Anda di halaman 1dari 40

METODELOGI PENELITIAN

UJIAN AKHIR SEMESTER

Oleh:
Arista Wahyuni Putri
119211414

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
DENPASAR
2020
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL


DAN HIPOTESIS....................................................................................
2.1 Kajian Pustaka..........................................................................................
2.1.1 Teori Atribusi...................................................................................
2.1.2 Perilaku Disfungsional Auditor......................................................
2.1.3 Karakteristik Personal Auditor.......................................................
2.1.3.1 Locus of Control.....................................................................
2.1.3.2 Turnover Intention..................................................................
2.1.3.3 Self Esteem in Relation to Ambition.......................................
2.1.3.4 Sifat Machiavellian.................................................................
2.1.4 Time Budget Pressure....................................................................
2.2 Kerangka Konseptual.............................................................................
2.3 Hipotesis Penelitian................................................................................
2.3.1 Pengaruh Locus of Control Pada
Perilaku Disfungsional Auditor.....................................................
2.3.2 Pengaruh Turnover Intention Pada
Perilaku Disfungsional Auditor.............................................................
2.3.3 Pengaruh Self Esteem in Relation to Ambition Pada
Perilaku Disfungsional Auditor.....................................................
2.3.4 Pengaruh Sifat Machiavellian Pada
Perilaku Disfungsional Auditor.....................................................
2.3.5 Pengaruh Time Budget Pressure Pada
Perilaku Disfungsional Auditor......................................................
BAB III : METODE PENELITIAN..................................................................
3.1 Desain Penelitian....................................................................................
3.2 Lokasi Penelitian....................................................................................
3.3 Obyek Penelitian....................................................................................
3.4 Identifikasi Variabel...............................................................................
3.5 Definisi Operasional Variabel................................................................
3.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel.................................
3.6.1 Populasi............................................................................................
3.6.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel............................................
3.7 Jenis dan Sumber Data...........................................................................
3.7.1 Jenis Data..........................................................................................
3.7.2 Sumber Data.....................................................................................
3.8 Metode Pengumpulan Data ...................................................................
3.9 Instrumen Penelitian .............................................................................
3.10 Teknik Analisis Data............................................................................
3.10.1 Uji Statistik Deskriptif....................................................................
3.10.2 Intervalisasi Data............................................................................
3.10.3 Uji Asumsi Klasik..........................................................................
3.10.4 Analisis Regresi Linear Berganda..................................................
3.10.5 Uji Koefisien Determinasi (R2).......................................................
3.10.6 Uji Kelayakan Model (Uji F)..........................................................
3.10.7 Uji Hipotesis (Uji t)........................................................................

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan nasional merupakan hal yang menjadi fokus


utama dari pemerintah Indonesia. Pembangunan nasional akan berjalan lancar
apabila pengelolaan perekonomian negara dilakukan dengan baik. Oleh karena itu,
pengelolaan perekonomian negara harus selalu diawasi agar terbebas dari kegiatan
yang menyimpang. Dalam hal ini peranan auditor pemerintah sangat penting guna
mewujudkan pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab, bersih, serta
terbebas dari praktik KKN. Salah satu lembaga pengawas internal pemerintah
Indonesia adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 192 Tahun 2014, BPKP merupakan
lembaga pengawas internal pemerintah yang kedudukannya di bawah Presiden
serta bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BPKP berperan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/
daerah dan pembangunan nasional.

Hasil kinerja BPKP nantinya akan menjadi sorotan masyarat, karena hasil
audit dari BPKP akan dijadikan tolok ukur untuk menilai akuntabilitas dari
pemerintah pusat maupun daerah. Maka dari itu BPKP dalam melaksanakan
tugasnya sebagai auditor memiliki kewajiban untuk memberikan laporan audit
yang handal, reliabel serta transparan. Menurut DeAngelo (1981) kualitas audit
dapat terlihat dari kemungkinan auditor melaporkan kekeliruan dalam laporan
keuangan berdasarkan hasil temuannya (Arista, 2017).

Seorang auditor seringkali dihadapkan pada kondisi yang menyebabkan


kualitas audit menurun saat melakukan praktiknya. Auditor akhirnya banyak
melakukan penyimpangan terhadap standar audit maupun kode etik. Dalam hal ini
hasil akhir dari proses audit terkait pemberian opini pelanggaran yang dilakukan
auditor dalam audit dapat dikategorikan sebagai sebuah Penyimpangan Perilaku
dalam Audit (PPA). Aktivitas dalam auditing ini juga tidak terlepas dari masalah
keperilakuan auditor, seperti adanya kemungkinan auditor melakukan
penyimpangan perilaku (dysfunctional behavior) (Wintari dkk., 2015).

Perilaku disfungsional auditor mencerminkan tidak berfungsinya prosedur


audit sesuai standar, yang berakibat langsung maupun tidak langsung mengurangi
kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Beberapa bentuk perilaku
disfungsional yang dilakukan auditor menurut Otley dan Pierce (1996)
diantaranya underreporting of time (tidak tepatnya waktu pelaksanaan audit),
premature sign-off audit procedures (penghentian prosedur audit),
altering/replacement audit process dan gathering unsufficient evidence
(penggantian prosedur audit atau tidak cukupnya pengumpulan bukti penunjang
proses audit). Sedangkan Paino, Thani dan Iskandar (2011) menambahkan bahwa
pengumpulan bukti-bukti yang kurang cukup dan proses audit yang tidak akurat
juga sebagai indikator perilaku disfungsional audit. Jika proses audit tidak sesuai
dengan standar yang berlaku berakibat kualitas audit akan menurun (Heru, 2014).
Selain itu dapat dikatakan bahwa perilaku disfungsional audit akan merusak
kualitas audit dalam jangka panjang.

Fenomena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh auditor banyak terjadi


di Indonesia. Salah satunya kasus PT Kimia Farma yang dinyatakan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bappepam) telah menyajikan laba pada laporan
keuangannya sebesar 132 Milyar karena adanya pencatatan ganda atas penjualan
serta penggelembungan nilai persediaan pada laporan keuangan tahun 2001.
Dalam hal ini PT Kimia Farma terbukti melakukan manipulasi laba sebesar 33
Milyar (Wiwekandari, 2015).

Fenomena lainnya yakni kasus suap pada auditor BPK RI yang terjadi di
Jawa Barat oleh Pemerintah Kota Bekasi dan Sulawesi Utara oleh walikota
Tomohon (Putra dan Ariyanto, 2012). Selain itu, pada April 2015 dalam web
resmi BPK www.bpk.go.id berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS) dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Semester II Tahun 2014, Badan
Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI) mengungkapkan 7.950 temuan yang terdiri
atas 7.789 masalah ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
senilai Rp40,55 triliun, dan 2.482 masalah kelemahan Sistem Pengendalian Intern
(SPI). Dari masalah ketidakpatuhan tersebut, sebanyak 3.293 masalah berdampak
pada pemulihan keuangan negara/daerah/perusahaan atau berdampak finansial
senilai Rp14,74 triliun.

