Makalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan. Karena
suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul dan tidak teratur. Hal ini
akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan
tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa,
akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu
ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis
dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada
masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Sejak isu reformasi pendidikan digulirkan, maka banyak bermunculan gagasan-gagasan
pembaharuan pendidikan. Reformasi sebagai sebuah gerakan yang memiliki perspektif sejarah
politik monumental, karena era reformasi menjadi era pemerintahan substitusi pemerintahan orde
baru. Tentunya gagasan reformasi pendidikan ini memiliki momentum yang amat mendasar dan
berbeda dengan gagasan yang sama pada era sebelumnya. Arah reformasi dalam mewujudkan
pengembangan pendidikan terkait dengan kebijakan kurikulum adalah ikut diperbaharuinya
kurikulum yang ada sebelumnya dari kurikulum 1994 diperbaharui menjadi kurikulum 2004 atau
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Selang dua tahun kemudian KBK pun telah mengalami
pembaharuan kembali menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau kurikulum
2006.
1. B. Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian kurikulum ?
B. Sebutkan prinsip-prinsip kurikulum ?
C. Apa fungsi kurikulum ?
D. Sebutkan komponen-komponen dalam kurikulum ?
E. Sebutkan macam-macam kurikulum ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Itu berarti istilah kurikulum berasal dari dunia
olah raga pada zaman Yunani Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish, kemudian di gunakan oleh dunia
pendidikan.
Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah
pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai
tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan. Para ahli mengartikan
kurikulum itu yaitu:
1. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.”
2. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan
keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
3. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan
dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi
kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan
pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu
institusi pendidikan.
4. John Dewey 1902;5 kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan
mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum
menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat.
5. Frank Bobbit 1918, Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak terarah
dan terarah, terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu siri latihan
pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap dan
menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada pemupukan
perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk pengalaman yang dirancangkan
oleh sekolah.
6. Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada posisi
pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat.
Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai
rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi
pengembang ini karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan.
7. Hilda Taba ;1962 Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa
kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di
sekolah
8. Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum
Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi
belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.
9. Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua pengalaman
anak dibawah tanggung jawab sekolah”.
10. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk
mencapai suatu tujuan. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau
kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan
pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
2. Prinsip-prinsip Kurikulum
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam,
antara lain:
1. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan
tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya
dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian.
Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan
program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada
program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan
ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan
kurikulum.
1. Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan
bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik
hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan
pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan
didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
1. Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara
berbagai program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku
yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara
unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan
tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya
saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
1. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu
bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan
terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter
sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu
juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan
guru maupun antara teori dan praktek.
1. Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan
pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar,
peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria
tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.
3. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum menurut Hendyat Soetopo Wasty Soemanto
1. kurikulum berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.
2. kurikulum juga berpungsi bagi perkembangan siswa karena kurikulum berperan
organisasi belajar ( learning oprganisatior) yang tersusun dengan cermat.
3. sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa.
4. sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan siswa
dalam rangka menyerap sejumlah ilmu pengetahuan sebagai pengalaman bagi mereka.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu :
1) Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
2) Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan
untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3) Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan,
baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4) Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5) Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membarikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemapuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya
kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih
luas dan bersifat fleksibel.
6) Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengambangkan
sendiri kekuatan yang dimilikinya aau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
1. 1. Tujuan
Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum adalah kekuatan-kekuatan fundamental yang peka
sekali, karena hasil kurikuler yang diinginkan tidak hanya mempengaruhi bentuk kurikulum,
tetapi memberi arahan dan fokus untuk seluruh program pendidikan.
1. 3. Organisasi
Menurut (Taba, 1962 : 290), jika kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar maka isi dan
pengalaman belajar membutuhkan pengorganisasian sedemikian rupa sehingga berguna bagi
tujuan-tujuan pendidikan. Menurut pendapar Taba ini, materi dan pengalaman belajar dalam
kurkulum diorganisasikan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan.
1. 4. Evaluasi
Evaluasi adalah komponen keempat dari kurikulum. Evaluasi ditujukan untuk melakukan
evaluasi terhadap belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan
pembelajaran. Menurut (Zais, 1976 : 378) mengemukakan evaluasi secara luas merupakan suatu
usaha sangat besar yang kompleks yang mecoba menantang mengkodifikasi proses salah satu
dari istilah sekuensi atau komponen-komponen. Kegiatan evaluasi akan memberikan informasi
dan data tentang perkembangan belajar siswa maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran,
sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan pembelajaran dan pendidikan secara tepat.
