Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN SECTIO CAESAREA


Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas I
Dosen: Yuanita W., S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun Kel. 3:

1. Fahrul Rosi (20191660038)


2. Mohammad Rizky Arizal (20191660039)
3. Valda Prisma Sari (20191660040)
4. Kusdyanto Baihaqi (20191660046)
5. Dyaz Prameswary (20191660048)
6. Khoirun Nisa (20191660049)
7. Vina Agustin K (20191660050)
8. Aida Alif S (20191660051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Persalinan Sectio
Caesarea digunakan sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas I Dan diharapkan
menjadi salah satu referensi bagi pembaca sehingga memiliki wawasan yang luas tentang
Asuhan Keperawatan Pada Persalinan Sectio Caesarea.
Makalah ini dibuat dengan mengkaji dari berbagai sumber baik secara tertulis maupun
tidak tertulis dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
berbagai tantangan maupun hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga mendapat balasan yang sesuai dari Allah
SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, banyak
kekurangan yang mendasar yang dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang positif dan
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Surabaya,22 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sectio Caesarea............................................................................................3
2.2 Etiologi Sectio Caesarea................................................................................................3
2.3 Patofisiologi Sectio Caesarea........................................................................................5
2.4 Jenis-Jenis Sectio Caesarea............................................................................................6
2.5 Pathway Sectio Caesarea...............................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea......................................................................
2.7 Penatalaksanaan Sectio Caesarea..................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea...........................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................8
3.2 Saran..............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin di lahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram. Sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan yang
bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu. Resiko atau
efek samping pada ibu setelah dilakukan sectio caesarea yaitu peningkatan insiden infeksi
dan kebutuhan akan antibiotik, perdarahan yang lebih berat, nyeri pasca operasi akibat
insisi yang disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus ibu
(Simkin,dkk,2008).

Menurut WHO (World Health Organitation, 2015). Angka kejadian sectiocaesarea


berkembang WHO menetapkan indicator persalinan SC 5- 15% untuk setiap negara, jika
tidak sesuai indikasi operasi Sc dapat meningkat resiko morbiditas dan mortalitas pada
ibu dan bayi.

Sedangkan menuut RISKESDA tahun 2015 tingkat perasalinan sectio caesarea di


Indonesia sudah melewati batas maksimal standar WHO dan peningkatan ini merupakan
masalah kesehatan masyarakat (public healt). Tingkat persalinan sectio caesarea di
Indonesia 15,3% sampai dari 20.591 ibu yang melahirkan kurung waktu 5 tahun terakhir
disurvey dari 33 provinsi.

Dalam meningkatkakn kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat perlu


dikembangkan, Salah satunya adalah pelayanan keperawatan pada ibu post partum.
Umumnya pada beberapa Negara berkembang seperti Indonesia, angka kematiaan ibu
yang mengalami persalinan masih tinggi. Penyebab terbesar kematian ibu pada persalinan
adalah kerena komplikasi dan perawatan pasca persalinan yang tidak baik. Oleh karena
itu, pelayanan keperawatan pada ibu post partum sangat diperlukan dan perlu
mendapatkan perhatian yang utama untuk menurunkan angka kematian ibu post partum
akibat komplikasi. Untuk menekan angka kematian pada ibu dan janin salah satu cara bisa
dilakukan dengan tindakan operasi. Tindakan operasi yang biasa dilakukan adalah bedah
Caesar (Sectio Caesarea) (Wiknjosastro,2005).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sectio Caesarea?
2. Bagaimana etiologi pada persalinan Sectio Caesarea?
3. Bagaimana patofisiologi pada persalinan Sectio Caesarea?
4. Bagaimana pathway pada persalinan Sectio Caesarea?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada persalinan Sectio Caesarea?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada persalinan Sectio Caesarea?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada persalinan Sectio Caesarea?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk dapat mengetahui pengertian dar Sectio Caesarea
2. Untuk dapat mengetahui etiologi pada persalinan Sectio Caesarea
3. Untuk dapat mengetahui patofisiologi pada persalinan Sectio Caesarea
4. Untuk dapat mengetahui pathway pada persalinan Sectio Caesarea
5. Untuk dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada persalinan Sectio Caesarea
6. Untuk dapat mengetahui penatalaksanaan pada persalinan Sectio Caesarea
7. Untuk dapat mengetahui asuhan keperawatan pada persalinan Sectio Caesarea

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat insisi pada abdomen
dan uterus (Oxorn, 1996 : 634). Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria adalah suatu histerektomi untuk
melahirkan janin dan dalam rahim (Mochtar, 1998 : 177). Pre Eklampsi adalah suatu
penyakit kehamilan yang disebabkan kehamilan itu sendiri, pre eklampsia yang telah
lanjut atau pre eklampsia berat menunjukan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan
proteinuria (Tabel, 1994 : 236).
Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan persalinan selesai
sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai keadaan sebelum hamil, berlangsung
6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115). Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa post sectio caesaria dengan indikasi pre eklampsia adalah masa
pulihnya alat-alat reproduksi setelah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan
uterus disebabkan kehamilan itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan
proteinuria.

2.2 Etiologi Sectio Caesarea


Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang
perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal
( Dystasia ).
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang berasal dari
ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu
terdapat beberapa etiologi yang menjadi indikasi medis dilaksanakannya seksio
sesaria antara lain :CPD (Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi
Berat), KPD (Ketuban Pecah Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir.
b. Etiologi yang berasal dari janin
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi
(Nurarif & Kusuma, 2015).

2.3 Patofisiologi Sectio Caesarea


Patofisiologi Pre Eklamsi setidaknya berkaitan dengan fisiologis kehamilan. Adaptasi
fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah,
vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan

3
4

penurunan tekanan osmotik koloid pada pre eklamsi. Volume plasma yang beredar
menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.
Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin utero plasenta. Vasospasme siklik lebih
lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel – sel darah merah, sehingga
kapasitas oksigen maternal menurun.
Ada beberapa indikasi dilakukan tindakan operasi sectio caesaria antaranya karena
Pre Eklamsia, sebelum dilakukan tindakan operasi sectio caesaria perlu adanya persiapan,
persiapan diantaranya yaitu premedikasi, pemasangan kateter dan anastesi yang kemudian
baru dilakukan operasi.
Dilakukannya operasi caesaria akan berpengaruh pada dua kondisi yaitu, Pertama,
kondisi yang dikarenakan pengaruh anastesi, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi
akan berpengaruh pada peristaltik usus, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, otot pernafasan dan kons pengaturan muntah.
Sedangkan pada luka akibat operasi akan menyebabkan perdarahan, nyeri serta proteksi
tubuh kurang. Pada masa nifas akan berpengaruh pada kontraksi uterus, lochea, dan
laktasi. Kontraksi uterus yang berlebihan akan menyebabkan nyeri hebat. Sedangkan pada
lochea yang berlebihan akan menimbulkan perdarahan. Pada masa laktasi progesteron
dan esterogen akan merangsang kelenjar susu untuk mengeluarkan ASI.
Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri dari tiga fase yaitu taking in,
taking hold, dan letting go. Pada fase taking in terjadi saat satu sampai dua hari post
partum, sedangkan ibu sangat tergantung pada orang lain. Fase yang kedua terjadi pada 3
hari post partum, ibu mulai makan dan minum sendiri, merawat diri dan bayinya. Untuk
fase yang ketiga ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri terhadap interaksi
antar anggota keluarga ( Bobak, 2004. Prawiroharjo, 2000 )

2.4 Jenis-jenis Sectio Caesarea


1. Sectio caesarea abdominalis dibagi menjadi 3 cara yaitu:
a. Sectio caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri,
b. Sectio caesarea ismika atau profundu atau low cervikal dengan insisi pada segmen
bawah rahim.
c. Sectio caesarea ekstraperitonialis, yaitu tanpa membuka peritonium parietalis,
dengan demikian tidak membukan cavum abdominal.
5

2. Sectio caesarea vaginalis, menurut sayatan pada rahim sectio caesarea dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang (longitudinal),
b. Sayatan melintang (transversal),
c. Menggunakan sayatan huruf T (t-insicion).
3. Sectio caesarea klasik Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kirakira 10 cm(Indiarti, 2007).

2.5 Pathway Sectio Caesarea


Pathway pada pasien Post Operasi Sectio Caesarea
Kelainan atau hambatan selama hamil dan proses persalinan

Sectio Caesarea (SC)

Luka post SC Insisi dinding abdomen Tindakan


Anastesi
Risiko Infeksi Terputusnya inkontinuitas
Imobilisasi
jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf disekitar daerah insisi Intoleransi
aktivitas
Merangsang pengeluaran
histamin Defisit
Perawatan diri
Nyeri akut

Konstipasi
Gangguan pola tidur
2.6 Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/ Hematokrit
6

6. Golongan darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker, Susan martin,1998. Dalam buku Aplikasi
Nanda 2015)
2.7 Penatalaksanaan Sectio Caesarea
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada
umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan
ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi.
Menurut “ Bobak” ( 2004 ), “ Wiknjasastro” ( 2002 )
1. Tujuan pengobatan
a. Menurunkan Tekanan Darah dan menghasilkan vasospasme
b. Mencegah terjadinya eklamsi
c. Anak / bayi hidup, dengan kemungkinan hidup besar
d. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit jangan sampai menyebabkan penyakit
pada kehamilan dan persalinan berikutnya
e. Mencegah timbulnya kejang
7

f. Mencegah hipertensi yang menetap


2. Dasar Pengobatan
a. Istirahat
b. Diit rendah garam
c. Obat – obat anti hipertensi
d. Luminal 100 mg ( IM )
e. Sedatif ( untuk mencegah timbulnya kejang )
f. Induksi persalinan
3. Pengobatan jalan ( dirumah ) Indikasi untuk perawatan di Rumah Sakit
adalah
a. TD < 140/90 mmHg
b. Proteinuria positif akut.
c. Penambahan BB 1 kg / lebih dalam 1 minggu harus dilakukan observasi yang teliti
d. Sakit kepala, penglihatan dan edema jaringan dari kelopak mata
e. BB ditimbang 2x sehari
f. TD diukur 4 jam sekali
g. Cairan yang masuk dan keluar dicatat
h. Pemeriksaan urine tiap hari, proteinuria ditentukan kuantitatif
i. Pemeriksaan darah j. Makanan yang sedikit mengandung garam
k. Sebagai pengobatan diberikan luminal ( 4 x 30 MgSO4 ) kalau ada edema dapat
diberikan NH4cl + 4 gram sehari tapi jangan lebih dari 3 hari
2.8 Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea
Pada dasarnya proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang sistematis
dan terorganisir untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Kegiatan dalam
proses keperawatan dirancang langkah demi langkah dengan urutan yang khusus
dengan menggunakan pendekatan ilmiah. (Nursalam, 2011) Proses keperawatan
terdiri dari 5 tahap yaitu Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan, Rencana
Keperawatan, Implementasi Keperawatan, dan Evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, suatu proses
kolaborasi tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan
pemeriksaan fisik, dalam pengkajian dibutuhkan ketelitian agar data yang
terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis, untuk
8

mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan (Nursalam, 2011).


Adapun pengkajian yang dilakukan pada ibu Sectio Caesarea antara lain : identitas
umum, riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan sekarang. Pemeriksaan
fisik meliputi (keadaan umum) : Pengkajian kenyamanan : Luka insisi pada
dinding abdomen. Pengkajian aktifitas dan istirahat : kelemahan, sulit
menggerakkan ekstremitas, sering terbangun saat tidur. Pengkajian eliminasi :
kelemahan pada abdomen motilitas cerna mengalami penurunan. Pengkajian
integritas : kemerahan pada luka post Sectio Caesarea. Pengkajian kebersihan diri:
tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial,
atau proses kehidupan. Diagnosa keperawatan biasanya terdiri dari 3 komponen
yaitu masalah, faktor yang berhubungan, serta tanda dan gejala(Nursalam, 2011)
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian untuk pasien dengan post
operasi Sectio Caesarea atau kemungkinan diagnosa yang muncul adalah
Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Menurut
Standar Keperawatan Indonesia (2017)
No. Data Diagnose Diagnosa SDKI
NANDA
1 2 3 4
1 Nyeri akibat luka pembedahan Nyeri akut Nyeri akut
2 Kelemahan dan sulit Hambatan Gangguan
menggerakkan ekstremitas mobilitas fisik mobilitas fisik
3 Kelemahan pada abdomen Konstipasi Konstipasi
motilitas cerna mengalami
penurunan
4 Sering terbangun saat tidur Gangguan pola Gangguan pola
tidur tidur
5 Kelemahan fisik Defisit perawatan Defisit perawatan
diri diri
9

6 Kemerahan Risiko infeksi Risiko infeksi

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan keperawatan yang diberikan (Mitayani, 2011). Rencana
keperawatan pada kasus post operasi Sectio Caesarea terdapat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
Diagnose Rencana Tujuan (Outcame) Rencana Intervensi
Keperawatan
1 2 3

Nyeri akut Tingkat nyeri Manjemen nyeri


- Tidak ada nyeri yang - Identifikasi lokasi,
dilaporkan karakteristik, durasi,
- Tidak ada ekspresi nyeri frekuensi, kualitas,
wajah intensitas nyeri
- Klien dapat beristirahat - Identifikasi faktor yang
- Klien tidak lagi menggosok memperberat nyeri
area yang terkena dampak - Berikan terapi
- Tekanan darah dalam komplementer untuk
rentan normal mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat dan
terapi musik)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Ajarkan terapi
komplementer untuk
mengurangi nyeri
(relaksasi nafas dalam)
- Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
analgesic
9

Gangguan Pergerakan Edukasi mobilisasi


mobilitas fisik - Keseimbangan klien tidak - Periksa tekanan darah,
terganggu nadi, pernapasan,
- Mampu bergerak dengan kesiapan, dan kontra
mudah indikasi mobilitas
- Gerakan otot dan Gerakan - Demonstrasikan cara
sendi normal mobilisasi pasien di
- Cara berjalan tidak lagi tempat tidur meliputi
terganggu posisi klien di geser
kearah berlawanan dari
arah posisi yang akan
dimiringkan, Teknik-
teknik memiringkan,
penempatan posisi bantal
sebagai penyangga
- Instruksikan klien dan
keluarga untuk
mendemonstrasikan
Kembali mobilisasi
miring kanan, miring
kiri, Latihan rentang
gerak sesuai yang telah
di demonstrasikan

Konstipasi Eliminasi usus Manajemen konstipasi


1. Suara bising usus normal 1. Mengidentifikasi faktor-
2. Kemudahan BAB faktor konstipasi yang
3. Pengeluaran tidak sulit menyebabkan atau
4. Nyeri BAB berkontribusi pada pasien
5. Konstipasi berkurang 2. Anjurkan diet tinggi serat
3. Anjurkan peningkatan
asupan cairan (minung
air putih)
4. Ajarkan cara mengatasi
9

konstipasi dengan
farmakologi (dulcolax)
5. Monitoring bising usus
Gangguan pola Tidur Dukungan tidur
tidur 1. Kesulitan memulai tidur 1. Identifikasi pola tidur
berkurang pasien
2. Kualitas tidur baik 2. Identifikasi pengganggu
3. Tidur yang terputus pola tidur pasien
bergerak 3. Tingkatkan waktu tidur
siang
Defisit Perawatan diri: mandi Dukungan perawatan diri: mandi
perawatan diri: a. Klien mampu mencuci a. Monitor kebersihan
mandi wajah dengan mandiri tubuh klien seperti mulut,
b. Klien mampu memcuci gigi, dan rambut
bagian atas dengan bantuan b. Identifikasi jenis bantuan
c. Klien mampu mencuci yang dibutuhkan
bagian bawah dengan c. Berikan bantuan sesuai
bantuan tingkat kemandirian
d. Klien mampu d. Sediakan lingkungan
mengeringkan badan yang aman dan nyaman
dengan bantuan e. Sediakan peralatan
mandi
f. Pertahankan kebiasaan
menjaga kebersihan diri

Risiko infeksi Keparahan infeksi Perawatan area sayatan


Dengan kriteria hasil: Dengan kriterian hasil:
a. Tidak ada kemerahan a. Periksa daerah syatan
b. Tidak demam terdapat kemerahan dan
c. Tidak ada nyeri bengkak
d. Tidak ada menggigil b. Bersihkan daerah sekitar
e. Suhu tubuh stabil sayatan dengan
pembersihan yang tepat
c. Monitor sayatan untuk
9

tanda dan gejala infeksi


d. Ganti balutan luka sesuai
jadwal

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang di rencanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat. Dan bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya (Mitayani, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu dan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak di capai didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon prilaku klien yang tampil (Mitayani, 2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien(Sartika, 2010).Tujuan pemeriksaan fisik
meliputi mengetahui riwayat kesehatan dan lain-lain. Prinsip dasar pemeriksaan fisik
meliputi selalu meminta kesediaan atau izin pada pasien untuk setiap pemeriksaan dan
sebagainya. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara ialah inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi. Hal yang perlu dilakukan seperti pengkajian penampilan umum dan status
mental, derajat, pengukuran nutrisi, dan tanda vital. Pemeriksaa fisik sistem kardiovaskular
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Pemeriksaan fisik sistem pernapasan
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik sistem pendengaran
meliputi inspeksi struktur telinga luar, palpasi struktur telinga luar, inspeksi kanalis
eksternus, dan inspeksi membran timpani.Pemeriksaan fisik sistem penglihatan meliputi
inspeksi sklera, inspeksi kornea, inspeksi pupil, inspeksi iris dan palpasi mata.Pemeriksaan
fisik sistem endokrin meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi.Pemeriksaan fisik sistem
perkemihan meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi.Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisik sistem genitalian meliputi
genitalian wanita (inspeksi,palpasi bimanual (dipakai untuk palpasi uterus dan
adneksanya), palpasi servikal, palpasi adneksa), dan genitalia pria (inspeksi kulit genitalia
inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisan skrotum, palpasi testis dan epididimis, palpasi
vas deferensi, dan inspeksi cincin dan analis ingusinalis). Pemeriksaan fisik sistem
integumen meliputi inspeksi (kulit, adanya ruam, kondisi rambut, pemeriksaan kuku, dan
bau) dan palpasi (tekstur, kelembaban, temperatur, mobilitas dan turgor, dan
edema).Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan
dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan
3.2 Saran

1. Bagi pembaca sebaiknya mengetahui dan memperdalam pemeriksaan fisik per sistem.
2. Bagi pihak kampus lebih bisa meningkatkan dan memperbaiki penyediaan fasilitas
belajar dan pelayanan pendidikan

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Azis Alimul Hidayat, S.Kep, & Musriful Uliyah, S.Kep. (2004). Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Delicious, S. a. (2010, November 30). Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen.
Smart and Delicious:
http://smartanddelicious.blogspot.com/2010/11/pemeriksaan-fisik-sistem-
integumen.html
Dikta, P. B. (2012, Desember 02 ). Pemeriksaan Fisik. Kumpulan Makalah :
http://pratiwibenedikta.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-fisik.html
Enthusiast, H. (2012, Juli 16). Pemeriksaan Fisik Sistem Tubuh:
http://healthyenthusiast.com/pemeriksaan-fisik-sistem-tubuh.html
Faisal, D. M. (2012). Dalam Buku Panduan Skill Lab Urogenetalia Semester IV.
Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh.
http://www.fileserver.abulyatama.ac.id/Fakultas_Kedokteran/Skill_Lab_2010/
panduan_skill_lab_urogenitalia.pdf
Malik, R. R. (2012, November 16 ). Pemeriksaan Fisik . Makalah Keperawatan:
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-
fisik.html
Ns.Anik Indriono, S. ( 2011, April 03). Pengkajian Pemeriksaan Fisik . Nursing
Science : http://anikindriono.blogspot.com/2011/04/pemeriksaan-fisik.html
Ns.M. Askar, S. ,. (2011, Februari 28). Pemeriksaan Fisik Review Of System
(ROS). Stikes Nani Hasanuddin Makassar:
httpseperti//askarnh.blogspot.com/2011/02/pemeriksaan-fisik-review-of-
system.html
Patricia A. Potter, & Anne G. Perry. (2010). Fundamental Keperawatan, edisi 7
buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Ruhyanudin,F.
(2011).PemeriksaanNeurologis.http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/09/Pe
meriksaan-Neurologis.pdf
Said, S. (2013, May 15). Pemeriksaan Fisik Head to Toe.Dunia Keperawatan:
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-fisik-head-to-
toe.html#axzz2WNUvniK4

14
Tolindi, J. M. (2010, Desember 26). Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan Fisik Per
Sistem : http://jayatolindi.blogspot.com/2010/12/pemeriksaan-fisik-per-
sistem.html

14

Anda mungkin juga menyukai