Anda di halaman 1dari 70

“Bahan Ajar SMA / MA Kelas XI”

KD 3: 3.5 Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia


untuk perencanaan pembangunan.

KD 4: 4.5 Menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta,


tabel, grafik, dan/atau gambar

KELAS

11
Wisnu Sinartejo
2019
A. PENDUDUK DAN SUMBER DATA KEPEDUDUKAN
Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu wilayah atau orang yang
secara hukum berhak tinggal di suatu wilayah. Penduduk juga dapat diartikan
sebagai setiap orang atau kumpulan orang yang berada di suatu wilayah dan
terikat oleh aturan-aturan yang berlaku serta saling berinteraksi.
Penduduk merupakan bagian terpenting bagi suatu negara dilihat dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Kajian tentang penduduk dipelajari dalam disiplin
ilmu demografi dan ilmu kependudukan. Demografi adalah ilmu yang mempelajari
analisis statistik terhadap jumlah, distribusi, komposisi penduduk dan komponen
peruahannya. Sedangkan ilmu kependudukan mengkaji antara variabel demografi
dengan ilmu lainnya yang menunjang.
Sebagai salah satu unsur dari sebuah negara, penduduk menjadi modal
utama bagi pembangunan suatu negara. Oleh karena itu perlu diketahui jumlah,
komposisi, dan persebaran penduduk yang berasal dari data kependudukan.
Sumber data kependudukan dibagi menjadi tiga, yaitu sensus peduduk, registrasi
penduduk, dan survey penduduk.
1. Sensus penduduk
Sensus penduduk adalah pencatatan seluruh penduduk secara serentak
dengan tujuan utama untuk mengetahui jumlah penduduk, persebara, dan
karakteristik penduduk. Sensus penduduk dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) seriap 10 tahun sekali. Sensus memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang
Artinya, semua orang yang tinggal di suatu wilayah atau negara wajib
dicatat dan didata tanpa terkecuali.
b. Dilaksanakan pada waktu tertentu
Artinya, sensus hanya dilaksanakan pada suatu waktu tertentu, dan pada
umumnya dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.
c. Mencakup suatu wilayah
Artinya, ruang lingkup sensus harus meliputi suatu wilayah adaministratif
tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan batasan administratif
negara.

 Berdasarkan status tempat tinggal penduduk, ada dua macam sensus


yaitu sebagai berikut:

1
a. Sensus de yure, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap
penduduk yang bertempat tinggal di daerah atau tempat diadakan
pencatatan sesuai identitas kependudukan yang dimiliki
b. Sensus de facto, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap penduduk
yang tinggal di suatu daerah padasaat dilakukan pencatatan
 Dalam pelaksanaan sensus terdapat dua metode, yaitu sebagai berikut:
a. Metode canvaser
Metode canvaser adalah sensus penduduk dengan cara petugas
sensus mencatat identitas dan mengisi daftar pertanyaan sesuai dengan
jawaban dari penduduk. Dengan metode ini, petugas mendapatkan jawaban
langsung dari penduduk.
b. Metode householder
Metode hoseholder adalah sensuspenduduk dengan cara memberikan
daftar isian kepada setiap kepala rumah tangga untuk diisi. Cara ini hanya
dilaksanakan di negara-negara maju dan penduduknya bebas dari buta
huruf.
 Sensus penduduk sangat berguna untuk:
a. Mengetahui keseluruhan jumlah penduduk
b. Mengetahui persebaran penduduk
c. Memperoleh informasi migrasi penduduk
d. Mengetahui karakteristik penduduk (tingkat pendidikan, agama, jenis
kelamin, dan umur)
 Sensus penduduk memiliki beberapa ciri khas antara lain;
a. Bersifat individu, artinya setiapinformasi demografi dan sosial ekonomi
yang dikumpulkan berasal dari individu penduduk
b. Bersifat universal atau meneyeluruh
c. Pencacahan diselenggarakan serentak di seluruh wilayah negara
d. Sensus penduduk dilaksanakan secara periodik
 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan informasi yang harus ada
dalam sensus penduduk adalah sebagai berikut:
a. Geografi dan migrasi penduduk. Informasi ini meliputi lokasi daerah
pencacahan, jumlah penduduk secara de jure dan de facto.
b. Kondisi rumah tangga. Informasi yang harus diperoleh meliputi hubungan
anggota keluarga dengan kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan
jenis kelamin anggota keluarga.

2
c. Kelahiran dan kematian. Berisi informasi mengenai jumlah anak yang lahir
maupun jumlah anggota keluarga yang meninggal.
d. Karakteristik pendidikan. Dalam bagian ini, informasi yang harus diperoleh
adalah tingkat pendidikan tiap penduduk yang ada di suatu wilayah.
e. Karakteristik ekonomi. Informasi yang harus diperoleh adalah jenis mata
pencaharian penduduk yang ada di suatu wilayah, serta tingkat pendapatan
penduduk yang diperoleh di wilayah tersebut
 Ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan kualitas hasil sensus
penduduk, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pencacahan di
lapangan, yaitu sebagai berikut:
a. Kerjasama dan partisipasi masyarakat
Penduduk harus diyakinkan bahwa hasil sensus penduduk berguna
untuk perencanaan pembangunan ekonomi, sosial, dan politik.
b. Kondisi geografis dan topografis
Mudah dan sulitnya situasi geografis dan topografis wilayah sensus
mempengaruhi kelengkapan cakupan sensus penduduk.
c. Kualitas petugas
Petugas harus berkualitas dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap
pekerjaannya. Hal ini dapat dibentuk dengan persiapan, perencanaan, dan
pelatihan yang sempurna.
d. Kualitas penduduk sebagai responden
Responden perlu mengetahui dengan benar maksud dari pertanyaan
yang diajukan dan diharapkan dapat menjawab dengan jujur.
e. Perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaan di lapangan sesuai dengan rencana dan ketentuan,
serta ditunjang dengan peralatan yang dibutuhkan.
 Dalam melakukan sensus dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit, besar
kemungkinan terjadi kesalahan. Hal ini disebut kesalahan sensus. Penjelasan
untuk jenis-jenis kesalahan sensus adalah sebagai berikut.
a. Kesalahan cakupan
Kesalahan ini terjadi ketika tidak seluruh penduduk tercacah, atau
ada sebagian penduduk yang tercacah dua kali. Hal ini biasanya terjadi
pada negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar.
b. Kesalahan isi laporan

3
Kesalahan ini terjadi akibat adanya kesalahan pelaporan oleh
responden. Contohnya adalah penduduk yang tidak tahu usia sebenarnya,
atau penduduk yang menutupi kondisi sebenarnya.
c. Kesalahan ketepatan pelaporan
Kesalahan ini terjadi akibat adanya kelalaian petugas sensus atau
penduduk yang disensus.
2. Registrasi penduduk
Registrasi penduduk berkaitan dengan komponen penduduk yang
dinamis, seperti kelahiran, kematian, migrasi penduduk, perkawinan dan
perceraian. Komponen-komponen ini cepat berubah, sehingga diperlukan
registrasi penduduk yang dapat diperbarui setiap saat.Berbeda dengan sensus
penduduk, registrasi penduduk lebih bersifat pasif. Registrasi penduduk
dianggap pasif karena dilakukan oleh perwakilan keluarga dari kepala keluarga
yang tengah mengalami peristiwa tertentu, seperti kelahiran atau kematian.
Pelaporan dengan sistem pasif ini menimbulkan beberapa permasalahan,
terutama ketidaklengkapan data pelaporan,sebagai contoh:
a. Seorang bayi lahir beberapa menit, kemudian meninggal dunia. Seharusnya
hal tersebut dicatatkan sebagai peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi
orang tua bayi tersebut tidak melapor.
b. Jarak kantor desa terlalu jauh dari rumah penduduk yang melahirkan,
sehingga tidak dilaporkan.
c. Registrasi penduduk, penduduk yang boleh mencatatkan peristiwa-
peristiwa demografi adalah penduduk de jure.

Untuk memperoleh data registrasi yang baik dan benar, PBB


mensyaratkan beberapa aturan, yaitu sebagai berikut:
a. Ada peraturan yang memaksa penduduk untuk melapor (compulsory of
registration).
Dalam pelaksanaan registrasi ini harus dilandaskan atas dasar hukum,
sehingga memaksa penduduk untuk selalu melaporkan setiap kejadian
yang dialami keluarganya, baik peristiwa kelahiran, kematian, atau lainnya.
b. Dilaksanakan oleh badan pemeritah.
Pelaksanaan registrasi penduduk serta penyajian data statistiknya harus
dilakukan oleh lembaga pemerintah. Dengan demikian, hasil yang disajikan
akan menghasilkan data yang konsisten dan berkesinambungan.
c. Ada sanksi hukum.

4
Pelaksanaan registrasi penduduk harus memiliki sanksi hukum. Hal ini
dilakukan untuk menjamin bahwa setiap orang mau mendaftarkan diri
untuk didata. Begitu juga agar terhindar dari kelalaian dan pelanggaran
pendaftaran.
d. Ada petugas yang melaksanakan pendaftaran.
Tugas dan tanggung jawab petugas harus ditulis dengan jelas untuk
menghindari kesalahan dan untuk menjamin keseragaman dalam
pelaksanaan registrasi penduduk.
e. Keterangan yang dilaporkan.
Informasi dasar yang harus dilaporkan meliputi identitas penduduk, seperti
nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain.
f. Khusus untuk pelaporan kelahiran dan kematian.
Tanggal kejadian dan tanggal pelaporan, begitu juga tempat kejadian serta
tempat pelaporan sangat diperlukan untuk dapat disajikan ke dalam hasil
catatan dan tabulasi data statisitik.
g. Proses tabulasi dan penyajian data
Proses pemindahan laporan menjadi suatu data tabulasi adalah hal yang
sangat penting, terutama dalam hal keakuratannya. Oleh karena itu, harus
ada peraturan mengenai prosedur pelaporan dan penyajian data statistik.
3. Survei penduduk
Survei adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
pencacahan sampel atau hanya mencacah sebagian penduduk. Survei dapat
dilaksanakan kapan saja sesuai kebutuhan. Contoh survei yang dilaksanakan
oleh BPS adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
Setiap metode pengumpulan data kependudukan tentunya memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kelemahan metode survei adalah
tidak dapat mewakili semua penduduk karena hanya diambil berdasarkan
sampel. Sedangkan kelebihan dari metode survei akan diuraikan sebagai
berikut.
a. Dapat dilakukan kapan saja.
b. Data yang diambil sesuai kebutuhan survei.
c. Data yang dikumpulkan lebih lengkap dan rinci.
d. Penghematan terhadap waktu, biaya, dan tenaga.

5
B. KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk atas dasar
kriteria tertentu, kriteria tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Biologis, meliputi umur, dan jenis kelamin.
 Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, dsb.
 Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan,
jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dsb.
 Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, propinsi,
kabupaten, dsb.
Komposisi penduduk dalam pembahasan ini mengklasifikasikan
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin tertentu. Komposisi penduduk
berdasarkan jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk menurut jenis
kelaminnya. Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan umur adalah
pengelompokan penduduk berdasarkan umur tunggal (single age group) dan
umur lima tahunan (five years age group). Pengelompokkan umur tergantung
pada kebutuhan analisis.
Tabel 1. Komposisi Penduduk Indonesia tahun 2010
Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
0–4 11.662.369 11.016.333 22.678.702
5–9 11.974.094 11.279.386 23.253.480
10 – 14 11.662.417 11.008.664 22.671.081
15 – 19 10.614.306 10.266.428 20.880.734
20 – 24 9.887.713 10.003.920 19.891.633
25 – 29 10.631.311 10.679.132 21.310.443
30 – 34 9.949.357 9.881.328 19.830.685
35 – 39 9.337.517 9.167.614 18.505.131
40 – 44 8.322.712 8.202.140 16.524.852
45 – 49 7.032.740 7.008.242 14.040.982
50 – 54 5.865.997 5.695.324 11.561.321
55 – 59 4.400.316 4.048.254 8.448.570
60 – 64 2.927.191 3.131.570 6.058.761
65 – 69 2.225.133 2.468.898 4.694.031
70 – 74 1.531.459 1.924.872 3.456.331
75 – 79 842.344 1.135.561 1.977.905
80 – 84 481.462 661.708 1.143.170
85 – 89 182.432 255.529 437.961

6
90 – 94 63.948 106.951 170.899
95 + 36.095 68.559 104.654
Jumlah 119.630.913 118.010.413 237.641.326
Sumber: Badan Pusat Statistik dalam bps.go.id
Dalam kaitannya dengan komposisi penduduk, ada konsep, definisi dan
ukuran-ukuran yang perlu diperhatikan seperti Sex Ratio dan Dependency
Ratio.
1. Sex Ratio (Rasio Jenis Kelamin)
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-
laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan
waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki
per 100 perempuan.
Rumus:
𝑴
𝑺𝑹 = xk
𝑭

Keterangan :
SR = rasio jenis kelamin
M = jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada waktu
tertentu
F = jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu
tertentu
k = konstanta, nilainya 100

Contoh :
Pada tahun 2010 di Indonesia jumlah penduduk laki-laki sebesar
119.507.580 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebesar 118.048.783
jiwa. Hitung sex ratiopenduduk pada tahun tersebut!
119.507.580
𝑆𝑅 = x 100 =101,23
118.048.783

Jadi pada tahun 2010 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia


sebesar 101, berarti tiap 100 penduduk perempuan ada 101 penduduk laki-
laki.

Besar kecilnya Rasio Jenis Kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh :


a. Rasio Jenis Kelamin pada saat Kelahiran (Sex Ratio at Birth)
Di beberapa negara besarnya sex ratio of birth umumnya berkisar antara
103 – 105 bagi laki-laki per 100 perempuan.

