Mata Kuliah : Pengantar Permukiman (AR.4109)-kelas
C Dosen : Prof. Ir. Lilianny S Arifin, Ph.D Hari/tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020 , paling lambat dikumpulkan/diunggah pk 18.00 Sifat ujian : Take Home test.
Soal :
1) Menurut saudara apakah mungkin sebuah kota tanpa permukiman yang
kumuh ? berikan contoh di sebuah negara untuk menguatkan jawaban saudara. Menurut saya mungkin saja karena permukiman kumuh sendiri disebabkan oleh hal-hal yang sebenarnya masih dapat diatasi meskipun sulit seperti ketidakteraturan bangunan, kepadatan penduduk, kualitas bangunan, sarana, dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk ketidakteraturan bangunan, cara mengatasinya adalah dengan menata ulang pemerataan wilayah, membuat sebuah lembaga yang berfokus pada penyelesaian masalah permukiman. Untuk kepadatan penduduk dapat diatasi dengan pemanfaatan vertical housing sehingga dapat menampung kapasitas yang lebih, dapat juga dengan penggalakan suatu program seperti program KB di Indonesia guna menekan jumlah penduduk sehingga dapat lebih sesuai dengan luas wilayah (mengurangi kepadatan penduduk). Untuk kualitas bangunan, sarana, dan prasarana yang tidak memenuhi syarat dapat diatasi dengan pemerintah memfasilitasi bangunan, sarana, dan prasarana yang memenuhi syarat, dapat juga bekerja sama dengan pihak swasta, dan juga bisa dengan melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap pembangunan, sarana, dan prasarana agar tetap dapat memenuhi syarat. Seperti pada kota Sydney, Australia dan Helsinki Finlandia yang dikatakan merupakan free slum cities. Menurut Joe Flood dari papernya yang berjudul “The Case of Sydney, Australia”, permukiman kumuh pertama ditemukan pada tahun 1860 dan perencanaan guna memberantas permukiman kumuh dimulai pada tahun 1900 dan berlanjut hingga 1970. Selama periode perencanaan ini intervensi, pemisahan tempat kerja dan tempat tinggal menjadi norma (wajar). Sebagian besar pekerja pulang-pergi menuju pusat kota dengan sarana-prasana publik. Sehingga dibuatlah kebijakan untuk mengatasi permukiman kumuh di Sydney sebagai berikut: A. Pengentasan kemiskinan dengan pemberian dana bantuan bagi rakyat yang memiliki kekurangan fisik, pensiunan, dan yang kurang mampu agar dapat meningkatkan kualitas ekonomi menjadi di atas garis kemiskinan. Selain itu juga dengan menerapkan 2 program pemerintah yaitu perumahan publik dan bantuan sewa. B. Kesejahteraan sosial dengan menyediakan berbagai cangkupan kesejahteraan dna layanan bagi orang cacat dan orang yang kesulitan. Pemerintah juga bertanggung jawab atas perencanaan kota dan sebagian besar layanan sosial dan fisik seperti kantor polisi, rumah sakit, dan lain-lain. Pemerintah lokal juga pengumpulan sampah, pusat penitipan anak, memelihara jalan lokal dan menegakkan peraturan pembangunan dan perencanaan. C. Perbaikan permukiman kumuh dan pemerintah lokal dimana lokal dan negara bagian pemerintah memainkan peran penting dalam bekerja sama pengembang dan investor lokal sambil memastikan bahwa hak warga negara dilindungi dan proses hukumnya diikuti. Mereka juga memiliki peran kunci dalam mengendalikan lokal lalu lintas dan pemandangan jalan yang meremajakan. D. Aksi masyarakat/komunitas, terdapat banyak kelompok masyarakat telah dibentuk untuk melawan masalah tertentu, untuk memajukan kepentingan minoritas, atau untuk terlibat dalam membantu diri sendiri di daerah tertinggal. E. Kerjasama yang dilakukan, pemerintah daerah dan asosiasi perumahan telah menerima dana dan beberapa saran dari Persemakmuran dan pemerintah negara bagian dalam memperoleh Perumahan Sosial, LSM di bidang kesejahteraan sebagian didanai Program Negara Bagian dan Persemakmuran untuk melaksanakannya kegiatan kemitraan sesekali antara sektor swasta pengembang dan kelompok keuangan dan pemerintah negara bagian untuk membangun perumahan umum, Kelompok aksi residen atau kelompok lingkungan adalah dihubungi secara rutin selama proyek pengembangan, tetapi tidak terlibat secara proaktif. Lebih banyak lagi yang dapat dilakukan untuk mendorong kemitraan di antara berbagai faktor. 2) Dari 12 negara yang telah dipresentasikan oleh rekan rekan kalian, menurut saudara negara manakah yang berhasil dalam menyediakan rumah untuk warganya? Mengapa? Jelaskan dengan memberi contoh sebuah permukiman yang saudara maksud. Menurut saya, negara singapura lah yang berhasil menyediakan rumah bagi warganya. Hal ini dikarenakan kebijakan-kebijakan pemerintah Singapura yang tepat dalam mengatasi masalah permukiman meskipun dengan keterbatasan lahan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain: Keuntungan yang diterima dari hasil penjualan rumah bagi golongan atas akan digunakan untuk pembangunan perumahan bagi golongan bawah. Hal ini dapat menyebabkan keseimbangan sehingga yang golongan atas tetap dapat hidup baik sedangkan yang golongan bawah dapat terbantu dengan adanya kebijakan ini. Penerapannya adalah dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta yaitu, pemerintah akan membangun rumah dengan harga murah untuk masyarakat golongan bawah dan menjualnya dengan harga sesuai pendapatan pembeli, sedangkan pihak swasta akan membangun perumahan dan menjualnya kembali ke golongan atas dengan harga yang lebih mahal. Dari pihak pemerintah membentuk HDB (House Development Board) yang diperuntukkan untuk golongan kebawah meskipun dapat menghancurkan sejarah. Kemudian dari pihak swasta membangun Exclusive Condominium yang diperuntukkan bagi golongan keatas. Selain itu pemerintah Singapura juga menerapkan kebijakan dimana 1 rumah hanya diperuntukkan 1 kepemilikan per keluarga semua keluarga dapat memiliki rumah yag layak untuk ditinggali.
3) Dari 17 parameter ”Sustainabel Development Goals”
(https://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-development-goals.html) , saudara diminta untuk memilih 3 parameter saja, dan pakailah untuk mengkritisi kondisi permukiman di lingkungan saudara sendiri. ( berikan peta google mapnya). Saudara diharapkan melakukan pengamatan ke lapangan untuk melihat kondisi lingkungan, sarana, prasarana di komplek permukiman di mana saudara tinggal. Bila memungkinkan sertakan foto lapangan/ bukan dari google map. Saudara diminta untuk menuliskan pengamatan, analisa, kritik dan pemikiran pemikiran cemerlang saudara sebagai calon arsitek sesuai dengan interes saudara masing masing, dengan ke tiga parameter di atas. Sertakan dalam analisa saudara dengan beberapa sketsa dan diagaram sesuai dengan keahlian sauadara dalam menganalisa.
Save the Earth, by loving a sustainable life”
Lokasi: Kesamben – Blitar Tiga parameter yang menurut saya paling menonjol dari kondisi lingkungan permukiman saya adalah: 1. Industri, Inovasi, dan Infrastruktur Kesamben merupakan wilayah pedesaan. Namun tidak terpelosok hingga tidak terurus. Hanya saja dalam hal maintenance nya masih dapat terbilang kurang. Seperti pada foto disamping, foto ini merupakan area pinggir jalan yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki. Namun seperti yang terlihat, tidak terdapat trotoar ataupun sirkulasi yang layak. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi pejalan kaki, apalagi jalan yang di sebelahnya merupakan jalan provinsi yang memiliki intensitas laju mobil yang cukup tinggi. Kemudian pada gambar disamping ini merupakan terminal bis. Seperti yang diketahui, kecepatan kendaraan bus dapat terbilang cukup cepat dan bis itu sendiri berukuran besar, oleh sebab itu akan sangat berbahaya bagi pejalan yang hendak menyebrang apabila tidak tedapat fasiltas pendukung seperti zebra cross (minimal). Namun pada jalur bus menuju terminal masih belum disediakan zebra cross sehingga tidak jarang terjadi kecelakaan bis di area ini. Hal yang sama juga terjadi pada jalur rel kereta dimana yang seharusnya Kawasan sekitar rel diberi pengaman (palangan dan lain-lain) agar menjamin keamanan penduduk sekitar, disini masih belum diberi. Padahal jika diperhatikan kembali, di sekitar rel kereta terdapat perumahan penduduk yang dapat membahayakan apabila terdapat orang (terutama anak- anak) yang bermain disini. Gambar di samping menunjukkan keadaan disekitar terminal bus yang mana jalur bis tidak dipisahkan dengan jalur kendaraan umum dan jalur provinsi sehingga kepadatan kendaraan pada area ini sangatlah tinggi. Hal ini menye babkan sering terjadinya kecelakaan pada area yang berlingkaran merah. Untuk lingkaran merah yang merupakan pertemuan jalur bis dengan jalur provinsi memang telah dipasang lampu lalu lintas, namun jumlah zebra cross yang ada masih kurang madai sehingga pejalan kaki masih kesulitan untuk menyebrang di daerah ini. Kemudian untuk lingkaran merah yang merupakan pertemuan jalur bis dengan jalur kendaraan masih belum terdapat sarana ataupun fasilitas apapun seperti zebra cross ataupun lampu lalu lintas. Padahal area tersebut merupakan area yang terdapat banyak rumah penduduk sehingga banyak pejalan kaki di area tersebut tapi untuk keamanan terhadap jalur bis masih belum dipasang. Hal ini menyebabkan pejalan kaki merasa tidak aman untuk menyebrang di area ini. Menurut saya seharusnya pada area yang dilingkari merah diberikan perhatian khusus karena kepadatan kendaraan dan sirkulasi yang cross dengan pemasangan lampu lalu lintas, zebra cross, atau juga bisa diberikan semacam “polisi tidur” ada jalur bis yang sirkulasi pedestriannya padat sehingga kecepatan bis dapat lebih di”rem” guna meminimalisir kecelakaan. Kemudian hal ini juga sama untuk jalur rel kereta api. Seharusnya pada area tepi rel kereta api tetap diberi pengaman seperti misal wiremass yang di kamufalse dengan tanaman sehingga pada area perumahan penduduk tidak merasa terganggu juga dan masyarakat di sekitar rel kereta keamanannya lebih terjamin. Kemudian untuk area pejalan kaki, mungkin tujuan belum dibangunnya trotoar dan masih dibiarkan tanah adalah kemungkinan adanya pelebaran jalan lagi karena jalan itu merupakan jalan provinsi, namun setidaknya tetap harus diperhatikan bagaimana agar jalan tersebut dapat tetap digunakan oleh masyarakat dengan nyaman dan aman seperti dengan membersihkan area sirkulasinya sehingga pejalan kaki dapat lebih aman berjalan. 2. Kehidupan Di Atas Tanah Pada daerah ini masih terdapat banyak pepohonan dan dekat dengan area perhutani (hutan jati) sehingga untuk ekosistem diatas tanah masih cukup alami. Hanya saja kesadaran masyarakat dalam merawatnya masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari sampah yang berserakan dan tidak diolah dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran dan pastinya juga merusak ekosistem yang telah ada seperti misalnya tumpukan sampai di sawah (gambar di bawah). Seperti yang kita ketahui bahwa ekosistem yang berada di sawah cukup beragam. Namun dengan adanya tumpukan sampah ini, maka makhluk yang tidak dapat bertahan dengan adanya keberadaan sampah tersebut akan tereliminasi sehingga mengganggu ekosistem yang ada. Hal ini juga sama dengan sampah di atas sungai yang dapat mengganggu tanaman di sekitarnya sehingga tanaman-tanaman parasit yang dapat bertahan dari kurangnya sinar matahari akan tumbuh dan mengganggu ekosistemnya. Melihat hal ini, Menurut saya yang sangat perlu untuk diperhatikan adalah dalam pengelompokan sampah menjadi organik, anorganik, dan B3. Keuntungan yang didapatkan dengan pengelompokkan ini adalah sampah dengan jenis yang sama dapat digunakan kembali sehingga dapat mengurangi pencemaran yang ada. Seperti sampah organik dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk yang dapat sangat bermanfaat karena daerah kesamben ini masih terdapat beberapa mata pencaharian yang terkait dengan tanaman. Kemudian sampah anorganik dapat dijadikan kerajinan sehingga dapat menambah atau memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan meningkatkan perekonomian sekitar. Selain itu, karena hutan-hutan yang ada terdiri dari pohon jati yang dikelola oleh dinas perhutanan, alangkah baiknya apabila siklus penebangan dan reboisasi dapat diseimbangkan sehingga meminimalisir kerusakan hutan yang dapat berakibat fatal baik bagi ekosistem yang ada ataupun bagi manusia juga.
3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
P e r e k o n o m i a pedesaan, sehingga mata pencaharian pokoknya cendrung lebih ke petani, tukang kebun, pedagang sayur, dan sejenisnya. Oleh karena itu pasar sangalah hidup di sini. Selain itu di daerah kesamben juga terdapat banyak pertokoan yang dapat menunjang perekonomian. Sayangnya jumlah lapangan kerja dengan jumlah penduduk yang ada masih kurang seimbang untuk memberantas pengangguran. Sehingga masih dapat ditemui orang dengan pekerjaan yang kurang layak seperti pengemis, pemulung, pengamen, TKW ilegal, dan lain-lain (seperti gambar di bawah). Menurut saya yang harus dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan dengan membuka area publik seperti wahana edukasi atau area wisata dengan memanfaatan alam yang ada sehingga orang yang tidak memiliki pekerjaan yang diakibatkan kurangnya pendidikan seperti ini dapat bekerja sebagai staff bersih-bersih atau keamanan. Hal ini secara bersamaan dapat menunjang perekonomian daerah setempat. Selain itu juga lembaga kesejahteraan wilayah setempat dapat menggagas tunjangan bagi mereka yang kekurangan atau membutuhkan dengan pengawasan yang ketat sehingga dapat tepat sasaran.