5. Macam-macam Kurikulum
1. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu
penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah
curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi
melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan
pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947,
baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut
kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal
pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan
bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat
Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar
pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu
Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian,
Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada
awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga diajarkan
sejak kelas 1. Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar
dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-
cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari,
bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat bes
berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air
dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik.
Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal
dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang
guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu
sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat
mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak
tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
1. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut
Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,”
katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual
di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan.
1. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD
Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
1. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum
1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode
1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-
1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
1. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan
dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih
banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan
kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa,
dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru
pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
1. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain
untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun
dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah
bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar.
Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama atau tujuan dari
kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk
mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu sistem.
2. Saran
Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu pula dengan kebutuhan kurikulum yang
ada juga semakin berkembang, maka disarankan agar tiap sekolah atau lembaga pendidikan
menerapkan suatu sistem kurikulum yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekolahnya, karena
sesuai dengan ketetapan pemerintah kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP), maka sudah selayaknya pihakpengembang kurikulum
mengembagkan kurikulum sesuai dengan potensi daerahnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, Pustaka Setia, Bandung 1998
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum
http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertian-kepentingan-dan-
masalah-yang-dihadapi/
http://destalyana.blogspot.com/2007/09/beberapa-pengertian-kurikulum.html
Joko susilo, Muhammad, Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan, Pustaka Pelajar, yogyakrta,
2007
Mulyasa. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2005. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusma. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Makalah kurikulum
BAB I
HAKIKAT KURIKULUM
1. Pengertian kurikulum
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk myata.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi dokumen serta evaluai dokumen yang
telah disusun.
Sebagai salah satu komponen suatu sistem pendidikan, paling tidak kurikulum mempunyai peran, yaitu :
- peran konservatif yaitu melestrikan berbagai nilai budaya senagai warisan masa lalu
- peran kritis dan evaluatif yaitu menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang di anggap bermanfaat untuk kehidupan
anak didik
- suplementasi
- eksplorasi
- keahlian
maka jelaslah kurikulum berfungsi untuk setiaporang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung.
Berkaitan dengan kurikulum, Alexander Inglis (1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa:
Saylor, oliva mengatakan bahwa kurikulun dan pengajaran memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dan digambarkan denagn
model sebagai berikut:
Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam
proses belajar dan mengajar. Kuurikulum aktual adalah kurikulum yang secara riil dapat dilaksnakan oleh guru sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang ada.
1. Kurikulum tersembunyi
Muray Printr (1993) mencatat peran guru dala levvel ini adalah implementers, adapters, develover, dan researchers.
BAB II
Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum
sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di Sekolah. Seller dan Miller (1985) mengatakan
dahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukuan secara terus-menerus. Ada dua hal yang
harus dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kuriulum, yaitu rentangan kegiatan dan tujuan kelembagaan yang
berhubungan dngan visi dan misi sekolah.
Prinsip-prinsipnya yaitu :
- efektifitas
- efisiensi
a. sensorimotor
b. praopersional
c. operasional konkret
d. operasional formal
BAB III
DESAIN KURIKULUM
Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai visi dan misi sekolah
Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:
Ada tiga perspektif desain kurikullum yang berorientasu pada kehidupan masyarakat, yaitu:
Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat minimal dari dua perspektif, yaitu:
Model desain teknologi dikhususkan kepada efektivitas program,metode, dan bahan-bahan yang diaggap dapat mencapai tujuan.
Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
- materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana menuju yang kompleks
Efektifitas dan keberhasilan implementasi kurikulum teknologi hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
BAB IV
Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum. Yaitu:
- pendekatan topdown ialah pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para administrator pendidikan
- pendekatan grass roots ialahpengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau implementator, kemudian
menyebar pada lingungan yang lebih luas
Menurut Good(1972) dan Traves(1973) model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa komplek atau sistem
dalam bentuk naratif, matematis, grafis,dan lainnya.