7
b. Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan.
Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian
perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil.
c. Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan.
Jika di suatu daerah Sex Ratio > 100 berarti di daerah tersebut
lebih banyak penduduk laki-laki. Sedangkan jika Sex Ratio < 100
berarti lebih banyak penduduk perempuan.
2. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Angka beban tanggungan atau angka ketergantungan adalah angka
yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak
produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan
banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15 – 64 tahun).
Rumus:
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐭𝐢𝐟
DR = xk
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐭𝐢𝐟
Keterangan:
DR = Angka beban tanggungan
Penduduk tidak produktif = penduduk umur 0 – 14 th dan 65 th ke
atas
Penduduk produktif = penduduk umur 15 – 64 tahun
k = konstanta, nilainya 100
Contoh:
Pada tahun 2010 di Indonesia penduduk yang berumur 0 – 14 tahun adalah
68.603.263 jiwa, sedangkan penduduk yang berumur 15 – 64 tahun adalah
157.053.112 jiwa, dan penduduk umur lebih dari 65 tahun adalah
11.984.951 jiwa. Hitung dependency ratio pada tahun tersebut!

68.603.263+11.984.951
𝐷𝑅 = x 100= 51,312
157.053.112

Maka diperoleh hasil 51,312 yang dibulatkan ke 51, yang berarti setiap 100
penduduk umur produktif menanggung 51 penduduk umur tidak produktif.
3. Piramida Penduduk
Piramida penduduk adalah grafik berbentuk piramida yang
merupakan gambaran secara visual dari komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin. Sumbu horizontal menggambarkan jumlah
penduduk tertentu. Pemilihan skala pada sumbu horizontal bergantung

8
pada jumlah penduduk dalam persentase dari jumlah pendudukyang
terdapat pada tiap golongan umur di sumbu vertikal. Sumbu vertikal
menggambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin, karakteristik penduduk di suatu daerah atau wilayah dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok. Berikut ini contoh piramida
penduduk yang menggambarkan beberapa komposisi penduduk:

Gambar 1. Macam bentuk piramida penduduk


(sumber :
http://egarteknikinformatika.blogspot.co.id/2011/10/penduduk-
masyarakat-dan-kebudayaan.html)

a. Piramida penduduk ekspansif (limas)


Piramida penduduk ini menggambarkan sebagian besar penduduk
berada dalam kelompok usia muda, sehingga jumlah usia kelompok
muda lebih tinggi dibandingkan usia dewasa dan tua. Negara yang
berada di tipe ini termasuk dalam pertumbuhan penduduk yang
tinggi dan terdapat pada negara-negara yang sedang berkembang
dengan angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang tinggi.
Negara yang termasuk pada tipe piramida adalah Indonesia,
Malaysia, India, Brasil, dan sebagainya.
b. Piramida penduduk konstruktif (granat)
Piramida ini menggambarkan penduduk yang berada di kelompok
usia muda jumlahnya lebih sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-
negara yang tingkat kematiannya rendah.
c. Piramida penduduk stasioner (batu nisan)
Piramida ini menggambarkan penduduk yang berada di kelompok
usia muda, dewasa, dan tua jumlahnya hampir sama, kecuali pada
kelompok umur tertentu. Tipe ini menggambarkan tingkat kelahiran
dan kematian rendah.

9
C. PERTUMBUHAN PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara faktor-
faktor yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk.Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan
migrasi. Faktor pertumbuhan penduduk, kelahiran, kematian tergolong faktor
alami, sedangkan migrasi tergolong faktor nonalami. Pertumbuhan penduduk
dapat dibedakan menjadi pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan
penduduk total.
1. Pertumbuhan penduduk alami
Pertumbuhan penduduk alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dan
jumlah kematian. Dalam pertumbuhan alami, jumlah imigran dan emigran
tidak diperhitungkan karena jumlahnya dianggap tidak signifikan. Rumus
untuk menghitung pertumbuhan penduduk alami adalah sebagai berikut.

T = (L –M)
Keterangan :
T = pertumbuhan penduduk
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
Contoh:
Misalkan pada tahun 2014 angka kelahiran kasar penduduk di Pulau Jawa
sebesar 50.000 jiwa dan jumlah penduduk yang meninggal sebesar 20.000
jiwa. Berapakah pertumbuhan penduduk alami di Pulau Jawa?
T =L–M
= 50.000 – 20.000
= 30.000
Jadi, pertumbuhan penduduk alami Pulau Jawa tahun 2014 adalah 30.000
jiwa.
2. Pertumbuhan penduduk total
Berbeda dengan pertumbuhan penduduk alami, pertumbuhan penduduk
total memperhitungkan jumlah penduduk yang melakukan migrasi (imigrasi
dan emigrasi), dengan rumus sebagai berikut:

Ttotal = (L –M) + (I – E)

Keterangan :
Ttotal = pertumbuhan penduduk total
L = jumlah kelahiran

10
M = jumlah kematian
I = jumlah imigrasi
E = jumlah emigrasi

Contoh:
Misalkan, jumlah kelahiran kasar penduduk di Pulau Jawa pada tahun
2014 adalah 50.000 jiwa dan jumlah kematian kasar sebanyak 20.000 jiwa.
Diketahui pula jumlah penduduk yang melakukan imigrasi sebanyak
15.000 jiwa dan penduduk yang melakukan emigrasi sebanyak 7.000 jiwa.
Hitunglah pertumbuhan penduduk total di Pulau Jawa pada tahun 2014!

Ttotal = (L – M) + (I – E)

= (50.000 – 20.000) + (15.000 - 7.000)


= 30.000 + 8.000
= 38.000
Jadi, pertumbuhan total Pulau Jawa tahun 2014 adalah 38.000 jiwa.

Pertumbuhan penduduk dapat digolongkan menjadi tinggi, sedang, dan


rendah. Pertumbuhan penduduk dikatakan rendah jika persentase nilai Ttotal
terhadap jumlah penduduk tahun awal perhitungan kurang dari 1%,
pertumbuhan penduduk dikatakan sedang jika persentase nilai Ttotal antara 1 –
2%, dan pertumbuhan penduduk dikatakan tinggi jika persentase nilai Ttotal di
atas 2%.

D. PERSEBARAN DAN KEPADATAN PENDUDUK


Persebaran atau distribusi penduduk adalah hasil dari penyebaran
penduduk di suatu wilayah atau negara.Kepadatan penduduk adalah angka
yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk untuk tiap satuan luas pada
suatu wilayah atau negara.Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan
kepadatan penduduk pada tiap daerah atau negara adalah sebagai berikut:
1. Faktor fisiografis
Penduduk selalu memilih tempat tinggal pada lokasi yang baik, strategis,
terdapat tanah yang subur, berelief halus, cukup air, dan aman.
2. Faktor biologis
Tingkat pertumbuhan penduduk di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan
jumlah perkawinan.

11
3. Faktor kebudayaan dan teknologi
Daerah dengan masyarakat yang memiliki pola pikir modern dan
pembangunan fisik yang pesat akan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan daerah lain.
Ketidakmerataan persebaran penduduk di Indonesia menyebabkan
kepadatan penduduk berbeda-beda pada setiap daerah. Ada daerah dengan
kepadatan penduduk tinggi dan ada pula daerah dengan kepadatan
penduduk rendah.
Kepadatan penduduk dapat dibedakan atas dua macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Kepadatan penduduk aritmatik, yaitu jumlah rata-rata penduduk per
luas wilayah.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)


Kepadatan penduduk aritmatik =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝐾𝑚2 )

Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dihitung. Data


kepadatan penduduk aritmatik sangat bermanfaat dalam bidang
perencanaan wilayah. Contohnya, dengan mengetahui tingkat kepadatan
penduduk di suatu wilayah, pemerintah daerah dapat membuat
perencanaan pembangunan fasilitas sosial. Jika suatu daerah memiliki
kepadatan penduduk aritmatik rendah, pembangunan masalah kesehatan,
seperti puskesmas, dapat digabung dengan daerah lain yang berdekatan.
Perencanaan pembangunan wilayah permukiman juga memerlukan data
kepadatan penduduk aritmatik.
2. Kepadatan Penduduk Agraris, yaitu jumlah rata-rata penduduk petani
per luas lahan pertanian. Kepadatan penduduk agraris dapat dihitung
dengan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖 (𝑗𝑖𝑤𝑎)


Kepadatan penduduk agraris =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 (𝐾𝑚2 )

Kepadatan penduduk di Indonesia antara pulau satu dengan pulau


yang lain tidak seimbang. Selain itu, kepadatan penduduk antara provinsi
yang satu dengan provinsi yang lain juga tidak seimbang. Hal ini
disebabkan persebaran penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Padahal luas wilayah Pulau Jawa hanya sebagian kecil dari luas wilayah

12
Indonesia. Akibatnya pulau Jawa memiliki tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi.
Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah
dalam mendukung kehidupan penduduk. Daya dukung lingkungan pada
berbagai daerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan di
Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan pulau-pulau lain. Setiap satuan luas
di wilayah Pulau Jawa dapat mendukung kehidupan lebih banyak
dibandingkan dengan Pulau Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatera.

E. PROYEKSI PENDUDUK
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang
akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan
migrasi. Di Indonesia data penduduk yang dapat dipakai dan dipercaya untuk
keperluan proyeksi adalah berasal dari sensus penduduk (SP) yang
dilaksanakan pada tahun yang berakhiran angka 0 (nol) dan survei antar
sensus (SUPAS) pada tahun kelipatan 5 (lima).
1. Manfaat Proyeksi Penduduk
Salah satu sumber data kependudukan yang dianggap paling
lengkap dan akurat adalah hasil sensus penduduk. Akan tetapi sesnsus
dilakukan setiap 5 tahun sekali bahkan pada umumnya di negara sedang
berkembang dilakukan 10 tahun sekali sehingga tidak dapat memenuhi
permintaan data secara mendesak untuk suatu keperluan tertentu. Untuk
tujuan perencanaan pembangunan dan penilaian program baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diperlukan data-data
kependudukan tidak hanya besar atau jumlahnya saja tetapi komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin serta karakteristik sosial
ekonomi baik pada saat sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Untuk tujuan tersebut diperlukan teknik estimasi ataupun proyeksi jumlah
penduduk di masa mendatang beserta struktur umurnya.
Pada masa dahulu, pemerintah tertarik pada ‘population projection’
terutama untuk keperluan pajak atau keperluan mengetahui besarnya
kekuatan negaranya. Pada dekade akhir-akhir ini pemerintah memerlukan
proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggungjawabnya untuk
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan
yang terencana.

13
Mengingat semua rencana pembangunan, baik ekonomi maupun
sosial, menyangkut pertimbangan tentang jumlahserta karakteristik dari
pendudukdi masa mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur
penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum untuk proses
perencanaan pembangunan di bidang:
a. Pangan
Untuk menentukan kebutuhan akan bahan pangan sesuai dengan gizi
serta susunan penduduk menurut umur.
b. Kesehatan
Menentukan jumlah medis, dokter, obat-obatan, jumlah tempat tidur di
rumah sakit yang diperlukan selama periode proyeksi.

c. Pendidikan
Proyeksi penduduk dipakai sebagai dasaruntuk memperkirakan jumlah
murid, jumlah guru, gedung-gedung sekolah,, pendidikan pada masa
yang akan datang.
2. Cara Penghitungan Proyeksi Penduduk
Jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat diperkirakan
atau diproyeksikan. Informasi mengenai perkiraan jumlah penduduk di
masa yang akan datang sangat penting dalam perencanaan pembangunan.
Misalnya, untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana
kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Berikut ini metode-metode yang
dapat digunakan untuk memproyeksikan penduduk :
a) Model Geometrik
Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan
bertambah/berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan (persentase)
yang tetap. Misalnya, jika Pn+1 dan Pn adalah jumlah penduduk dalam
tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah atau berkurang
pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar Pn+1/Pn ) dari
waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi dengan tingkat
pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah,
dimana pada tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut
penduduknya sedikit dan menjadi semakin banyak pada tahun-tahun
akhir.

14
Metode geometrik dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Pn = Po (1 + r)n
Keterangan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = jumlah penduduk pada tahun ke-0 atau tahun dasar
n = jumlah tahun antara ke-0 hingga ke-n
r = tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (dalam persen)
contoh soal:
Misalkan pada tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia tercatat 205 juta
jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun adalah 1,5%. Berapakah
proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2016?
Jawab:
Pn = Po (1 + r)n
= 205 (1 + 1,5%)15
= 205 (1 + 0,015)15
= 205 (1,015)15
= 205 (15,225)
= 3.121
Jadi, proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2016 dengan tingkat
pertumbuhan penduduk 1,5% per tahun adalah 3.121 juta jiwa.
b) Model Aritmatik
Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik
proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini
menggunakan persamaan derajat pertama (first degree equation).
Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari
waktu, dengan persamaan:

Pn = Po {1 + (r.n)}
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
contoh soal:

15
Wilayah Jakarta memiliki jumlah penduduk sebanyak 40.000 jiwa pada
tahun 2014 dan pertumbuhan penduduknya sebesar 2% per tahun.
Berapakah jumlah penduduk wilayah jakarta setelah 6 tahun kemudian?
Jawab:
Pn = P0 {1 + (r.n)}
= 40.000 { 1 + (0,02 x 6)}
= 40.000 + 4800
= 44.800 jiwa
Jadi jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak
44.800 jiwa dengan pertumbuhan sebanyak 4.800 jiwa tiap tahunnya.
c) Model Exponensial
Metode eksponensial memiliki asumsi bahwa persentase
pertumbuhan penduduk sama setiap hari. Hasil proyeksi penduduk
dengan menggunakan metode eksponensial akan berbentuk garis
lengkung yang lebih terjal daripada garis lengkung pada metode
geometrik. Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

Pn = Po er.n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
e = Bilangan eksponensial = 2,7182818.
contoh soal:
Jumlah penduduk wilayah Merauke pada tahun 2013 adalah 10.000 jiwa
dan pertumbuhan penduduk 2% per tahun. Berapakah jumlah
penduduknya pada tahun 2018?
Jawab:
Pn = P0er.n
= 10000 x 2,71828180,02×5
= 10000 x 2,71828180,1
= 11052 jiwa
Jadi jumlah penduduk Merauke pada tahun 2018 sebanyak 11052 jiwa
dengan pertumbuhan sebesar 1052 jiwa tiap tahunnya.

16
d) Metode Double Time
Adalah perhitungan yang memperkirakan kapan terjadi lonjakan
jumlah penduduk dua kali lipat di suatu wilayah.
contoh soal:
Penduduk Indonesia pada akhir tahun 1991 berjumlah 180 juta jiwa dengan
pertumbuhan penduduk alami 2% per tahun. Jika diproyeksikan, maka
kapan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai dua kali lipatnya?
Jawab:
𝑘 70
𝐷𝑇 = = = 35 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑟 2
Jadi jumlah penduduk Indonesia akan menjadi dua kali lipat atau 360 juta
jiwa pada tahun: 1991 + 35 = 2026.

F. FAKTOR DINAMIKA KEPENDUDUKAN


Penduduk merupakan salah satu faktor pembentuk suatu negara.
Selain itu, penduduk adalah modal utama pembangunan sebuah negara.
Penduduk Indonesia memiliki 4 ciri umum yaitu jumlah penduduk yang terus
bertambah, sebagian besar penduduk berusia muda, persebaran penduduk
yang tidak merata, dan sebagian besar penduduk bekerja di sector pertanian.
Kondisi penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu natalitas,
mortalitas dan migrasi.
1. Natalitas (Kelahiran)

Gambar 2. Kelahiran
Sumber : www.analisadaily.com/tag/k/kelahiran

Kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat


menambah jumlah penduduk. Tingkat kelahiran bergantung pada jumlah
pasangan usia subur dan jumlah bayi yang dilahirkan. Kelahiran bayi dapat
dibedakan menjadi bayi lahir hidup dan bayi lahir mati. Bayi lahir hidup

17
apabila mempunyai tanda-tanda kehidupan sewaktu lahir, misalnya
bernapas, ada gerakan otot, dan ada denyut jantung. Beberapa faktor yang
mendukung kelahiran (pronatalitas) dan menghambat kelahiran
(antinatalitas), antara lain sebagai berikut.
 Faktor-faktor pronatalitas
a. Kawin usia muda
Apabila seorang perempuan kawin pada usia muda maka masa
reproduksi perempuan tersebut menjadi lebih lama. Masa reproduksi
yang lama memberikan kesempatan bagi perempuan itu untuk
mempunyai anak lebih banyak dibandingkan dengan perempuan
yang kawin pada usia dewasa.
b. Tingkat kesehatan
Tingkat kesehatan yang rendah menyebabkan banyaknya bayi yang
meninggal menyebabkan orang tua cenderung memilih mempunyai
banyak anak. Hal ini bertujuan apabila ada satu anak yang
meninggal masih ada anak yang lain. Tingkat kesehatan yang baik
juga berperan dalam peningkatan kelahiran, karena semakin baik
kesehatan seorang ibu maka semakin besar kemampuannya untuk
melahirkan anak.
c. Anggapan banyak anak banayak rezeki
Masyarakat agraris tradisional memiliki semboyan banyak anak
banyak rezeki. Hal tersebut terjadi karena masyarakat agraris
tradisional bekerja dengan lebih banyak mengandalkan tenaga
manusia dan hewan.
 Faktor-faktor antinatalitas
a. Pembatasan usia menikah
Indonesia menerapkan peraturan pembatasan usia pernikahan.
Batas usia menikah bagi perempuan minimal 16 tahun, sedangkan
bagi laki-laki minimal 19 tahun.
b. Program keluarga berencana
Pemerintah membatasi jumlah kelahiran dengan memasyarakatkan
program keluarga berencana dan menyediakan berbagai peralatan
kontrasepsi. Jumlah anak yang diperbolehkan dalam program KB
adalah maksimal 2 orang. Perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan juga dapat dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi.

18
c. Pembatasan tunjangan anak
Pada pegawai negeri dan karyawan perusahaan tertentu,
diberlakukan pembatasan tunjangan anak. Pembatasan tunjangan
ini akan mendorong para pegawai untuk memiliki jumlah anak sesuai
syarat untuk mendapatkan tunjangan.
d. Anak merupakan beban
Masyarakat modern memiliki anggapan bahwa anak merupakan
beban bagi orang tua. Orang tua harus menyiapkan berbagai fasilitas
kesehatan, sosial, dan pendidikan bagi anak-anaknya.
Pengukuran kelahiran dapat dilakukan melalui beberapa cara.
a. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate- CBR)
Angka kelahiran kasar (crude birth rate atau CBR) menunjukkan jumlah
kelahiran tiap 1.000 penduduk setiap tahun, dengan rumus sebagai
berikut.
B
CBR = xk
P

Keterangan:
B = jumlah anak yang lahir (birth) pada tahun tertentu
P = jumlah penduduk (population) pada pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Angka kelahiran kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu sebagai berikut.
a. Tinggi, jika angka kelahiran kasar suatu daerah lebih dari 30 tiap
1.000 orang.
b. Sedang, jika angka kelahiran kasar suatu daerah berkisar antara 20-
30 tiap 1.000 orang.
c. Rendah, jika angka kelahiran kasar suatu daerah kurang dari 20 tiap
1.000 orang.
contoh soal:
Pada suatu daerah terdapat penduduk sejumlah 25 juta orang dan
jumlah bayi yang lahir dalam setahun sebanyak 500.000 orang.
Berapakah nilai CBR untuk daerah tersebut?
B
CBR = xk
P
500.000
= x 1.000
25.000.000

19
= 20 bayi/1.000 wanita
Jadi, nilai CBR daerah tersebut adalah 20 bayi/1.000 wanita.
b. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Birth Rate -ASBR)
Cara pengukuran kelahiran menggunakan metode CBR seringkali
dianggap kurang memuaskan karena tidak memperhatikan pembagian
menurut jenis kelamin dan golongan umur. Oleh karena itu,
digunakanlah cara pengukuran kelahiran dengan mempertimbangkan
umur yaitu cara age specific birth rate (ASBR). ASBR adalah angka yang
menunjukkan jumlah kelahiran setiap 1.000 wanita golongan umur
tertentu setiap tahun. Nilai ASBR dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
Bx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = Px
xk
Keterangan :
Bx = jumlah anak yang lahir dari wanita kelompok umur x
Px = jumlah wanita pada kelompok umur x
k = konstanta (1.000)
Penduduk bisa digolongkan dalam kelompok umur tertentu, misalnya
kelompok umur lima tahunan, yaitu 20 – 24 tahun, 25 – 29 tahun, 30 –
34 tahun, dan seterusnya.
contoh soal:
Pada suatu wilayah terdapat 100.000 wanita yang berumur antara 25 –
29 tahun, dan jumlah kelahiran dari wanita dalam kelompok umur
tersebut sebanyak 20.000 orang. Berapakah nilai ASBR wilayah
tersebut?
Bx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = xk
Px
20.000
𝐴𝑆𝐵𝑅 = x 1.000
100.000

= 200 bayi/1.000 wanita


Jadi, ASBR daerah tersebut adalah 200 bayi dari setiap 1.000 wanita
pada kelompok umur 25 – 29 tahun.

20
2. Mortalitas (Kematian)

Gambar 3. Mortalitas
Sumber: www.google.com

Pertumbuhan jumlah penduduk dipengaruhi oleh tingginya tingkat


kematian. Tingkat kematian adalah jumlah kematian per 1.000 penduduk
setiap tahun. Tingkat kematian pada suatu kelompok penduduk berbeda
dengan tingkat kematian penduduk pada kelompok lainnya. Biasanya
tingkat kematian penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
penduduk perempuan.
Negara maju umumnya mempunyai tingkat kematian yang lebih
rendah dibandingkan dengan negara berkembang. Tingkat kematian
penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial, ekonomi,
pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, dan jenis kelamin. Semua faktor
tersebut, menurut sifatnya, dapat dibedakan menjadi faktor pendukung
kematian (pro-mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti-mortalitas)
sebagai berikut.
 Faktor-faktor anti-mortalitas
a. Fasilitas kesehatan yang memadai.
b. Lingkungan yang bersih dan teratur.
c. Ajaran agama yang melarang bunuh diri.
d. Tingkat kesehatan yang tinggi.
 Faktor-faktor pro-mortalitas
a. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
b. Gaya hidup tidak sehat dan penggunaan narkoba
c. Kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, seperti rumah sakit,
peralatan kesehatan, dan obat-obatan.
d. Sering terjadi kecelakaan lalu lintas
e. Terjadi bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa

21
f. Terjadi peperangan
Pengukuran tingkat kematian dapat dilakukan melalui beberapa cara.
a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR)
Angka kematian kasar (crude death rate atau CDR) adalah angka yang
menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1.000 penduduk per tahun,
dengan rumus sebagi berikut.
D
CDR = xk
P

Keterangan:
D = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Angka kematian kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu
sebagai berikut.
1) Tinggi, jika angka kematian kasar suatu daerah lebih dari 20 orang
dari setiap 1.000 penduduk.
2) Sedang, jika angka kematian kasar suatu daerah berkisar antara 10 –
20 orang dari setiap 1.000 penduduk.
3) Rendah, jika angka kematian kasar suatu daerah kurang dari 10 orang
dari setiap 1.000 penduduk.
Contoh soal:
Jumlah penduduk suatu negara pada pertengahan tahun adalah 25 juta
jiwa. Pada tahun tersebut terdapat 50.000 orang yang meninggal dunia.
Berapakah tingkat kematian pada negara tersebut?
D
CDR = xk
P
50.000
= 25.000.000
x 1.000

= 2 orang
Jadi, besar CDR untuk negara tersebut adalah 2 orang dari setiap 1.000
penduduk.
b. Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate atau ASDR)
Angka kematian menurut umur (age specific death rate atau ASDR)
adalah angka yang menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur
tertentu dari setiap 1.000 penduduk dalam kelompok umur yang sama. Bila
dibandingkan dengan CDR, hasil perhitungan ASDR lebih teliti karena
didasarkan pada kelompok umur. Rumus untuk menghitung angka
kematian menurut umur adalah sebagai berikut.

22
Dx
𝐴𝑆𝐷𝑅 = Px
xk

Keterangan
Dx = jumlah kematian dalam kelompok umur x
Px = jumlah penduduk pada kelompok umur x
k = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Pada suatu daerah terdapat penduduk berusia antara 50 – 55 tahun
sebanyak 1.000.000 orang. Pada golongan umur tersebut terjadi 10.000
kematian dalam setahun. Berapakah besar ASDR untuk daerah tersebut?
Dx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = Px
xk
10.000
𝐴𝑆𝐵𝑅 = 1.000.000
x 1.000 = 10 orang

Jadi, besar ASDR daerah tersebut adalah 10 orang dari tiap 1.000
penduduk golongan usia 50 – 55 tahun.

3. Migrasi
Migrasi adalah pergerakan atau perpindahan penduduk dari suatu
tempat ke tempat lain, dan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertambahan penduduk di suatu daerah atau suatu negara.
Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian. Migrasi secara
regional dan lokal sangat penting, berkaitan dengan densitas atau
kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata. Ketidakmerataan
inilah yang menjadi salah satu pendorong dan penarik orang-orang dalam
melakukan migrasi.
Pada umumnya, orang melakukan migrasi karena keinginan untuk
meningkatkan taraf hidup. Alasan lain adalah karena adanya faktor-faktor
yang memaksa dirinya untuk berimigrasi dari daerah asalnya ke daerah
yang baru. Contohya adalah bencana alam, konflik sosial, peperangan, atau
tingginya frekuensi tindak kejahatan di suatu wilayah.

G. MOBILITAS PENDUDUK
merupakan gerak penduduk yang melewati batas wilayah dan dalam
periode waktu tertentu. Batas wilayah tersebut umumnya digunakan batas
administrasi seperti batas negara, propinsi, kabupaten, kecamatan,
kelurahan/desa, dan dusun. Mobilitas berkaitan dengan move yang berarti

23
bergerak. Mobilitas penduduk merupakan perpindahan yang tidak disertai
dengan unsur niatan untuk menetap di daerah tujuan.
Mobilitas dapat dibedakan antara mobiltas horizontal dan mobilitas
vertikal. Mobilitas vertikal sening disebut perubahan status pekerjaan.
Misalnya seseorang yang sebelumnya bekerja di sektor pertanian sekarang
bekerja di bidang non peranian. Mobilitas horizontal sering disebut dengan
istilah mobilitas geografis, adalah gerak (movement) yang melewati batas
wilayah menuju wilayah yang lain pada periode waktu tertentu.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melaksanakan sensus penduduk
Indonesia menggunakan batas propinsi menjadi batas wilayah, sedangkan
batas waktu digunakan enam bulan atau lebih. Jadi menurut definisi yang
dibuat BPS, sesorang disebut migran apabila orang bergerak melintasi batas
propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di popinsi tujuan adalah
enam bulan atau lebih. Atau seseorang disebut migran walaupun waktu di
propinsi tujuan kurang dan enam bulan, tetapi orang tersebut berniat untuk
tinggal menetap. Jika waktunya kurang dari 6 bulan dan tidak mempunyai
niatan untuk menetap maka dinamakan mobilitas.

Gambar 4. Mobilitas penduduk


Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-
MDFoeEeRvIg/UqyAIrdS_II/AAAAAAAAP0g/2lWrdCZIACI/s1600/tjuyjuyf.jpg
diunduh tanggal 18 April 2017

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk


a. Faktor Pendorong
Beberapa faktor pendorong yang berasal dari daerah asal yaitu:
1) Turunnya sumber daya alam.
2) Hilangnya mata pencaharian.
3) Diskriminasi yang bersifat penekanan atau penyisihan

24
4) Memudarnya rasa ketertarikan oleh karena kesamaan kepercayaan,
kebiasaan atau kebersamaan perilaku baik antar anggota keluarga
maupun masyarakat sekitar.
5) Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena tidak lagi kesempatan
untuk pengembangan diri, pekerjaan atau perkawinan.
6) Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena bencana alam seperti
banjir, kebakaran, kekeringan, gempa bumi, atau epidemic penyakit.
b. Faktor Penarik
Beberapa faktor pendorong yang berasal dari daerah tujuan yaitu:
1) Kesempatan yang melebihi untuk bekerja sesuai dengan latar belakang
profesinya dibandingkan di daerah asal.
2) Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
3) Kesempatan yang lebih tinggi memperoleh pendidikan atau pelatihan
sesuai dengan spesialisasi yang dikehendaki.
4) Keadaan lingkungan yang menyenangkan, seperti perumahan, sekolah,
dan fasilitas umum lainnya.
5) Ketergantungan, seperti dari seorang isteri terhadap suaminya yang
tinggal di tempat yang dituju.
6) Penyediaan untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbeda atau yang
baru dilihat dari berbagai sisi lingkungan, penduduk atau budaya
masyarakat sekitar.
2. Kendala Mobilitas Penduduk
Faktor kendala merupakan faktor yang terletak diantara daerah asal
dan daerah tujuan. Yang termasuk dalam faktor ini,misalnya jarak,
aksesibilitas, jenis transportasi, dan biaya transportasi. Jarak yang dekat
dan mudahnya transportasi mendorong terjadinya mobilitas penduduk.

