Anda di halaman 1dari 4

Dowling (Mu'in, 20 11:385) menyatakan bahwa kebebasan dan kemandirian tidak

bisa diminta dari orang lain, tetapi harus dikembangkan dengan susah payah dari
dalam diri. Unluk meraihnya, kita harus melepaskan kebergantungan yang
sebelumnya digunakan sebagai tongkat untuk merasa aman. Yakin kepada dirinya
sendiri tidak harus mengelabuhi dengan mimpi-mimpi kosong lentang berbagai hal
yang lerlalu jauh dari jangkauannya. la realistis, berdırı mantap, ia merdeka untuk
mencintai orang lain karena ia mencintai dirinya sendiri.

Reisman dan payne (Mulyasa, 2014:46) menyatakan bahwa terdapat sembilan strategi
mendisiplinkan peserta didik, yaitu:
a. Konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa konsepkonsep diri
masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk
menumbuhkan konsep diri, sebaiknya guru bersikap empatik, menerima,
hangat, dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran
dan perasaannya dalam menyelesaikan masalah.
b. Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki
keterampilan komunikasi efektif agar mampu menerima sernua perasaan dan
mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
c. Konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences),
perilakuperilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan
kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya
perilaku-perilaku salah. Untuk itu, sebaiknya guru: 1) menunjukkan secara tepat
tujuan perilaku yang salah sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi
perilakunya; dan 2) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku
yang salah.
d. Klarifikasi nilai (values clarification), strategi ini dilakukan untuk membantu
peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan
membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Analisis transaksional (transactional analysis), disarankan agar guru belajar
sebagai orang dewasa, terutama dalam menghadapi peserta didik yang
menghadapi masalah.
f. Terapi realitas (reality therapy), sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan
dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini, guru harus bersikap positif dan
bertanggung jawab.
g. Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), metode ini menekankan
pengendalian penuh oleh mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip
modifikasi perilaku yang sistematik diimplementasikan di kelas, termasuk
pemanfaatan papan tulis untuk melukiskan nama-nama peserta didik yang
berperilaku menyimpang.
h. Modifikasi perilaku (behavior modification), perilaku salah disebabkan oleh
lingkungan, sebagai tindakan remidiasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam
pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.
i. Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), guru diharapkan cekatan.
terorganisasi, dantegas dalampengendalian, Pendekatan inimengasumsikan
buhwa peserta didik akan menghadapi keterbatasan pada hari-hari pentama di
sekolah, dan gunu-gunu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang
berada dalam posisi sebagai pemimpin.

Mulyasa (2014:47) untuk mendisiplinkan peserta didik dengan sembilan strategi


tersebut, harus mempertimbangkan:

a. Mempelajan pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu calatan


kumulatit;
b. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung., misalnya melalui
daftar hadir di kelas;
c. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik:
d. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana, dan tidat bertele-tele;
e. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran
sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan;
f. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran agar dijadikan teladan
oleh peserta didik;
g. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton sehingga
membantu disiplin dan semangat belajar peserta didik, tidak memaksakan
peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari
kemampuan gurunya; dan
h. Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.

Mulyasa (2014:58) dalam rangka menyukseskan implementasi Kurikulum 2013


secara utuh dan menyeluruh, hendaknya setiap sekolah mampu mengembangkan
berbagai potensi peserta didik seEcara optimal, terutama dalam kaitannya dengan
pengembangan karakter, akhlak dan moral peserta didik. Dalam hal ini, Mendikbud
(M. Nuh) mengungkapkan tiga hal yang tidak boleh lepas dari Kurikulum 2013
yaitlu, skill, attitude, dan knowledge. Lebih lanjut dikatakan, bahwa desain
Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada asıyek ilmiah, Justru kurikulum baru
ini akan lebih kaya dlengan nilai-nilai, seni, budaya. dan moral. Hal ini penting
karena there is no excellent Performance without high morale, no morale, no
excellence. Excellenced can be experienced at every level and in every serious kind
of education.

2. Wawasan Peserta Didik


Trianto (2014:1 20) menyatakan bahwa pemelajaran terpadu memiliki peluang untuk
pengembangan kteativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada
pengembangan kemampuan analitis terhadap konsepkonsep yang dipadukan karena
dapat mengembangkan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta
kemampuan eksploratit dan elaboratif. Pentingnya pendidikan yang mengarahkan pada
kreativitas, tentunya sebagai upaya dalam meminimalisasi berbagai kenakalan remaja.
yang mana sumber ulamanya adalah cara seorang anak mendapathan pendidikan pada
saat di Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran terpadu lebih mengedepankan pada konsep
pengajaran berbasis lema. Sundavana (2014:11) menyatakan bahwa pengajaran berbasis
tema memiliki kelebihan sebagai berikut.
1. Kontak, memberikan keleluasaan baik kepada guru maupun peserta didik untuk
mengembangkan keluasan dan kedalaman kurikulum serta memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih terlibat dalam pembelajaran.
2. Koherensi, memberikan peluang terwujudnya pengalaman belajar yang
melibatkan aspek-aspek kognitif, psikomotor, ataupun afektif atau mulitiple
intelligence.
3. Koneksi, membangun kemungkinan berbagai hubungan antar pengetahuan atau
disipilin (interdiscipliner) atau di dalam pengetahuan itu sendiri.
4. Konteks, memberi peluang terwujudnya pembelajaran yang kontekstual, adanya
keterkaitan antara apa yang dipelajari peserta didik dengan apa vang dialami dan
diketahui oleh mereka dalam kehidupannya.
5. Kerja sama, membangun proses pembelajaran berdasarkan kerja sama antara
guru dan peserta didik, serta antara peserta didik dan peserta didik hingga
terbangun komunitas warga belajar (comunity of learner) di dalam kelas.

Kreativitas adalah kemampuan guru dalam meninggalkan gagasan, ide-ide, hal-hal


yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk menghasilkan atau
memunculkan gagasan, ide-ide dan tindakan yang baru dan menarik, apakah itu untuk
penyelesaian suatu masalah, suatu metode atau alat, suatu objek atau bentuk artistik
yang baru yang menuntut adanya daya cipta seorang guru untuk menghasilkan
sesuatu yang baru dalam melaksanakan proses pembelajaran, (Hosnan, 2014:19).

Anda mungkin juga menyukai