Anda di halaman 1dari 5

Biografi Imam Ibnu Majah

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi’ bin Majah Al-Qazwinî Al-Hâfidz, atau
yang lebih dikenal dengan Ibnu Majah, dengan Kuniyah Abu ‘Abdullâh, adalah seorang ulama
ahli hadis yang telah mengumpulkan hadits, karyanya yang paling dikenal adalah menyusun
kitab Sunan Ibnu Majah dan kitab ini termasuk dalam kelompok kutubus sittah.

Ibnu Majah  lahir pada tahun 207 H / 209 H di daerah Qazwin (salah satu kota yang terkenal
di kawasan ‘Iraq). Sebutan Majah dinisbatkan kepada ayahnya Yazid, yang juga dikenal dengan
sebutan Majah Maula Rab’at. Ada juga yang mengatakan bahwa Majah adalah ayah dari Yazid.
Walaupun demikian, tampaknya pendapat pertama yang lebih shahih. Kata “Majah” adalah gelar
ayah Muhammad, bukan gelar kakeknya, seperti diterangkan penulis Qamus jilid 9, hal. 208. Ibn
Katsr dalam Al-Bidayah wan-Nibayah, jilid 11, hal. 52.

Menimba ilmu
Imam Ibnu Majah berkelana ke penjuru negeri untuk menelusuri ilmu hadits. Sepanjang
hayatnya beliau telah mendedikasikan pikiran dan jiwanya dengan menulis beberapa buku Islam,
seperti buku fikih, tafsir, hadits, dan sejarah. Imam Ibnu Majah mulai menginjakkan kakinya di
dunia pendidikan sejak usia remaja, dan menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15
tahun pada seorang guru yang ternama pada kala itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasy
(wafat tanggal 233 H). Bakat dan minat yang sangat besar yang dimilikinyalah yang akhirnya
membawa

Dalam bidang sejarah Imam Ibnu Majah menulis buku “At-Târîkh” yang mengulas sejarah
atau biografi para muhaddits sejak awal hingga masanya, dalam bidang tafsir beliau menulis
buku “Al-Qur’ân Al-Karîm” dan dalam bidang hadits beliau menulis buku “Sunan Ibnu Majah”.
Disayangkan sekali karena buku “At-Târîkh” dan “Al-Qur’ân Al-Karîm” tidak sampai pada
generasi selanjutnya karena dianggap kurang monumental

Rihlah beliau
Ibnu Majah meniti jalan ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu mengadakan rihlah dalam
rangka menuntut ilmu. Maka beliau pun keluar meninggalkan negrinya untuk mendengar hadits
dan menghafal ilmu. Berkeliling mengitari negri-negri islam yang menyimpan mutiara hadits.
Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah
berkelana ke beberapa daerah dan negri guna mencari, mengumpulkan, dan menulis
Hadis.Puluhan negri telah ia kunjungi, antara lain: Khurasan; Naisabur dan yang lainnya. Ar
RayIraq; Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah. Hijaz; Makkah dan Madinah. Syam; damasqus dan Himsh.
Mesir

Guru-guru beliau
Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru
yang sangat banyak sekali. Diantara guru beliau adalah; ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî,
Jabbarah bin AL Mughallas, Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair, Suwaid bin Sa’îd, Abdullâh bin
Muawiyah al Jumahî, Muhammad bin Ramh, Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi, Muhammad bin
Abdullah bin Numair, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Hisyam bin ‘Ammar, Abu Sa’id Al Asyaj.

Murid-murid beliau
Keluasan ‘ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling
dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu
darinya, diantara mereka adalah: Muhammad bin ‘Isa al Abharî, Abu Thayyib Ahmad al
Baghdadî, Sulaiman bin Yazid al Fami, ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan, Ishaq bin Muhammad,
Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar, ‘Ali bin Sa’îd al ‘Askari, Ibnu Sibuyah, Wajdî Ahmad bin
Ibrahîm.

Sanjungan para ulama terhadap beliau


 Al HafizhAl Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir,
muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam
dalam masalah hadits, dan hafalan.”

 Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung,
hujjah dan ahli tafsir.”

 Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan
beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”

 Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini
menunjukkan ‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam
hadits serta ittibâ’nya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang

Karya-karya Imam Ibnu Majah


 Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadits yang
Pokok).

 Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibn
Kasir.
 Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.

Metodologi Imam Ibnu Majah


Dalam menulis buku Sunan ini, Imam Ibnu Majah memulainya terlebih dahulu dengan
mengumpulkan hadits-hadits dan menyusunnya menurut kitab atau bab-bab yang berkenaan
dengan masalah fiqih, hal ini seiring dengan metodologi para muhadditsîn yang lain. Setelah
menyusun hadits tersebut, imam Ibnu Majah tidak terlalu memfokuskan ta’lîqul Al-Hadits yang
terdapat pada kitab-kitab fikih tersebut, atau boleh dikatakan beliau hanya mengkritisi hadits-
hadits yang menurut hemat beliau adalah penting.

Seperti kebanyakan para penulis kitab-kitab fikih yang lain, dimana setelah menulis hadits
mereka memasukkan pendapat para ulama fâqih setelahnya, namun dalam hal ini Imam Ibnu
Majah tidak menyebutkan pendapat para ulama fâqih setelah penulisan hadits.
Sama halnya dengan imam Muslim, imam Ibnu Majah ternyata juga tidak melakukan
pengulangan hadits berulang kali kecuali hanya sebahagian kecil saja dan itu penting menurut
beliau.