Dalam www.detik.com/news pada Juni 2017, operasi tangkap tangan (OTT)


suap pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) untuk Kemendes dinilai
menjadi titik mengkhawatirkan bagi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Indonesia Corruption Watch (ICW) menduga ada motif transaksional dalam
pemberian WTP. ICW mencatat ada delapan kasus yang melibatkan oknum
pejabat BPK sejak tahun 2004. Beberapa audit yang diduga bermasalah di
antaranya, audit laporan keuangan SKK Migas tahun anggaran 2015 yang
memperoleh opini tidak wajar, padahal sebelumnya memperoleh WTP dari tahun
anggaran 2011-2014. Selain itu, ICW juga menemukan kasus pada RS Sumber
Waras dalam LKPD DKI tahun 2014, yang dilanjutkan dengan audit investigasi,
adanya audit tahap II untuk Proyek Hambalang, terkait hilangnya 15 nama
anggota DPR, dan tentang audit divestasi PT NNT. Berdasarkan
www.economi.okezone.com dalam Dewi dan Merkusiwati (2016) terdapat 21
kasus korupsi yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp 17,02 miliar di
mana temuan tersebut berasal dari hasil audit dana tersonsentrasi di beberapa
lembaga pemerintah pada tahun 2011.

Fenomena-fenomena yang disebutkan diatas menunjukkan bahwa auditor


profesional masih belum mampu untuk mengungkapkan kecurangan yang
dilakukan oleh kliennya. Perilaku individu dapat berasal dari refleksi
personalitasnya sedangkan faktor-faktor situasional memberi dorongan pada
invidu tersebut membuat keputusan (Malone dan Roberts 1996). Faktor-faktor
tersebut dapat menimbulkan terjadinya perilaku disfungsional auditor.

Perilaku disfungsional salah satunya disebabkan oleh karakteristik personal


yang kurang baik yang dimiliki oleh seorang auditor dimana auditor menerima
adanya penyimpangan perilaku tersebut. Akibatnya akan membahayakan kualitas
audit. Oleh karena itu pentingnya karakteristik personal auditor yang baik dalam
melaksanakan suatu audit agar tidak terjadi penyimpangan dalam audit.
Karakteristik personal auditor dapat dilihat dari beberapa hal seperti locus of
control, turnover intention, self esteem in relation to ambition, dan sifat
Machiavellian.

Locus of control merupakan keyakinan seseorang terkait penyebab dari


prestasi atau kegagalan orang tersebut dalam pekerjaannya. Locus of control
terdiri dari internal locus of control serta eksternal locus of control. Locus of
control internal maupun eksternal itu sendiri memiliki pengaruh terhadap
penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit. Menurut Febriana (2012)
seseorang dengan internal locus of control memiliki kemampuan dalam
menghadapi ancaman yang timbul dari lingkungan, berusaha memecahkan
masalah dengan optimis, serta yakin akan kemampuan diri. Sedangkan seseorang
dengan external locus of control merasa dirinya lebih mudah terancam dan
cenderung reaktif dalam penyelesaian masalah (Nia, 2015)

Penelitian Roni (2013) menyatakan bahwa karakteristik personal auditor


berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional auditor. Berbeda
dengan penelitian Arista (2017) menyatakan bahwa pengaruh locus of control
internal tidak memberikan pengaruh pada perilaku disfungsional auditor
sedangkan locus of control external memberikan pengaruh positif dan signifikan
pada perilaku disfungsional auditor.

Faktor lain karakteristik personal auditor yang dapat menyebabkan adanya


perilaku disfungsional auditor adalah turnover intention. Hal ini berkaitan dengan
adanya keinginan auditor untuk meninggalkan organisasi tempat mereka bekerja.
Turnover intention mengacu kepada hasil evaluasi individu mengenai kelanjutan
hubungannya dengan organisasi dan belum diwujudkan dalam tindakan pasti
meninggalkan organisasi.

Penelitian Ratna (2013) menyatakan bahwa turnover intention tidak


berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior. Berbeda dengan
penelitian Erymesha (2017) menyatakan bahwa turnover intention berpengaruh
positif terhadap perilaku menyimpang dalam audit.
Self esteem in relation to ambition (harga diri dalam kaitannya dengan
ambisi) juga merupakan salah satu karakteristik personal auditor. Harga diri yang
tinggi mampu mendorong individu memiliki ambisi yang tinggi dan dapat
menyebabkan individu menggunakan segala cara untuk mencapainya. Auditor
dalam hal ini akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya untuk menyelesaikan tugasnya.

Penelitian Roni (2013) menyatakan bahwa karakteristik personal auditor


berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional auditor. Berbeda
dengan penelitian Sri (2015) menyatakan bahwa harga diri dalam kaitannya
dengan ambisi berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku disfungsionl
audit.

Sifat Machiavellian juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi


perilaku disfungsional auditor. Sifat Machiavellian digambarkan sebagai suatu
kepribadian di mana individu menghalalkan segala cara dalam mencapai sesuatu
yang diinginkan. Sifat Machiavellian dalam dunia bisnis yang memberikan
reward untuk kemenangan merupakan sifat yang dapat diterima, namun dalam
profesi auditor yang mengutamakan implikasi etis, sifat Machiavellian merupakan
sifat yang negatif karena mengabaikan pentingnya integritas dan kejujuran dalam
mencapai tujuan.

Penelitian Yuli (2015) menyatakan bahwa sifat Machiavellian berpengaruh


positif pada perilaku disfungsional auditor. Sejalan dengan penelitian Arista
(2017) menyatakan bahwa pada sifat Machiavellian terdapat pengaruh positif dan
siginifikan terhadap perilaku disfungsional auditor.

Time budget pressure atau tekanan anggaran waktu merupakan salah satu dari
faktor eksternal yang dapat menyebabkan perilaku disfungsional auditor. Time
budget pressure mengarah pada terdesaknya waktu yang timbul saat masa
pelaksanaan tugas yang disebabkan oleh terbatasnya alokasi waktu (DeZoort dan
Lord, 1997). Auditor yang terjebak antara pemenuhan tugas audit dan kendala
alokasi waktu akan mengalami dilema (Cook dan Kelley, 1988). Time budget
pressure yang ada dalam pelaksanaan program audit biasanya terjadi akibat
ketidakseimbangan antara time budget pressure yang tersedia dan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan program audit (Kelley dalam Adek, 2012).
Selain itu pula menurut Willet dan Page (1996) dalam Wintari dkk. (2015)
menyebutkan bahwa faktor tekanan anggaran waktu merupakan penyebab terbesar
menurunnya kualitas audit serta kinerja auditor.

Penelitian Roni (2013) menyatakan bahwa time budget pressure berpengaruh


signifikan positif terhadap perilaku disfungsional auditor. Berbeda dengan
penelitian Mahatma (2016) menyatakan bahwa time budget pressure tidak
memiliki pengaruh secara langsung terhadap penerimaan perilaku disfungsional
audit.

Penelitian terdahulu yang diuraikan diatas masih menunjukkan inkonsistensi


hasil dari beberapa peneliti dengan variabel yang cenderung sama. Hal ini
menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti variabel yang memengaruhi perilaku
disfungsional auditor. Perbedaan penelitian ini yakni peneliti menggunakan objek
penelitian di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi
Bali dikarenakan lembaga ini merupakan salah satu lembaga penting yang
menunjang perekonomian pemerintah daerah Bali. Pemilihan BPKP sebagai objek
penelitian juga dikarenakan banyaknya penelitian lain terkait auditing yang sudah
menggunakan objek penelitian di KAP Provinsi Bali. Berdasarkan alasan tersebut
peneliti hendak meneliti “Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Dan Time
Budget Pressure Pada Perilaku Disfungsional Auditor (Studi Empiris Pada Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari


penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Locus of Control Berpengaruh pada Perilaku Disfungsional


Auditor?
2. Apakah Turnover Intention Berpengaruh pada Perilaku Disfungsional
Auditor?
3. Apakah Self Esteem in Relation to Ambition Berpengaruh pada Perilaku
Disfungsional Auditor?
4. Apakah Sifat Machiavellian Berpengaruh pada Perilaku Disfungsional
Auditor?
5. Apakah Time Budget Pressure Berpengaruh pada Perilaku
Disfungsional Auditor?
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pengaruh Locus of Control pada Perilaku


