Anda di halaman 1dari 16

Gangguan Psikotik pada Pemuda 25 Tahun

Abstrak
Gangguan psikotik adalah gangguan mental di mana kepribadian seseorang sangat bingung
dan kehilangan kontak dengan realitas. Gangguan  psikotik membuat seseorang menjadi tidak
mengetahui apa yang nyata dan apa yang tidak nyata dan biasanya mengalami halusinasi,
delusi, perilaku off-the-wall behavior, ucapan kacau dan inkoherensi. Seseorang berperilaku
dengan cara ini sering disebut sebagai skizofrenia.Halusinasi adalah persepsi sensorik
internal yang kehadiranya tidak nyata. Mencium bau atau memiliki rasa aneh di mulut adalah
halusinasi lain yang mungkin terjadi. Sebuah khayalan didefinisikan sebagai palsu, bahwa
seseorang berpegang pada keyakinan tidak akurat. Sebuah khayalan muluk terjadi ketika
seseorang percaya bahwa kehidupan mereka di luar proporsi dibandingkan dengan apa yang
benar bisa disebut sebagai waham. Seperti contoh, pasien mungkin percaya bahwa ia adalah
Tuhan. Sebuah khayalan persekutori terjadi ketika seseorang percaya bahwa ada konspirasi
antara lain untuk menyerang, menghukum atau mengganggunya.

Kata kunci: gangguan psikotik, halusinasi, waham, skizofrenia

Abstract

Psychotic disorder is a mental disorder in which a person's personality is very confused and
loses contact with reality. Psychotic disorders make a person be not mrngrtahui what is real
and what is not real and usually experience hallucinations, delusions, off-the-wall behavior
behaviors, chaotic sayings and incoherency. A person behaves in this way is often referred to
as schizophrenia. Hallucinations are internal sensory perceptions that are kehadiranya
unreal. Smelling or having a strange flavor in the mouth is another hallucination that may
occur. A delusion is defined as false, that a person adheres to inaccurate beliefs. A heartless
delusion occurs when someone believes that their lives are beyond proportion compared to
what is right can be called as Waham. Like the example, the patient may believe that he is
God. A delusion of a sexery occurs when a person believes that there is a conspiracy among
others to attack, punish or disturb him.

Keywords:psychotic disorders, hallucinations, delusions, schizophrenia

Pendahuluan

Kesehatan adalah hal terpenting bagi semua orang. Kesehatan yang kurang baik,
dapat menurunkan kualitas hidup dan dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Selain
kesehatan fisik, kesehatan jiwa merupakan kondisi yang  harus dimiliki oleh setiap orang,
karena tanpa kondisi sehat jiwa, seseorang tak akan merasa bahagia dan sejahtera. Kesehatan
jiwa adalah suatu kondisi sehat secara emosional,psikologis dan sosial yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang baik.Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan
kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016),
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis,
psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa
terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.Angka itu menunjukkan penderita gangguan
jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita
kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai
skizofrenia.1

Skenario 11
Seorang pemuda berusia 25 tahun dibawa ke puskesmas oleh orangtuanya karena malam
tidak bisa tidur, bicara melantur, selalu ketakutan, tidak berani keluar rumah , mengatakan
dirinya akan dibunuh, ia mendengar ancaman melalui bisikan di telinganya.
Anamnesis

Yang pertama harus kita lakukan adalah anamnesis, dari hasil anamnesis kita dapat
mengetahui beberapa hal mengenai keluhan utama pasien untuk membantu kita
mendiagnosis.Anamnesis yang perlu ditanyakan pada kasus psikiatrik:2