Ternyata kitab Sunan ini tidak semuanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah seperti perkiraan
orang banyak selama ini, tapi pada hakikatnya terdapat di dalamnya beberapa tambahan yang
diriwayatkan oleh Abu Al-Hasan Al-Qatthany yang juga merupakan periwayat dari “Sunan Ibnu
Majah”. Persepsi ini juga sejalan pada “Musnad Imam Ahmad”, karena banyak orang yang
menyangka bahwa seluruh hadits di dalamnya diriwayatkan seluruhnya oleh beliau, akan tetapi
sebahagian darinya ada juga yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dan sebahagian
kecil oleh Al-Qathî’î, namun imam Abdullah lebih banyak meriwayatkan dibanding dengan Al-
Qathî’î. Namun dalam pembahasan kali ini kita kita tidak berbicara banyak seputar
“Musnad Imam Ahmad”, karena biografi dan metodologi beliau telah diulas pada diskusi
sebelumnya.

Ketika Al-Hasan Al-Qatthâny mendapatkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari
Sya’bah dengan perantara perawi lainnya, dan pada hadits yang sama juga beliau mendapatkan
perawi selain gurunya Ibnu Majah, maka hadits ini telah sampai pada kategori hadits Uluwwu
Al-Isnâd meskipun beliau hanya sebatas murid dari sang imam Ibnu Majah, namun derajatnya
sama dengan gurunya dalam subtansi Uluwwu Al-Hadîts tersebut, ada juga berhasil disusun oleh
sang imam dengan uraian sebanyak 32 kitab menurut Zahaby, dan 1500 bab menurut Abu Al-
Hasan Al-Qatthâny serta 4000 hadits.

Sekilas Tentang Kitab “Sunan Ibnu Majah”


Para ulama memandang bahwa kitab hadits Imam Ibnu Majah “Sunan Ibnu Majah” sebagai
kitab keenam dari Kutubussittah setelah Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud,
Jami’ at-Tirmidzi dan Sunan an-Nasa`i.
Ada baiknya terlebih dahulu untuk membedah data buku monumental ini. Agar kita lebih
terkesan dan tertarik lagi untuk menginfestasikan diri kita pada bidang hadits.

Buku hadits yang dikarang oleh Imam Ibnu Majah ini dikenal dengan nama “Sunan Ibnu
Majah”. Karena termasuk buku yang telah menyita perhatian bagi umat Islam, sehingga Abu Al-
Hasan Muhammad Shâdiq bin Abdu Al-Hady As-Sanady (wafat tahun 1138) pun
mendedikasikan pikirannya untuk men-syarah buku ini yang kemudian akhirnya di-ta’lîq oleh
Fuad Abdu Al-Bâqy.

Kitab ini memiliki keistimewaan yang patut diberikan applause, berkat kegigihan imam
Ibnu Majah dalam menciptakan karya yang terbaik dan bermanfaat bagi Muslim sedunia, dapat
kita lihat bahwa buku ini memiliki susunan yang baik dan tidak ada pengulangan hadits yang
serupa kecuali memang dianggap penting oleh sang Imam. Shiddîq Hasan Khân dalam kitab ‘Al-
Hittah’ berkata, “Tidak ada ‘Kutubu As-Sittah’ yang menyerupai seperti ini (baca : Kitab “Sunan
Ibnu Majah”), karena ia menjaga sekali adanya pengulangan hadits-hadits, walaupun ada itupun
hanya sebahagian kecil saja. Seperti imam Muslim R.A. halnya yang mendekati buku ini.
Dimana beliau tidak mengadakan pengulangan hadits dalam beberapa sub judul kitab, tapi beliau
mengulang hadits tersebut dalam hanya dalam satu judul.

Buku “Sunan Ibnu Majah” terdiri dari 32 (tiga puluh dua) kitab menurut Al-Zahabî, dan
1500 (seribu lima ratus) bab menurut Abu Al-Hasan Al-Qatthanî, dan terdiri dari 4000 (empat
ribu) hadits menurut Az-Zahabî. Tapi kalau kita teliti ulang lagi dengan melihat buku yang di-
tahqîq oleh Muhammad Fuad Abdul Bâqî rahimahullah, bahwa buku ini berjumlah 37 (tiga
puluh tujuh) kitab selain dari muqaddimah, berarti kalau ditambah dengan muqaddimah maka
jumlahnya 38 (tiga puluh delapan) kitab. Sedangkan jumlah babnya terdiri dari 1515 (seribu lima
ratus lima belas) bab dan 4341 (empat ribu tiga ratus empat puluh satu) hadits. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan nasakh.

Kitab hadits yang terdiri dari 4341 (empat ribu tiga ratus empat puluh satu) hadits ini
ternyata 3002 (tiga ribu dua) hadits diantaranya telah di-takhrîj oleh Imam
Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan yang lainnya. Dan 1239 (seribu dua ratus tiga
puluh sembilan) hadits lagi adalah tambahan dari Imam Ibnu Majah.

Klasifikasi hadits tersebut adalah :

Imam Ibnu Majah wafat pada hari Senin tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M. Almarhum
dimakamkan hari Selasa di tanah kelahirannya Qazwîn, Iraq.

Ada pendapat yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 275 H, namun pendapat yang
pertama lebih valid. Walaupun beliau sudah lama sampai ke finish perajalanan hidupnya, namun
hingga kini beliau tetap dikenang dan disanjung oleh seluruh umat Islam dunia. Dan ini adalah
bukti bahwa beliau memang seorang ilmuan sejati.
Sumber:

 http://bukuensiklopediahadits.blogspot.com/2013/04/biografi-imam-ibnu-majah.html
 http://www.lidwa.com/2011/biografi-imam-ibnu-majah/

Anda mungkin juga menyukai