Disusun Kel. 3:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Persalinan Sectio
Caesarea digunakan sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas I Dan diharapkan
menjadi salah satu referensi bagi pembaca sehingga memiliki wawasan yang luas tentang
Asuhan Keperawatan Pada Persalinan Sectio Caesarea.
Makalah ini dibuat dengan mengkaji dari berbagai sumber baik secara tertulis maupun
tidak tertulis dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
berbagai tantangan maupun hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga mendapat balasan yang sesuai dari Allah
SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, banyak
kekurangan yang mendasar yang dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang positif dan
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sectio Caesarea............................................................................................3
2.2 Etiologi Sectio Caesarea................................................................................................3
2.3 Patofisiologi Sectio Caesarea........................................................................................5
2.4 Jenis-Jenis Sectio Caesarea............................................................................................6
2.5 Pathway Sectio Caesarea...............................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea......................................................................
2.7 Penatalaksanaan Sectio Caesarea..................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sectio Caesarea?
2. Bagaimana etiologi pada persalinan Sectio Caesarea?
3. Bagaimana patofisiologi pada persalinan Sectio Caesarea?
4. Bagaimana pathway pada persalinan Sectio Caesarea?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada persalinan Sectio Caesarea?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada persalinan Sectio Caesarea?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada persalinan Sectio Caesarea?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat insisi pada abdomen
dan uterus (Oxorn, 1996 : 634). Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria adalah suatu histerektomi untuk
melahirkan janin dan dalam rahim (Mochtar, 1998 : 177). Pre Eklampsi adalah suatu
penyakit kehamilan yang disebabkan kehamilan itu sendiri, pre eklampsia yang telah
lanjut atau pre eklampsia berat menunjukan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan
proteinuria (Tabel, 1994 : 236).
Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan persalinan selesai
sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai keadaan sebelum hamil, berlangsung
6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115). Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa post sectio caesaria dengan indikasi pre eklampsia adalah masa
pulihnya alat-alat reproduksi setelah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan
uterus disebabkan kehamilan itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan
proteinuria.
3
4
penurunan tekanan osmotik koloid pada pre eklamsi. Volume plasma yang beredar
menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.
Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin utero plasenta. Vasospasme siklik lebih
lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel – sel darah merah, sehingga
kapasitas oksigen maternal menurun.
Ada beberapa indikasi dilakukan tindakan operasi sectio caesaria antaranya karena
Pre Eklamsia, sebelum dilakukan tindakan operasi sectio caesaria perlu adanya persiapan,
persiapan diantaranya yaitu premedikasi, pemasangan kateter dan anastesi yang kemudian
baru dilakukan operasi.
Dilakukannya operasi caesaria akan berpengaruh pada dua kondisi yaitu, Pertama,
kondisi yang dikarenakan pengaruh anastesi, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi
akan berpengaruh pada peristaltik usus, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, otot pernafasan dan kons pengaturan muntah.
Sedangkan pada luka akibat operasi akan menyebabkan perdarahan, nyeri serta proteksi
tubuh kurang. Pada masa nifas akan berpengaruh pada kontraksi uterus, lochea, dan
laktasi. Kontraksi uterus yang berlebihan akan menyebabkan nyeri hebat. Sedangkan pada
lochea yang berlebihan akan menimbulkan perdarahan. Pada masa laktasi progesteron
dan esterogen akan merangsang kelenjar susu untuk mengeluarkan ASI.
Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri dari tiga fase yaitu taking in,
taking hold, dan letting go. Pada fase taking in terjadi saat satu sampai dua hari post
partum, sedangkan ibu sangat tergantung pada orang lain. Fase yang kedua terjadi pada 3
hari post partum, ibu mulai makan dan minum sendiri, merawat diri dan bayinya. Untuk
fase yang ketiga ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri terhadap interaksi
antar anggota keluarga ( Bobak, 2004. Prawiroharjo, 2000 )
2. Sectio caesarea vaginalis, menurut sayatan pada rahim sectio caesarea dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang (longitudinal),
b. Sayatan melintang (transversal),
c. Menggunakan sayatan huruf T (t-insicion).
3. Sectio caesarea klasik Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kirakira 10 cm(Indiarti, 2007).
Konstipasi
Gangguan pola tidur
2.6 Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/ Hematokrit
6
6. Golongan darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker, Susan martin,1998. Dalam buku Aplikasi
Nanda 2015)
2.7 Penatalaksanaan Sectio Caesarea
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada
umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan
ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi.
Menurut “ Bobak” ( 2004 ), “ Wiknjasastro” ( 2002 )
1. Tujuan pengobatan
a. Menurunkan Tekanan Darah dan menghasilkan vasospasme
b. Mencegah terjadinya eklamsi
c. Anak / bayi hidup, dengan kemungkinan hidup besar
d. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit jangan sampai menyebabkan penyakit
pada kehamilan dan persalinan berikutnya
e. Mencegah timbulnya kejang
7
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan keperawatan yang diberikan (Mitayani, 2011). Rencana
keperawatan pada kasus post operasi Sectio Caesarea terdapat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
Diagnose Rencana Tujuan (Outcame) Rencana Intervensi
Keperawatan
1 2 3
konstipasi dengan
farmakologi (dulcolax)
5. Monitoring bising usus
Gangguan pola Tidur Dukungan tidur
tidur 1. Kesulitan memulai tidur 1. Identifikasi pola tidur
berkurang pasien
2. Kualitas tidur baik 2. Identifikasi pengganggu
3. Tidur yang terputus pola tidur pasien
bergerak 3. Tingkatkan waktu tidur
siang
Defisit Perawatan diri: mandi Dukungan perawatan diri: mandi
perawatan diri: a. Klien mampu mencuci a. Monitor kebersihan
mandi wajah dengan mandiri tubuh klien seperti mulut,
b. Klien mampu memcuci gigi, dan rambut
bagian atas dengan bantuan b. Identifikasi jenis bantuan
c. Klien mampu mencuci yang dibutuhkan
bagian bawah dengan c. Berikan bantuan sesuai
bantuan tingkat kemandirian
d. Klien mampu d. Sediakan lingkungan
mengeringkan badan yang aman dan nyaman
dengan bantuan e. Sediakan peralatan
mandi
f. Pertahankan kebiasaan
menjaga kebersihan diri
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang di rencanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat. Dan bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya (Mitayani, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu dan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak di capai didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon prilaku klien yang tampil (Mitayani, 2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien(Sartika, 2010).Tujuan pemeriksaan fisik
meliputi mengetahui riwayat kesehatan dan lain-lain. Prinsip dasar pemeriksaan fisik
meliputi selalu meminta kesediaan atau izin pada pasien untuk setiap pemeriksaan dan
sebagainya. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara ialah inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi. Hal yang perlu dilakukan seperti pengkajian penampilan umum dan status
mental, derajat, pengukuran nutrisi, dan tanda vital. Pemeriksaa fisik sistem kardiovaskular
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Pemeriksaan fisik sistem pernapasan
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik sistem pendengaran
meliputi inspeksi struktur telinga luar, palpasi struktur telinga luar, inspeksi kanalis
eksternus, dan inspeksi membran timpani.Pemeriksaan fisik sistem penglihatan meliputi
inspeksi sklera, inspeksi kornea, inspeksi pupil, inspeksi iris dan palpasi mata.Pemeriksaan
fisik sistem endokrin meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi.Pemeriksaan fisik sistem
perkemihan meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi.Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisik sistem genitalian meliputi
genitalian wanita (inspeksi,palpasi bimanual (dipakai untuk palpasi uterus dan
adneksanya), palpasi servikal, palpasi adneksa), dan genitalia pria (inspeksi kulit genitalia
inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisan skrotum, palpasi testis dan epididimis, palpasi
vas deferensi, dan inspeksi cincin dan analis ingusinalis). Pemeriksaan fisik sistem
integumen meliputi inspeksi (kulit, adanya ruam, kondisi rambut, pemeriksaan kuku, dan
bau) dan palpasi (tekstur, kelembaban, temperatur, mobilitas dan turgor, dan
edema).Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan
dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan
3.2 Saran
1. Bagi pembaca sebaiknya mengetahui dan memperdalam pemeriksaan fisik per sistem.
2. Bagi pihak kampus lebih bisa meningkatkan dan memperbaiki penyediaan fasilitas
belajar dan pelayanan pendidikan
13
DAFTAR PUSTAKA
A. Azis Alimul Hidayat, S.Kep, & Musriful Uliyah, S.Kep. (2004). Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Delicious, S. a. (2010, November 30). Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen.
Smart and Delicious:
http://smartanddelicious.blogspot.com/2010/11/pemeriksaan-fisik-sistem-
integumen.html
Dikta, P. B. (2012, Desember 02 ). Pemeriksaan Fisik. Kumpulan Makalah :
http://pratiwibenedikta.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-fisik.html
Enthusiast, H. (2012, Juli 16). Pemeriksaan Fisik Sistem Tubuh:
http://healthyenthusiast.com/pemeriksaan-fisik-sistem-tubuh.html
Faisal, D. M. (2012). Dalam Buku Panduan Skill Lab Urogenetalia Semester IV.
Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh.
http://www.fileserver.abulyatama.ac.id/Fakultas_Kedokteran/Skill_Lab_2010/
panduan_skill_lab_urogenitalia.pdf
Malik, R. R. (2012, November 16 ). Pemeriksaan Fisik . Makalah Keperawatan:
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-
fisik.html
Ns.Anik Indriono, S. ( 2011, April 03). Pengkajian Pemeriksaan Fisik . Nursing
Science : http://anikindriono.blogspot.com/2011/04/pemeriksaan-fisik.html
Ns.M. Askar, S. ,. (2011, Februari 28). Pemeriksaan Fisik Review Of System
(ROS). Stikes Nani Hasanuddin Makassar:
httpseperti//askarnh.blogspot.com/2011/02/pemeriksaan-fisik-review-of-
system.html
Patricia A. Potter, & Anne G. Perry. (2010). Fundamental Keperawatan, edisi 7
buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Ruhyanudin,F.
(2011).PemeriksaanNeurologis.http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/09/Pe
meriksaan-Neurologis.pdf
Said, S. (2013, May 15). Pemeriksaan Fisik Head to Toe.Dunia Keperawatan:
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-fisik-head-to-
toe.html#axzz2WNUvniK4
14
Tolindi, J. M. (2010, Desember 26). Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan Fisik Per
Sistem : http://jayatolindi.blogspot.com/2010/12/pemeriksaan-fisik-per-
sistem.html
14