkan
pedoman transisi menuju new normal selama pandemi COVID-19. Dalam protokol tersebut, negara
harus terbukti mampu mengendalikan penularan COVID-19 sebelum menerapkan new normal.
Pengendalian ini juga harus bisa dilakukan di tempat yang memiliki kerentanan tinggi misal panti
jompo, fasilitas kesehatan mental, dan wilayah dengan banyak penduduk. Langkah pengendalian
dengan pencegahan juga harus diterapkan di tempat kerja. "Langkah-langkah pencegahan di tempat
kerja mulai ditetapkan seperti jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan etika pernapasan," kata
Direktur Regional WHO untuk Eropa Henri P Kluge dikutip dari situs resmi lembaga kesehatan dunia
tersebut. (WHO, 2020). Kebijakan pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan dimulainya akitivitas
ekonomi pada era New Normal berdampak positif terhadap perekonomian nasional, ditandai
dengan penyaluran KUR yang mulai meningkat signifikan dan peningkatan Purchasing Managers'
Index (PMI) manufaktur serta domestic demand pada bulan Juni 2020. Data dari Bank Rakyat
Indonesia (BRI) menunjukkan bahwa BRI lebih fokus melakukan restrukturisasi kredit pada bulan
April 2020 (79,4%) dan Mei 2020 (82,7%). Namun sejak minggu ketiga Juni 2020, porsi ekspansi
kredit mikro telah mencapai 78,2% dan restrukturisasi hanya tinggal 21,8%. Bahkan pada akhir
minggu ketiga Juni 2020, ekspansi total kredit kecil di BRI telah mencapai lebih dari Rp1 triliun per
hari atau dengan kata lain sudah mendekati penyaluran kredit kecil pada masa normal. Sebagai
informasi, BRI adalah bank penyalur terbesar KUR dengan pangsa 64%.embaiknya aktivitas ekonomi
juga ditunjukkan semakin meningkatnya domestic demand, seperti ditandai dengan laju inflasi
daging ayam ras 0,14% dan telur ayam ras 0,04% pada bulan Juni 2020. Pembukaan kantor-kantor
pada era New Normal telah mendorong dibukanya warung atau rumah makan yang pada gilirannya
meningkatkan permintaan serta harga daging ayam dan telur ayam ras tersebut. Salah satu
penyebab tingginya inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau (0,47%) pada bulan Juni
2020 tentunya tidak terlepas dari mulai meningkatnya permintaan terhadap kelompok barang
tersebut. Pembukaan kegiatan ekonomi juga telah mendorong sektor transportasi mulai menggeliat,
seperti tercermin dari inflasi kelompok transportasi khususnya yang berasal dari tarif angkutan
udara, tarif angkutan antar kota, dan kendaraan roda dua online. Menko Airlangga yang juga sebagai
Ketua Tim Pengendalian Inflasi Pusat meyakinkan pelaku ekonomi bahwa laju inflasi secara nasional
bulan Juni 2020 masih relatif rendah dengan laju inflasi sebesar 0,18 (mtm), 1,96 (yoy) dan 1,09%
(ytd). Dengan sinyal positif kegiatan ekonomi terkini dan laju inflasi yang terkendali diharapkan
pertumbuhan ekonomi tahun 2020 lebih baik dari perkiraan Lembaga Internasional (International
Monetary Fund/IMF dan World Bank).

Anda mungkin juga menyukai