Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau


jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh . keadaan ini sering menyebabkan energi dalam tubuh menjadi
menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih.

Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan


bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta
semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. 1,3% Anemia
defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang
daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau sekitar 1400 juta
orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang
menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8%
(atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia
prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001).
Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati
23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi. Mengingat
besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin,
oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.

Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat, seiring dengan itu
kualitas pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga sangat
membanggakan. Kehidupan janin didalam rahim pun menjadi kajian yang

1
berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai pasien/ klien tersendiri yang
sangat menentukan apakah janin tetap dipertahankan dalam kehidupan dalam rahim
ataukah harus hidup diluar rahim yang berarti harus dilahirkan. Apabila janin
diputuskan harus dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada masalah induksi
persalinan dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi persalinan sangat
banyak digunakan.

Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu


penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita Indonesia.
Berbagai kebijakan telah dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu maupun
Making Pregnancy Saver yang salah satu pesan kuncinya adalah penanganan masalah
kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu focus gerakannya adalah pencegahan
dan penanganan perdarahan pasca persalianan.

Obat merupakan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam


penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat. Dengan penggunaan
obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu karena obat dalam penggunaan
yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang
digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita. Salah satu
dari obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik. Obat – obat uterotonika
tidak pernah lepas dari segala masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan. Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah
yang riskan karena sangat erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis
sekali apabila terjadi kesalahan walau hanya sedikit saja. Hal – hal yang perlu
diketahui adalah mengenai nama obat, tujuan penggunaan, mekanisme kerja, indikasi,
kontra indikasi, efek samping, cara pemakaian serta dosis yang digunakan.

B.       RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian obat anemia dan obat anti pendarahan?


2. Apa macam-macam obat anemia dan obat anti pendarahan?

2
3. Bagaimana cara kerja atau khasiat obat anemia dan obat anti pendarahan?
4. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi obat anemia dan obat anti pendarahan?
5. Berapa dosis yang digunakan?
6. Bagaimana efek samping dan cara mengatasinya?

C.      TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian obat anemia dan obat pendarahan


2. Untuk mengetahui macam-macam obat anemia dan obat pendarahan
3. Untuk mengetahui cara kerja atau khasiat obat anemia dan obat pendarahan
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat anemia dan obat pendarahan
5. Untuk mengetahui dosis yang digunakan.
6. Untuk mengetahui efek samping dan cara mengatasinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obat Anemia

Obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk
memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering
diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah
mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah.

1. Anemia Dalam Kehamilan


Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena
dalam kehamilan keperluan zat – zat makanan bertambah dan terjadi pula
perubahan dalam darah dan sumsum tulang.

Darah bertambah banyak dalam kehamilan disebut hidremia atau


hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi peng-enceran darah. Anemia
dalam kehamilan sering terjadi terutama bila jarak antar kehamilan pendek.
Anemia dalam kehamilan menyebabkan: resiko infeksi dan perdarahan. Pasca
persalinan. Faktor nutrisi utama yang terkait : Zat Besi, Asam Folat, Vitamin
B. Penyebabnya:Kurang gizi, Kurang zat besi dalam diet, Malabsorpsi,
Penyakit – penyakit kronik

a. Gejala :
1) Takikardia
2) Gejala rasa lesu bagi sebagian besar wanita hamil dianggap biasa maka
gejala yang terkait dengan anemia dalam kehamilan jarang muncul
3) Vasodilatasi perifer selama kehamilan menyebabkan wanita hamil yang
menderita anemia tidak nampak pucat.

4
4) Pemeriksaan kadar hemoglobin secara teratur pada wanita hamil menu-
runkan angka kejadian wanita hamil inpartus yang mengalami anemia.
5) Pengaruh anemia dalam kehamilan, anemia dalam kehamilan memberi
pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan maupun
dalam masa nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul
akibat anemia seperti : Abortus, Partus prematur, Perdarahan postpartum,
Syok,Infeksi baik intrapartum maupun postpartum.
2. Anemia Defisiensi Besi

Merupakan anemia yang paling sering ditemukan. Dapat disebabkan


karena kurang asupan besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan, atau karena pengeluaran besi terlalu banyak dari tubuh misalnya
pada perdarahan. Jika terjadi defisiensi besi, maka suplai ke sumsum tulang
juga berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan basal produksi Hb.
Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah yang terbentuk mengandung
sedikit Hb.

Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama dalam


trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan
maka mudah terjadi defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagi
pula di daerah khatulistiwa besi lebih banyak ke luar melalui air peluh dan
kulit. Di Indonesia asupan besi per hari untuk wanita tidak hamil (12 mg),
wanita hamil (17 mg), wanita menyusui (17 mg). Perubahan adaptatif selama
kehamilan : hemodilusi menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Kadar
Hb normal selama kehamilan >110 g/L. Terapi :Pencegahan : 100 mg Zat
Besi dan Asam Folat 400 mcg/hari. Bila asupan per oral dalam dosis besar
tidak dapat dilaksanakan – alternatif: pemberian zat besi parenteral.

5
3. Anemia Megaloblastik

Disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi


vitamin B12. Asam folat dibutuhkan dalam pembentukan asam nukleat dan
defisiensi asam folat menyebabkan gangguan proliferasi sel – ( antara lain
prilferasi sel sumsum tulang ). Pada anemia ini, terjadi hambatan sintesis
DNA menyebabkan partum-buhan sel yang tidak seimbang. Namun ketika
pembelahan sel terhambat, sintesis RNA tidak terpengaruh. Hasilnya adalah
komponen sitoplasma terutama hemoglobin disintesis dalam jumlah
berlebihan selama penundaan pembelahan sel. Akhirnya terjadi peningkatan
dalam ukuran sel. Defisiensi asam folat sering berdampingan dengan
defisiensi besi dalam kehamilan.

Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis


yang cukup baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa
pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini
disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan asam folik jauh
berkurang. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat tidak diobati
mempunyai prognosis kurang baik. Angka kematian bagi ibu mendekati 50%
dan anak 90%. Terapi : Defisiensi asam folat diatasi dengan Pemberian 5 mg
asam folat 3 dd 1 selama kehamilan.

a. Etiologi :
1) Diet yang buruk
2) Sakit berkepanjangan
3) Gangguan Traktus Gastrointestinal
4) Antibiotika oral
5) Defisiensi vitamin C
6) Penyakit hepar

6
4. Anemia Hipoplastik/ Aplastik

Disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah


baru. Kegagalan sumsum tulang yang menyebabkan anemia jarang terjadi
selama kehamilan. Pada kehamilan biasanya sembuh spontan dan
diperkirakan merupakan reaksi imunologis yang terjadi selama kehamilan.

Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai


masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya
biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat
jika tidak diobati mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu maupun anak.
Gejalanya Pucat, lesu, takikardia, ulkus, tenggorokan yang nyeri dan demam.
Penyebabnya : kerusakan sumsum tulang, defisiensi besi, stimulus
eritropoetin yang inadekuat (dapat disebabkan karena gangguan fungsi
ginjal, atau penurunan kebutuhan O2 jaringan akibat penyakit metabolik
seperti hipotiroid).

a. Terapi :
1) Hindari faktor – faktor penyebab
2) Prednisolone 10 – 20 mg qid
3) Tranfusi PRC-packed red cell dan trombosit (terminasi kehamilan)
4) Transplantasi sumsum tulang
5. Anemia Hemolitik

Pada anemia ini terjadi penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
hamil, apabila hamil maka anemia menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin
bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.

Gejala proses hemolitik seperti anemia. Disamping itu terdapat tanda


regenerasi darah sumsum tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama

7
dijumpai pembesaran limpa dan pada kasus herediter kadang disertai kelainan
radiologis pada tengkorak dan tulang lain.

6. “Sickle Cell” Anemia

Sickle Cell Anemia adalah kelainan genetik yang hampir selalu terjadi
pada pasien kulit hitam. Ditandai dengan adanya kelainan molekul
hemoglobin yang disebut hemoglobin S sehingga bentuk eritrosit seperti
bulan sabit. Gambaran Klinik : Ditandai dengan anemia hemolitik kronis
dengan krisis berulang, Sering menderita UTI – urinary tract infection, Sel
eritrosit cenderung berubah bentuk saat terjadi hipoksia. Gejala dan Tanda
Anemia kronis: Eritrosit berubah bentuk seperti bulan sabit, Krisis
perdarahan, Manisfestasi lain : Kepekaan terhadap infeksi bakteri meningkat,
Pneumonia Bronchopneumonia, Infark paru, Kerusakan ginja,l Gangguan
SSP, Gangguan Mata.

B. Macam-Macam Obat Anemia


1. Zat-zat Anti Anemia
a. Asam Folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan. Dalam
bahan makanan tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi
(poligutamat). Senyawa ini dalam hati akan diuraikan oleh enzim dan
direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini untuk
sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel.
b. Zat Besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi dalam
lambang diubah menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam
duodenum, dalam lingkungan asam netral garam ferro lebih mudah larut.
Setalah diserap sebagai darah, maka akan bergabung dalam protein
menjadi ferritin yang disimpan sebagai cadangan, sebagian diangkut ke

8
sumsum tulang, hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim
zat besi (metalo enzim). Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.      
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat, letih
dan lesu, jari-jari dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit
keriput. Defisiensi ini dapat diobati dengan pemberian garam-garam ferro
per-oral, misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro klorida, dan lainnya.
Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan lambung( pendarahan) atau
rangsangan yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis, sedangkan
peroral tidak akan terjadi over dosis sebab ada rintangan kontrol usus,
kecuali pada anak-anak dimana kontrol usus belum sempurna.
c. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewan: hati, daging, telur,
susu, dalam bentuk ikatan dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5
mcg. Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan kompleksnya
dengan protein oleh HCL yang segera diikat oleh glukoprotein yang
disebut intrinsik factor (Castle 1929) yang dihasilkan oleh mukosa
lambung bagian dasar. Dengan pengikatan ini zat tersebut baru dapat
diserap oleh reseptor spesifik di usus halus (ileum). Setelah diserap
vitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam hati yang secara bertahap
dilepas sesuai kebutuhan tubuh. Defisiensi vitamin B12 dengan gejala-
gejala menglobaster, nyeri lidah, degenerasi otak, sumsum tulang dan
depresi psikis. Pengobatan terutama dengan injeksi, oral vitamin B12
dengan kombinasi intrinsic factor (serbuk pylorus).

9
Obat-obat Anti Anemia (hematinika)
No Nama Generik Nama Sediaan Produsen
Dagang
1 Ferrosi sulfas + Asam Ferolat Tiap tablet: Indofarma
Folat Fe. Sulfat eksikatus
200mg, asam folat
0,25mg
2 Cyanocobalamin Vitamin 50mg/tablet IPI
B1₂
3 Fe Fumarat + Vit C + Ferofort Per Kapsul : Kalbe Farma
Vit. B dll Ferro Fumarate +
Vit. C + Folic Acid
+ Vit.B1  +
Vit.B₂ + Vit B6 +
Vit B1₂ +
Niacinamide + Ca
Panthothenat +
Lyisin + Dioctyl
Na Sulfasuccinate
4 Fe Gluconat + Vit C + Sangobion Per Kapsul : Merck
Asam Folat Fe-Gluconate +
CuSO₄ + Mn
Sulfate + Vit C +
Folic Acid + Vit
B1₂ + Sorbitol

10
2. Terapi non farmakologi.
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran,
daging, ikan dan unggas.
b. Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin
B12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki
defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.
c. Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah
merah. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut
jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani
dengan transfusi darah.

3. Terapi farmakologi
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan transfusi darah, transfusi RBC
untuk geriatri, pemberian oral atau parenteral vitamin B12, induksi asam folat
(menginduksi remisi eksogen hematologi). Pemberian parenteral asam folat
jarang diperlukan , karena asam folat oral diserap dengan baik bahkan pada
pasien dengan sindrom malabsorpsi . Dosis 1 mg asam folat oral setiap hari
sudah cukup untuk memulihkan anemia megaloblastik , memulihkan kadar
folat serum normal (Katzung, 2009).
C. Cara Kerja Obat Anemia
1. Tablet Besi (Fe)
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di
duodenum dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin
berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero.
Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif.
Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam
sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam
sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan

11
kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah
menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe dalam tubuh akan di ikat dalam
transferin ( siderofilin ), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk
kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum tulang
dan depot Fe. Indikasi :Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan Anemia defisiensi Fe. Penggunaan diluar
indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan besi dan
keracunan besi.
a. Efek samping :
Intoleransi terhadap sediaan oral, Gejalanya: mual dan nyeri
lambung, konstipasi, diare dan kolik. Gangguan ini dapat
dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian
sesudah makan, walaupun dg cara ini absorpsi dapat berkurang.
Pemberian scr IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat
suntikan berupa rasa sakit, warna coklat pd tempat suntikan,
peradangan lokal.
Pada pemberian IV, dapat terjadi reaksi sistemik. Reaksi yg
dapat terjadi dlm 10 menit setelah suntikan adalah: sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat,
mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps
Reaksi yg lebih sering timbul dalam ½ – 24 jam setelah
suntikan: demam, menggigil, rash, urtikaria,nyeri dada,rasa sakit
pada seluruh badan dan ensefalopatia, syok atau henti jantung.
Intoksikasi akut : dpt terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g.
pada sal cerna terjadi iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis.
Gejalanya: mual muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna
hitam krn perdarahan pada sal. , syok dan akhirnya kolaps
kardiovaskular dg bahaya kematian. Terapi intoksikasi akut
adalah sbb:Diusahakan agar pasien muntah, Diberikan susu atau
telur yang dapat mengikat Fe sbg kompleks protein Fe, Bila obat

12
diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan
lambung dg larutan nat bikarbonat 1%, Bila lebih dari 1 jam
bilasan lambung dpt menyebabkan perforasi,Untuk mengatasi efek
toksik sistemik maupun lokal pemberian deferoksamin (kelator)
spesifik untuk besi.
2. VITAMIN B12 (Sianokobalamin)
Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian
IM dan SK . Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1
jam setelah suntikan IM. Absorpsi ini berlangsung dengan 2
mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fic)
dan absorpsi secara langsung. Setelah di absorpsi, hampir semua
vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein plasma sebagian
besar terikat pada beta-globulin (transkobalamin II),Sisanya terikat
pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-
glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada
transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati
yang merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-
90% ). Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900
pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
Fungsi metabolik :Vit B12 bersama asam folat sangat penting
untuk metabolisme intrasel. Keduanya dibutuhkan untuk sintesis
DNA yang normal, sehingga defisiensi salah satu vitamin ini
menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit (anemia
megaloblastik). Defisiensi Vit B12 juga menyebabkan kelainan
neurologik. Bila tidak cepat diobati dapat membuat pasien cacat
seumur hidup. Dosis : Anemia pernisiosa: 1 -10 mg sehari yg
diberikan selama 190 hari, Terapi awal: dosis 100 mg sehari
parenteral selama 5 – 10 hari, Terapi penunjang: dosis
pemeliharaan 100-200 mg sebulan sekali sampai diperoleh remisi

13
yg lengkap (jumlah eritrosit dalam darah +4,5 juta/mm3) dan
morfologi hematologik berada dalam batas-batas normal.
3. Asam Folat
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3
bagian proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil,
absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi
dapat berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada
usus halus, absorpsi folat biasanya masih mencukupi kebutuhan
terutama sebagai PmGA.
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari:gangguan di
usus kecil, alkoholisme yg menyebabkan asupan makanan buruk,
efek toksik alkohol pada sel hepar, anemia hemolitik yg
menyebabkan laju malih eritrosit tinggi, Obat-obat yang dapat
menurunkan kadar folat dalam plasma. Indikasi:Penggunaan folat
adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat,
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, sekurang
kurangnya 500 mg per hari, Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan kuat antara individu antara defisiensi asam folat pada
ibu dengan insiden defek neural tuibe, spt spina bifida dan
anensefalus pada bayi yg dilahirkan. Dosis : Tergantung dari
beratnya anemia dan komplikasi yg ada. Untuk diagnostik: 0,1 mg
per oral selama 10 hari.
4. Eritropoietin
Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel
induk sel darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi
eritroit. Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari
sumsum tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal
sebagai respon terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia
maka eritropoietin diproduksi lebih banyak olh ginjal, dan hal ini

14
merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel
darah.
Indikasi :Eritropoietin terutama diindikasikan untuk anemia
pada pasien gagal ginjal kronik. Pemberian eritropoietin dapat
meningkatkan kadar hematokrit dan hemoglobin, dan
mengurangi/menghindarkan kebutuhan transfusi. Dosisnya:50-150
IU/kg secara IV atau subkutan 3 x seminggu. Untuk pasien anemia
akibat gangguan primer atau sekunder pada sumsum tulang kurang
memberikan respon terhadap pemberian eritropoietin. Untuk
pasien ibi dosisnya lebih tinggi, sekitar 150-300 IU/L 3 x
seminggu. Efek samping : Hipertensi bertambah berat, paling
sering akibat peningkatan hematokrit yg terlalu cepat.
D. Indikasi & Kontraindikasi
1. Tablet Fe
a. Indikasi
Untuk pengobatan pada defisiensi zat besi laten dan anemia
(anemia defisiensi zat besi). Terapi pencegahan defisiensi zat besi
selama masa kehamilan.
b. Kontraindikasi
1. Kelebihan zat besi, misalnya kondisi hemokromatosis,
hemosiderosis.
2. Gangguan pada utilisasi zat besi, misalnya kondisi lead anaemia,
sideroachrestic anaemia, talasemia.
3. Anemia yang tidak disebabkan oleh defisiensi zat besi misalnya
anemia hemolitik.
4. Hipersensitif/alergi terhadap salah satu komponen dalam obat.
c. Dosis Dan Aturan Pakai
Dosis dan lamanya terapi tergantung pada tingkat defisiensi zat
besi. Anak-anak (>12 tahun), dewasa dan ibu menyusui : Gejala
defisiensi zat besi : 1 tablet, 1 – 3 hari sehari selama 3 – 5 bulan,

15
sampai diperoleh angka haemoglobin normal. Selanjutnya terapi
diteruskan selama beberapa minggu dengan 1 tablet sehari untuk
melengkapi cadangan zat besi.
Defisiensi zat besi laten : 1 tablet sehari. Wanita hamil : Gejala
defisiensi zat besi : 1 tablet dua sampai tiga kali sehari sampai didapat
angka haemoglobin normal. Selanjutnya terapi diteruskan dengan 1
tablet sehari setidaknya sampai akhir masa kehamilan untuk
melengkapi cadangan zat besi.
Defisiensi zat besi laten dan pencegahan defisiensi zat besi : 1
tablet sehari. Dosis harian dapat dibagi dalam beberapa dosis atau
dapat dimakan sekaligus. Maltofer tablet dapat dikunyah atau ditelan
langsung dan harus dimakan selama atau segera setelah makan. Jika
zat besi diperlukan dengan segera (Hb rendah, pengobatan bersamaan
dengan EPO, dll), sebaiknya digunakan sediaan zat besi parenteral
untuk mensubtitusi zat besi sehingga zat besi tersedia dengan cepat.
2. B12 (Sianokobalamin)
a. Indikasi
Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan
pemotongan usus, defisiensi vitamin B12.
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, tidak boleh digunakan untuk anemia
megaloblastik pada wanita hamil.
c. Dosis
Per oral : untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan:
dewasa 50-150 mikrogram atau lebih, anak 50-105 mikrogram sehari,
1-3x/hari.
Injeksi intramuskular : dosis awal 1mg, diulang 10x dengan
interval 2-3 hari. Dosis rumatan 1 mg per bulan. Sediaan: tablet 50
mikrogram, liquid 35 microgram/5 ml, injeksi 1 mg/ml.

16
3. Asam Folat
a. Indikasi
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan
pengobtan defisiensi folat harus di ingat bahwa penggunaan secara
membabibuta pada pasien anemia pemisiosa dapat merugikan
pasien, sebab folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia
pemisiosa tanpa memperbaiki kelainan neurologi sehingga dapat
berakibat pasien cacat seumur hidup
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanta hamil, dan dapat
menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang
mendapatkan asupan asam folat dari makananya. Beberapa
penelitian mendapat adanya hubungan kuat antara defisiensi asam
folat pada ibu dengan insisens defek neural tube, seperti sapina
bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan. Wanita hamil
membutuhkan sekurang-kurangnya 500 mg asam folat per hari
suplementasi asam folat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, untuk mengurangi insidens defek neuran tube.
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi Utama : Pengobatan Anemia Pernisiosa dan
Anemia megaloblastik lainnya yang diakibatkan defisiensi vitamin
B 12.
Penderita dengan anemia pernisiosa tidak boleh diobati dengan
asam folat sebelum diberikan vitamin B12 (karena pada keadaan
ini asam folat mungkin hanya menyembuhkan secara hematologik
tetapi memperbanyak manifestasi neurologik dan defisiensi
vitamin B12). Masalah yang paling sering ditemukan dalam
obstatri adalah peningkatan resiko konvulsi pada wanita yang
menderita epilepsi (MRC, 1991). Wanita yang beresiko tinggi
untuk mengalami anemia pernisiosa harus menjalani pemeriksaan
kadar vitamin B12 dalam serum darahnya sesegera mungkin untuk

17
menyingkirkan keadaan yang berpotensi sangat mengganggu
kesehatan tetapi dapat diobati. Jika diberikan pada penderita
anemia pernisiosa, suplemen asam folat khususnya dengan dosis
tinggi akan menutupi tanda dan gejala kelainan yang progresif
yang masuk (anemia dan glositis) sehingga degenerasi neurologis
yang menyertai kelainan tersebut berlangsung tanpa diketahui
(BNF, 2000). Bahaya menutupi gejala anemia pernisiosa ini
merupakan salah satu alasan mengapa otoritas kesehatan tidak
bersedia untuk melakukan fortifikasi roti dan sereal dengan asam
folat. Anemia pernisiosa terutama mengenai wanita dengan usia
yang lebih lanjut, tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada wanita
muda dengan riwayat kelainan ini yang kuat dalam keluarganya.
c. Dosis
Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan
komplikasi yang ada. Umumnya folat diberikan per oral, tetapi bila
keadaan tidak memungkinkan, folat diberikan secar IM atau SK.
Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selam
10 hari yang hanya menimbulkan respons hematologik pada pasien
defisiensi folat. Hal ini membedakannya dengan defisiensi vitamin
B12 yang baru memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2
mg per hari atau lebih.
4. ERITROPIN
a. Indikasi
Pengobatan anemia pd gagal ginjal kronik. Pengobatan anemia
pd pasien kanker yg menjalani kemoterapi. Meningkatkan kadar
sel darah merah pd donasi darah, mencegah penurunan kadar
hemoglobin pd pasien yg akan menjalankan bedah mayor.
b. Kontra indikasi
Hipertensi yg tdk terkendali. Hipersensitif td produk derivat sel
hewan mamalia atau albumine manusia. Anemia.

18
c. Dosis
Gagal ginjal kronik Dosis awal 50 units/kgBB inj IV atau SK
selama 1-2 mnt selama 4 minggu. Dosis dpt ditingkatkan s/d 25
units/kg selama 4 minggu. Jika anemai sudah dikoreksi, diberikan
dosis pemeliharaan 25-50 units/kgBB2-3x/minggu.
E. Efek Samping & Cara Mengatasi
Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi dalam
sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan
yang diabsorpsi pada setiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual
dan nyari lambung (+- 7-20%),konstipasi (+- 10%),diare (+- 5%) dan kolik.
Gangguan ini biasa ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau
dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorpsi dapat
berkurang. (farmakologi dan terapi FKUI.2007)
Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi local pada tempat
suntikan yaitu berupa rasa sakit,warna coklat pada tempat suntikan,
peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal
lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan IV. (farmakologi dan
terapi FKUI.2007)
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan
terjadi pada anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO4 yang seperti
gula-gula. Kelainan utama terdapat pada saluran cerna,mulai dari iritasi,korosi
sampai tejdai neksrosis. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, diare,
hemetemesis serta fese berwarna hitam karena perdarahan pada saluran
cerna,syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian. Efek
korosif dapat menyebabkan stenosis pylorus dan terbentuknya jaringan parut
berlebihan dikemudian hari. Gejala keracunan tersebut di atas dapat timbul
dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam minum obat. Terapi yang
dapat dilakukan adalah pertam-tama diusahakan agar pasien muntah,
kemudian diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sebagai kompleks
protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya,dapat dilakukan

19
bilasan lambung dengan menggunakan larutan natrium bikarbonat 1%.
Selanjutnya kedaan syok dehidrasi dan asidosis harus diatasi. (farmakologi
dan terapi FKUI.2007)

F. Obat Anti perdarahan


1. Pengertian Obat Anti Perdarahan
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan
proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi,
Obat haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk
menghentikan pendarahan. Obat haemostatik ini diperlukan untuk
mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat
hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis
perdarahan. Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh
darah (vasokonstriksi), trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah
Mekanisme Pembekuan Darah : Faktor jaringan Platelets factors Ca ++
Prothombin Thrombin Fibrinogen Fibrin Ca ++ Secara garis besar proses
pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu :
1. aktivasi tromboplastin
2. pembentukan trombin dari protrombin
3. pembentukan fibrin dari fibrinogen
Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang
hingga kini dikenal 15 faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor
VIII-anti hemofilik, faktor IX- tromboplastin plasma Perdarahan dapat
disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah dan dapat pula
akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan
diobati. Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat diatasi dengan
memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darah manusia.
Perdarahan dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapat

20
meningkatkan factor-faktor pembentukan darah misalnya vitamin K atau
yang menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot.

2. Contoh Obat Anti Perdarahan


1. Methyilergometrin
a. Nama dagang
Bledstop ( sanbe ), methergin ( Novartis ), posargin ( kalbe farma )
b. Komposisi
Tiap tablet salut selaput : Methyilergometrin hydrogen maleat setara
dengan Methyilergometrin maleat 0,125 mg.
c. Indikasi
 Pananganan aktif kala 3
 Perdarahan uterin yang terjadi setelah pemisahan plasenta, atonia
uteri
 Subinvolusi dari uerural uterus, lochiometra
 Perdarahan uterin karena aborsi
d. Cara kerja obat
Methyilergometrin adalah derivate semisintetik dari alkaloid alami
yotu ergometrin dan senyawa spesifik uterotonik. Disbanding dengan
golongan alkaloid ergotamine, efek ada embuluh darah erifer lemah.
e. Dosis
 Peningkatan uterin involusi : 0,125 mg 3 kali sehari, umumnya
untuk 3 atau 4 hari.
 Erdrahan uererium, subinvolusi, lochiometra : 0,125mg, atau 0,25
mg 3 kali sehari.
f. Overdosis
Gejala : gajala utama dari overdosis akut adalah mual, muntah, hiper,
dan hipotensi, kadang – kadnag mati rasa atau gatal – gatal ada bagian
ekstermitas, iksemia perifer, depresi pernafasan, konvulsi, koma.
g. Peringatan dan perhatian

21
 pada kelahiran kembar jangan diberikan sebelum bayi terlahir
keluar
 penggunaan harus hari – hati pada penderita atau jika ada gejala
hipertensi, sepsis, pembuluh darah obliteratif dan kerusakan fungsi
hati dan ginjal.
 Tidak dianjurkan untuk tindakan induksi partus, karena masa kerja
yang lama serta memberikan kontraksi uterus non-fisiologik
f. Efek Samping
 Mual, muntah dan sakit abdominal daat terjadi pada dosis besar.
 Telah ditemukan laporan mengenai erupsi kulit, berkeringat,
pusing, penglihatan kabur, sakit kepala atau reaksi kardiovaskuler,
vertigo, takikardi atau bradikardi, sakit dada dan reaksi vasopatik
perifer.
 Reaksi anafilaksis sangat kurang
 tekanan darah naik ( terutama pada penderita hipertensi kronik
atau preeklamsi.
g. Kontraindikasi
 Tahap pertama dan kedua kelahiran bayi sebelum muncunya
kepala
 Inersia uteri primer dan sekunder, hipertensi, toksemia, penyakit
pembuluh darah oklusif dan hipersensitivitas, kerusakan fungsi
hati dan ginjal.
h. Interaksi obat
Memertinggi efek kontriksi dari ergotamine
i. Cara penyimpanan
Simpan pada suhu kamar ( 25-30 ) dan tempat kejring serta terhindar
dari cahaya.
2. tranexamic acid
a. Nama dagang

22
Kalnex ( kalbe ), plasminex ( sanbe ), transamin ( otto )
b. Komposisi
Tranexamic acid kapsul :
Setia kapsul mengandung Tranexamic acid 250 mg
Tranexamic acid tablet :
Setiap tablet mengandung Tranexamic acid 500 mg
Tranexamic acid injeksi :
Setiap ml injeksi ( 10% w/v ) mengandung Tranexamic acid 100 mg
Setiap ml injeksi ( 5% w/v ) mengandung Tranexamic acid 50 mg
c. Indikasi
 Untuk fibrinolisis local seerti : epistaksis, prostatektomi, konisasi
servix.
 Edema angioneuretik herediter
 Perdarahan abnormal sesudah poerasi
 Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemophilia
d. Cara kerja obat
1. Aktivitas antiplasminik
Menghambat aktifitas dari aktifator plasminogen dan plasmin
Aktifasi anti plasmik telah dibuktikan dengan berbagai percobaan “in
vitro “ penemuan aktifitas plasmin dalam darah dan aktifitas plasmin
setempat, setelah diberikan tubuh manusia.
2. Aktifitas hemostatis
Mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan
kerapuhan vaskuler dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini terlihat
secara klinis dengan berkurangnya jumlah erdarahan, berkurangnya
waktu perdarahan dan lama perdarahan.
e. dosis dan pemberian
Kalnex kapsul 250 mg :
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : 3-4 x sehari, 1-2 kapsul
Kalnex tablet 500 mg :

23
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : 3-4 kali sehari 1 tablet
Kalmex 50 mg injeksi :
Sehari 1-2 ampul (5-10 ml ) di suntikan secara intravena atau
intravaskuler di bagi dalam 1-2 dosis. Pada waktu atau setelah operasi,
bia diperlukan dapay dapat diberikan sebanyak 2-10 ampul ( 10-50 ml)
dengan secara infuse intravena.
Kalnex 100 mg injeksi :
2,5 – 5 ml perhari disuntikkan secara intravena atau intramuskuler
dibagi dalam 1-2 dosis. Ada waktu atau setelah operasi, bila
dioerlukan dapat diberikan sebanyak 5-25 ml d enghan cara infuse
intravena.

f. Peringatan dan perhatian


 Bila diberikan secara intravena, dianjurkan untuk menyuntikkan
secara perlahan – lahan seperti halnya pemberian dengan sediaan
kalsium ( 10ml/1-2 menit )
 Hati- hati diberikan pada penderita infusiensi ginjal karena resiko
akumumulasi
 Tranexamic acid tidak diindikasikan pada hematuria yang
disebabkan oleh parenkim renal, ada kondisi ini sering terjadi
presipitasi fibrin dan mungkin memerburuk penyakit.
 Trenaxemic acid digunakan ada wanita hamil hanya jika
diperlukan.
 Hati – hati diberikan oada ibu menyusui karena dapat beresiko
pada bayi.
g. Efek samping
 Ganggunan- gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anoreksia,
pusing eksantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian
secara oral. Gajala – gajala ini menghilang dengan pengurangan
dosis atau penghentian pengobatannya.

24
 Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing
dan impotensi.

h. Interaksi obat
Larutan injeksi Trenaxamic acid jangan ditambahkan pada tranfusi
atau injeksi yang mengandung penisilin.
i. Cara penyimpanan
Simpan dibawah suhu 30 ºC

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap
laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan
pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah.
Banyak cara penangan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah
satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.
Obat anemia adalah obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (fe)
untuk memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12
sering diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia
sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah.
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan proses
penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat
haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan

B. Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh
Tuhan Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan.
Sebelum mengobati lebih baik mencegah, maka dari itu keseharan perlu di
pelihara, dan diertahankan. Sebelum mengobati lebih baik mencegah.

26
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI.  Jakarta

Drs.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008.  Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi


dan Keperawatan. Liskonfi. Jawa Barat

27

Anda mungkin juga menyukai