1. Identitas pasien
Data identitas pasien yang penting untuk kita ketahui yaitu nama, umur,
alamat dan pekerjaannya. Pada skenario ini diketahui bahwa pasien adalah seorang
laki-laki berusia 25 tahun.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah gejala atau masalah yang menyebabkan pasien
memutuskan untuk datang berobat ke dokter. Keluhan utama pada pasien dalam
skenario ini adalah malam tidak bisa tidur, bicara melantur, selalu ketakutan, tidak
berani keluar rumah, mengatakan dirinya akan dibunuh dan pasien merasa mendengar
ancaman melalui bisikan di telinganya
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang memuat rincian dari keluhan utama pasien. Yang perlu
ditanyakan adalah onset terjadinya keluhan, apa yang diduga sebagai faktor penyebab
(stresor) baik stresor organobiologik dan psikososial, gejala lain yang menyertai dan
riwayat pengobatan pasien. Rincian keluhan utama yang penting untuk ditanyakan
yaitu kualitas, keparahan, dimulai sejak kapan, seberapa sering, durasi dan faktor
yang meringankan serta memperberat keluhan.
4. Menanyakan ada tidaknya gangguan fungsi seperti fungsi pekerjaan/akademik, sosial,
sehari-hari (pola makan, kebersihan, pola tidur). Pada skenario ini didapat bahwa
pasien memiliki gangguan fungsi karena bicaranya yang melantur, kesulitan untuk
tidur dan tidak berani keluar rumah
5. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang pernah pasien
derita sebelumnya. Yang penting untuk ditanyakan yaitu ada tidaknya penyakit fisik
yang pernah diderita, riwayat penyakit mental dan pengobatannya serta penggunaan
zat psikoaktif
6. Riwayat pribadi
Yang perlu ditanyakan pada riwayat pribadi yaitu riwayat perkembangan
mental (bagaimana kecenderungan perilaku atau kepribadian sejak kecil), riwayat
pendidikan dan pekerjaan, riwayat kehidupan beragama serta riwayat pernikahan dan
kehidupan psikoseksual.
7. Riwayat keluarga
Pada riwayat keluarga ditanyakan anak keberapa dari berapa bersaudara,
hubungan antar keluarga, pola asuh, sosial ekonomi keluarga, sikap keluarga, ada atau
tidaknya trauma masa lalu atau kekerasan fisik, serta perlu ditanyakan mengenai usia
dan kesehatan atau penyebab kematian tiap anggota keluarga (istri/suami, orang tua,
kakek-nenek, saudara, anak, cucu). Selain itu juga perlu ditanyakan apakah ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan bila ada perlu ditanyakan apa
hubungannya dengan pasien. Hal tersebut penting untuk memudahkan kita dalam
menyusun pohon keluarga/genogram
8. Riwayat kehidupan sosial
Hal yang perlu diketahui mengenai riwayat pribadi dan sosial pasien yaitu
mengenai pekerjaan, pendidikan, keadaan rumah tangga dan kondisi ekonomi untuk
mengetahui apakah ada yang menjadi beban pikiran pasien. Selain itu juga perlu
ditanyakan kebiasaan makan dan olahraga pasien, ada tidaknya kebiasaan merokok,
konsumsi minuman beralkohol, keadaan atau kondisi lingkungan rumah, jumlah
penghuni rumah,serta kebersihan diri pasien.

Dalam anamnesis yang dilakukan, diperoleh data :

Identitas Pasien : Laki-laki (25 tahun).

Keluhan Utama : Tidak bisa tidur.

Riw. Penyakit Sekarang : Bicara melantur, selalu ketakutan, tidak berani keluar rumah,
mengatakan dirinya akan dibunuh, mendengar ancaman melalui bisikan, Sejak 2 minggu
yang lalu.

PemeriksaanFisik

Pada pemeriksaan fisik, dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kesadaran umum, tanda
vital, dan melihat apakah adanya kelainan fisik yang menonjol. Bila pasien dianggap perlu
menjalani rawat inap psikiatrik, tanggung jawab perawatan medis dialihkan ketim psikiatrik,
dan perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang sesuai. Namun, pada semua
pasien psikotik perlu dipertimbangkan kemungkinan kausa fisik, dan dilakukan pemeriksaan
fisik dan laboratorium sesuai indikasi.3

Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental (PSM) adalah penilaian perilaku dan keadaan kejiwaan pasien
selama wawancara dan analaog dengan pemeriksaan fisik pada kedokteran umum.3
 Penampakan dan Perilaku
Aspek yang perlu dipertimbangkan mencakup penampakan. Fisik umum, cara berpakaian,
mimik, postur dan gerakan (cara berjalan), dan perilaku interaksi sosial. Sikap pasien
terhadap pewawancara, keharmonisan hubungan, dan tingkat kerjasama selama
wawancara sangat bervariasi. Aspek-aspek yang mencerminkan masalah psikiatrik dan
bisa diamati pada pasien skizofrenia: perilaku aneh, tidak sesuai, atau yang secara sosial
tidak tepat, dan kurang merawat diri. Perilaku mengisyaratkan adanya delusi atau
halusinasi. efek tumpul atau tidak ada efek. Mungkin tampak kelainan motorik yang
spesifik, misalnya stereotipi (gerakan teratur yang berulang-ulang tanpa tujuan jelas,
misalnya bergoyang maju-mundur).4
 Bicara
Bagian ini membahas cara bicara pasien, dalam kaitannya dengan nada, volume,
spontanitas, kecepatan, kuantitas (jumlah), dan bentuk (mencerminkan suatu bentuk
pikiran). Kekacauan pikiran terjadi pada skizofrenia. Pembicaraan menjadi sulit
dimengerti atau tidak berarti, dan rangkaian logis pikiran sulit diikuti. Kekacauan pikiran
disebut juga "asosiasi longgar" atau "knight's move thinking". Pada kekacauan pikiran
berat, isi pembicaraan pasien berupa campuran kata-kata dan kalimat-kalimat yang
inkoheren ("word salad").4
 Suasana Perasaan/ Afek
Perubahan suasana perasaan menandakan gangguan afek, tetapi dapat juga terjadi pada
gangguan kejiwaan yang lain. Bukti objektif gangguan suasana perasaan dapat diperoleh
dari penampilan, perilaku, dan cara bicara pasien, yang disebut "afek" pasien.4
 Waham (delusi)
Waham adalah kepercayaan yang tidak memiliki dasar rasional, tetapi tidak tergoyahkan
walaupun ada argumen atau bukti yang menyangkalnya, serta tidak sesuai dengan
latarbelakang budaya. Waham sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Adanya
waham memastikan suatu penyakit sebagai psikosis. Waham dapat dideteksi saat
menanyakan pasien tentang kekhawatiran utama.2,5
 Ilusi
Adalah persepsi abnormal terhadap suatu rangsangan eksternal. Ilusi penglihatan berkaitan
dengan delirium dan lebih mudah terjadi bila rangsangan sensorik berkurang, misalnya
bangsal yang kurang terang.2,5
 Halusinasi
Adalah persepsi tanpa rangsangan eksternal. Adanya halusinasi dapat dilihat dari perilaku
pasien, misalnya adanya halusinasi pendengaran dapat dilihat dari pasien yang berbicaras
endiri. Halusinasi dapat terjadi di kelima pancaindra.2,5
 Penilaian Kognitif
Semua pasien akan menjalani pemeriksaan kognitif yang mungkin berbeda kerumitannya
sesuai kesulitan yang ada, dan bertujuan untuk menilai fungsi intelektual secara global.
Bila selama anamnesis jawaban pasien jelas dan akurat, kecil kemungkinan ada gangguan
kognitif.5
 Reliabilitas
Kesan psikater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan untuk
melaporkan keadaannya secara akurat. Contohnya bila pasien terbuka mengenai
penyalahgunaan obat tertentu secara aktif mengenai keadaan yang berpengaruh buruk,
psikiater dapat memperkirakan bahwa reliabilitas pasien baik.4
 Daya nilai dan tilikan
Daya nilai :aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial. Dapatkah pasien
meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam situasi imajiner. Contohnya apa yang
akan pasien lakukan ketika ia mencium asap dalam suasana gedung bioskop yang penuhs
esak. Tilikan: tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Pasien dapat
menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya atau mungkin menunjukkan sedikit
kesadaran kalau dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau faktor eksternal.4
Pemeriksaan Penunjang
Meskipun pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan penunjang, tetapi peranannya
penting dalam menjelaskan dan mengkuantifikasi disfungsi neurofisiologis, memilih
pengobatan, dan memonitor respon klinis. Hasil pemeriksaan laboratorik harus dapat
diintegrasikan dengan data riwayat penyakit, wawancara dan pemeriksaan psikiatrik untuk
memperoleh gambaran komprehensif tentang diagnosis dan pengobatan yang diperlukan oleh
pasien. Sampai saat ini belum ada konsensus mengenai tes apa saja yang digunakan sebagai
penyaring, tetapi beberapa tes berikut patut untuk dipertimbangkan:4,5

1. Brain imaging
a. CT-scan - atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral pada
10-50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim otak.
Mungkin ada korelasi antara CT abnormal dan adanya gejala negatif (misal, afek datar,
withdrawal sosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi), gangguan neuropsikiatrik,
naiknya frekuensi gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid
lebih buruk.
b. Positron emission tomography (PET)-- pada sebagian penderita dapat ditemukan
turunnya metabolism lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior relatif tinggi, dan
lateralitas abnormal.
c. Aliran darah serebral(CBF = cerebral blood flow) - pada sebagian penderita, dapat
ditemukan kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik, dan aliran
darah otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan CT-scan,
disfungsi lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus frontal mungkin sekunder
terhadap patologi tempat lain di otak.
2. EEG (Electroencephalography) Umumnya pasien skizofren memiliki EEG normal tapi
sebagian menunjukkan turunnya aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta;
gangguan paroksismal; dan naiknya kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi
tidur.

Diagnosis Banding
Skizofrenia
Skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu : Skizo = pecah dan frenia=kepribadian.
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi dan afek yang
abnormal. Meskipun demikian, kesadaran pasien tetap jernih, kapasitas intelektual biasanya
tidak terganggu. Pasien mengalami handaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial
dan waktu senggang)5
Gejala-Gejala Skizofrenia Paranoid
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1. Gejala positif:6
a. Delusi atau waham, Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun
telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun
penderita tetap meyakini kebenarannya.
b. Halusinasi, Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya
penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara/ bisikan itu.
c. Kekacauan alam pikiran, Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya
kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan
gembira berlebihan
e. Merasa dirinya ”Orang Besar”, merasa serba mampu dan sejenisnya.
f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.
2. Gejala negatif: 6
a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat
terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain
dan suka melamun.
c. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.
d. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
e. Sulit dalam berpikir nyata.
f. Pola pikir steorotip.
g. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.
Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia6
Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala – gejala psikotik yang secara komparatif bersifat
cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) tetapi hanya berlangsung
kurang dari 1 bulan lamanya. Suatu derajat variasi dan instabilitas emosional mungkin ada,
tetapi tidak separah seperti yang diuraikan dalam psikosis polimorfik akut (F23.0)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:6
a. Onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu keadaan non
psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik)
b. Gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada
untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas
psikotik.
c. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu bulan
lamanya, maka diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Termasuk :
 Skizofrenia akut (tak terinci)
 Gangguan skizofreniform singkat
 Psikosis skizofreniform singkat
 Oneirofrenia
 Reaksi skizofrenia
Tak termasuk:
 Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)
 Gangguan skizofreniform YTT (F20.8)

Diagnosis Kerja
Gangguan Psikotik Akut
Memiliki onset yang akut (≤2 minggu) kesembuhan yang sempurna biasanya terjadi dalam 2–
3 bulan sering dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari dan hanya sebagian kecil
dari pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap.7
Psikotik akut dan sementara memiliki pedoman diagnosis seperti, memiliki onset akut sekitar
2 minggu atau kurang dan dapat mengganggu aspek kehidupan, pekerjaan sehari-hari. Lalu
terdapat sindrom yang khas berupa polimorfik (beraneka ragam dan berubah cepat). Memiliki
stressor yang jelas. Tidak ada kriteria episode manik dan depresi. Tidak ada penyebab
organic, seperti trauma kapitis, delirium atau dimensia.8

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar
suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada wujudnya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga,
atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
4. Katatonia
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala (berlangsung sekurangnya
satu hari tetapi kurang satu bulan), tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan
berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotikkarena kondisi medis umum, diagnosis
gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala
psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan
adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang utama) dan skizofrenia
(jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).7,2
1. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Akut.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan,
akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbid.
3. Tidak memenuhi kriteria episodie manik atau depresidan bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
GangguanPsikotikLir- SkizofreniaAkut

Pedoman diagnosis adalah memiliki onset gejala psikotik akut sekitar 2 minggu atau kurang,
dari suatu keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik atau dalam 1 bulan
gejala psikotik hilang atau recovery. Memenuhi criteria untuk skizofrenia. Kriteria untuk
psikotik polimorfik akut tidak memenuhi. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap dalam
kurun waktu lebih dari 1 bulan lamanya, maka diagnosis harus berubah menjadi
skizofrenia.7,2

Etiologi

Secara pasti penyebab skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya belum diketahui.
Untuk gangguan psikotik akut diduga dapat disebabkan oleh keadaan stres akut seperti
trauma, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit berat, dan kematian orang
terdekat/yang disayangi. Penyebab skizofernia disebabkan oleh 2 faktor yang paling mungkin
yaitu genetik dan perinatal. Memiliki keluarga kandung yang skizofrenia, dapat
meningkatkan resiko apabila salah satu dari orang tua memiliki riwayat skizofrenia maka
kemungkinan untuk anaknya beresiko skizofrenia adalah 10% dan jika kedua orangtuanya
skizofrenia maka kemungkinan resikonya adalah 40%. Dari faktor perinatal, wanita hamil
yang malnutrisi atau terinfeksi virus maka kemungkinan anak mengalami skizofrenia akan
meningkat, begitu pula pada komplikasi obstetri. Selain kedua hal tersebut, studi terbaru
mengatakan bahwa penggunaan marijuana juga meningkatkan resiko skizofrenia.1,2

Epidemiologi

Angka kejadian gangguan psikosis akut dan skizofrenia lebih banyak di negara
berkembang dibandingkan negara maju terutama masyarakat dengan kelas sosial ekonomi
rendah. Untuk gangguan psikosis akut umumnya mulai tampak sejak remaja atau sekitar usia
20-30 tahun. Namun gangguan psikosis akut lebih sering ditemukan pada orang berusia 30-
40 tahun dan dari studi epidemiologi internasional mengatakan bahwa angka kejadiannya 2
kali lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.9

Untuk skizofrenia, Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia. Gejalanya


biasanya muncul pada usia remaja atau dewasa muda. Onset pada laki-laki biasanya antara
15-25 tahun dan pada perempuan antara usia 25-35 tahun. Onset pada usia > 40 jarang
ditemukan.1,3 Tidak ada perbedaan angka kejadian skizofrenia antar ras maupun antar jenis
kelamin namun hasil studi mengatakan bahwa skizofrenia pada wanita biasanya lebih ringan
dari laki-laki, hal ini diduga karena pengaruh hormon estrogen dan pengaruh
antidopaminergik.9

Patofisiologi

Patofisiologi yang mendasari penyakit gangguan psikotik akut dan skizofrenia belum
diketahui secara pasti.Hipotesis yang paling banyak yaitu terjadinya peningkatan aktivitas
dopamin sentral. Hipotesis ini dibuat berdasarkan beberapa penemuan, yaitu:1,4

1. Efektivitas obat neuroleptik yang bekerja memblok reseptor dopamin pasca sinaps
(D2) pada skizofrenia dan psikotik akut
2. Timbulnya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Amfetamin melepaskan dopamin
sentral dan dapat memperburuk skizofrenia
3. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nukleus kaudatus dan putamen pada
skizofrenia

Dopamin terlibat dalam mengontrol pergerakan, kognisi, afek dan neuroendokrin.


Hiperaktivitas dopamin di sistem limbik dikaitkan dengan simtom positif. Hipotesis lainnya,
menurut teori psikodinamik dikatakan bahwa gejala psikotik muncul karena mekanisme
defensif yang tidak adekuat terhadap fantasi yang tidak tersalurkan atau merupakan pelarian
dari kondisi psikologi tertentu/keadaan stress berat.1,4

Tatalaksana

Nonfarmakologi

Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif seringkali bermanfaat dalam membantu pasien mengatasi


waham dan halusinasi yang menetap. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan dan
ketidakmampuan, dan tidak secara langsung menghilangkan gejala. Dukungan psikologis
penting bagi penderita skizofrenia dan keluarganya. Terapi keluarga dapat membantu mereka
mengurangi ekspresi emosi yang berlebihan, dan terbukti mencegah kekambuhan. Bantuan
mandiri dapat membantu penderita psikosis untuk berbagi pengalaman dan cara untuk
menghadapi gejalanya. Psikoanalisis jarang berguna.6,2
Dukungan sosial

Membantu penderita untuk kembali bekerja atau sekolah sangat penting dalam menjaga
kepercayaan diri dan kualitas hidupnya. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, pusat rehabilitasi
dapat membantu merestrukturisasi kegiatan mereka. Tempat tinggal yang layak sangat
penting. Penderita dengan gejala sisa (contoh gejala negatif dan kognitif) mungkin tidak
dapat hidup mandiri. Rawat inap dan layanan rehabilitasi masyarakat bertujuan untuk
memaksimalkan kemandirian pasien. Berbagai layanan untuk hidup sehari-hari, mulai dari
tempat penampungan/rumah singgah dengan staf yang bekerja 24 jam hingga perumahan
khusus dengan pekerja pendukung yang datan seminggu sekali, tersedia untuk memenuhi
kebutuhan.9,2

Penderita psikosis tidak dirawat di rumah sakit tetapi di dalam komunitasnya bila
memungkinkan, walaupun rawat inap diperlukan bila terdapat risiko tinggi pasien
diterlantarkan, bunuh diri, atau melukai orang lain. Bila pasien menolak untuk diobati,
penahanan pasien unutk dirawat berdasarkan UU kesehatan jiwa mungkin diperlakukan.
Memberikan perawatan yang positif dan tanpa stigma diperlukan bagi pasien yang akan
kembali berhubungan dengan tim perawat agar mematuhi perawatan. Dengan hal ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil dari pengobatan yang dijalani oleh pasien tersebut.9,2

 Tatalaksana gangguan psikotik yang berhubungan dengan modifikasi gaya hidup.


 Penatalaksanaan non-farmakologi pada pasien dilakukan jika wawasan terhadap
penyakit (insight of illness) pasien baik atau partial. Jika wawasan terhadap penyakit
buruk, maka tunda sementara, karena medikasi farmakologi merupakan terapi utama.
 Jelaskan bahwa ketidaknyamanan akibat gejala-gejala yang dialami dapat dikurangi
dengan cara meminum obat secara teratur sesuai dengan petunjuk dokter. Meminum
obat secara teratur juga dapat mencegah kekambuhan. Informasikan bahwa obat tidak
dapat dikurangi atau dihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter untuk mencegah
kekambuhan. Informasikan mengenai efek samping obat yang mungkin timbul,
informasikan cara penanggulangannya.

 Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat
dilakukan yaitu:
o Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
o Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi
dan kebersihan)
o Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
 Konseling pasien dan keluarga:
o Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan
psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga
dalam pengobatan pasien
o Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan
stressor
o Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik
Farmakologi

Antipsikotik merupakan tatalaksana utama yang efektif untuk skizofrenia dan psikotik
akut. Ia dapat mengurangi risiko kambuhnya psikotik. Tertundanya pengobatan dengan
antipsikotik dapat memberikan dampak buruk jangka panjang. Obat ini dibagi menjadi 2
kelompok berdasarkan cara kerjanya, yaitu antipsikotik generasi I/Antagonis Reseptor
Dopamin (DRA/APG-I) dan antipsikotik generasi II/Serotonin Dopamin Antagonis
(SDA/APG-II). APG-I disebut juga obat konvensional/tipik dan APG-II disebut antipsikotik
baru/atipik.1,5

Baik dari efikasi maupun efek sampingnya APG-II lebih baik daripada APG-I tetapi
APG-II tertentu mempunyai efek samping sindrom metabolik. APG-I berguna untuk
mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk gejala negatif hampir tidak bermanfaat atau
bahkan dapat memperburuk. APG-II bermanfaat untuk gejala positif maupun negatif. Saat ini
gold standarnya adalah APG-II.Pada umumnya obat antipsikotik diabsorbsi bila diberikan
secara oral atau parenteral. Obat dalam bentuk cairan lebih cepat diabsorbsi dibandingkan
tablet, obat IM mencapai konsentrasi puncak lebih cepat dari obat oral dan awitannya juga
lebih cepat.1,5

Obat APG-I bekerja pada reseptor neurotransmitter dan memberikan efek antipsikotik
dengan menurunkan kadar dopamin (antagonis dopamin). APG-I dapat meghambat aktivitas
dopamin yang diinduksi oleh amfetamin dan mengurangi perilaku stereotipi akibat
penggunaan dopamin. Obat APG-I yang berpotensi rendah lebih bersifat sedasi sehingga
efektif untuk pasien yang agitatif, sedangkan yang berpotensi tinggi bersifat non-sedasi
sehingga efektif untuk pasien yang menarik diri. Beberapa efek samping APS-I yaitu akut
ekstrapiramidal sindrom (EPS), parkinsonisme, distonia (spasme otot yang
menetap/intermiten), Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS), Tardive diskinesia (TD) dan
hiperprolaktinemia. Beberapa contoh obat APG-I yaitu fenotiazin (klorpromazin, tioridazin,
perfenazin, trifluoperazin), tioksantin, butirofenon (haloperidol), dibenzoksazepin,
dihindronidol dan difenilbutil piperidin (pimozid). Obat gologan APG-I yang sering
digunakan yaitu haloperidol karena efek terhadap sistem otonom dan efek antikolinergiknya
minimal.1,5

Semua APG-II mempunyai rasio blokade serotonin/5 hidroksitriptamin (5-HT 2) terhadap


reseptor dopamin tipe 2 (D2) lebih tinggi, ia lebih banyak bekerja pada sistem dopamin
mesolimbik daripada striatum. Beberapa jenis APG-II:1,5

1. Klozapin
Klozapin hanya tersedia dalam bentuk preparat oral dengan waktu paru 12
jam. Klozapin dimetabolisme di hati dan saluran cerna. Dosis rata-rata klozapin
adalah 150-600 mg/hari. Afinitas klozapin terhadap D 2 rendah dan terhadap 5-HT2
tinggi, hal ini yang menyebabkan rendahnya efek ekstrapiramidal.
2. Risperidon
Risperidon tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis yang biasa digunakan
berkisar 4-8 mg. Selain itu juga ada risperidon long acting yang digunakan setiap 2
minggu dengan disuntikkan intramuskular. Risperidon dimetabolisme di hati.
Risperidon merupakan antagonis kuat baik terhadap serotonin dan reseptor D 2, meski
kekuatannya jauh lebih rendah dibanding haloperidol efek samping
ekstrapiramidalnya lebih rendah dari haloperidol. Aktivitasnya melawan simtom
negatif dikaitkan dengan aktivitasnya terhadap 5-HT2 yang juga tinggi.
3. Paliperidon
Bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin 5-HT2A dan dopamin D2, tidak
dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin. Interaksi farmakokinetiknya sedikit
dan preparat oralnya tersedia dalam bentuk lepas lambat sehingga diberikan 1 kali
sehari. Efek sampingnya lebih rendah dari risperidon namun paliperidon tidak
seefektif risperidon pada dosis yang sama. Untuk mendapat efikasi optimum dosis
awalnya dimulai dari 6 mg kemudian ditambah menjadi 9 mg pada hari ke-8 dan 12
mg pada hari ke-15. Untuk pasien yang sensitif terhadap efek samping bisa diberikan
dosis rendah (3 mg).
4. Olanzapin
Olanzapin merupakan obat yang aman dan efektif karena efek sampingnya
sangat rendah. Absorbsi olanzapin tidak dipengaruhi oleh makanan, waktu paruhnya
31 jam (diberikan 1 kali sehari). Olanzapin secara spesifik menghambat 5-HT 2A dan
reseptor D2. Kemampuannya menghambat 5-HT 8 kali lebih kuat daripada
kemampuannya menghambat reseptor dopamin. Bila dibandingkan dengan klozapin,
olanzapin memblok D2 lebih besar sehingga penggunaan dosis tinggi dapat
meningkatkan kadar prolaktin dan efek ekstrapiramidal.
5. Quetiapin
Merupakan antipsikotik potensial dan efektif untuk gejala negatif tanpa efek
ekstrapiramidal. Dosis untuk lansia harus lebih rendah dan juga terutama untuk pasien
dengan gangguan ginjal & hepar butuh dosis 30-50% lebih rendah.
6. Aripiprazol
Bekerja parsial agonis terhadap reseptor D2, efek samping EPS dan
hiperprolaktinemia hampir tidak ada. Efek parsial agonis aripiprazol terhadap 5-HT 1A
lebih kuat dibandingkan dengan efek antagonisnya terhadap 5-HT2A tetapi kurang kuat
jika dibandingkan dengan efek terhadap D2, efek sedasi aripiprazol juga kurang
karena ia bersifat antagonis lemah pada kolinergik muskarinik M 1& histaminergik H1.
Resiko sindrom metabolik pada aripiprazol sangat rendah. Efek samping yang sering
dijumpai yaitu akatasia, untuk mengatasi itu bisa diberikan benzodiazepin. Dosisnya
antara 10-30 mg/hari. Aripiprazol oral tersedia dalam bentuk tablet, cairan dan tablet
disintegrasi. Selain itu ada juga aripiprazol injeksi jangka pendek untuk pasien gaduh
delisah dan injeksi jangka panjang yang diberikan setiap 4 minggu.
7. Ziprasidon
Merupakan kombinasi antagonis 5-HT2A dan reseptor D2 tanpa gejala
ekstrapiramidal, antimuskarinik, antihistaminergik. Bioavailabilitas obat menjadi 2
kali lipat apabila diberikan bersama makanan. Ziprasidon adalah satu-satunya zat
yang menghambat uptake inhibisi norepinefrin dan serotonin

Prognosis

Secara umum, untuk gangguan psikotik akut memiliki prognosis bonam (baik).
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut :

Penyesuaian premorbid yang baik, Stressor pencetus yang berat, Onset gejala mendadak,
Sedikit penumpulan afektif, Gejala singkat, Tidak ada saudara yang skizofrenia.

Kesimpulan

Gangguan psikotik memiliki gejala yang membuat orang berhalusinasi dan juga waham.
Dikatakan psikotik akut bila pasien mengalami gejala kurang dari 1 bulan, jika lebih bisa
dikatakan skizofernia. Tatalaksana bisa dilakukan dengan farmakologi dan nonfarmakologi.

Daftar Pustaka :

1. Silvia, HG. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.
2. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta : FK UI; 2013. h.49-53.
3. Bickley LS. Guide to physical examination and history taking. 8 th ed. New York : Lippimcott;
2008. p.332-5
4. Muttaqin H, Sihombing RNE, penyunting. Skizofrenia. Dalam : Sadock BJ, Sadok VA.
Kaplan & sadock’s concise textbook of clinical psychiatry. Edisi ke-2. Jakarta : EGC; 2010.
h.147-75
5. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku ajar  psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h.170-94.
6. Siagian EM. Gangguan psikotik akut dan sementara. Surakarta: Fakultas kedokteran UNS;
2012 h. 2-11
7. Frankenburg FR, Dunayevich E. Schizophrenia, December 4th 2012. Medscape Reference.
Diunduhdari: http://emedicine.medscape.com, 16 desember 2020 .
8. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa: ringkasan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh
Jaya; 2013.
9. Memon MA. Brief psychotic disorder, December 11th 2017. Medscape. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/294416-overview 30 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai