Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam Sulfat
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan.Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.Produksi dunia
asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan
seharga US$8 juta.Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Asam sulfat
murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis.Walaupun demikian, asam sulfat merupakan
komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di
atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida adalah
produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan
minyak yang mengandung sulfur (belerang). Asam sulfat terbentuk secara alami
melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida.Air yang dihasilkan dari
oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini
mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan
menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun.
1. Pembuatan Asam Sulfat
Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air melalui proses
kontak. Pada langkah pertama, belerang dipanaskan untuk mendapatkan
sulfur dioksida:
S (s) + O2 (g) → SO2 (g)
Sulfur dioksida kemudian dioksidasi menggunakan oksigen dengan
keberadaan katalis vanadium(V) oksida:
2 SO2 (g) + O2(g) → 2 SO3 (g) (dengan keberadaan V2O5)

19
Sulfur trioksida diserap ke dalam 97-98% H2SO4 menjadi oleum
(H2S2O7), juga dikenal sebagai asam sulfat berasap. Oleum kemudian
diencerkan ke dalam air menjadi asam sulfat pekat.
H2SO4 (l) + SO3 → H2S2O7 (l) H2S2O7 (l)+ H2O (l) → 2 H2SO4 (l)
Perhatikan bahwa pelarutan langsung SO3 ke dalam air tidaklah praktis
karena reaksi sulfur trioksida dengan air yang bersifat eksotermik. Reaksi ini
akan membentuk aerosol korosif yang akan sulit dipisahkan.
SO3(g) + H2O (l) → H2SO4(l)
2. Kegunaan Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan
sebenarnya pula, produksi asam sulfat suatu negara merupakan indikator
yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut.Kegunaan utama (60%
dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode
basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat
dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen.Pada metode ini, batuan fosfat
digunakan dan diproses lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya. Bahan-bahan
baku yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini merupakan fluorapatit,
walaupun komposisinya dapat bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi
93% asam suflat untuk menghasilkan kalsium sulfat, hidrogen fluorida (HF),
dan asam fosfat. HF dipisahan sebagai asam fluorida.
a. Kegunaan Asam Sulfat pada PT. Petrokimia Gersik.
Dalam industri PT. Petrokimia Gersik asam sulfat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk ZA, asam Phospat, pupuk SP-36 dan
pupuk Phonska.
b. Kegunaan Asam Sulfat pada Industri Lain.
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan
baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual
ke industri otomobil. Asam yang telah digunakansering kali didaur
ulang dalam kilang regenerasi asam bekas (Spent Acid Regeneration
(SAR) plant). Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alam, gas

20
kilang, bahan bakar minyak, ataupun sumber bahan bakar lainnya.
Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2)
dan sulfur trioksida (SO3) yang kemudian digunakan untuk membuat
asam sulfat yang baru.
Amonium sulfat, yang merupakan pupuk nitrogen yang penting,
umumnya diproduksi sebagai produk sampingan dari kilangpemroses
kokas untuk produksi besi dan baja. Mereaksikan amonia yang
dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat bekas
mengizinkan amonia dikristalkan keluar sebagai garam (sering kali
berwarna coklat karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri
agrokimia.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan
aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah
kecil sabun pada serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium
karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi
permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk
membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan
mereaksikan bauksit dengan asam sulfat.
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia.
Sebagai contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya
digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam,
yang digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk
membuat asam klorida dari garam melalui proses Mannheim. Banyak
H2SO4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai
katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan
isooktana dll.

B. Furnace
Furnace аdаlаh alat уаng digunakan уаng digunakan untuk menaikkan
temperatur fluida dеngаn menggunakan panas dаrі hasil pembakaran dаrі bahan

21
bakar. Bahan bakar уаng digunakan іаlаh bahan bakar cair dan bahan bakar gas
уаng menyala dі dalam burner. Proses pemanasan dilakukan dеngаn mengalirkan
fluida kedalam tube уаng tersusun sedemikian rupa dі dalam furnace,
perpindahan panas terjadi dеngаn tiga cara уаіtu konveksi, konduksi dan radiasi.
1. Klasifikasi furnace
a. Berdasarkan konstruksi dinding, yaitu: 
1) Solid refractory
2) Air cooled refractory
3) Water wall (water cooled)
b. Berdasarkan tekanan boiler, yaitu:
1) balanced draft
2) pressurized
3) supercharger
c. Berdasarkan jenis bahan bakar, yaitu :
1) Batubara
2) Minyak
3) Gas
4) sisa bahan bakar yang tidak terbakar dalam furnace.
d. Berdasarkan metode pembakaran, yaitu :
1) hand fired
2) stoker fired
3) pulverized coal fired
4) dutch oven
2. Komponen penyusun furnace
a. Riser
Riser adalah sekumpulan pipa-pipa yang menghubungkan
antara boiler drum dengan header. Pada riser terjadi sirkulasi air secara
alami yaitu air pada boiler drum yang memiliki masa jenis lebih tinggi
akan turun ke header melalui riser. Sedangkan air yang memiliki masa
jenis lebih rendah akan naik ke boiler drum melalui tube wall.
b. Header
Header adalah tempat penampungan air dari boiler drum yang
turun melalui riser. Lokasi header berada di bagian terbawah dari riser
dan tube wall. Sama seperti tube wall, salah satu ujung riser berada pada

22
boiler drum dan ujung yang satunya berada pada header, namun terdapat
perbedaan yaitu tube wall berada di dalam furnace sedangkan riser
berada di luar furnace.
c. Tube wall
Tube wall adalah dinding pada furnace yang merupakan
sekumpulan pipa-pipa yang berisi air. Pipa-pipa tersebut mendapatkan
panas secara langsung dari furnace untuk memanaskan air yang berada
di dalamnya karena letaknya yang berada di dalam furnace.
d. Burner
Burner adalah peralatan yang digunakan untuk pembakaran
awal di dalam furnace. Untuk bisa menghasilkan api di dalam furnace
pada saat start awal, furnace membutuhkan pembakaran awal dengan
bantuan burner. Bahan bakar yang digunakan pada burner adalah HSD.
e. Flaming Detector
Flaming detector merupakan peralatan pendeteksi nyala api
pada burner dan digunakan pada saat pembakaraan awal.
f. Ignitor
Ignitor merupakan peralatan pemantik yang berfungsi untuk
menghasilkan percikan api. Ignitor memiliki fungsi yang sama seperti
busi pada kendaraan bermotor. Percikan api pada ignitor ini kemudian
akan menjadi api pembakaran dengan skala yang lebih besar dengan
bantuan bahan bakar HSD.
g. Oil Burner
Oil burner adalah HSD yang digunakan sebagai bahan bakar
utama pada saat pembakaran awal di dalam furnace.
3. Tipe- tipe Furnace:
a. Tipe silinder
Tipe ini berbentuk silinder tegak, tube pada daerah radiasi
dipasang secara vertical. Tube yang satu dengan yang lainnya disambung
dengan menggunakan U bend. Burner terletak pada lantai bagian bawah,
sehingga nyala api sejajar dengan tube dapur. Bentuk lantai adalah

23
lingkaran, sedang Burner dipasang dilantai dengan arah pancaran api
vertikal. Tube di ruang pembakaran dipasang vertikal. Furnace jenis ini
bisa didisain tanpa atau dengan ruang konveksi. Jenis tube yang dipasang
di ruang konveksi bisa Bare Tube, Finned Tube, tetapi pada umumnya
digunakan Finned Tube untuk mempercepat proses perpindahan panas
karena konveksi.
b. Tipe box
Mempunyai bentuk kotak atau box, daerah radiasi dan
konveksi dipisahkan oleh great wall. Dapur ini digunakan untuk kapasitas
besar (lebih dari 100 MBtu/jam). Tube-tube dapur dipasang pada bagian
atap, lantai dan sisi dari "brigde dapur”, burner dipasang secara horizontal
pada dinding furnace. Pada heater jenis ini antara ruang pembakaran
(radiant fire box) dengan ruang konveksi (convection section) dipisahkan
oleh satu atau lebih dinding penyekat yang dinamakan Bridge Wall.
Burner dipasang pada dinding dengan arah pancaran api mendatar. Semua
tube dipasang pada arah mendatar. Box Heater sudah jarang dipakai
karena harganya mahal.
c. Tipe kabin
Tipe kabin ini mempunyai kamar terdiri dari daerah radiasi dan
konveksi. Tube-tube dipasang secara horizontal sedangkan burner terletak
pada lantai furnace, sehingga nyala api tidak lurus dan sejajar dengan
dinding dapur. Susunan tube di ruang pembakaran dibuat dekat dengan
dinding atau dekat dengan penyekat (Baffle) dengan arah mendatar.
Ruang konveksi terletak di atas ruang pembakaran . Dua lapis pertama
tube di ruang konveksi yang langsung “menghadap” ke ruang
pembakaran (radiant fire box) dinamakan Shield Tubes. Burner dipasang
di lantai heater sedang pancaran api diarahkan vertikal. Sering dijumpai
heater jenis ini mempunyai dinding penyekat di bagian tengahnya (Center
Wall Baffle).

24
Selain ketiga jenis furnace di atas masih terdapat beberapa tipe furnace
berdasarkan susunan dari tube di bagian radiasi dan konveksi.
a. Heater Dengan Coil Vertical
Heater dengan coil vertical, casingnya dapat berbentuk silindrikal
maupun box. Sebagian besar coil pemanasnya berupa tube vertikal.
Dalam beberapa instalasi, seksi ekonomizer minyak (oil economizer),
seksi pemanas udara (air preheater), atau keduanya dipasang di atas seksi
pemanas vertikal. Tube dalam seksi konveksi dapat berupa susunan
vertikal maupun horizontal. Tujuan dari seksi ekonomizer dan pemanas
udara adalah untuk memperbaiki keekonomian operasi dengan
meningkatkan efisiensi thermal. Kebanyakan heater coil vertikal dipanasi
dari bawah, dengan stack langsung dipasang di atas heater. Namun down
draft vertikal heater juga telah digunakan.
b. Heater Dengan Coil Helikal
Heater coil helikal adalah heater yang casingnya berbentuk silindrikal
dengan coil berbentuk spiral pada seksi radian mengikuti bentuk dinding
heater. Heater ini umumnya tidak memiliki seksi konveksi, tetapi bila
ada, permukaan konveksi dapat berbentuk spiral datar (flat spiral) atau
berbentuk suatu bank tube horizontal. Stack dari heater coil helikal
kebanyakan terletak langsung di atas heater.
c. Heater Dengan Coil Arbor
Heater coil arbor kebanyakan digunakan pada unit catalytic reforming
untuk keperluan preheat dan reheat untuk gas dan udara proses. Heater ini
mempunyai seksi radian yang terdiri dari header inlet dan outlet yang
dihubungkan dengan tube berbentuk L atau U dengan susunan paralel.
Seksi konveksi berupa coil tube horizontal konvensional.
4. Bagian-bagian furnace
Furnace terdiri dari beberapa bagian utama:
a. Bagian Radiasi

25
Terdiri dari ruang pembakaran dimana tube ditempatkan di sekeliling
ruang bakar. Masing-masing tube dihubungkan dengan elbow. Fluida
proses disirkulasikan di dalam rangkaian tube, dan panas ditransfer dari
bahan bakar secara radiasi. Sebagian panas ditransfer secara konveksi
antara udara dan bahan baker yang panas dengan tube. Suhu flue gas (gas
buang) yang keluar dari bagian radiasi cukup tinggi (berkisar antara 700
s.d. 1100oC).
b. Bagian konveksi
Untuk merecovery panas sensible dari flue gas, maka fluida proses
disirkulasikan pada kecepatan tinggi melalui rangkaian tube yang
dipasang secara parallel maupun tegak lurus, pada suatu bagian dimana
panas ditransfer secara konveksi. Tube kadang-kadang diberi sirip untuk
memperluas permukaan transfer panas dengan flue gas. Efisiensi furnace
dengan bagian konveksi akan lebih besar daripada furnace yang hanya
dengan bagian radiasi saja.
c. Stack
Berfungsi untuk mengalirkan gas hasil pembakaran (flue gas) ke udara
bebas.
Bagian konveksi pada furnace biasanya terletak di bagian atas. Tube di
bagian radiasi, ditempatkan di depan dinding isolasi refractory furnace. Antara
tube dengan dinding furnace dipisahkan dengan oleh ruang kosong dengan
jarak sekitar satu kali diameter tube. Meskipun panas yang diterima tube tidak
terdistribusi secara merata, panas radiasi akan menjangkau keseluruhan
permukaan tube.
Tekanan di dalam furnace dijaga negatif di bawah tekanan atmosfer
demi keamanan. Tekanan dalam furnace diatur dengan stack draft, atau
kadang-kadang dengan draft fan, yang berada di atas bagian konveksi atau
diletakkan di tanah di samping furnace.

26
Pembakaran udara dilakukan di burner di dalam ruang bakar di bawah tekanan
atmosfer (natural draft burner). Untuk memperoleh pembakaran yang
sempurna, perlu ditambahkan udara excess sesuai dengan perbandingan
stoikiometrinya.
Secara umum penggunaan udara excess dinyatakan dalam persen (%)
stoikiometri, seperti ditunjukkan pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Penggunaan excess air

Bahan bakar Udara dingin (20oC) Udara panas (300oC)


Fuel oil 20-25 5-15
Gas 10-15 5-10

Pemilihan jenis-jenis furnace bergantung terutama pada faktor-faktor berikut:


a. Jenis produk yang dipanaskan serta kondisi operasinya (flow rate, Suhu
dan tekanan)
b. Kapasitas alir fluida dalam tube
c. Ada tidaknya katalis dalam tube
d. Jenis bahan bakar
e. Ground space (ketersediaan tempat)
f. Kemudahan konstruksi dan transportasi
g. Biaya yang diperlukan
5. Efisiensi panas furnace
Panas yang hilang melalui dinding furnace, bergantung pada susunan
material dinding isolasi (refractory) dan ketebalannya. Bagaimanapun juga
perlu ada pertimbangan dari sisi ekonomi antara ketebalan optimum isolasi
dengan panas yang hilang. Panas yang hilang lebih besar pada furnace yang
kecil, rasio antara dinding shell dengan volume bagian radiasi menurun
dengan kenaikan
Besar kecilnya panas yang hilang bergantung pada udara panas yang
dikeluarkan lewat stack. Laju alir flue gas meningkat dengan bertambahnya

27
udara excess, oleh karena itu, furnace sebaiknya dioperasikan dengan udara
excess yang memadai. Excess udara yang terlalu kecil akan menyebabkan
losses bahan bakar karena adanya sejumlah bahan bakar yang tidak terbakar.
Losses bahan bakar ini kemungkinan bisa lebih besar daripada efisiensi yang
diperoleh karena mengurangi udara excess. Karena itu perlu diupayakan untuk
menghasilkan pembakaran yang sempurna tanpa adanya bahan bakar yang
tidak terbakar.
Suhu flue gas merupakan faktor utama penyebab kehilangan panas.
Untuk itu perlu diupayakan mendinginkan suhu flue gas, dengan merecovery
panas sisa melalui suatu proses perpindahan panas. Untuk mendinginkan flue
gas, harus ada fluida dingin yang dikontakkan (dipanaskan). Dengan proses
ini suhu flue gas yang terlalu tinggi dapat diturunkan, yang sering disebut
dengan efisiensi panas.
Beberapa cara untuk melakukan efisiensi panas:
a. Produksi steam: Produksi steam tidak mengurangi konsumsi bahan bakar,
justru akan menguntungkan, seandainya steam bisa dimanfaatkan
b. Merecycle panas flue gas untuk pemanas awal udara pembakaran: Pada
saat flue gas keluar dari bagian konveksi dapat didinginkan melalui alat
perpindahan panas, dimana udara yang digunakan untuk pembakaran
dilewatkan di dalamnya. Proses ini memerlukan blower udara. Salah satu
masalah pada pendinginan flue gas adalah korosi yang disebabkan
kondensasi asam sulfat. Hal ini tergantung dari banyak sedikitnya
kandungan sulfur dalam bahan bakar.
6. Komponen-komponen pada furnace
Furnace dilengkapi dengan berbagai peralatan diantaranya:
a. Tube bundle (header) Merupakan rangkaian tube dapur yang berfungsi
sebagai alat untuk mengalirkan fluida yang dipanaskan. Rangkaian tube
biasanya terbuat dari pipa lurus, tanpa sambungan yang disusun parallel

28
dan antara satu dengan yang lain dihubungkan dengan 180o return bend
yang dilas pada pipa atau sambungan khusus yang disebut plug header.
Tube yang dipergunakan harus tahan terhadap suhu dan tekanan
operasi tertentu sehingga tidak terjadi perubahan bentuk dan mempunyai
daya hantar panas yang tinggi.
Pemilihan material untuk rangkaian tube didasarkan pada beberapa
kriteria sebagai berikut:
1) Resistansi terhadap korosi karena fluida panas
2) Resistansi terhadap oksidasi karena udara pembakaran
3) Ketahanan mekanis terhadap suhu yang tinggi berkaitan dengan: (a)
Tekanan dalam tube yang disebabkan fluida panas, dan (b) Tegangan
mekanis yang disebabkan berat dari rangkaian tube dan fluida yang
ada di dalamnya.
Beberapa material utama sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.2,
dengan ketahanan oksidasi karena flue gas pada suhu kerja yang maksimum.
Tabel 2.2 Material tube furnace

Material Komposisi Suhu kerja maksimum (oC)


Carbon steel 480
Alloy steel 1,25% Cr – 0,5% Mo 600
2,25% Cr – 1% Mo 635
5% Cr – 0,5% Mo 650
9% Cr – 1% Mo 700
Stainless steel 18 Cr – 8 Ni 870
18 Cr – 8 Ni – Ti 870
18 Cr – 8 Ni – Cb 870
18 Cr – 8 Ni – Mo 870
Wrought heat resistance 35 Ni 20 Cr 43 Fe 985
steel (alloy 800 H)
72 Ni 15 Cr 8 Fe 1100
(alloy 600 H)
Centrifugally cast heat 25 Cr 20 Ni (HK 40) 1010

29
resistance steels 35 Ni 25 Cr Nb

1100

b. Tube Support
Tube support berfungsi untuk menyangga tube agar tidak melengkung
akibat panas pembakaran pada saat furnace beroperasi. Material yang
digunakan harus tahan terhadap : flue gas, oksidasi, korosi karena liquid
sisa bahan bakar (sulfat) dan memiliki ketahanan panas mekanis yang
baik.
Pada beberapa kasus, material yang digunakan berupa logam dengan
sedikit atau tanpa campuran (alloy), tetapi logam ini diproteksi dengan
lapisan batu tahan api (refractory lining) untuk melindungi dari pengaruh
flue gas (suhu dan oksidasi). Material ini terutama banyak digunakan
pada bagian konveksi.
c. Dinding Dapur
Dinding dapur terdiri atas 4 lapisan, lapisan paling dalam disebut
refraktory yang berfungsi sebagai penahan dan pemantul panas, lapis
kedua berupa susunan batu tahan api yang berfungsi selain untuk tempat
melekatnya refraktory juga sebagai isolator, lapis ke tiga berupa glass
wool berfungsi sebagai isolator, lapis keempat berupa plat baja yang
berfungsi sebagai penyekat dapur dari udara luar dan juga sebagai
struktur furnace.
Material yang digunakan sebagai pelapis harus memiliki sifat-sifat
yaitu: memiliki Thermal conductivity yang rendah, memiliki ketahanan
mekanis yang tinggi, memiliki ketahanan yang baik terhadap berbagai
variasi temperatur serta mudah dipasang.
Jenis-jenis material yang digunakan sebagai pelapis di furnace dapat
dibedakan menjadi:
1) Material yang dapat dikontakkan secara langsung dengan flue gas

30
a) Batu refraktori: terbuat dari fire clay (hidrat alumunium silikat)
dengan struktur yang berpori
b) Castable refractory concrete: tersusun dari campuran semen-
kalsium alumina dan aggregat refraktori yang dituangkan di
dalamnya. Diperkuat dengan jangkar yang dilas pada furnace
shell
c) Ceramic fiber: diproduksi dalam diameter 3 μm dengan cara
memblowing batu refraktori silika-alumina. Beberapa bentuk
fiber b.
2) Material yang digunakan pada lapisan kedua untuk memperbaiki
ketahanan panas, dinding dilengkapi dengan isolasi penahan panas,
material yang digunakan antara lain: o
a) Serat anorganik: diperoleh dengan cara blowing lelehan batu
refraktori sintetik. Isolasi yang terbuat dari serat ini merupakan
isolasi yang bagus dan digunakan di belakang batu tahan api.
b) Panel kalsium silikat: isolator yang bagus, digunakan pada
lapisan kedua dibelakang batu refraktori atau dinding beton
d. Air Register
Pelat berlubang yang berfungsi untuk mengatur masuknya udara
pembakaran pada tiap tiap burner.
e. Pilot Burner
Burner kecil yang harus selalu menyala selama furnace sedang
beroperasi
f. Burner
Berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi pembakaran antara bahan
bakar dengan udara.
g. Peep Hole
Berfungsi untuk mengamati bentuk / warna api (flame patern) dari
masing-masing burner.

31
h. Snuffing Steam
Pipa tempat mengalirkan steam yang berfungsi untuk mengusir (purging)
gas-gas sisa dari dalam ruang pembakaran furnace sebelum dilakukan
penyalaan api awal, untuk mematikan api apabila terjadi kebakaran di
dalam dapur dan membantu menciptakan tarikan udara (draft) di dalam
dapur.
i. Explotion Door
Berfungsi sebagai alat safety terhadap ruangan furnace apabila sewaktu-
waktu terjadi tekanan lebih di dalam ruang furnace.
j. Stack Damper
Katup yang berfungsi untuk mengatur tekanan dan kecepatan aliran gas
hasil pembakaran yang keluar melewati stack, agar tekanan didalam
furnace lebih rendah dibanding tekanan diluar furnace.
k. Soot Blower
Peralatan yang berfungsi untuk membersihkan endapan jelaga di daerah
konveksi agar tidak menghalangi transfer panas. Alat ini dilengkapi
dengan nozzle untuk spray steam atau udara yang ditembakkan ke pipa
konveksi Sootblower didesain untuk mengalirkan 4535 kg steam per jam
dengan tekanan minimum 150 psig di bagian inlet. Untuk mencegah
terjadinya erosi di bagian konveksi dimana sootblower berada, maka
dilapisi dengan castable refractory dengan densitas 2000 kg/m3

32

Anda mungkin juga menyukai