Disfungsional Auditor.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Turnover Intention pada Perilaku
Disfungsional Auditor.
3. Untuk mengetahui Pengaruh Self Esteem in Relation to Ambition pada
Perilaku Disfungsional Auditor.
4. Untuk mengetahui Pengaruh Sifat Machiavellian pada Perilaku
Disfungsional Auditor.
5. Untuk mengetahui Pengaruh Time Budget Pressure pada Perilaku
Disfungsional Auditor.
1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat


memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta pemahaman
terkait dengan pengaruh karakteristik personal auditor dan time budget
pressure pada perilaku disfungsional auditor. Selain itu, diharapkan dapat
menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
2. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini diharapkan secara praktis mampu membantu publik
dalam mempelajari perilaku disfungsional yang mungkin dilakukan
oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya.
2) Penelitian ini diharapkan secara praktis dapat memberikan
pengetahuan tambahan kepada mahasiswa maupun masyarakat umum
tentang faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adanya
perilaku disfungsional auditor.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Atribusi


Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Freitz Heider tahun 1958
dengan argumentasi bahwa seseorang dapat berperilaku. Situasi disekitar
yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial yang disebut
dengan dispositional attributions dan situational attributions (Gordon and
Graham, 2006 dalam Sri, 2015). Dispositional attributions atau penyebab
internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang ada dalam diri
seseorang seperti keperibadian, persepsi diri, kemampuan, motivasi.
Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal yang mengacu
pada lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perilaku, seperti kondisi
sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Penentuan internal dan
eksternal tergantung pada tiga faktor yaitu:
1. Keunikan, yaitu tingkatan dimana seseorang berperilaku dengan
cara yang sama dalam situasi yang berbeda.
2. Konsistensi, yaitu tingkatan dimana seseorang menunjukkan
perilaku yang sama dari waktu ke waktu.
3. Konsensus, yaitu semua individu memiliki kesamaan pandangan
dalam merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama
(Ivancevich et al., 2005:124).

2.1.2 Perilaku Disfungsional Auditor

Perilaku penyimpangan audit adalah setiap tindakan yang dilakukan


auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau
menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
literatur, tindakan-tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan
program audit yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung disebut
sebagai perilaku reduksi kualitas audit (audit quality reduction behaviors)
(Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996 dalam Silaban, 2009).
Perilaku reduksi kualitas audit (RKA) adalah setiap tindakan yang dilakukan
auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektivitas bukti-
bukti audit yang dikumpulkan (Kelley dan Margheim, 1990; Malone dan
Robert, 1996, Pierce dan Sweeney, 2004 dalam Adanan Silaban, 2009).

SAS No 82 dalam Sri, (2015) menyatakan bahwa sikap auditor


menerima perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku
disfungsional aktual. Beberapa perilaku disfungsional yang membahayakan
kualitas audit yaitu: underreporting of time, premature sign-off,
altering/placement of audit procedure. Perilaku underreporting of time
(URT) terjadi ketika auditor melaporkan waktu audit yang lebih singkat
(underreport) dari waktu aktual yang dipergunakan untuk menyelesaikan
tugas audit tertentu (Lightner, Adam, dan Lightner, 1982; Otley dan Pierce,
1996 dalam Sri, 2015). Hal ini dapat menyebabkan keputusan personil yang
kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time
pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui. Premature sign-
off (PMSO) merupakan suatu keadaan yang menunjukan auditor
menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam
prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah yang lain Sedangkan
altering/replacing of audit procedure adalah penggantian prosedur audit
yang seharusnya yang telah ditetapkan dalam standar auditing.

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan penyimpangan perilaku


dalam audit (PPA). Faktor-faktor tersebut dapat menjadi dua, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal faktor-faktor yang berasal luar
diri auditor yang dapat mempengaruhi auditor, seperti lingkungan.
Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal dalam diri auditor
yang dapat mempengaruhi perilaku auditor, yaitu karaktenistik personal
yang dimiliki auditor. Karakteristik personal dapat mempengaruhi baik
secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap PPA. Personal
meliputi lokus kendali (locus of control), tingkat kinerja karyawan (self rate
employee performance), keinginan untuk berhenti bekerja (turnover
intention).

2.1.3 Karakteristik Personal Auditor

Karakteristik personal mengacu pada bagian karakteristik psikologi


dalam diri seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang
tersebut merespon lingkungannya (Ikhsan, 2007 dalam Roni 2013).
Sedangkan menurut Robbin (2003) dalam Roni (2013) karakteristik
personal adalah nilai yang bersifat luas dengan mencakup serangkaian luas
permasalahan, tahap perkembangan moral secara khusus merupakan ukuran
kemandirian terhadap pengaruh dari luar. Menurut Ikhsan (2007) dalam
Roni (2013) penentu kepribadian disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya:

1) Keturunan, dimana pendekatan keturunan berargumentasi bahwa


penjelasan paling akhir dari kepribadian seorang individu adalah
struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.
2) Lingkungan, di antara faktor-faktor yang menekankan pada
pembentukan kepribadian adalah budaya di mana seseorang
dibesarkan, pengkondisian dini, norma-norma di antara keluarga,
teman-teman dan kelompok-kelompok sosial, serta pengaruh lain
yang dialami.
3) Situasi, faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan
lingkungan terhadap kepribadian. Tuntutan yang berbeda dari
situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan
dari kepribadian seseorang.
2.1.3.1 Locus of Control

Teori locus of control menggolongkan individu apakah termasuk


dalam locus of control internal atau eksternal. (Rotter et al. 1990 dalam
Sri, 2015) mendefinisikan locus of control yaitu internal control maupun
external control adalah tingkatan dimana seorang individu berharap
bahwa hasil dari perilaku mereka bergantung pada perilaku mereka
sendiri atau karakteristik personal mereka atau tingkatan dimana
seseorang berharap bahwa hasil adalah fungsi dari kesempatan,
keberuntungan atau takdir dibawah kendali yang lain atau tidak bisa
diprediksi. Locus of control berperan dalam motivasi, dan locus of
control yang berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan
kinerja yang berbeda. Locus of control internal akan cenderung lebih
sukses dalam karir mereka daripada locus of control eksternal, dimana
mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi
yang lebih cepat, dan mendapatkan uang yang lebih banyak. Locus of
control memainkan peranan penting dalam kinerja dalam akuntansi
seperti pada anggaran partisipatif (Brownel, 1982; Frucot dan Shearon,
1991).

2.1.3.2 Turnover Intention


Turnover intention didefinisikan sebagai kemauan dengan
kesadaran dan pertimbangan untuk meninggalkan organisasi (Tett dan
Mayer, 1993 dalam Sri, 2015). Keinginan berpindah mencerminkan
keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif
pekerjaan lain. Sebelum turnover intention terjadi, selalu ada perilaku
yang mendahuluinya, yaitu adanya niat atau intensitas turnover intention.
Faktor utama intensitas adalah kepuasaan, ketertarikan yang diharapkan
terhadap pekerjaan saat ini dan ketertarikan yang diharapkan dari atau
pada alternatif pekerjaan atau peluang lain (Fitriany et al., 2010 dalam
Erymesha, 2017).

Turnover intention ditandai oleh berbagai hal yang menyangkut


perilaku auditor, yakni mulai malas bekerja, naiknya keberanian untuk
melanggar tata tertib kerja, keberanian untuk menentang kepada atasan,
maupun keseriusan untuk menyelesaikan semua tanggung jawab
karyawan yang sangat berbeda dari biasanya (Anita et al., 2016:119).
Selain itu pula menurut Malone dan Roberts (1996) dalam Sri (2015)
menyatakan bahwa auditor yang memiliki keinginan berpindah kerja
lebih mungkin terlibat dalam perilaku disfungsional karena adanya
penurunan rasa takut dari kondisi yang mungkin terjadi apabila perilaku
tersebut terdeteksi.

2.1.3.3 Self Esteem in Relation to Ambition


Robbin (2003) dalam Roni (2013) mengungkapkan salah satu
sifat kepribadian adalah harga diri dalam kaitannya dengan ambisi. Harga
diri berarti kadar seseorang menyukai atau tidak menyukai diri mereka
sendiri. Harga diri itu langsung berhubungan dengan harapan akan
kesuksesan. Jadi harga mencerminkan seberapa jauh seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan keyakinan dan perilaku orang-orang yang
dihormati dan adanya kepuasan kerja.

Harga diri menurut Arndt (1974) dan Pelham (1989) dalam


Suryandari (2007) adalah evaluasi seseorang terhadap diri sendiri,
evaluasi seseorang bahwa yang dapat mengerjakan sesuatu, ia adalah
orang yang berharga. Benner (1953); Coopersmith (1967) dalam
Suryandari (2007), harga diri adalah suatu respons atau evaluasi dari
seseorang mengenai dirinya sendiri terhadap pandangan orang lain
mengenai dirinya dalam interaksi sosialnya. Harga diri yang tinggi
mampu mendorong individu memiliki ambisi yang tinggi dan dapat
menyebabkan individu menggunakan segala cara untuk mencapainya.

2.1.3.4 Sifat Machiavellian


Sifat Machiavellian adalah suatu kepribadian di mana individu
menghalalkan segala cara dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.
Seseorang dengan sifat Machiavellian tinggi cenderung dapat menerima
perilaku dilematis secara etis dalam mencapai hasil yang diinginkannya
(Richmond, 2003 dalam Arista, 2017). Selain itu pula, individu yang
memiliki sifat Machiavellian tinggi berusaha memanfaatkan keadaan
untuk memperoleh keuntungan pribadi dan cenderung untuk tidak patuh
pada peraturan (Ghosh dan Crain, 1996).

2.1.4 Time Budget Pressure

Standar pekerjaan lapangan butir pertama mensyaratkan auditor untuk


merencanakan dan mengendalikan pekerjaannya secara efektif (IAI, 2014).
Untuk memenuhi standar tersebut, salah satunya diwujudkan dalam bentuk
penyusunan anggaran waktu audit. Anggaran waktu audit atau time budget
pressure merupakan estimasi atau taksiran waktu yang dialokasikan untuk
pelaksanaan tugas audit dalam suatu penugasan (Fleming dalam Adek,
2012). Time budget pressure berguna sebagai dasar dalam menaksir atau
memperkirakan biaya audit, mengalokasikan personal audit pada tugas
tertentu dan sebagai dasar evaluasi kinerja personal auditor.

DeZoort dan Lord dalam Roni (2013), menyebutkan ketika


menghadapi batasan waktu atau time budget pressure, auditor akan
memberikan respon dengan dua cara yaitu fungsional dan disfungsional.
Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan
menggunakan waktu sebaik-baiknya. Hal ini sesuai juga dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Glover dalam (Adek, 2012), yang mengatakan
bahwa anggaran waktu atau batasan waktu diidentifikasikan sebagai suatu
potensi untuk meningkatkan penilaian audit (audit judgement) dengan
mendorong auditor lebih memilih informasi yang relevan dan menghindari
penilaian yang tidak relevan.

Auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat tetapi


akibatnya memiliki efek samping yang merugikan publik, yaitu
memunculkan perilaku yang mengancam kualitas audit. Menurut Akers dan
Eton (2003) dalam Roni (2013) mengemukakan jika auditor merasakan
terdapat time budget pressure dalam pelaksanaan tugas audit, maka auditor
mungkin bertindak dengan salah satu cara berikut:

1. Melaksanakan proses audit dan melaporkan waktu aktual yang


digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Dalam hal ini
auditor menanggulangi kendala time budget pressure dengan cara
fungsional.
2. Melaksanakan prosedur audit tetapi memanipulasi catatan waktu
dengan tidak melaporkan waktu aktual yang digunakan untuk
pelaksanaan tugas audit. Dalam hal ini auditor menanggulangi
waktu dengan melakukan perilaku URT.
3. Tidak melakukan prosedur audit tetapi auditor mengklaim bahwa
mereka telah melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya.
Dalam hal ini auditor menanggulangi keandalan dengan perilaku
RKA.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu gambar yang menunjukkan suatu


hubungan atau kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya dari
permasalahan yang hendak diteliti. Kerangka konseptual dari penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR DAN TIME
BUDGET PRESSURE PADA PERILAKU DISFUNGIONAL AUDITOR
(STUDI EMPIRIS PADA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN PROVINSI BALI)

Kajian Teori Kajian Empiris


Rumusan Masalah
1. Teori Atribusi 1. Annisa Fatimah
2. Perilaku 2. Ratna
Disfungsional Prasetyaningrum
Hipotesis Penelitian Evanauli
Auditor
3. Karakteristik 3. Ni Putu Arista
Personal Dewi
4. Time Budget Analisis Statistik 4. Sri Sukesi
Pressure

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Disfungsional Auditor

Locus of control merupakan keyakinan seseorang terkait penyebab


dari prestasi atau kegagalan orang tersebut dalam pekerjaannya. Locus of
control terdiri dari internal locus of control serta eksternal locus of control.
Locus of control internal maupun eksternal itu sendiri memiliki pengaruh
terhadap penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit. Individu yang
memiliki locus of control internal yakin bahwa memiliki kontrol kendali
yang lebih baik dalam menentukan hidup mereka (Ivancevich dan Matteson,
2005 dalam Malone and Roberts, 1996). Apabila seseorang yang memiliki
locus of control internal yang tinggi, mereka cenderung yakin bahwa suatu
kejadian yang dialaminya adalah berasal dari kekuatan mereka sendiri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2011), terdapat
kecenderungan untuk lebih berusaha mencapai keberhasilan bagi individu
yang memiliki locus of control internal tinggi. Selain itu, auditor yang
memiliki locus of control internal tinggi memegang kendali lebih baik atas
stress kerja yang dialaminya dan menganggapnya sebagai tantangan untuk
peningkatan kinerjanya (Rustiarini, 2014). Maka dari itu, mereka lebih
berkomitmen dalam menjalankan tugas. Berdasarkan pemaparan tersebut,
maka hipotesis yang diajukan penulis yaitu:

H1a: Locus of control internal berpengaruh negatif pada perilaku


disfungsional auditor

Sedangkan individu dengan locus of control eksternal cenderung tidak


bisa memastikan dan mengendalikan kejadian yang dialami karena hal
tersebut dianggap merupakan faktor nasib, takdir maupun keberuntungan
(Spector, 1982). Ketika individu merasa tidak dapat menyanggupi pekerjaan
yang diberikan, maka perilaku disfungsional akan dilakukan sebagai
tindakan untuk mempertahankan kedudukannya. Maka dari itu, jika terjadi
sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, individu akan cenderung
menyalahkan lingkungan atau keadaan sebagai penyebabnya (Wiriani dkk,
2013). Didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evanauli
(2013) dan Arista (2017) yang menyatakan bahwa pengaruh locus of control
external memberikan pengaruh positif dan signifikan pada perilaku
disfungsional auditor. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang
diajukan penulis yaitu:

H1b: Locus of control eksternal berpengaruh positif pada perilaku


disfungsional auditor.

2.3.2 Pengaruh Turnover Intention Pada Perilaku Disfungsional Auditor

Turnover intention ialah keinginan seorang karyawan untk berpindah


atau berhenti dari perusahaan. Auditor yang mempunyai tungkat keinginan
yang lebih tinggi untuk meninggalkan perusahaan cenderung lebih mungkin
melakukan dysfunctional audit behaviour dikarenakan terjadinya penurunan
ketakutan atau dilimpahkannya sanksi apabila perilakunya terdeteksi
(Malone and Roberts, 1996 dalam Harini dkk, 2010).

Individu yang ingin meninggalkan perusahaan bisa dibilang tidak


peduli dengan dampak negatif atas perilaku disfungsional audit terhadap
penilaian kinerja atau promosi (Donnelly et al., 2003). Maka bisa jadi
seorang auditor yang memiliki niatan untuk meninggalkan perusahaan lebih
menerima perilaku disfungsional audit. Karakterisitik turnover intention
dalam diri seorang auditor didorong oleh faktor-faktor seperti banyaknya
tekanan dari pekerjaan, fee audit yang kurang, lingkungan yang tidak
menyenangkan, gaya kepemimpinan atasan, dan faktor-faktor lainnya.

Penelitian Ratna (2013) menyatakan bahwa turnover intention tidak


berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Havel (2017) yang menyatakan
bahwa turnover intention tidak berpengaruh terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit. Berbeda dengan penelitian Erymesha (2017)
menyatakan bahwa turnover intention berpengaruh positif terhadap perilaku
menyimpang dalam audit. Dan hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Cahyadini (2017) yang menyatakan bahwa turnover
intention berpengaruh positif terhadap perilaku menyimpang dalam audit.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan penulis
yaitu:

H2: Turnover intention berpengaruh positif pada perilaku


disfungsional auditor

2.3.3 Pengaruh Self Esteem in Relation to Ambition Pada Perilaku


Disfungsional Auditor

Harga diri dalam kaitannya dengan ambisi berpengaruh positif


terhadap penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit. Harga diri
menurut Arndt (1974) dan Pelham (1989) dalam Suryandari (2007) adalah
evaluasi seseorang terhadap diri sendiri, evaluasi seseorang bahwa yang
dapat mengerjakan sesuatu, ia adalah orang yang berharga. Benner (1953);
Coopersmith (1967) dalam Suryandari (2007), harga diri adalah suatu
respons atau evaluasi diri seseorang mengenai dirinya sendiri terhadap
pandangan orang lain mengenai dirinya dalam interaksi sosialnya. Harga
diri yang tinggi mampu mendorong individu menggunakan segala cara
untuk mencapainya. Dalam bidang audit, individu yang menggunakan
segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, dapat
menimbulkan penyimpangan perilaku dalam menjalankan tugasnya sebagai
auditor.

Penelitian Roni (2013) menyatakan bahwa karakteristik personal


auditor berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional
auditor. Berbeda dengan penelitian Sri (2015) menyatakan bahwa harga diri
dalam kaitannya dengan ambisi berpengaruh negatif terhadap penerimaan
perilaku disfungsionl audit. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
hipotesis yang diajukan penulis yaitu:

H3: Self Esteem in Relation berpengaruh positif pada perilaku


disfungsional auditor

2.3.4 Pengaruh Sifat Machiavellian Pada Perilaku Disfungsional


Auditor

Menurut Andersson dan Bateman (1997) dalam Yuli (2015) sifat


Machiavellian dapat digunakan untuk memprediksi perilaku tidak etis. Sifat
Machiavellian dalam dunia bisnis yang memberikan reward untuk
kemenangan merupakan sifat yang dapat diterima umum, namun dalam
profesi auditor yang yang mengutamakan implikasi etis, sifat Machiavellian
merupakan sifat yang negatif karena mengabaikan pentingnya integritas dan
kejujuran mencapai tujuan. Individu yang memiliki sifat Machiavellian
tinggi berusaha memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan
pribadi dan cenderung tidak untuk tidak patuh pada peraturan (Ghosh dan
Crain, 1996).

Penelitian Yuli (2015) menyatakan bahwa sifat Machiavellian


berpengaruh positif pada perilaku disfungsional auditor. Sejalan dengan
penelitian Arista (2017) menyatakan bahwa pada sifat Machiavellian
terdapat pengaruh positif dan siginifikan terhadap perilaku disfungsional
auditor. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan
penulis yaitu:

H4: Sifat Machiavellian berpengaruh positif pada perilaku


disfungsional auditor

2.3.5 Pengaruh Time Budget Pressure Pada Perilaku Disfungsional


Auditor

Anggaran waku sangat penting untuk dipenuhi oleh auditor dalam


memenuhi permintaan klien agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
tepat waktu. Terbatasnya alokasi yang dibutuhkan dala pelaksanaan tugas
ditambah dengan adanya kesadaran bahwa anggaran waktu digunakan
sebagai tolok ukur kinerjanya, menyebabkan stress individual bagi para
auditor (Svanstrom, 2015). Anggaran waktu yang ketat membuat auditor
tidak dapat menyelesaikan semua proses audit yang seharusnya dilakukan
karena tekanan yang diberikan oleh atasan dianggap mustahil untuk
dipenuhi oleh auditor. Hal ini akan berindikasi pada perilaku disfungsional
audit untuk memenuhi anggaran waktu yang diberikan.

Penelitian Roni (2013) menyatakan bahwa time budget pressure


berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional auditor. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arista (2017) yang
menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh positif dan
signifikan pada perilaku disfungsional auditor. Berbeda dengan penelitian
Mahatma (2016) menyatakan bahwa time budget pressure tidak memiliki
pengaruh secara langsung terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan penulis
yaitu:

H5: Time Budget Pressure berpengaruh positif pada perilaku


disfungsional auditor.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh karakteristik personal


auditor dan time budget pressure pada perilaku disfungsional auditor pada Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali. Pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan berbentuk asosiatif
dengan kausalitas apabila dilihat dari tingkat eksplansinya. Sugiyono (2014:56)
mendefinisikan penelitian asosiatif dengan kausalitas merupakan jenis penelitian
yang menjelaskan tentang hubungan sebab akibat. Bentuk desain penelitian adalah
sebagai berikut.
H1
Locus of Control (X1) H1 a: (-
b: )
(+
)

Turnover Intention
(X2) H2: (+)

Self Esteem in relation H3: (+) Perilaku disfungsional


to ambition (X3) auditor (Y)

+)
:(
Sifat Machiavellian H4
(X4)
)
: (+
Time Budget Pressure H5
(X5)

Gambar 3.1 Desain Penelitian


Keterangan:
H1a = Locus of control internal
H1b = Locus of control eksternal

3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Jalan Kapten Tantular, Denpasar, Bali dan
ruang lingkupnya adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Provinsi Bali yang menjadi anggota auditor.

3.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perilaku disfungsional auditor yang


dialami anggota auditor di BPKP Provinsi Bali yang dipengaruhi oleh locus of
control, turnover intention, self esteem in relation to ambition, sifat
Machiavellian, dan time budget pressure.

3.4 Identifikasi Variabel


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat dan
variabel bebas.
1) Variabel Terikat
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya
variabel-variabel bebas (Sugiyono, 2014:59). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Perilaku Disfungsional Auditor (Y).
2) Variabel Bebas
Merupakan variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab terjadinya
perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014:59). Variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Locus of Control (X1),
Turnover Intention (X2), Self Esteem in Relation to Ambition (X3), Sifat
Machiavellian (X4), dan Time Budget Pressure (X5).

3.5 Definisi Operasional Variabel


1) Perilaku Disfungsional Auditor (Y)
Perilaku penyimpangan audit adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor
dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan
kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung. Dalam literatur,
tindakan-tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit
yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung disebut sebagai
perilaku reduksi kualitas audit (audit quality reduction behaviors) (Kelley
dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996 dalam Silaban, 2009).
Instrumen perilaku disfungsional auditor diadopsi dari penelitian Donelly et
al. (2003). Instrumen diukur menggunakan tiga (3) item pernyataan dan
masing-masing terdiri dari empat (4) penyataan mewakili auditor menerima
untuk berperilaku disfungisonal.
2) Locus of Control (X1)
Teori locus of control menggolongkan individu apakah termasuk dalam
locus of control internal atau eksternal. (Rotter et al. 1990 dalam Sri, 2015)
mendefinisikan locus of control yaitu internal control maupun external
control adalah tingkatan dimana seorang individu berharap bahwa hasil dari
perilaku mereka bergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik
personal mereka atau tingkatan dimana seseorang berharap bahwa hasil
adalah fungsi dari kesempatan, keberuntungan atau takdir dibawah kendali
yang lain atau tidak bisa diprediksi. Instrumen locus of control diadopsi dari
penelitian Spector (1982). Instrumen locus of control diukur menggunakan
enam belas (16) item pernyataan dan masing-masing dibagi menjadi delapan
(8) pernyataan untuk locus of control internal dan locus of control eksternal.
3) Turnover Intention (X2)
Turnover intention didefinisikan sebagai kemauan dengan kesadaran dan
pertimbangan untuk meninggalkan organisasi (Tett dan Mayer, 1993 dalam
Sri, 2015). Keinginan berpindah mencerminkan keinginan individu untuk
meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain. Sebelum
turnover intention terjadi, selalu ada perilaku yang mendahuluinya, yaitu
adanya niat atau intensitas turnover intention. Indikator variabel keinginan
untuk berhenti bekerja dilihat dari keinginan seorang auditor untuk mencari
organisasi lain dalam waktu dekat yang diukur dengan mengembangkan
empat (4) item pertanyaan yang diadopsi dari Donnely et al. (2003).

4) Self Esteem in Relation to Ambition (X3)


Benner (1953); Coopersmith (1967) dalam Suryandari (2007), harga diri
adalah suatu respons atau evaluasi dari seseorang mengenai dirinya sendiri
terhadap pandangan orang lain mengenai dirinya dalam interaksi sosialnya.
Harga diri yang tinggi mampu mendorong individu memiliki ambisi yang
tinggi dan dapat menyebabkan individu menggunakan segala cara untuk
mencapainya. Indikator variabel harga diri dalam kaitannya dengan ambisi
dilihat dari perilaku auditor menggunakan cara apapun di dalam memenuhi
tugasnya yang diukur dengan mengembangkan empat (4) item pertanyaan
yang diadopsi dari buku karya Robbins (1998).
5) Sifat Machiavellian (X4)
Menurut Andersson dan Bateman (1997) dalam Yuli (2015) sifat
Machiavellian dapat digunakan untuk memprediksi perilaku tidak etis. Sifat
Machiavellian dalam dunia bisnis yang memberikan reward untuk
kemenangan merupakan sifat yang dapat diterima umum, namun dalam
profesi auditor yang yang mengutamakan implikasi etis, sifat Machiavellian
merupakan sifat yang negatif karena mengabaikan pentingnya integritas dan
kejujuran mencapai tujuan. Individu yang memiliki sifat Machiavellian
tinggi berusaha memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan
pribadi dan cenderung tidak untuk tidak patuh pada peraturan (Ghosh dan
Crain, 1996). Instrumen sifat Machiavellian diadopsi dari penelitian
Chrismastuti dan Purnamasari (2004) dalam Elsa (2015) dimana indikator
yang digunakan ada lima (5) yaitu afeksi, komitmen ideologis rendah, ego,
manipulatif, dan agresif. Masing-masing indicator terdiri dari tiga (3) item
pernyataan.
6) Time Budget Pressure (X5)
Time budget pressure berguna sebagai dasar dalam menaksir atau
memperkirakan biaya audit, mengalokasikan personal audit pada tugas
tertentu dan sebagai dasar evaluasi kinerja personal auditor. DeZoort dan
Lord dalam Roni (2013), menyebutkan ketika menghadapi batasan waktu
atau time budget pressure, auditor akan memberikan respon dengan dua cara
yaitu fungsional dan disfungsional. Instrumen tekanan anggaran waktu
diadopsi dari penelitian Nurlaely (2010) dalam Yoga (2013) dan diukur
menggunakan delapan (4) item pernyataan.

3.6 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel

3.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah wilayah generalisasi yang


terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh
fungsional auditor yang bekerja di BPKP Provinsi Bali tahun 2018
berjumlah 74 auditor.

3.6.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh


populasi tersebut (Sugiyono, 2014:116). Teknik penentuan sampel yang
digunakan adalah teknik sampling jenuh dengan menggunakan seluruh
anggota populasi sebagai sampel sejumlah 74 responden.

3.7 Jenis dan Sumber Data

3.7.1 Jenis Data


1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka atau
data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2014:14). Data
kuantitatif dalam penelitian ini adalah jumlah auditor yang
bekerja di BPKP Provinsi Bali tahun 2018 dan hasil kuesioner
dari jawaban responden yang diukur menggunakan skala likert.
2) Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk
kata, skema dan gambar (Sugiyono, 2014:14). Data kualitatif
dalam penelitian ini adalah gambaran umum BPKP Provinsi Bali
tahun 2018, nama auditor, usia auditor, tingkat pendidikan dan
lama auditor bekerja melalui kuesioner.

3.7.2 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati, dicatat untuk pertama kalinya (Sugiyono,
2014:129). Data primer dalam penelitian ini adalah pernyataan
responden dalam menjawab kuesioner.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara seperti orang lain atau
dokumen (Sugiyono. 2014:129). Data sekunder dalam penelitian
ini adalah jumlah auditor, gambaran umum kantor, dan struktur
organisasi BPKP Provinsi Bali tahun 2018.
3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu


metode survei dengan teknik penyebaran kuesioner. Kuesioner (angket)
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2014:199). Kuesioner yang disebar berupa daftar pernyataan tertulis
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku disfungsional auditor. Hasil
jawaban pada kuesioner diukur dengan menggunakan skala likert modifikasi.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014:132). Skala likert yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala likert modifikasi 4 poin. Skor tertinggi yang
diberikan adalah 4 dan terendah adalah 1. Jawaban responden diberi skor 4
(empat) untuk pilihan Sangat Setuju (SS), skor 3 (tiga) untuk pilihan Setuju (S),
skor 2 (dua) untuk pilihan Kurang Setuju (KS), dan Skor 1 (satu) untuk pilihan
Sangat Tidak Setuju (STS).

Alasan peneliti menggunakan skala likert modifikasi 4 poin adalah untuk


menghindari bias atas pemberian jawaban netral dalam kuisioner. Dengan
menggunakan skala 4 poin pertimbangan untuk memperoleh pandangan auditor
lebih jelas mengenai pernyataan-pernyataan yang disajikan dalam kuesioner
(Kartika dan Lely, 2016). Berdasarkan penelitian Hadi (1991) dalam Dwitariani
(2015) beberapa alasan lain penggunakan skala likert modifikasi 4 poin yaitu
sebagai berikut. Pertama, tersedianya kategori jawaban tengah menimbulkan
kecenderungan jawaban tengah (central tendency effect) bagi auditor yang
memiliki keraguan dalam menanggapi pernyataan. Kedua, pemberian kategori
tengah memiliki arti ganda atau multi interpretable. Ketiga, jika disediakan
kategori jawaban tengah akan menghilangkan banyak informasi dari para auditor.

3.9 Instrumen Penelitian

Sebelum kuisioner disebar kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji


instrumen penelitian. Uji instrumen penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat keakuratan dan konsistensi data yang dikumpul. Instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data primer harus memenuhi dua
persyaratan, yaitu validitas dan reliabilitas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan dalam
penelitian ini.

1) Uji validitas
Uji validitas dilakukan terhadap item-item yang telah disusun
berdasarkan konsep operasionalisasi variabel beserta indikator-
indikatornya. Suatu item dianggap valid jika item tersebut mampu
mengngkapkan apa yang diungkapkan atau apa yang ingin diukur. Uji
validitas dalam penelitian ini menggunakan program Statistic Package
for the Social Science (SPSS). Uji validitas dilakukan dengan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total dan ite kuesioner dapat
dikatakan valid jika Corrected item-Total Correlation memiliki nilai
kritis > dari 0,3 atau 30% karena faktor tersebut memiliki construct
yang kuat (Sugiono, 2014:115).
2) Uji reliabilitas
Ghozali (2013: 42) menyatakan bahwa tujuan dari pengujian
reliabilitas adalah untuk menguji konsistensi kuesioner dalam
mengukur suatu construct yang sama atau stabil bila digunakan dari
waktu ke waktu. Pada SPPS reliabilitas dilakukan dengan uji statistik
Cronbach Alpha (α). Suatu kunstruk dikatakan handal atau reliabel jika
memberikan nilai α > 0,70 (Nunally dlam Imam Ghozali, 2013:48).

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai karaktersitik


variabel penelitian yaitu nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan
nilai maksimum. Uji ini berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai
locus of control, turnover intention, self esteem in relation to ambition, sifat
machiavellian, time budget pressure, dan perilaku disfungsional auditor
terkait dengan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai
maksimum.

3.10.2 Intervalisasi Data

Menurut Ridwan dan Kuncoro (2007) dalam Dwitariani (2015) data


ordinal (skor kuesioner) terlebih dahulu harus ditransformasi menjadi data
interval dengan Method Succesive of Interval untuk dapat diolah menjadi
analisis regresi. Menurut Ridwan dan Kuncoro (2007) dalam Dwitariani
(2015) adapun langkah-langkah perhitungan metode tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Mengelompokkan data berskala ordinal dalam masing-masing


variabel dihitung banyaknya pemilih pada tiap bobot yang
diberikan pada masing-masing variabel atau butir pertanyaan.
2. Untuk setiap butir pertanyaan tentukan berapa orang yang
mendapat skor 1,2,3,4 yang disebut dengan frekuensi.
3. Membuat proporsi dengan cara membagi frekuensi dari setiap
butir jawaban dengan seluruh jumlah responden.
4. Membuat proporsi kumulatif.
5. Menentukan nilai Z untuk setiap butir jawaban berdasarkan nilai
frekuensi yang telah diperoleh dengan bantuan tabel Z riil.
6. Menghitung nilai skala, dengan rumus ;
Z riil ( 1-i ) - Z riil (i)
Skala (i)=
Prop.Kum ( i ) - Prop.Kum (i-1)
7. Penyertaan nilai skala
Nilai penyertaan inilah yang disebut dengan skala interval dan
dapat digunakan dalam perhitungan analisis regresi.

3.10.3 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk menguji apakah
variabel dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan
variabel independen memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal. Pengujian ini dilakukan dengan uji
Kolmogrov-Smirnov atau K-S dengan bantuan fasilitas (SPSS).
Data dikatakan berdistribusi normal apabila Asmp. sig (2 –
table)lebih besar dari level of significant yang dipakai, yaitu 0,05
(5%).
2. Uji Multikolonieritas
Ghozali (2013: 91) menyatakan uji multikolonieritas dilakukan
dengan tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terdapat korelasi antar variabel independen. Multikolonieritas
tidak terdapat pada sebuah model regresi apabila tolerance value
lebih tinggi dari 0,1 atau Variance Inflasion Factor (VIF) lebih
kecil dari 10.
3. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik
adalah tidak mengandung gejala heterokedastisitas atau
mempunyai varians yang homogen. Uji heterokedastisitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan uji Gletzer. Jika signifikansi tdari
meregresi nilai absolute residual terhadap variabel bebas lebih
dari 0,05 maka model regresi tidak mengandung
heterokedastisitas.

3.10.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda merupakan pengujian untuk


mengetahui pengaruh variabel independen pada variabel dependen. Analisis
regresi linear berganda digunakan dalam pengujia hipotesis karena variabel
independen dalam penelitian ini lebih dari satu. Persamaan uji regresi linear
berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Y = α + β1aX1a + β1bX1b + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e ..................(1)

Keterangan :
Y = Perilaku Disfungsional Auditor
α = konstanta
X1a = locus of control internal
X1b = locus of control eksternal
X2 = turnover intention
X3 = self esteem in relation to ambition
X4 = sifat machiavellian
X5 = time budget pressure
β 1, β2, β3, β4, β5 = koefisien regresi parsial
e = error

3.10.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa jauh kemampuan


variabel independen dengan menerangkan variasi variabel dependen. Dalam
perhitungan statistik, nilai R2 karena ini merupakan salah satu indikator
untuk mengetahui apakah pemahaman satu variabel independen kedalam
satu persamaan regresi. Nilai dari adjusted R2 benar-benar menunjukkan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien
determinasi atau kuadrat dari koefisien korelasi memiliki nilai antara 0
samapai dengan 1 atau 0< R2<i. Koefisien determinasi = 1 berarti variabel
independen berpengaruh secara sempurna terhadap variabel dependen dan
jika koefisien determinasi = 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:97).

3.10.6 Uji Kelayakan Model (uji F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji kelayakan atau validitas dari


suatu model regresi berganda dan untuk mengetahui apakah model
penelitian dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Kriteria
penilaian dilakukan dengan membandingkan nilai signifikan Fhitung dengan
nilai signifikan α. Apabila nilai signifikan Fhitung < α=0,05 maka model
penelitian dapat atau layak digunakan. Alternatif lain dapat dilakukan
dengan melihat hasil regresi dengan program SPSS, yaitu melihat nilai F
yang disajikan. Apabila tingkat signifikan F ≤ α = 0,005, maka H 1 diterima
dan H0 ditolak. Namun, bila tingkat signifikan F > α = 0,05, maka H 1 ditolak
dan H0 diterima.

3.10.7 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel


independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:178). Kriteria
penilaian dilakukan dengan melihat hasil regresi dengan program SPSS,
yaitu membandingkan tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas
dengan α = 0,05. Apabila tingkat signifikansi t ≤ α = 0,05, maka , maka H 1
diterima dan H0 ditolak. Namun, bila tingkat signifikan t > α = 0,05, maka
H1 ditolak dan H0 diterima.
DAFTAR RUJUKAN

Adanan, Silaban. 2009. Pengaruh Disfungsional Auditor dalam Pelaksanaan


Program Audit (studi empiris di Kantor Akuntan Publik). Disertasi.
Universitas Diponegoro: Semarang.

Adek, Mailisa. 2012. Pengaruh Pengalaman Auditor dan Batasan Waktu Audit
Terhadap Perilaku Penyimpangan Auditor. Skripsi. Universitas Negeri
Padang: Padang.