Manfaat-manfaat model,yaitu:
1. Model tyler
Model pengembangan tyler bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu instuisi
pendidikan. Menurut Tyler ada 4 halyang fundamental untuk mengembangkan kurikulum, yaitu:
- evaluasi
2. Model Taba
Menurut Hilda Taba sebaiknya kurikulum dikembangkan secara terbalik, yaitu dengan pendekatan induktif. Ada 5 langkah
pengembangan model Taba, yaitu:
- menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data yang valid
3. Model Oliva
Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik. Menurutnya model ini dapat
dikembangkan kedalam 3 dimensi, yaitu:
1. Model Beauchamp
1. Model Wheeler
Menurut Wheeler pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yan membentuk lingkaran yang terjadi terus-menerus.
Menurutnya ada 5 tahap pengembanga kurikulum, yaitu:
6. Model Nichools
Howard Nichools mengatakan bahwa oendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang
membentuk siklus. Ada 5 langkah pengembangannya, yaitu:
- evaluasi
Menurut Skilbeck model dynamic adlah mode pengembangan kurikulum pada level sekolah. Dan langkah-langkahnya yaitu:
BAB V
A. Pendahuluan
- tujuan
- metode
- evaluasi
Perumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dala sebuah kurikulm
1. Klasifikasi tujuan
Menurut Bloom bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3 domain, yaitu:
a. pengetahuan d. analisis
b. pemahaman e. sintesis
c. penerapan f. evaluasi
a. penerimaan d. mengorganisasi
c. menghargai
2. Haerarkis tujuan
Dilihat dari haerarkis tujuan pendidikan terdiri atas tujuan umum dan husus yang bersifat spesifik dan dapat diukur dan
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan
kurikulum.
- siswa
- fakta
- konsep
- prinsip
- hukum
- keterampilan
Dalam standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15) bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang disusun oleh satuan pendidikan dan dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
B. Tujuan KTSP
- meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum,
mengelola, memberdayakan sumber daya yang tersedia
- menungkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan
keputsan bersama
- meningkatkan kompetensi yan sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai
Pengembangan KTSP didasarkan pada 2 landasan pokok, yakni landasan empiris dan landasan formal. Yang menjadi landasan
empirik antaranya adalah
- adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kitabaik dari proses ataupun hasil
- indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki keragaman sosial budaya dengan potensi dan kebutuhan
yang berbeda
- peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum bersifat pasif.
- Yang menjadi landasan formal, KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
E. Komponen KTSP
- Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu pada tujuan umum
pendidikan.
- Struktur program dan muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam SI meliputi 5 kelompok
mata pelajaran ( agama dan akhlak mulia, PKn dan kepribadian, IPTEK, estetika, dan jasmani kesehatan )
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun KTSP, yaitu:
- kegiatan
- pemberlakuan
BABVII
BAB I. Pendahuluan
G. Penjurusan
2. Dokumen dua berisi tentang silabus mata pelajaran berisi tentang silabus dan RPP.
Silabus adalah rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentan standar kompetensi.
Manfaatnya sebagai pedoman dalam menyusun pelaksaan pembelajaran. Prinsip- prinsipnya yaitu:
RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses
pembelajaran. Komponen-komponen RPP yaitu:
- evaluasi
BAB VIII
SISTEM PEMBELAJARAN
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil
yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang tela ditetapkan. 3 karakteristik sistem, yaitu:
Manfaat sistem adalah untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran.
- tujuan
- media
- evaluasi
BAB IX
B. Makna mengajar
C. Prinsip mengajar
- aktivitas
- individualitas
- integritas
- interaktif
- inspiratif
- menyenangkan
- menantang
- motivasi
D. Makna belajar
1. belajar signal
6. belajar konsep
D. Teori-teori belajar
Berangkat dari konsep manusia yang berbeda, dalam menjelaskan terjadinya perilaku, kedua aliran teori belajar yaitu aliran
behavioristik elementeristik, dan aliran kognitif wholistik, memiliki perbedaan.
ciri-cirinya, yaitu:
- mementingkan pengaruh lingkungan
ciri-cirinya adalah:
BAB X
A. Motivasi
motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri manusia yang ditandai oleh munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Fungsi motivasi yaitu:
3. Jenis-jenis motivasi
Kondisi yang dapat dilakukan untuk memberikan kepuasan pada siswa yang dapat mendorong untuk berperilaku baik, yakni:
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus menciptaka agar siswa dapat melakukan pengamatan sebaik-baiknya agar
tidak terjadi kesalahan dalam menapsirkan pengamatannya. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:
- dalam proses pembelajaran guru harus menyelesaikan bahan pelajaran dengan tingkat perkembangan siswa
Bagi guru, meningkatkan perhatian siswa bisa dilakuka dengan beberapa cara, yaitu:
BAB XI
a. kompetensi pribadi
b. kompetensi profesional
BAB XII
STRATEGI PEMBELAJARAN
Suatu strategi pembalajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sdangkan bagaimana
menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru
dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang
mungkin berbeda antarta guru yang satu dengan yang lain.