Gambar 5. Aksesibilitas buruk

25
Sumber:
http://www.rmolsumsel.com/images/berita/thumb_275582JalanRusak.jpg
diunduh tanggal 18 April 2017

3. Macam-Macam Mobilitas
a. Mobilitas Permanen (Tetap/Migrasi)
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain
dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Secara garis besar
migrasi dapat dibagi menjadi dua,yaitu :
1) Migrasi Internasional
Migrasi internasional yang dapat di bedakan atas migrasi masuk
(imigrasi), migrasi keluar (emigrasi) dan remigrasi.
a) Imigrasi
Imigrasi adalah masuknya penduduk suatu negara ke negara kita
baik untuk maksud berkunjung, bekerja ataupun kepentingan
lain dalam waktu tertentu (lebih dari 6 bulan) atau untuk
selamanya.Contoh: Orang Inggris menikah dengan orang
Indonesia kemudian menetap di Indonesia. Imigrasi dalam jumlah
besar biasanya disebabkan oleh konflik di suatu negara.

Gambar 6. Imigran Tidak Resmi


Sumber: http://cdn.gresnews.com/2012721Imigran-
portaltiga.jpeg
diunduh tanggal 18 April 2017
b) Emigrasi
Emigrasi adalah perpindahan penduduk dari negara kita ke
negara lain dengan tujuan untuk menetap selamanya atau
bekerja(lebih dari 6 bulan). Contoh: perginya orang Indonesia
(TKI) ke timur tengah untuk bekerja dan menetap disana.

26
Gambar 7. TKI
Sumber: http://www.boombastis.com/wp-content/01/TKI-rela-
berjauhan.jpg
diunduh tanggal 18 April 2017
c) Remigrasi
Remigrasi merupakan kembalinya penduduk dari suatu negara
ke negara asalnya.Contoh: Orang Indonesia yang kembali ke
Indonesia setelah lama bekerja di Malaysia.

Gambar 8. TKI Kembali Ke Tanah Air


Sumber:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/23/sm1ceriyati123.j
pg
diunduh tanggal 18 April 2017

2) Migrasi Internal/Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang
padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya dan
masih berada dalam satu wilayah negara. Contoh:pindahnya
penduduk dari Jawa kedaerah daerah di Sumatra, Kalimantan,
Papua, dsb.

27
Gambar 9. Permukiman Penduduk Transmigran
Sumber:
https://cdn.tmpo.co/data/2012/12/28/id_158477/158477_620.
jpg
diunduh tanggal 18 April 2017

 Tujuan Transmigrasi
a) Mengusahakan kekayaan alam di luar pulau jawa.
b) Supaya terjadi asimilasi antar suku sehingga perasaan
kesukuan hilang. Ini merupakan salah satu realisasi dari
Sumpah Pemuda.
c) Untuk pertahanan keamanan dan ketahanan nasional.
d) Penyebaran penduduk supaya merata,sehingga program
pembangunan dapat merata ke seluruh pelosok tanah air.

 Jenis-Jenis Transmigrasi
a) Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang dilakukan dan
dilaksanakansebagai program pemerintah. Konsekuensinya semua
pembiayaan ditanggung oleh pemerintah, seperti ongkos perjalanan,
jaminan hidup selama areal pertaniannya belum menghasilkan,
tempat permukiman, dan perlengkapan lainnya di tempat
transmigrasi.
b) Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah karena suatu keadaan atau tujuan tertentu, seperti ada
bencana, dan transmigrasi yang dilakukan oleh para veteran
TNI/Polri demi menjaga stabilitas keamanan di kawasan tertentu.
c) Transmigrasi spontan (swakarsa), yaitu transmigrasi yang dilakukan
atas prakarsa atau keinginan penduduk sendiri. Sehingga
konsekuensi biayanya ditanggung sendiri oleh penduduk yang

28
melakukan transmigrasi. Pemerintah hanya menyediakan lahan 2 Ha
di lokasi beserta kelengkapan pertanian termasuk bibit.
d) Transmigrasi swakarya, yaitu transmigrasi yang terjadi atas inisiatif
penduduk, tetapi pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah dan
pelaku transmigrasi sendiri. Sehingga ada kerja sama antara pihak
peminat transmigrasi dan penyelenggara transmigrasi, dalam hal ini
pemerintah.
e) Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dari suatu
daerah ke daerah lain yang masih dalam kawasan tujuan
transmigrasi dan masih dalam satu provinsi.
f) Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh
seluruh penduduk desa termasuk seluruh aparatur desanya ke pulau
lain, dikarenakan desa tersebut terkena proyek pemerintah, seperti
pembuatan jalan, jembatan, atau bendungan.
g) Transmigrasi sektoral, adalah transmigrasi yang dilakukan oleh
penduduk suatu daerah menuju pulau lain, dimana pembiayaan
ditanggung oleh pemerintah daerah asal para transmigran dan
pemerintah daerah yang menjadi tujuan transmigrasi.

Gambar 10. Persebaran Daerah Tujuan Transmigrasi


Sumber:
http://gaktauapaalamatnya.blogspot.co.id/2015/10/perkembangan-
masyarakat-indonesia.html diunduh tanggal 18 April 2017
 Dampak Positif
a) Memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa dengan akulturasi atau
perpaduan budaya antara transmigran dengan penduduk asli.
b) Terjadi peningkatan kesejahteraan hidup para transmigran.
c) Pemerataan kepadatan penduduk.

29
d) Merangsang pembangunan daerah baru.
 Dampak Negatif
a) Berkurangnya areal hutan untuk lahan permukiman
b) Terganggunya habitat satwa di daerah tujuan transmigrasi
c) Pada beberapa kasus, transmigrasi menimbulkan kecemburuan
sosial antara penduduk asli dengan para pendatang
b. Mobilitas Non Permanen / Mobilitas Sirkuler (Tidak Tetap)
Mobilitas sirkuler atau mobilitas non permanen adalah gerak
penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada
niatan menetap di daerah tujuan. Sebagai contoh, di Indonesia mobilitas
penduduk sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintas
batas propinsi menuju ke propinsi lain dalam jangka waktu kurang enam
bulan. Hal ini sesuai dengan paradigma geografis yang didasarkan atas
konsep ruang (space) dan waktu (time). Data mobilitas penduduk sirkuler
sukar didapat. Hal ini disebabkan para pelaku mobilitas sirkuler tidak
memberitahu kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu
juga dengan kedatangan mereka di daerah tujuan. Meskipun deminian,
dengan segala keterbatasan data, mobilitas penduduk Indonesia, baik
permanen maupun nonpermanent (sirkuler) diduga frekuensinya akan terus
meningkat dan semakin lama semakin cepat, hal ini dipengaruhi oleh
tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang mewadai dan modern.
 Jenis-Jenis Mobilitas Sirkuler
Berdasarkan intensitas waktunya, sirkulasi dapat dibedakan menjadi
sirkulasi harian, mingguan, atau bulanan.
1) Sirkulasi Harian
Sirkulasi harian adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah lain yang dilakukan pada pagi hari dan kembali pada sore atau
malam harinya (ulang-alik tanpa menginap). Pelaku sirkulasi ulang-
alik ini disebut dengan penglaju atau komuter.
2) Sirkulasi Mingguan
Sirkulasi mingguan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah
ke daerah lain pada awal pekan dan akan kembali pada akhir pekan
(ulang-alik dengan menginap).
3) Sirkulasi Bulanan
Sirkulasi bulanan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah lain yang dilakukan sebulan sekali. Sirkulasi bulanan terjadi

30
jika jarak tempuh antardaerah relatif jauh, sehingga dianggap tidak
efektif (baik dari segi waktu atau biaya) untuk melakukan sirkulasi
harian atau mingguan.
4) Sirkulasi Musiman
Mereka pindah ke kota pada saat musim tanam tiba karena tidak
punya aktivitas di sawah. Sedangkan ketika musim panen tiba, mereka
balik lagi ke kampung halamannya masing-masing untuk melakukan
panen.

Gambar 11. Penglaju Yang Melakukan Mobilitas Harian


Sumber: http://kliqcommuter.com/wp-
content/uploads/2016/10/penumpang1.jpg
diunduh tanggal 18 April 2017

 Faktor-Faktor Penyebab Mobilitas Sirkuler


1) Faktor Sentrifugal dan Sentripetal
Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang terdapat di suatu wilayah
yang mendorong penduduk untuk meinggalkan daerahnya. Sementara
itu, kekuatan sentripetal adalah kekuatan yang mengikat penduduk
untuk tetap tinggal di daerahnya. Kedua kekuasaan ini tarik-menarik.
Kurangnya kesempatan kerja di bidang pertanian, nonpertanian, dan
terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada mendorong orang untuk pergi
ke daerah yang tersedia fasilitas yang lebih lengkap. Hal-hal yang
mengikat penduduk untuk tetap tinggal didesa, antara lain sebagai
berikut.
o Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan di antara warga desa yang
sangat erat.
o Adanya sistem gotong-royong yang kuat di pedesaan.
o Penduduk sangat erat dengan tanah pertaniannya.
o Warga desa terikat pada desa tempat mereka tinggal.

31
Adanya kekuatan yang terik-menarik tersebut mengakibatkan
penduduk yang bersangkutan melaksanakan mobilitas sirkuler.
2) Perbaikan Sarana Transportasi
Dorongan untuk melaksanakan mobilitas sirkuler dipengaruhi oleh
adanya perbaikan sarana transportasi yang menghubungi antardesa
dan kota. Sebelumnya, penduduk desar yang bekerja di kota terpaksa
mondok di kota, tetapi setelah jalan-jalan diperbaiki dan banyaknya
kendaraan umum, mereka mejadi penglaju (malaju; pagi berangkat ke
kota sore pulang ke desa).
3) Kesempatan kerja di sektor informal lebih besar dibanding sektor
formal\
Kecilnya pendapatan penduduk yang bekerja di kota dan tingginya
biaya hidupakan menyulitkan untuk tinggal di kota bersama
keluarganya. Inilah sebabnya mengapa sebagian dari mereka tetap
tinggal di desa dan tiap hari menjadi penglaju ke kota. Dengan tinggal
di desa, disamping biaya hidup murah penduduk dapat bekerja di
sawah atau di ladang setelah bekerja di kota. Ini berarti mereka dapat
menambah penghasilan mereka.
 Dampak Mobilitas Sirkuler
1) Dampak Positif
a) Terjadinya penyerapan tenaga kerja dari luar daerah
b) Memperoleh tenaga kerja dengan upah yang relatif lebih murah
c) Tejadinya pemerataan pendapatan
d) Adanya arus penglaju dapat meningkatkan sarana dan prasarana
transportasi
2) Dampak Negatif
a) Menimbulkan kemacetan pada jam-jam tertentu
b) Mengurangi peluang kerja bagi penduduk asli
c) Terjadi kepadatan di kota pada jam-jam tertentu sehingga
meningkatkan beban kota yang bisa berdampak pada kondisi
kesehatan lingkungan

c. Urbanisasi
Pengertian urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan
dari desa ke kota. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu
proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah

32
perkotaan. Urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan
suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian.
Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial
unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan
kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang
berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian
kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena
adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.
Urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses
yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga
daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur
mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya
lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat
kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi
menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan.
Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah
merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi
wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh
aspek-aspek fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi
masyarakatnya.

Gambar 12. Ilustrasi Arus Urbanisasi


Sumber: http://membunuhindonesia.net/wp-
content/uploads/2016/07/arus-balik.jpg
diunduh tanggal 18 April 2017

 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Urbanisasi


1) Faktor Pendorong Dari Desa
a) Kurang dan terbatasnya kesempatan kerja atau lapangan kerja di
pedesaan.

33
b) Upah kerja di pedesaan relatif rendah.
c) Fasilitas dan infrastruktur kehidupan di pedesaan kurang
tersedia dan tidak memadai.
d) Tanah pertanian di pedesaan banyak yang sudah tidak produktif
karena tidak subur atau mengalami kekeringan.
e) Kehidupan pedesaan lebih monoton daripada perkotaan.
f) Timbulnya bencana di pedesaan, seperti banjir, gempa bumi,
kemarau panjang, dan wabah penyakit.
g) Momentum hari raya atau hari-hari tertentu.
2) Faktor Penarik Dari Kota
a) Kesempatan kerja di perkotaan lebih banyak dibandingkan
dengan di pedesaan.
b) Upah kerja yang tinggi di perkotaan.
c) Kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi sangat menarik untuk kehidupan
sosial.
d) Tersedia beragam fasilitas kehidupan dan infrastruktur, seperti
fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, dan pusat-
pusat perbelanjaan.

 Dampak Negatif Urbanisasi


1) Bagi Desa
a) Terhambatnya pembangunan desa karena desa kekurangan tenaga
kerja sumber daya manusia . Biasanya, orang-orang muda yang
pindah ke kota merupakan orang-orang muda yang berpendidikan
yang mencari pekerjaan di Jakarta padahal sangat dibutuhkan
potensinya untuk membangun desa menjadi lebih baik. Contohnya
saja seorang sarjana pendidikan mereka lebih memilih menjadi guru
dijakarta karena tunjangan dan fasilitas yang diberikan dijakarta
lebih lengkap dari pada di desa. Akan tetapi hal tersebut membuat
perkembangan pendiidkna di desa tidak dapat berjalan dengan baik.
b) Akibat dari yang pertama di atas akan berdampak lebih lanju
terhadap menurunnya produktifitas sektor pertanian yang menjadi
tumpuan hidup sebagian besar masyarakat desa. Kekuranggan
sumber daya yang berkualitas membuat para petani hanya
menggunakan sumber daya dan teknologi seadaya dalam sektor

34
pertanian dan produksinya tidak sebanyak bila menggunakan orang-
orang yang berkompeten dalam bidang pertanian.
c) Masuknya budaya kota yang kurang baik ke desa, seperti mabuk-
mabukan, pergaulan bebas, dan lain-lain
2) Bagi Kota
a) Sifat Konsumtif.Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti
bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang
waktu. Perilaku konsumtif ini muncul selain dikarenakan untuk
pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, tetapi juga untuk
mengikuti trend yang berkembang di pasar.
b) Kekumuhan kota.Hal ini bisa terjadi karena terlalu banyaknya
imigran yang datang ke jakarta tidak dapat membangun rumah yang
layak yang pada akhirnya mereka membuat tempat tinggal di tanah-
tanah milik negara misalnya di bantaran kali, dipinggiran rel,
dibawah kolong jembatan yang sebernarnya hal tersebut hanya
memperburuk tata kota di jakarta.Tata kota suatu daerah tujuan
urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi.
Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta
gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan
prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya
digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal
oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor
dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.
c) Kemacetan lalu lintas.Padatnya penduduk di kota menyebabkan
kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin
bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun
pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan,
sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain
itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah
volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
d) Kriminalitas yang tinggi. Kepergian penduduk desa ke kota untuk
mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat
mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun,
kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa
memiliki keterampilan kecuali bertani.Oleh karena itu, sulit bagi
mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa

35
bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah
tangga, tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan
lain yang sejenis.Hal ini akhirnya akan meningkatkan jumlah
pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan dan pada
akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orang orang
akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok
bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang gagal memperoleh
pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
e) Struktur kota yang berantakan.Membeludaknya penduduk yang
migrasi ke jakarta membuat struktur kota yang telah disusun secara
rapih menjadi berantakan akibat tidak seimbangnya antara struktur
yang ada dengan penduduk yang bertambah.
f) Menambah polusi di daerah perkotaan.Masyarakat yang melakukan
urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk
memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan.
Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang
membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi
atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi
suara bagi telinga manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat
keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan lingkungan
perkotaan.
 Dampak Positif Urbanisasi
1) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di kota. Kota memerlukan
banyak sekali tenaga kerja di bidang industri, transportasi,
perdagangan jasa, dan lain-lain. Dengan adanya urbanisasi
kebutuhan tenaga kerja dengan sendirinya dapat terpenuhi.
2) Meningkatnya aktifitas perekonomian kota. Kota bertambah ramai,
perdagangan semakin meningkat, kehidupan di kota semakin
berkembang dengan banyaknya pendatang-pendatang baru dari luar
kota.
3) Meluasnya kesempatan membuka usaha-usaha baru. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk kota, diperlukan banyak fasilitas
untuk melayani kebutuhan masyarakat sehingga kesempatan
membuka usaha baru terbuka lebar seperti usaha bengkel,
transportasi, warung, tukang pangkas rumput, dan sebagainya.

36
4) Meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk desa yang
berurbanisasi ke kota. Orang-orang desa yang telah berhasil di kota,
banyak di antara mereka yang mengirimkan sebagian dari
penghasilannya ke desa untuk inventasi maupun untuk membangun
desanya. Hal ini berarti urbanisasi dapat membawa dampak positif
bagi pembangunan desa.
5) Dapat meningkatkan taraf hidup keluarga yang ditinggalkan di desa.
Jumalah penduduk desa yang sebelumnya tidak sebanding dengan
lapangan kerja yang ada, dengan urbanisasi jumalah penduduk desa
semakin berkurang. Denagn demikian penduduk yang tinggal di
desa, dapat lebih mudah bekerja, misalnya dengan mengelolah lahan
yang ada.
6) Terjadinya percampran antara budaya desa dan kota sehingga antara
orang desa dan orang kota akan saling menyerap kebudayaan yang
baik di antara keduanya.
7) Terjadinya hubungan kekeluargaan yang lebih erat antara orang desa
dengan orang kota.
8) Kota mendapatkan pasokan tenaga kerja yang murah untuk
pembangunan, teutama untuk tenaga kasar yang biasanya enggan
dikerjakan penduduk kota.
9) Mengurangi pengangguranpenduduk di desa.
 Usaha-Usaha Menghambat Arus Urbanisasi
Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat
laju pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun
desa , adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:
1) intensifikasi pertanian
2) mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat
pembatasan kelahiran, yaitu program Keluarga Berencan
3) memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat
pendapatan di pedesaan
4) program pelaksanaan transmigrasi.
5) penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah
6) pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa
7) pemberdayaan potensi utama desa perlu dukungan politik dari
pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah

37
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah
pemerintah setempat dalam penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah
diri dan perlu mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah,
sehingga terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang benar-benar berorientasi
pada kepentingan warganya. Bukan berarti pemerintah daerah saja yang
berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih
adil dan tegas terkait pemerataan distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik
ialah fenomena tahunan. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk
mengantisipasi meledaknya jumlah penduduk perkotaan dengan segala
macam persoalannya.

d. Ruralisasi
Ruralisasi adalah kebalikan dari urbanisasi, yaitu perpindahan
penduduk dari kota ke desa. Ruralisasi pada umumnya banyak dilakukan oleh
mereka yang dahulu pernah melakukan urbanisasi, namun banyak juga
pelaku ruralisasi yang merupakan orang kota asli. Faktor yang memengaruhi
terjadinya ruralisasi dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik
berikut.
 Faktor Pendorong
1) Kejenuhan tinggal di kota.
2) Harga lahan di kota semakin mahal sehingga tidak terjangkau.
3) Keinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya.
4) Merasa tidak mampu lagi mengikuti dinamika kehidupan di kota.
 Faktor Penarik
1) Harga lahan di pedesaan relatif lebih murah.
2) Pola kehidupan masyarakatnya lebih sederhana.
3) Suasana lebih tenang, sehingga cocok untuk penduduk usia tua dalam
menjalani masa pensiun.
4) Adanya perasaan keterkaitan dengan daerah asal atau kenangan masa
kecil.

38
Gambar 13. Jakarta Lengang
Sumber: http://beritatrans.com/cms/wp-
content/uploads/2016/01/Jakarta_Sepi.jpg
diunduh tanggal 18 April 2017

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia, migrasi


merupakan perpindahan sumber daya manusia yang umumnya
disebabkan oleh beberapa motif. Motif yang mendasari migrasi antar
daerah (negara) adalah:
 Pertama, mereka yang bekerja ke luar negeri dengan tujuan untuk
menjual tenaga, ketrampilan atau kepandaian yang dimiliki.
 Kedua, mereka bekerja ke luar negeri sehubungan dengan penjualan
teknologi ataupun penanaman modal.
Arus utama aliran tenaga kerja dari bentuk pertama pada
umumnya berasal dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju,
dan dari negara-negara surplus tenaga kerja ke negara-negara kekurangan
tenaga kerja, misalnya migrasi tenaga kerja Indonesia dari berbagai
wilayah ke Malaysia. Sedangkan arus utama dari bentuk kedua pada
umumnya adalah dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang.
Perpindahan tenaga kerja dari negara-negara berkembang ke luar
negeri pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan ekonomi antar
negara. Rendahnya tingkat upah ditambah dengan sulitnya mencari
lapangan pekerjaan yang memadai di negara-negara berkembang dan
adanya kesempatan kerja serta tingginya tingkat upah di negara-negara
maju cenderung mendorong perpindahan tenaga kerja dari negara-negara
berkembang ke negara-negara maju.
Migrasi sebagai salah satu komponen dinamika kependudukan
selalu menjadi perhatian para ahli ekonomi sumber daya manusia karena
berkaitan dengan distribusi tenaga kerja yang terjadi sebagai jawaban
terhadap kebutuhan pasar kerja. Permintaan dan penawaran tenaga kerja

39
selalu berada dalam keseimbangan. Perbedaan kesempatan ekonomi,
terutama perbedaan dalam tingkat upah dianggap sebagai penyebab
utama terjadinya migrasi. Dengan demikian, sebagian terbesar perbedaan
tingkat upah akan menyebabkan makin bertambahnya volume arus
migrasi.
Selain itu, jarak merupakan faktor penghalang, di mana semakin
jauh jarak akan menyebabkan semakin sedikit volume migrasi. Jarak
dalam hal ini mencakup variabel-variabel terukur dan tidak terukur seperti
kerugian yang berkaitan dengan migrasi terhadap pengeluaran-
pengeluaran transportasi langsung, biaya-biaya psikis dan informasi yang
semakin berkurang dengan semakin jauhnya jarak. Berkaitan dengan hal
tersebut dapat diambil contoh daerah tujuan migrasi sebagian besar
tenaga kerja Indonesia, misalnya Malaysia, Brunei Darussalam, dan
Singapura. Hampir sebagian besar para emigran Indonesia lebih memilih
menjadikan ketiga negara tersebut sebagai tujuan migrasi dengan alasan
kedekatan jaraknya dengan wilayah Indonesia, dan banyaknya informasi
yang tersedia berkaitan kondisi pekerjaan di negara-negara tersebut.

H. KUALITAS PENDUDUK DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


1. Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk dapat dibagi menjadi beberapa kategori
berdasarkan parameter penentunya, diantaranya:
a. Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut tingkat pendidikannya, penduduk dapat
dikelompokkan menjadi penduduk buta huruf dan penduduk melek
huruf. Penduduk melek huruf dapat dikelompokkan lagi menurut
tingkat pendidikannya, seperti kelompok tidak bersekolah, tidak tamat
sekolah dasar, tamat sekolah dasar, tamat sekolah menengah pertama,
tamat sekolah menengah atas, dan tamat akademi atau perguruan
tinggi.
Tingkat pendidikan berkaitan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tingkat pendidikan yang tinggi
memungkinkan penduduk mengolah sumber daya alam dengan baik.
Di samping itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
memudahkan penduduk dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup
sehingga taraf hidupnya meningkat. Sebaliknya, tingkat pendidikan

40
yang rendah dapat menyebabkan lambannya kenaikan taraf hidup dan
menghambat proses pembangunan.
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat
pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
pendidikan, sebagian penduduk masih menganggap bahwa
bersekolah tidak penting. Untuk bekal hidup, seorang anak cukup
melanjutkan pekerjaan orang tuanya secara turun temurun.
2) Pendapatan penduduk yang rendah menyebabkan anak tidak dapat
melanjutkan pendidikan karena tidak mempunyai biaya.
3) Tidak meratanya ketersediaan sarana pendidikan. Sarana
pendidikan yang dimaksud, misalnya gedung sekolah, ruang kelas,
buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, dan guru yang
berkualitas. Persebaran gedung sekolah yang tidak merata turut
menyebabkan jangkauan pendidikan tidak merata. Kurangnya
buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, dan guru yang
berkualitas akan menyebabkan proses belajar mengajar tidak
berjalan dengan optimal.
Untuk menaikkan tingkat pendidikan penduduk, pemerintah
Indonesia mengambil langkah-langkah, antara lain sebagai berikut:
1) Membangun sekolah-sekolah baru di daerah-daerah terpencil.
2) Memperbaiki dan menambah jumlah alat-alat praktikum,
laboratorium, perpustakaan, dan buku-buku pelajaran.
3) Menambah jumlah dan meningkatkan kualitas guru.
4) Mencanangkan program wajib belajar dan gerakan nasional orang
tua asuh.
5) Memberikan beasiswa kepada murid-murid kurang mampu yang
berprestasi.
6) Mengimplementasikan Undang-Undang Dasar, khususnya pasal 31
tentang pendidikan
b. Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Kesehatan
Salah satu tolok ukur untuk menilai kualitas penduduk suatu
negara adalah tingkat kesehatan. Penduduk suatu negara dikatakan
berkualitas tinggi apabila tingkat kesehatannya juga tinggi. Secara
keseluruhan, dapat dikatakan bahwa tingkat kesehatan penduduk
Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya tingkat kesehatan

41
penduduk antara lain dipengaruhi oeh faktor kualitas makanan,
lingkungan, pola hidup, fasilitas kesehatan, dan ketersediaan tenaga
medis.
Tingkat kesehatan penduduk suatu negara dapat dinilai dari
angka kematian kasar, angka kematian bayi, dan usia harapan hidup.
Tingkat kesehatan penduduk dikatakan tinggi apabila angka kematian
kasar dan angka kematian bayi rendah, tetapi usia harapan hidup
tinggi. Angka kematian kasar adalah jumlah kematian tiap 1.000
penduduk yang lahir hidup dalam satu tahun.
Usia harapan hidup dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas
kesehatan dan fasilitas sosial lainnya. Rendahnya layanan fasilitas
kesehatan dan sosial menurunkan usia harapan hidup. Dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat, langkah-langkah yang harus
diambil oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut:
1) Memperbanyak jumlah dan meningkatkan fungsi rumah sakit,
puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya.
2) Menambah jumlah serta menaikkan kualitas tenaga medis.
3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan.
4) Mengadakan program imunisasi massal secara murah atau gratis.
c. Kualitas Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Semakin tinggi tingkat pendidikan, kualitas tenaga kerja pun
semakin meningkat sehingga lapangan kerja dapat terisi oleh tenaga
kerja berkualitas baik. Lapangan pekerjaan meliputi berbagai bidang
usaha. Misalnya bidang pertanian, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri, perdagangan, pariwisata, kontruksi,
transportasi, dan komunikasi. Peningkatan kualitas tenaga kerja
membuat ketergantungan pada tenaga kerja asing dapat berkurang,
sehingga sumber daya alam yang kita miliki dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup penduduk.
Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan
masalah yang harus ditangani secara serius karena sangat
berpengaruh terhadap ketahanan nasional. Pertumbuhan angkatan
kerja cukup tinggi akibat pesatnya pertumbuhan penduduk. Di lain
pihak, tenaga kerja usia muda umumnya kurang atau belum terampil.
Pertumbuhan ekonomi saat ini belum mampu menciptakan lapangan

42
kerja yang dapat menyerap seluruh angkatan kerja. Konsentrasi
penduduk di Pulau Jawa menambah rumit masalah distribusi tenaga
kerja. Keadaan ini merugikan pencari kerja karena mereka terpaksa
menerima syarat kerja dengan kondisi dan upah kerja yang kurang
layak.
Pemerintah mempunyai empat kebijakan umum di bidang
perluasan kesempatan kerja, sesuai dengan asas pemerataan yang
diterapkan sebagai kebijakan umum pembangunan nasional.
Kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Kebijakan di bidang ekonomi dan sosial
Kebijakan di bidang ekonomi diterapkan melalui kebijakan
fiskal, moneter, dan investasi yang dapat menumbuhkan
kesempatan kerja. Sementara pada bidang sosial diterapkan
kebijakan kependudukan untuk mewujudkan keluarga sehat dan
sejahtera.
2) Kebijakan sektor produksi
Kebijakan pada berbagai sektor produksi diusahakan melalui
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kapasitas produksi
industri.
3) Kebijakan regional (daerah)
Contoh kebijakan di tingkat daerah adalah pengerahan
tenaga kerja dari daerah yang berkelebihan ke daerah yang
membutuhkan. Misalnya, pengiriman tenaga kerja melalui program
AKAD (Antar-Kerja Antar-Daerah), AKL (Antar Kerja Lokal), dan AKAN
(Antar-Kerja Antar-Negara).
4) Kebijakan khusus
Pemerintah secara khusus menyediakan lapangan kerja bagi
kelompok masyarakat berpendapatan rendah, terutama masyarakat
pedesaan.
Disamping kebijakan umum yang telah diuraikan sebelumnya,
pemerintah juga menjalankan berbagai kebijakan khusus, yaitu
sebagai berikut:
1) Mengurangi pengangguran di daerah-daerah berpenduduk padat,
miskin dan rawan bencana alam melalui berbagai program
pembangunan.

43
2) Meningkatkan penyaluran, penyebaran, dan pemanfaatan tenaga
kerja melalui Program Pembangunan dan Penyebaran Tenaga Kerja
(PPTK) dan bursa tenaga kerja.
3) Meningkatkan keterampilan tenaga kerja yang berpengaruh pada
peningkatan produktivitas melalui program pelatihan keterampilan
tenaga kerja.
4) Meningkatkan hubungan ketenagakerjaan yang mantap dan
dinamis, serta membina kesejahteraan buruh dalam kegiatan
pembangunan melalui program perlindungan tenaga kerja.

d. Kualitas Penduduk Menurut Pendapatan


Setiap manusia memerlukan sandang dan pangan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sandang dan pangan dapat diperoleh
melalui bekerja atau berusaha. Ketika seseorang bekerja, dia akan
mendapat imbalan berupa upah atau gaji. Sebagian besar penduduk
Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Contoh mata
pencaharian lainnya adalah berdagang, berkebun, buruh industri,
pegawai negeri, perwira TNI, dan polisi. Semua jenis mata pencaharian
perlu dijalani dengan sikap profesionalisme yang tinggi.
Besar penghasilan dapat mempengaruhi taraf hidup seseorang.
Makin tinggi penghasilan, makin tinggi pula taraf hidup seseorang.
Taraf hidup suatu negara dipengaruhi oleh pendapatan rata-rata per
kapita negara tersebut. Pendapatan per kapita dipengaruhi oleh
besarnya pendapatan ekonomi nasional dalam satu tahun yang
disebut GNP (gross national product atau produk domestik bruto) dan
perkembangan jumlah penduduk.
Untuk mengetahui nilai pendapatan perkapita rata-rata di
suatu negara, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

𝑮𝑵𝑷
Pendapatan per kapita =
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌

Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)


adalah indeks yang menggambarkan tingkat kemakmuran suatau
negara. Indeks GNP adalah jumlah nilai atau harga seluruh barang
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu

44
tertentu. Ketika nilai GNP dibagi dengan jumlah penduduk, hasilnya
menggambarkan pendapatan per kapita, atau kekayaan rata-rata
setiap orang di suatu negara.

2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)


a. Konsep Pembangunan Manusia
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.
Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari
pembangunan, bukan alat dari pembangunan. Tujuan utama
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan
rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan
kehidupan yang produktif (United Nation Development Programme-UNDP).
IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan
dan sebagainya. Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang
nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq,
serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad
Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh
Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. IPM
dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human
Development Report (HDR). IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar :
1) Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life)
2) Pengetahuan (knowledge)
3) Standar hidup layak (decent standart of living)
Dalam UNDP, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk
memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging
people’s choices). Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut
pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas.
Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya
dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari
pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human
Development Report, 1995:103), sejumlah premis penting dalam
pembangunan manusia adalah:
1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat
perhatian.

45
2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus berpusat pada
penduduk secara keseluruhan dan bukan hanya pada aspek ekonomi
saja.
3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya-
upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga
dalam upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut
secara optimal.
4) Pembangunan manusia didukung oleh empat pilat pokok, yaitu:
produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.
5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan
pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk
mencapainya.

b. Komponen Indeks Pembagunan Manusia


Lembaga UNDP telah mempublikasikan laporan pembangunan
sumberdaya manusia dalam ukuran kuantitatif yang disebut Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).
Meskipun IPM merupakan alat ukur pembangunan SDM yang
dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah menangkap
gambaran pembangunan SDM secara sempurna. Adapun indikator yang
dipilih untuk mengukur dimensi IPM adalah sebagai berikut :
1) Indeks Pendidikan :
 Rata-rata Lama Sekolah –RLS (Mean Years of Schooling -MYS)
Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.
Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah
suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung
dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk
berusia 25 tahun ke atas.
 Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling -
EYS)
Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah
(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada

46
umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang
anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya
sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah
penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama
Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk
lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai
oleh setiap anak.
2) Indeks Kesehatan :
 Angka Harapan hidup saat lahir –AHH (Life Expectacy)
Angka harapan hidup saat lahir didefinisikan sebagai rata-rata
perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang
sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu
masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei
kependudukan.

47
Tabel 2. Perkiraan Angka Harapan Hidup saat lahir Provinsi di
Indonesia tahun 2000-2050

2) Indeks Pengeluaran:
 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-
PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari
Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata
pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar
2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru
menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan
makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode
penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao.
c. Metodologi IPM dan Perbedaan antara yang Lama dan Baru
Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam
penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam

48
mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan
kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian
besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antardaerah dengan baik. PDB per kapita tidak dapat
menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM
menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat
ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Berikut ini perbedaan
metode lama dan baru:
1) Indikator
 Angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka
Harapan Lama Sekolah.
 Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk
National Bruto (PNB) per kapita.
2) Metode Penghitungan
Metode agregasi diubah menjadi rata-rata aritmatik menjadi
rata-rata geometrik. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam
menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak
dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk
mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus
memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.
Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan
dengan baik (diskrimintif):
1) Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan
lama sekolah, dapat diperoleh gambaran yang lebih relevan dalam
pendidikan dan perubahan yang terjadi.
2) PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah.
d. Menghitung Indeks Komponen IPM dan IPM
Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan
maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang
digunakan sebagai berikut.
1) Dimensi Kesehatan:
Ikesehatan = AHH –AHH min
AHHmaks – AHH min

49
2) Dimensi Pendidikan :
IHLS = RLS – RLSmin
RLSmaks –RLSmin
Ipendidikan = IHLS + IRLS
2
3) Dimensi Pengeluaran :
Ipengeluaran = In (pengeluaran) – In (pengeluaranmin)
In(pengeluaranmaks) – In(pengeluaranmin)

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,


pendidikan, dan pengeluaran.

IPM = 3√𝐼(𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛) 𝑥 𝐼(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛) 𝑥 𝐼(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛) x 100

Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui


pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:

IPM < 60 : IPM rendah


60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang
70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi
IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi

e. Manfaat IPM
1) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia (masayarakat/penduduk).
2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/negara.
3) Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai
ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu
alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

I. BONUS DEMOGRAFI
Fenomena perubahan struktur kependudukan telah terjadi di Indonesai
saat ini, yaitu dengan adanya penduduk usia produktif dalam jumlah tinggi
yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian nasional.
Fenomena itu yang disebut dengan Bonus Demografi, yang diperkirakan akan
mencapai puncaknya pada periode 2010-2025, artinya saat ini (2017) Bonus
Demografi sedang terjadi di Indonesia.
Bonus Demografi berasal dari dua kata yaitu “Bonus” dan
“Demografi”.Kata “Bonus” dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, karya dari

50
Eko Hadi Wiyono (2007) berarti upah di luar gaji resmi (sebagai
tambahan).Dalam bahasa umum berarti keuntungan tambahan.Sedangkan,
kata “Demografi” berarti ilmu yang berkenaan dengan susunan, jumlah dan
perkembangan penduduk.Jadi, Bonus Demografi dapat diartikan secara
sederhana sebagai tambahan yang menguntungkan dalam hal kependudukan.
Merujuk pada kamus United Nations Multilingual Demografphic (dalam
Kominfo, 2012) mengartikan kata “Demografi” sebagai studi ilmiah tentang
kependudukan, terutama terkait dengan jumlah penduduk, struktur serta
perkembangan penduduk dalam sebuah negara. Jadi, jika mengacu dalam
dunia kependudukan, Bonus demografi merupakan suatu fenomena di mana
struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sangat besar, sedang proporsi
usia muda (di bawah 15 tahun) sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut
(65 tahun ke atas) belum banyak. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa
Bonus Demografi adalah saat keemasan bangsa Indonesia untuk menjadi
negara besar yang maju dalam pembangunan.
Tabel 3. Data Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia

Sumber: Razali Ritonga (BPS)


Tabel 3. menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia dari tahun
ke tahun selalu mengalami pertambahan, hanya saja pada tahun 2015
menunjukkan bahwa usia produktif (15-64 tahun) hampir berjumlah dua kali
lipat dibandingkan usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65+ tahun). Di
Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi dari proses
Baby boom (ledakan jumlah kelahiran) yang terus berkembang sejak beberapa
tahun lalu kemudian mengalami penurunan jumlah kelahiran yang
diakibatkan oleh keberhasilan pemerintah dalam menurunkan tingkat
kehamilan penduduk (fertility)terutama melalui program KB, meningkatkan

51
kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan lainnya
yang dilaksanakan oleh negara.
Fenomena kependudukan tersebut memunculkan parameter yang
disebut ‘rasio ketergantungan’ (dependency ratio), yaitu rasio yang
menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non
produktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan seberapa banyak orang usia
non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif.
Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, maka negara
tersebut makin berpeluang mendapatkan keuntungan dan keuntungan
tersebut dinamakan Bonus Demografi (BD).Bonus demografi tertinggi biasanya
didapatkan angka ketergantungan pada rentang 40-50%, yang berarti bahwa
100 orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.Bisa
dilihat setiap tahun jumlah penduduk Indonesia meningkat terus menerus.

Gambar 14. Data Angka Rasio Ketergantungan Indonesia


Sumber: Razali Ritonga (BPS)

Indikator mulai terjadinya transisi demografi ditandai dengan adanya


perubahan struktur kependudukan yang ditunjukkan dengan berubahnya
angka ketergantungan (dependency ratio) selama kurun waktu 20 s.d 25 tahun
terakhir. Perubahan tersebut dapat terlihat dari tahun 2012 yang
menunjukkan angka ketergantungan menjadi 49,6 yang berarti dari 100
penduduk usia produktif hanya menanggung 49,6 atau 50 penduduk usia
tidak produktif saja dan angka tersebut mengalami penurunan dari tahun
2000 dengan tingkat angka ketergantungan 59,2 menjadi 50,5 pada tahun

52
2010 dan berubah lagi menjadi 49,6 (50) pada tahun 2012. Pada saat angka
ketergantungan sudah mencapai angka 46,9%, artinya sudah masuk dalam
rentang ‘gold period’dalam bonus demografi. Yang menarik adalah bahwa
sekitar 68% dari masyarakat kita berada di rentang usia muda (15-35 tahun)
yaitu periode usia yang sangat produktif. Kaum muda harapan bangsa inilah
yang akan menjadi engine of growth yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia semakin kencang.
Selain perubahan dalam struktur kependudukan dan angka
ketergantungan, pola pertumbuhan penduduk yang akan terjadi mendatang
diperkirakan akan berbeda dengan yang terjadi dalam 10 tahun terkahir.
Diprediksi akan terjadi transisi demografi dimana akan terjadi susunan
pendudukan semakin sempurna dengan pergeseran struktur penduduk dari
tingkat fertiltas tinggi dan mortalitas tinggi ke pola-pola penduduk dengan
fertiltas rendah dan mortalitas rendah. Hal ini disebabkan oleh semakin
membaiknya layanan kesehatan, pendidikan dan indeks daya beli, sehinga
menyebabkan berubahnya sikap, perilaku dan cara hidup masyarakat
Indonesia yang semakin efisien, produktif dan modern.
Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia
atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah.Pada tahun
2015 dari 188 negara di dunia, Indonesiaberada di urutan 113 (Laporan
Pembangunan Manusia/ Human Development Report/ Ringkasan Indonesia:
2016).
1. Dampak Bonus Demografi Terhadap Pembangunan
Bonus demografi dipahami sebagai suatu kondisi di mana
komposisi atau struktur penduduk sangat menguntungkan dari segi
pembangunan. Namun, bonus demografi ini tidak secara otomatis
memberikan dampak positif bagi tujuan pembangunan nasional. Ibarat
pedang bermata dua, bonus demografi bisa memberikan dampak positif
tetapi juga dapat berdampak negatif pada upaya pembangunan bangsa.
a. Dampak Positif Bonus Demografi
Dampak positif bonus demografi bagi Indonesiaadalah peluang
menguntungkan yang dapat diperoleh bangsa Indonesia, apabila bangsa
Indonesia dapat mengelola bonus demografi dengan baik.Dengan
keadaan generasi muda yang siap mengadapi demografi ini tentunya
berdampak positif bagi negara Indonesia,terutama pada laju
pertumbuhan ekonomi.Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang baik

53
tentu berdampak pada perkembangan negara Indonesia.Dengan
perekonomian yang sehat kemiskinan dapat teratasi, kesehatan pun
dapat ditingkatkan dan pendidikan juga dapat menjadi lebih baik
lagi.Pada keadaan ini Indonesia dapat menjadi negara maju dan
makmur. Dengan keadaan perekonomian, kesehatan, pendidikan yang
baik tentuakan menghasilkan generasi baru yang lebih baik dan lebih
berkualitas.Dengan catatan pada saat itu Indonesia memiliki SDM yang
berkualitas tinggi sehingga dapat mengelola kehidupan negara Indonesia
yang terarah dan lebih baik. Adapun beberapa dampak positif yang
dapat diperoleh bagi bangsa Indonesia apabila dapat mengelola bonus
demografi dengan baik, diantaranya:
1) JumlahTenaga Kerja Melimpah
Jumlah penduduk usia kerja yang banyak akan menguntungkan
dari sisi pembangunan karenatenaga kerja yang tersedia melimpah
sehingga dapat memacu produktivitas pertumbuhan ekonomi
bangsa. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan
masyarakat.
2) TerbentuknyaGenerasi Emas yang Aktif Berkarya
Bonus demografi yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan
generasi emas yang aktif berkarya, siap memikul tanggung jawab
bangsa, mengabdi dan berkorban pada bangsa, serta bersedia
membangun dan mengelola bangsa. Jika hal tersebut tercapai maka
produktivitas bangsadapat meningkat.
3) Tingkat Produktivitas Tinggi yang Memicu Peningkatan
Perekonomian Indonesia
Jika tingkat produktivitas tinggi maka perekonomian Indonesiaakan
meningkat. Meningkatnya laju perekonomian Indonesiaakan
berpengaruh besar terhadap kehidupan bebangsa dan bernegara
untuk menjadi lebih modern,tertata,serta menjadi lebih baik lagi.
4) Peningkatan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan
Jika perekonomian bangsa dapat berjalan dengan baik maka
kualitas dan pemerataan pendidikan akan semakin meningkat.
5) Kesehatan Meningkat
Jika perekonomiansemakinmaju, maka kondisi kesehatan
masyarakat Indonesiapun akan terjamin karena segala fasilias
kesehatan dapat terpenuhi dengan baik.

54
6) Rakyat Sejahtera
Jika kondisi perekonomian semakin baik maka Indonesiaakan
menghasilkan generasi baru yang lebih baik dan lebih berkualitas
(SDM yang lebih baik dan berkualitas) sehingga negarapun menjadi
semakin maju dan makmur disertai dengan kesejahteraan
masyarakat yang meningkat.
7) Siap Bersaing dalam Dunia Internasional
Roda perekonomian yang terus berjalan dan tumbuh dengan pesat
serta sumber daya manusia yang mendukung dapat membantu
bangsa Indonesia untuk siap bersaing dalam dunia internasional.
b. Dampak Negatif Bonus Demografi
Dampak negatif yang dimaksud adalah dampak merugikan yang
ditimbulkandan mengancam pembangunan negara jika bonus demografi
tidak bisa dikelola dengan baik.Jika bangsa Indonesia tidak siap dan
gagal dalam mengadapi bonus demografi mendatang,maka bangsa
Indonesiaakan semakin terpuruk dengan adanya ekonomi yang
melemah dan banyaknya kasus sosial dan kasus ekonomi yang menjadi
masalah internal yang mengancam keseimbangan bangsa.Ketika negara
tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyongsong periode
bonus demografi tersebut, konsekuensi yang terjadi adalah dampak
negatif yang harus dipikul oleh semua pihak. Tanpa dibekali dengan
kualitas sumber daya manusia yang memadai, maka proporsi
penduduk usia produktif yang sedemikian besar pada saat itu hanya
akan menciptakan dampak buruk pada pembangunan nasional.
Kondisi demikian akan memberikan efek berantai ke berbagai
bidang kehidupan manusia. Berkurangnya tingkat pendapatan akibat
ketimpangan antara standar kualifikasi yang dibutuhkan dan kualitas
sumber daya manusia yang tidak memadai dapat memicu lonjakan
tingkat kemiskinan, yang memberikan dampak buruk pada kehidupan
ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.Oleh karena itu
generasi muda harus siap dalam menghadapi bonus demografi. Berikut
dampak negatif/ancaman yang dapat ditimbulkan jika bonus demografi
tidak dapat dikelola dengan baik:
1) Semakin Sempitnya Lapangan Pekerjaan
Masalah yang paling nyata pada saat terjadi bonus demografi adalah
ketersedian lapangan pekerjaan.Pertanyaan dari permasalahan

55
bonus demografi adalah apakah negara kita mampu menyediakan
lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di
tahun 2020-2030?Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia,
mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di
dunia kerja dan pasar internasional?Berkaca dari fakta yang ada
sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development
index (HDI) Indonesia masih rendah.Pada tahun 2015 dari 188
negara di dunia, Indonesia berada di urutan 113 (Laporan
Pembangunan Manusia/ Human Development Report/ Ringkasan
Indonesia: 2016). Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia
berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN.Posisi ini masih di
bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura.Tingkat
HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.Pekerja Indonesia di dunia
kerja baik di dalam ataupun luar negeri.Paling banter, pekerja
Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu.Ujung-ujungnya
disiksa dan direndahkan.Untuk tingkat dalam negeri sekali pun,
pekerja Indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini
ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang
malah ditempati tenaga kerja asing.Permasalah pembangunan
sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari
sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang.Jangan sampai hal
yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani
negara karena masalah yang mendasarkualitas manusia.
2) Pengangguran Semakin Banyak
Pengangguran secara besar-besaran sangat mungkin terjadi
mengingat bonus demografi adalah keadaan dimana berlimpahnya
jumlah penduduk usia produktif/usia kerja. Salah satu faktor
penyebabnya ialah kurangnya lapangan kerja, cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah ini diantaranya adalah dengan
mengajak masyarakat untuk berpikir kreatif serta menanamkan
semangat: “membuat lapangan kerja sendiri tanpa harus
mencari”. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung
dapat dilaksanakan di berbagai lembaga khususnya lembaga
pendidikan serta berbagai sarana seperti reklame, iklan, siaran
televisi, siaran radio, dan lain-lain.Dengan adanya kegiatan tersebut
diharapkan banyak masyarakat yang termotivasi dan bergerak

56
untuk menciptakan lapangan kerja sehingga nantinya dapat
mengatasi masalah kurangnya lapangan pekerjaan dengan
sendirinya.
3) Pendapatan Menurun dan Kemiskinan Meningkat
Jika ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mencukupi dan
pengangguran meningkat, maka pendapatan suatu negara akan
menurun yang diiringi oleh meningkatnya angka kemiskinan.
4) Pendidikan Rendah akibat Perekonomian Rendah Menyebabkan
SDM Rendah
Sekarang ini banyak anak-anak di Indonesia yang mendapatkan
pendidikan dalam kuota yang cukup minim bahkan banyak pula
yang sama sekali tidak mendapat pendidikan. Kasus tersebut
umumnya terjadi di daerah-daerah pelosok atau pedesaan. Namun
hal ini tidak berarti bahwa semua orang atau anak-anak di kota
besar mendapat pendidikan yang tinggi, kenyataannya banyak juga
anak-anak di kota yang mendapat pendidikan yang rendah bahkan
banyak pula yang tidak sama sekali. Buktinya dapat dilihat dari
banyaknya anak jalanan serta pengamen cilik di beberapa kota
besar di Indonesia. Hal ini akan menjadi ancaman dikarenakan
kekhawatiran terhadap calon usia penduduk produktif di masa
mendatang yang berpendidikan rendah, yang lebih disayangkan lagi
adalah kebanyakan orang Indonesia yang memiliki potensi besar
lebih memilih bekerja di perusahaan Asing ataupun di luar negri.
Masalahnya, bagaimana cara untk mengatasi masalah pendidikan?
untuk mengatasi masalah pendidikan di daerah pedesaan dan
pelosok yang tertinggal, adalah dengan pemerataan sarana dan
fasilitas lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk proses
belajar mengajar.
5) Produktivitas Menurun
Ancaman yang satu ini berhubungan langsung dengan dua
ancaman sebelumnya.Bagaimana tidak?Ketika banyak
pengangguran dan orang-orang berpendidikan rendah maka sangat
mungkin produktivitas nasional menurun. Hal ini sebenarnya tidak
akan terjadi apabila masalah pengangguran serta pendidikan
rendah mampu ditanggulangi. Namun pemerintah juga perlu

57
melakukan penyuluhan, sosialisasi, serta pelatihan guna
meningkatkan sikap dan sifat produktif dalam diri masyarakat.
6) Perekonomian yang Memburuk
Jika banyak penduduk usia produktif yang menganggur secara
otomatif pendapatan negarapun semakin menurun. Hal tersebut
dapat menyebabkan semakin memburuknya perekonomian Negara.
7) Kurangnya Lahan Tempat Tinggal Akibat Pertambahan Penduduk
Yang Tidak Terkendali.
8) Timbulnya Kawasan-Kawasan Slum Area Akibat Kemiskinan Yang
Menjamur.
9) Kriminalitas Meningkat akibat Pengangguran yang Meningkat.
10) KualitasKesehatan Penduduk Menurun jika Pemerintah tidak
Mampu Menyediakan Pelayanan Kesehatan yang Memadai.
11) Penduduk Usia Muda Tergerus oleh Budaya Luar
Prof. Sri Edi Swasono, guru besa ilmu ekonomi Indonesia khawatir terkait
ancaman bonus demografi ketika generasi muda telah memegang teguh
budaya luar, hal ini nantinya akan menyebabkan Negara Indonesia
kehilangan jati dirinya. Sebagai bukti dapat dilihat di kalangan remaja yang
banyak menggilai dunia Korea. Hampir seluruh remaja di Indonesia tahu
sedikit banyaknya tentang korea atau K-pop. Ironisnya, banyak remaja yang
tidak mengenal budaya daerahnya sendiri bahkan terkadang ada yang tidak
mampu berbicara bahasa daerahnya namun acap kali berbicara
menggunakan bahasa asing. Bagus memang apabila banyak masyarakat
Indonesia yang pandai berbahasa asing, namun apa jadinya jika nantinya
budaya asli Indonesia sedikit demi sedikit mulai terlupakan atau bahkan
hilang? Oleh karenanya, perlu ditanamkan di dalam diri masyarakat
terutama para pelajar untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal
sejak dini agar ketika masa bonus demografi tiba, penduduk usia produktif
dapat membangun bangsa yang lebih maju tanpa menghilangkan unsur-
unsur budaya Indonesia.

Ancaman-ancaman diatas tentu merupakan pengaruh dari


pertambahan penduduk secara negatif. Namun tetap saja Indonesiaakan
mengalami masa bonus demografi dan apabila ancaman-ancaman diatas
mampu ditangani oleh pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia, berarti
pertumbuhan penduduk tidak selamanya berdampak negatif. Saat Indonesia

58
mengalami masa bonus demografi, bukan tidak mungkinIndonesiaakan menjadi
negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi secara pesat. Namun pada
kenyataannya pembangunan kependudukan seolah terlupakan dan tidak
dijadikan underlined factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang
merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan
suatu bangsa.

2. Upaya Pemecahan Masalah Dampak Negatif akibat Bonus Demografi


a. Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang Berorientasi Penyiapan
Usia Produktif Menghadapi Dunia Kerja
Sisa dari kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(PJPN) 2005-2025 perlu diarahkan untuk merancang konsep kebijakan
makro yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bagi mereka yang
masuk kedalam usia produktif terutama untuk penyiapan memasuki
dunia kerja. Guna memastikan bahwa lulusan pendidikan dapat diserap
oleh dunia kerja, maka tidak ada jalan lain bahwa dalam waktu yang
bersamaan rancangan kebijakan untuk layanan pendidikan harus
diarahkan pada perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan yang mampu memberikan dukungan terhadap penguatan
daya saing.
Menjawab tantangan globalisasi dan sekaligus menjawab era
Bonus Demogarfi, maka penekanan prioritas harus lebih ditujukan
untuk peningkatan mutu dan daya saing SDM melalui penyediaan
layanan pendidikan tinggi yang lebih merata, relevan dan bermutu
untuk menyediakan angkatan kerja yang semakin terdidik.
b. Pemberian Keterampilan pada SDM Indonesia
Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of
development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari
pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan
teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada
tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada
ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan
pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga
ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak
banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi
peluang kerja.

59
Memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif
sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan
pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri.
Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan
lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak
dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang
kerja. Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi
pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara
menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang
dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.
c. Perlu Adanya Sosialisasi Peningkatan Sikap Produktif dan Berpikir
Kreatif Gambar 18.Hasil Kerajinan Ekonomi Mikro
Pemerintah perlu melakukan penyuluhan, sosialisasi, serta
Sumber: http://palembang.tribunnews.com/2014/10/04/menyulap-
koran-bekas-jadi-aneka-kerajinan-kreatif-bernilai-ekonomi-tinggi
pelatihan guna meningkatkan sikap dan sifat produktif dalam diri
masyarakat. Kemudian mengajak masyarakat untuk berpikir kreatif
serta menanamkan semangat: “membuat lapangan kerja sendiri tanpa
harus mencari”. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung
dapat dilaksanakan di berbagai lembaga khususnya lembaga
pendidikan serta berbagai sarana seperti reklame, iklan, siaran televisi,
siaran radio, dan lain-lain.Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan
banyak masyarakat yang termotivasi dan bergerak untuk menciptakan
lapangan kerja sehingga nantinya dapat mengatasi masalah kurangnya
lapangan pekerjaan dengan sendirinya.
d. Peningkatan Kualitas Manusia melalui Makan Makanan Bergizi
Terwujudnya keluarga sehat yang ditopang oleh kecukupan
nutrisi yang memadai akan memberikan fondasi yang kokoh bagi
terwujudkan kualitas sumber daya manusia yang dapat menjawab
tantangan dalam periode demografi yang langka tersebut. Keluarga
sehat dengan nutrisi
yang baik memainkan
peran fundmenal karena
berfungsi sebagai fondasi
bagi pencapaian tujuan-
tujuan pembangunan
lainnya.Jelaspara
ekonom terkemuka

Gambar 15. Makanan Seimbang


Sumber:
https://www.google.co.id/search?q=makan+makanan+be
rgizi 60
dunia dalam panel menyebutkan bahwa tanpa individu-individu yang
sehat dengan nutrisi yang mencukupi tidak mungkin kita dapat
mencapai tingkat pendidikan yang tinggi. Keluarga sehat dengan nutrisi
yang mencukupi merupakan pra-kondisi untuk mencapai tujuan-tujuan
pembangunan lainnya, karena tidak mungkin kita dapat merealisasikan
sumber daya manusia yang kompetitif tanpa dasar-dasar tersebut.Lebih
jauh panel ahli tersebut mengidentifikasi bahwa gizi dapat membantu
memutus lingkaran kemiskinan dan meningkatkan PDB negara 2
hingga 3 persen per tahun.Dengan menginvestasi $1 pada gizi dapat
memberikan hasil $30 dalam bentuk peningkatan kesehatan,
pendidikan, dan produktivitas ekonomi.
e. Berupaya Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
f. Perlu Adanya Penanaman Rasa Cinta Budaya Lokal
Perlu ditanamkan di dalam diri masyarakat terutama para
pelajar untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal sejak dini
agar ketika masa bonus demografi tiba, penduduk usia produktif dapat
membangun bangsa yang lebih maju tanpa menghilangkan unsur-unsur
budaya Indonesia.
g. Perlu Adanya Kesadaran Masyarakat akan Arti Pentingnya
Pendidikan, Kesehatan, dan Aspek Pengembangan Kualitas Manusia
Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi
pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara
menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang
dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.Pemuda sebagai
generasi penerus bangsa diharapkan dan harus siap dalam menghadapi
bonus demografi supaya bangsa dapat memperoleh manfaat dan
dampak yang positif dari bonus demografi.Pemuda perlu dibimbing dan
diarahkan supaya berperilaku baik,dapat dibimbing di sekolah melalui
peran guru,ataupun di lingkungan keluarga oleh orang tua.

61
Gambar 16. Pendidikan sebagai Alat Pengembangan Kualitas Manusia
Sumber: http://www.solopos.com/2012/07/13/untuk-kehidupan-
lebih-baik-203129

J. PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Permasalahan penduduk Indonesia diuraikan dalam penjelasan sebagai
berikut:
1. Jumlah penduduk besar
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
tertinggi di dunia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 dunia
dengan jumlah penduduk sekitar 259 juta (2016 world population data sheet
, page 20) setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang
besar merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Jumlah
penduduk yang besar ini juga menjadi kendala dalam dalam melaksanakan
pembangunan.

Gambar 17. Kemacetan Lalulintas karena Jumlah Penduduk Meningkat


Sumber : https://3.bp.blogspot.com/-SLrvQn2OnLg/VrTC1nS-
2yI/AAAAAAAACd0/fSfSNqcQNiM/s1600/kepadatan%2Bpenduduk.PNG

Jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun


memberikan dampak sosial ekonomi bagi Indonesia, antara lain sebagai
berikut:

62
a. Meningkatnya permintaan barang – barang kebutuhan pokok.
Fenomena ini sangat erat kaitannya dengan dengan potensi yang dimiliki
Indonesia dalam hal sistem ketahanan pangan. Ironinya adalah jumlah
penduduk yang kian bertambah ini tidak diimbangi dengan
pertambahan ketersediaan sumber daya alam yang ada di Indonesia.
Akibat dari persoalan ini adalah harga beli yang tinggi yang nantinya
akan terjadi kelangkaan.
b. Meningkatnya persaingan dalam dunia kerja
Jumlah penduduk yang tinggi akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja
yang ada di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang tinggi tanpa diimbangi
dengan ketersediaan lapangan kerja yang luas akan mengakibatkan
meningkatnya persaingan dalam dunia kerja. Tenaga kerja yang banyak
ini akan memperebutkan posisi untuk mengisi peluang kerja yang ada.
c. Meningkatnya jumlah pengangguran
Persaingan dalam dunia kerja yang berat akan menyebabkan
penyerapan tenaga kerja yang tidak merata. Tenaga kerja yang tidak
tereserap ini akan menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran.
Pengangguran yang terjadi di Indonesia ini akan menghambat proses
pembangunan negara, khusus nya dalam bidang ekonomi.
d. Kemiskinan
Jumlah pengangguran yang besar sangat memperngaruhi tingkat
kemiskinan. Kemiskinan merupakan keadaan atau ketidakmampuan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Tingkat
kemiskinan suatu negara dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
mengetahui kondisi perekonomian suatu negara.
e. Meningkatnya kriminalitas
Kriminalitas merupakan dampak dari banyaknya pengangguran dan
kemiskinan yang ada. Jadi kriminalitas ini merupakan dampak
turunan dari besarnya jumlah penduduk. Banyaknya pengangguran
menyababkan meningkatnya tindakan kriminalitas. Segala cara
dilakukan untuk mendapatkan sesuatu tanpa mempertimbangkan
jalan yang ditempuh.

Beberapa usaha yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi


masalah jumlah penduduk yang besar adalah sebagai berikut:

63
a. Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan
nasional
b. Menerapkan Undang – Undang perkawinan yang mengatur batas usia
menikah
c. Membatasi pemberian tunjangan anak bagi pegawai negeri dan
anggota TNI
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam program KB
e. Meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan, sehingga
keinginan untuk segera menikah dapat dihambat
f. Meningkatkan wajib belajar pendidikan dasar bagi masyarakat.

2. Rendahnya kualitas kesehatan


Kesehatan merupakan investasi penting untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan kependudukan lainnya seperti kemiskinan karena suatu
negara tanpa penduduk yang sehat tidak akan mungkin dapat membangun
negaranya sendiri.
Rendahnya kualitas kesehatan yang ada di Indonesia ini akan
mempengaruhi angka usia harapan hidup. Terdapat beberapa faktor yang
memnyebabkan rendahnya kualitas kesehatan di Indonesia, yaitu sebagai
berkut:
a. Tenaga kesehatan
Faktor tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor besar yang
mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia karena tenaga
kesehatan itu sendirilah yang turun kedalam masyarakat untuk
melakukan pelayanan kesehatan. Menurut data dari Kementrian
Kesehatan RI , tenaga kesehatan yang dimiliki Indonesia saat ini
berjumlah sebanyak 876.984 orang yang terdiri atas dokter , perawat ,
bidan , dan tenaga kesehatan lainnya. Dari data didapat bahwa rasio
dokter dengan penduduk Indonesia berbanding 1:2500 penduduk , hal
ini menunjukkan bahwa pelayanan di Indonesia khususnya bidang
pelayanan dokter dalam kondisi memprihatinkan karena perbandingan
ideal antara dokter dan penduduk yang baik harusnya 1 berbanding
1000 penduduk kebawah.Tidak tersebarnya tenaga kesehatan di
Indonesia yang hanya terkonsentrasi di wilayah yang padat
penduduknya saja dan kurang menjangkau daerah-daerah lainnya

64
khusunya wilayah Indonesia bagian timur yang jumlah tenaga
kesehatannya terpaut sangat jauh dari daerah lainnya di Indonesia .Hal
ini tentu harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah
Indonesia khususnya yang mempunyai tugas di bidang kesehatan
untuk menyamaratakan tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
b. Minimnya sarana kesehatan yang tersedia
Sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin,
Posyandu, dan sarana kesehatan lainnya sangat berperan penting dalam
peningkatan pelayanan kesehatan karena disanalah pusat dari
pelayanan kesehatan itu sendiri. Menurut data dari Badan Pusat
Statistik, Indonesia memilih total sarana kesehatan sebanyak 55.543
yang terdiri atas Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, dan sarana
kesehatan lainnya. Penyebaran sarana kesehatan yang ada di Indonesia
sangat tidak merata dimana sebagian besar sarana kesehatan di
Indonesia hanya terpusat pada beberapa wilayah tertentu saja seperti
pulau Jawa dan Sumatera sementara wilayah Indonesia bagian timur
hanya mendapat sedikit sarana kesehatan, contohnya Provinsi Maluku
yang hanya punya rumah sakit sebanyak 43 unit dibanding dengan
Provinsi lainnya yang memiliki Rumah Sakit diatas 100 unit. Hal ini
tentunya harus mendapat perhatian serius dari kita terutama dari
pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan ini.
c. Faktor birokrasi yang cukup buruk dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan di Indonesia
Bidang kesehatan sendiri mengalami kerugian hingga mencapai ratusan
milyar rupiah dengan kasus seperti korupsi pengadaan alat bantu
belajar pada dokter dan korupsi dalam pemenangan tender untuk
pembuatan atau penelitian jenis obat tertentu. Sangat disayangkan ,
bidang yang seharusnya bersih dari korupsi karena menyangkut
kesehatan banyak jiwa menjadi lumbung bagi para pencuri uang negara
untuk menambah hartanya.

Beberapa usaha yang dapat dlakukan untuk meningkatkan kualitas


kesehatan yaitu:
a) Peningkatan tenaga kesehatan untuk menambah tenaga kesehatan yang
kurang

65
b) Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan penunjang dalam dunia
kesehatan
c) Kebijakan layanan kesehatan yang menunjang bagi masyarakat
d) Subsidi biaya pelayanan kesehatan yang terjangkau
e) Pengawasan birokrasi yang transparan
f) Tunjangan hidup bagi tenaga kesehatan di daerah yang terpelosok
g) Memproduksi obat generik yang terjangkau bagi masayarakat

3. Persebaran penduduk tidak merata


Berdasarkan sensus penduduk dan survei penduduk, persebaran
penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lainnya
tidak merata. Konsentrasi kepadatan penduduk di Indonesia berpusat di
pulau jawa. Lebih dari 50% jumlah penduduk di Indonesia mendiami pulau
Jawa.
Berikut ini adalah faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran
penduduk:
a. Kesuburan tanah
Kesuburan tanah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
persebaran. Hal ini erat kaitannya dengan rencana pengeloaan tanah
untuk bercocok tanam.
b. Iklim
Wilayah yang beriklim terlalu panas atau terlalu dingin akan
mempengaruhi keinginan penduduk untuk bermigrasi. Iklim disini juga
akan mempengaruhi adaptasi apabila penduduk tersebut berpindah.
c. Topografi
Topografi atau bentuk permukaan tanah sangat mempengaruhi
persebaran penduduk. Persebaran penduduk ini cenderung berada di
daerah dataran.
d. Sumber air
Air merupakan sumber energi mineral yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Oleh karena itu, ketersediaan air pada suatu tempat akan
mempengaruhi persebaran penduduk.
e. Sarana dan prasarana transportasi
Persebaran penduduk yang tidak merata ini sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana dan prasana transportasi. Daerah yang memiliki

66
sarana dan prasara tranportasi yang lengkap biasanya menjadi pusat
persebaran.
f. Pusat fasilitas ekonomi serta pusat pemerintah
Daerah yang menjadi pusat pemerintahan biasanya menjadi pusat
persebaran penduduk. Sedangkan daerah daerah yang kurang memiliki
fasilitas yang lengkap biasanya tidak dijadikan sebagai pusat persebaran.

Persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menimbulkan


berbagai permasalahan di wilayah – wilayah tertentu, sebagai contohnya
adalah:
a. Menurunnya kualitas lingkungan
Menurunnya kualitas lingkungan ini disebabkan oleh pemanfaatan
sumberdaya alam yang hanya berpusat pada satu wilayah saja.
b. Stabilitas keamanan menurun
Banyaknya penduduk yang hanya tinggal di suatu wilayah juga
menyebabkan tingkat keamanan penduduk yang rendah. Hal tersebut
karena banyaknya interaksi yang besifat positif maupun negatif.
c. Munculnya pemukiman dengan rumah – rumah yang tidal layak huni
Pertumbuhan jumlah penduduk yang hanya berada disuatu titik,
menyebabkan sempitnya ketersediaan yang ada. Kondisi yang seperti ini
sangat rawan terbentuk pemukiman – pemukiman yang
pembangunannya tidak mempertimbangkan prinsip kenyamanan dan
kesehatan.
d. Bertambahnya pekerjaan di sektor infromal, seperti pedagang kaki lima
yang mengganggu ketertiban
e. Persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menimbulkan
kesenjangan ekonomi yang ada. Hasilnya adalah semakin banyaknya
peluang usaha yang dimanfaatkan tanpa memperhatikan lingkungan.

Upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi


dampak persebaran penduduk yang tidak merata adalah:
a. Melaksanakan program transmigrasi
b. Melaksanakan program pemerataan pembangunan dengan cara
mendirikan industri di pinggir kota
c. Menambah sarana dan prasarana umum,seperti tranportasi dan
pendidikan

67
d. Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam bidang keamanan,
ekonomi dan kesehatan di berbagai daearah.

K. Analisis Data Kependudukan


Analisis data kependudukan adalah teknik yang digunakan untuk
mengukur dinamika penduduk sepanjang waktu yang berkaitan dengan
jumlah, distribusi, komposisi penduduk, dan komonen perubahannya melalui
dasar demografi berupa kelahiran, kematian, dan migrasi. Analisis demografi
sangat diperlukan dalam membuat kebijakan oleh pemerintah maupun
nonpemerintah serta menjadi acuan untuk menjawab berbagai permsalahan
yang berhubungan dengan kependudukan. Beberapa manfaat analisis
demografi adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan oleh pemerintah dalam pembuatan kebijakan
pembangunan.
2. Dapat digunakan untuk referensi merancang strategi pemasaran oleh
pengusaha dan industri.
3. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan persebaran penduduk
pada suatu wilayah dari waktu ke waktu.
4. Dapat digunakan untuk merancang dan memperkirakan proyeksi
penduduk serta kondisi di masa depan.
5. Dapat digunakan untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan
kaitannya terhadap populasi penduduk.
Contoh kebijakan pemerintah yang menggunakan analisis demografi
adalah sebagai berikut:
1. Analisis demografi jumlah penduduk usia sekolah di suatu wilayah
diperlukan untuk perencanaan pembangunan gedung sekolah baru atau
penambahan jumlah tenaga pengajar.
2. Analisis demografi persebaran penduduk di suatu wilayah diperlukan
untuk perencanaan pembangunan sarana dan prasarana umum seperti
jalan, pemerintah, pasar, terminal, dan lainnya.
3. Analisis demografi dari angka beban ketergantungan penduduk dapat
dijadikan asumsi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam
pembukaan lapangan kerja baru atau program wirausaha.
4. Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendapatan dan
mata pencaharian dapat dijadikan dasar bagi perusahaan restoran cepat
saji untuk membuka cabang baru di wilayah tertentu.

68
5. Analisis demografi mobilitas penduduk di suatu wilayah dapat menjadi
asumsi dasar perusahaan jasa transportasi menyediakan trayek baru.
6. Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin
di suatu wilayah apat menjadi acuan bagi perusahaan konveksi untuk
memproduksi jenis pakaian sesuai umur dan jenis kelamin yang dominan
di wilayah tersebut.

69

Anda mungkin juga menyukai