Anita, R., Rita A., dan Zulbahridar. 2016. Analisis Penerimaan Auditor atas
Dysfunctional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan Karakteristik Personal
Auditor. Jurnal Akuntansi Universitas Riau, 4(2): 114-128.

Arista Devi, Ni Putu dan I Wayan Ramantha. 2017. Tekanan Anggaran Waktu,
Locus Of Control, Sifat Machiavellian, Pelatihan Auditor Sebagai
Anteseden Perilaku Disfungsional Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Vol.18.3. Maret (2017): 2318-2345.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2014. Peraturan Presiden No.


192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
www.bpkp.go.id (diunduh tanggal 28 April 2018).

Brownell, P. 1982. A Field Study Examination of Budgetary Participation and


Locus of Control. The Accounting Review. 57(4): 766-777.

Cook, Ellen., dan Kelley, Timothy. 1988. Management of Accounting Practices:


Auditor Stress and Time Budget. The CPA Journal. 58 (7): 83-86.

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting
and Economics.183–199.

Dewi, D.P.K.R, dan Merkusiwati, N.K.L.A. 2016. Komitmen Organisasi Sebagai


Pemoderasi Pengaruh Pemahaman Good Governance dan Pengalaman
Kerja pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 11(1):
1-30.

DeZoort, F.T., dan Lord, A. T. 1997. A Review and Systhesis of Pressure Effectst
Research in Accounting. Journal of Accounting Literature. 16: 28-26.

Donnely, David P., Jeffrey J. Q, dan David O. 2003. Auditor Acceptance of


Dysfunctional Audit Behavior: An Explanatory Model Using Auditors’
Personal Characteristics. Journal of Behavioral Research in Accounting.
15:87-107.

Dutadasanovan, Yoga. 2013. Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap Kualitas


Audit Dengan Independensi Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus
Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Universitas
Negeri Semarang: Semarang.

Fatimah, Annisa. 2012. Karakteristik Personal Auditor Sebagai Anteseden


Perilaku Disfungsional Auditor dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Hasil
Audit. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol 1 No 1 Edisi April.

Ghosh, D. dan Crain, T.L. 1996. Experimental Investigation of Ethical Standards


and Perceived Probability on International Noncompliance. Behavioral
Research in Accounting. Vol. 8.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halil, Paino. 2011. Dysfunctional Audit Behaviour: An Exploratory Study in


Malaysia. Edith Cowan University. Research Online. ECU Publications Pre.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:


Salemba Empat.

Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak (2007). Akuntansi Keprilakuan. Jakarta:


Salemba Empat.

Irawati, Yuke, dan Mukhlasin, Thio Anastasia Petronila. 2005. Hubungan


Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan Penyimpangan
Perilaku Dalam Audit. Simposium Nasional Akuntansi VIII: Solo.

Ivancevich, J.M., R, Konopaske, dan M.T., Matteson. 2005. Organizational


Behavior and Management. Seventh Edition. McGraw-Hill Companies.
Terjemahan Gina Gania. 2006. Perilaku Manajemen Organisasi. Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.

Kartika, I., dan Wijayanti, P. 2007. Locus of Control Sebagai Anteseden


Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit:
Studi pada Auditor Pemerintah yang Bekerja pada BPKP di Jawa Tengah
dan DIY. Simposium Nasional Akuntansi. Makasar, 26 s.d 28 Juli.

Kelley, T. and Margheim, L. 1990. The Impact of Time Budget Pressure,


Personality and Leadership Variabel on Dysfunctional Behavior. Auditing:
A Journal of Practice and Theory. Vol 9. No. 2. pp. 21-41.

Mahatma Setya Devi, Luh dan I G.N.A Suaryana. 2016. Time Budget Pressure
Memoderasi Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan
Perilaku Disfungsional Audit. E‐Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Vol.15.3. 1994-2023.

Malone, C.F., dan Roberts, R.W. 1996. Factors Associated with the Incidence of
Reduced Audit Quality Behavior. Auditing: A Journal of Practice and
Theory, 15(2): 49-64.

Nia Riska Dewi, Ni Made dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana. 2015. Pengaruh
Time Budget Pressure, Loc, Dan Task Complexity Pada Dysfunctional Audit
Behavior Akuntan Publik. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.11.1
(2015). 1-14

Otley, David T., dan Pierce, Bernard J. 1996. Auditor Time Budget Pressure:
Consequences and Antecedents, Accounting. Auditing and Accountability
Journal. 9: 31-58.

Prasetyoningrum, Ratna, dan Ietje Nazaruddin. 2013. Penerimaan Auditor Atas


Dysfunctional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan Karakteristik Personal
Auditor. Jurnal Akuntansi dan Investasi. Vol. 14 No. 2.

Putra, I.G.B.W., dan Ariyanto, D. 2012. Pengaruh Independensi, Pofesionalisme,


Struktur Audit, dan Role Stress terhadap Kinerja Auditor BPK RI
Perwakilan Provinsi Bali. Jurnal. Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.

Putri, Erymesha. 2017. Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap


Perilaku Menyimpang Dalam Audit. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol.
6 No. 7. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA): Surabaya.

Robbins, P. Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks.

Rustiarini, N.W. 2014. Sifat Kepribadian sebagai Pemoderasi Hubungan


StresKerja dan Perilaku Disfungsional Audit. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 11(1): 1-19.

Spector, P.G. 1982. Behavior in Organization as A Function of Employee’s Locus


of Control. Psychological Bulletin. 91: 482-497.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: PT Alfabeta.

Sulistiyo, Heru. 2014. Relevansi Nilai Religius Dalam Mencegah Perilaku


Disfungsional Audit. Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi. No. 36 /
Th. XXI / April 2014.

Sukesi, Sri. 2015. Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan


Perilaku Disfungsi Audit Pada Unit Organisasi Tni Angkatan Laut. Media
Riset Akuntansi, Auditing & Informasi. Vol. 15 No. 2.

Suryandari, E. 2007. Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat


Penerimaan Penyimpangan Perilaku Audit. Jurnal Akuntansi dan Investasi
8(2): 147-166.

Tanjung, Roni. 2013. Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Dan Time Budget
Pressure Terhadap Perilaku Disfungsional Auditor (Studi Empiris pada
KAP di Kota Padang dan Pekanbaru). Skripsi. Universitas Negeri Padang:
Padang.

Vosva, Elsa. 2015. Pengaruh Sifat Machiavellian Dan Perkembangan Moral


Terhadap Dysfunctional Behavior (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1
Akuntansi Angkatan 2011 Universitas Negeri Yogyakarta). Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Wintari, N.W.W.I., Sukartha, I.M., dan Badera, I.D.N. 2015. Pengaruh Tekanan
Anggaran Waktu, Locus of Control dan Komitmen Profesional pada
Perilaku Penurunan Kualitas Audit. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, 20(2):
138-149.

Wiwekandari, N.M. 2015. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Intervensi


Manajemen Klien terhadap Indepensi Auditor serta Implikasinya terhadap
Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

Yuke, Irawati. (2005). Hubungan Karakteristik Personal Auditor Terhadap


Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku Dalam Audit. Jurnal Riset
Akuntansi. Vol 6 No.1.

Yuli Saputri, I G. Agung dan Dewa Gede Wirama. 2015. Pengaruh Sifat
Machiavellian Dan Tipe Kepribadian Pada Perilaku Disfungsional Auditor.
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4.02 (2015):70-86.

www.bpkp.go.id/bali

www.detik.com/news

www.economi.okezone.com

Anda mungkin juga menyukai