- dan pertimbangan lainnya yang ditinjau dari strategi itu sendiri
1. Strategi pembelajaran Ekspositori (SPE) adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian
materi secapa verbal dari guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Prinsip-prinsipnya yaitu:
- prinsip komunikasi
- prinsip kesiapan
- prinsip berkelanjutan
- persiapan – menyimpulkan
- penyajian – mengaolikasikan
- krelasi
1. Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pastu dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Prinsipnya:
- prinsip berinteraksi
- prinsip bertanya
- prinsip keterbukaan
Langkah-langkahnya:
1. Strategi pembelajaran Koopertif (SPK) adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan.
Prinsipnya yaitu:
langkah-langkah SPK:
BAB XIII
A. Pengertian Inovasi
Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang
kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.
- sisi proses adalah adanya anggapan bahwa salama ini proses pendidikan yang dibangun guru dianggap cenderung
terbatas.
- Sisi hasil yaitu rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari tidak meratanya setiap sekolah dalam mencapai rata-rata
nilai ujian nasional.
3. Masalah efektiviras dan efesiensi
Suatu program pembelajaran dapat dikatakan memiliki tingkat efesiensi tinggi, manakala dengan jumlah biaya yang minimal
dapat menghasilkan atau dapat mencapai tujuan yang maksimal.
Pemecahannya pemerintah harys melakukan langkah-langkah yan inovatif, yaitu langkah yang dapat menyediakan kesempatan
belajar seluas-luasnya untuk mereka dengan biaya yang rendah tanpa mengurangi mutu pendidikan.
Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antara warga masyarakat sasaran
sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu teryentu pula. Ada 2 bentuk difusi, yaitu difusi
sentralisasi dan difusi desentralisasi.
- keputusan inovasi opsional adalah keputusan yang ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa adanya pengaruh
dari orang lain
- keputusan inovasi kolektif adalah keputusan yan didasarkan oleh kesepakatan bersama dari setiap kelompok
masyarakat.
- Keputusan inovasi otoritas adalah keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
D. Hambatan-hambatan Inovasi
Ibrahim(1988) mencatat ada 6 faktor utama yan dapat menghambat suatu inovasi, yaitu:
BAB XIV
EVALUASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi adalah proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan. Dan pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam rangka memberikan judgment yakni
berupa keputusan terhadap sesuatu.
2. Fungsi evaluasi
3. Tipe evaluasi
- fungsi sumatif yaitu apabila evaluasi digunakan untuk melihat keberhasilan suatu program yang direncanakan
- fungsi formatif yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk melihat kemajuan belajar siswa
B. Evaluasi Kurikulum
evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah sebagai suatu proses mengumpulkan berbagai informasi dalam rangka membuat sesuatu
keputusan tentang program pendidikan.
1. Pengertian
penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran yang dilakukan sebagai proses pengumpulan dan
pemanfaatan informasi yang menyeluruh tentang hasil belajar yang diperoleh siswa untuk menetapkan tingkat pencapaian dan
penguasaan kompetensi seperti yang ditentukan dalam kurikulum da sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran.
D. Jenis-jenis Evaluasi
- tes
a. observasi
b.wawancara
BAB XV
PENILAIAN PORTOFOLIO
A. Pengertian
Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi yang dikumpulkan salam a priod tertentu dan digunakan untuk mementau perkembangan siswa baik mengenai
pengetahuan , keterampilan maupaunsikap siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.
1. tes
2. portofolio
- dilakukan untuk menilai kemampuan intelektual, minat sikap dan keterampilan siswa
- keputusan dilakukan secara kolaboratif antara orang tua, siswa, dan guru
- keterbukaan
- kerahasiaan
- refleksi
Keunggulan:
Kelemahannya, yaitu: