Anda di halaman 1dari 8

OPTIMASI POLA OPERASI WADUK UNTUK MEMENUHI

KEBUTUHAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR


(Studi Kasus Waduk Wonogiri)

Cahaya Santoso Samosir1, Widandi Soetopo2, Emma Yuliani2


1)
Mahasiwa Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,
Indonesia; cahayasamosir03@gmail.com
2)
Dosen Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK: Waduk Wonogiri diharapkan dapat memanfaatkan potensi air yang ada, salah satunya
untuk keperluan pemenuhan energi listrik tenaga air. Akan tetapi ada kecenderungan penurunan
fungsi pelayanan waduk akibat sedimentasi. Oleh sebab itu, diperlukan suatu pengaturan,
perencanaan dan pengoperasian air waduk yang optimal sehingga didapatkan manfaat yang sebesar-
besarnya. Salah satu metode pengoperasian waduk untuk mendapatkan hasil yang optimal yaitu
dengan menerapkan simulasi pola operasi waduk model stokastik dengan bantuan program solver
evolutionery. Penerapan optimasi model stokastik memiliki hasil produksi listrik yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pola operasi waduk eksisting. Produksi rata-rata tahunan mengalami
peningkatan sebesar 22.98% dari 33.820 MWh/15hari menjadi 41.593 MWh/15hari . Evaluasi
kinerja menunjukan bahwa waduk memiliki keandalan 100% dalam memenuhi kebutuhan lepasan
PLTA dan pemenuhan air di hilir waduk.

Kata kunci: Waduk Wonogiri, pola operasi waduk, simulasi, model stokastik, evaluasi waduk

ABSTRACT: The reservoir is expected to utilize water into the source of energy using hidroelectric
power plants. Unfortunately, there is reduction of its function time by time because of sedimentation
problem at the bottom of Wonogiri reservoir. Because of this problem, there are urgent needs of
good management, planning, and operation to optimize the Wonogiri function again. One of the
effective methods is the application of stochastic operational simulation rule of reservoir assisted
with solver evolutionary program. Based on analysis result, the application of optimization
operational simulation rule using stochastic model had better electric production than existing
operational simulation rule. There was the increase of electric production as much as 22.98%
(77.733 MWh/15days) from 33,820 MWh/15days to 41,593 MWh/15days. The performance
evaluation showed that the reservoir had a 100% reliability to produce electricity and 80% to fulfill
water demand in downstream area.

Keywords: Wonogiri reservoir, reservoir operation rule, simulation, stochastic model, reservoir
evaluation

A. PENDAHULUAN cara pemeruman gema (sounding) diketahui


Untuk memenuhi kebutuhan yang ada, bahwa telah terjadi kehilangan kapasitas
ketersedian tampungan Waduk Wonogiri sangat tampungan waduk akibat sedimentasi antara tahun
terbatas. Ditambah lagi adanya perubahan tata 1980 sampai tahun 2011 seperti yang disajikan
guna lahan bagian hulu Sungai Keduang yang pada tabel berikut:
memberikan kontribusi cukup besar dalam Tabel 1. Kapasitas Tampungan yang Hilang antara
masalah sedimentasi Waduk Wonogiri. 1980 – 2011
Berdasarkan Kapasitas
Kapasitas yang
data pengukuran sebaran sedimen tahun 2011 Zona Waduk Tampungan
Hilang
yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta I dengan (Juta m3)

108
Samosir, dkk ., Optimasi Pola Operasi Waduk Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Pembangkit Listrik Tenaga Air 109
(Studi Kasus Waduk Wonogiri)

Ratio B. BAHAN DAN METODE


Volume dari Waduk Wonogiri disebut juga Bendungan
1980 2011 (juta Vol. Gajah Mungkur terletak di Desa Danuarjo,
m3) Awal Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri
(%) Provinsi Jawa Tengah. Waduk Wonogiri yang
Tamp. Banjir memiliki luas catchment area 1.350 km2 terletak 3
(El.136-138.3 220 159 61 27.73
km di selatan Kota Kabupaten Wonogiri.
m)
Pembangunan Waduk Wonogiri dimulai sejak
Tamp. Efektif
440 305 135 30.68 tahun 1976. Pengisian pertama dilakukan pada
(El.127-136 m) Bulan Juli 1980 dan kemudian diresmikan pada
Tamp. Mati Bulan November di tahun yang sama. Manfaat
120 59 61 50.83
(El.<127 m) utama dari Waduk Wonogiri adalah untuk
Sumber : Data Sounding Perum Jasa Tirta I, pengendali banjir, PLTA, irigasi, dan air minum.
Budihardja, Darjanta. (2009) 1. Pengumpulan Data
Dari tabel diatas terlihat bahwa selama 31 Data-data yang digunakan untuk penelitian ini
tahun waduk beroperasi, dapat diketahui bahwa adalah sebagai berikut:
tampungan untuk pengendali banjir berkurang a. Data outflow historis 15 harian dari Tahun
27.73%, tampungan efektif yang dipergunakan 2004 hingga tahun 2013
untuk irigasi dan PLTA berkurang 30.68% dan b. Data inflow historis 15 harian dari Tahun
tampungan mati berkurang paling banyak yaitu 2004 hingga tahun 2013
sebesar 50.83%. Volume sedimen yang masuk ke c. Data karakteristik waduk
dalam waduk akan mengurangi kapasitas d. Data kebutuhan di hilir
tampungan air. Hal ini mengakibatkan e. Data instalasi PLTA
berkurangnya efektivitas waduk dalam mencapai f. Data pendukung lainnya
tujuannya. Pada musim penghujan, air yang
masuk ke waduk tidak dapat ditampung namun
akan langsung melimpas melalui spillways dan
pada musim kemarau tampungan waduk tidak
dapat memenuhi kebutuhan air di hilir terutama
kebutuhan air untuk PLTA. Melihat kondisi di
atas diperlukan suatu studi optimasi yang
bertujuan meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan
energi pembangkit listrik tenaga air.
Waduk
Pada penelitian ini teknik optimasi dilakukan
Wonogiri
dengan menggunakan model simulasi stokastik.
Pemilihan model simulasi ini karena bersifat
fleksibel dalam menangani hubungan-hubungan
kompleks yang bersifat nonlinier.
Maksud penelitian ini adalah untuk Gambar 1. Peta Lokasi Waduk Wonogiri
mendapatkan gambaran serta pola operasi Waduk Sumber: BBWS Bengawan Solo
Wonogiri yang paling optimal dalam kaitan 2. Metodologi Penelitian
dengan pemenuhan kebutuhan energi listrik a. Waduk
tenaga air dengan menggunakan model simulasi Dalam Peraturan Pemerintah No 37 Tahun
stokastik. 2010 tentang Bendungan dijelaskan bahwa
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan defenisi bendungan adalah bangunan yang berupa
model optimasi dengan cara simulasi stokastik urugan tanah, urugan batu, beton, dan / atau
sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan pasangan batu yang dibangun selain untuk
sumber daya air untuk pembangkit energi listrik menahan dan menampung air, dapat pula
serta menyajikan pola operasi waduk yang lebih dibangun untuk menahan dan menampung limbah
fleksibel sesuai dengan kondisi tampungan waduk. (tailing), atau menampung lumpur sehingga
terbentuk waduk (Anonim, 2010)
110 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 108-115

b. Operasi dan Pola Operasi Waduk e. Model Stokastik


Operasi waduk (reservoir operation) adalah Ada tiga jenis model stokastik yang masing-
penampungan aliran air sungai ke dalam sebuah masing memasukkan variabilitas hidrologi dan
waduk (reservoir) dan pelepasan daripada air yang ketidakpastian (Loucks, Stedinger dan Haith, 1981
telah ditampung tersebut untuk berbagai tujuan dalam Irvani, H., 2012). Yang termasuk dalam
tertentu. Sedangkan pola operasi adalah patokan model tersebut yaitu :
operasional periode suatu waduk dimana debit air  Model yang mendefinisikan sejumlah
yang dikeluarkan oleh waduk harus mengikuti kemungkinan diskrit dari debit aliran sungai
ketentuan agar elevasinya terjaga sesuai dengan dan volume tampungan, masing - masing
rancangan. dengan probabilitasnya.
Persamaan waduk dinyatakan sebagai berikut  Model yang mengidentifikasikan produksi air
(Soetopo, W., 2010) tetap tahunan, distribusinya dalam setahun
St+1 = St + I – O dan keandalannya.
Dengan :  Model chance-constrained yang mempunyai
Stt+1 = Tampungan pada akhir periode t aturan-aturan yang menyatakan volume
t = Interval waktu yang digunakan tampungan waduk yang tidak diketahui dan
St = Tampungan pada awal periode t distribusi probabilitas lepasan sebagai fungsi
I = Total volume debit inflow yang masuk linier daripada debit aliran sungai yang
ke waduk selama periode t unregulated.
O = Total volume outflow yang keluar dari
waduk selama periode t f. Genetic Algorithms
Salah satu metode yang cukup menjanjikan
c. Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan mengadopsi sistem alami dalam
Persamaan Daya yang digunakan adalah mengoptimasi yaitu dengan menerapkan Genetic
sebagai berikut: algorithms (GA). Kelebihan dari teknik ini adalah
P = Etg x 9.8 x He x Q kemampuan fleksibilitas dan efektivitasnya dalam
Dengan : mengoptimasi sistem yang bersifat kompleks
P = Daya listrik bangkitan dalam kilowatt (Reddy Janga dan Kumar Nagesh, 2006). Metode
(kW) Genetic Algorithms (GA) menggunakan informasi
Etg = Efisiensi turbin-generator fungsi tujuan secara langsung, dan tidak
He = Tinggi jatuh efektif (m) membutuhkan fungsi turunan atau fungsi
Q = Debit PLTA (m3/dt) tambahan lainnya.
Pada simulasi operasi waduk ini yang
diperhatikan adalah besarnya produksi energi g. Simulasi Aturan Waduk
yang diperoleh dengan persamaan: Ada empat macam aturan operasi waduk,
E= yaitu: (Soetopo, W., 2010)
Dengan:  Simulasi Aturan Operasi Sederhana
E = Energi listrik bangkitan dalam adalah operasi dengan melepaskan melepas
kilowatt.jam (kWh) air waduk untuk memenuhi kebutuhan
V = Volume (m3) sepanjang masih ada persediaan air di waduk.
 Simulasi Lepasan Berdasarkan Tampungan,
d. Model optimasi pada aturan operasi waduk dimana lepasan
Model optimasi adalah penyusunan suatu berdasarkan status tampungan waduk, maka
model sistem yang sesuai dengan keadaan nyata dilakukan pembatasan terhadap lepasan
yang nantinya dapat diubah ke dalam model apabila tampungan waduk menurun besarnya.
matematis dengan pemisahan elemen-elemen  Simulasi Lepasan Rule Curve Tunggal adalah
pokok, agar suatu penyelesaian yang sesuai skedul tampungan waduk yang paling ideal
dengan sasaran atau tujuan pengambilan untuk diikuti. Rule Curve adalah merupakan
keputusan dapat tercapai (Subagyo,1984 dalam hasil daripada studi optimasi atau studi
Irvani, H., 2012). Hal ini melibatkan pandangan simulasi
pada masalah dalam tautan keseluruhan sistem.  Simulasi Lepasan Rule Curve Ganda
Samosir, dkk ., Optimasi Pola Operasi Waduk Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Pembangkit Listrik Tenaga Air 111
(Studi Kasus Waduk Wonogiri)

Adalah Rule Curve yang terdiri dari kurva  Melakukan perhitungan optimasi dengan
atas sebagai batas maksimum tampungan menggunakan model simulasi stokastik
waduk, dan kurva bawah sebagai batas dengan bantuan program solver evolutionery.
minimum tampungan. Jadi operasi waduk Optimasi dilakukan dengan membuat aturan
adalah bergerak diantara kedua batas tersebut. lepasan waduk optimasi berdasarkan status
tampungan.
h. Optimasi Operasi Waduk  Merumuskan pola kebijakan pengoperasian
Dalam buku pedoman pengoperasian waduk waduk yang didasarkan hasil optimasi.
tunggal, Departemen Permukiman dan Prasarana  Melakukan perbandingan produksi listrik hasil
Wilayah, ada tiga tahapan dalam mempersiapkan simulasi eksisting dengan hasil optimasi.
model optimasi (Anonim, 2004), yaitu :  Melakukan perbandingan tampungan waduk
 Mengidentifikasikan fungsi objektif guna hasil simulasi eksisting dengan tampungan
mengukur efektivitas atau kegunaan yang hasil optimasi.
menghubungkan beberapa kombinasi dari  Melakukan evaluasi kinerja sistem Waduk
variabel. Wonogiri bila menerapkan pola operasi
 Mengidentifikasikan decision variable secara waduk hasil optimasi.
kuantitatif dan menentukan ketelitiannya. Fungsi tujuan optimasi adalah memaksimalkan
 Mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu hasil atau unjuk kerja yang diharapkan dari sistem
yang membatasi (decision variable), tahapan secara keseluruhan. Hasil sistem dalam hal ini
ini akan menghasilkan persamaan kendala adalah produksi listrik dari PLTA pada sistem
(constraints). yang ditinjau. Fungsi tujuan tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut :
i. Kinerja Waduk Max E = opt [r1 (S(1),d(1) + …+ rn-1 (S(n-
Kinerja Pengoperasian Waduk merupakan 1),d(n-1) + ra (S(n),d(n)]
indikator waduk dalam pengoperasian untuk Dengan:
memenuhi kebutuhan. Beberapa indikator untuk E = Energi Listrik
menilai besarnya performance operasi waduk r1 = Stage Return (besarnya energi listrik yang
dapat meliputi keandalan (reliability), kelentingan bisa dihasilkan) tahap ke-n.
(resiliency) dan kerawanan (vulnerability) Sn = State variable (tampungan waduk) tahap ke-
(Suharyanto, 1997 dalam Aprizal, 2003). n
Desain penelitian yang terarah diperlukan agar dn = Decision variable (lepasan waduk) tahap ke-
pengoptimasian pola operasi waduk mendapatkan n
hasil yang maksimal. Pada penelitian ini, beberapa
tahapan pekerjaan yang harus dilakukan adalah Ada beberapa variabel kendala (constraint)
sebagai berikut: pada optimasi ini, yaitu:
 Melakukan pengumpulan data yang terkait a. Aturan lepasan PLTA
pada pengoptimasian waduk seperti data dn = (dx1,Sx1) < (dxn+1,Sxn+1) <…< (dxn,Sxn)
outflow eksisting, data inflow, data b. Persentase lepasan debit PLTA (dx)
karakteristik waduk, data kebutuhan di hilir, dx = 0 ≤ dxn ≤ 100
data instalasi PLTA termasuk juga data-data c. Lepasan untuk produksi PLTA (dn).
penunjang seperti studi terdahulu dan dn ≥ QminPLTA
dokumentasi. d. Lepasan untuk kebutuhan di hilir
 Melakukan pengelolaan data yang telah dn ≥ 80% x Qhilir
dikumpulkan tersebut sesuai dengan e. Debit Kritis pada waduk.
karakteristik yang ada seperti pengolahan data Qout ≤ Qkritis
debit inflow yang masuk ke waduk dan
pembacaan volume tampungan waduk. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
 Melakukan simulasi dengan menggunakan 1. Simulasi Pola Operasi Waduk Eksisting
debit outflow historis untuk mendapatkan Simulasi eksisting bertujuan untuk mengetahui
elevasi operasi muka air waduk dan perkiraan perkiraan produksi listrik serta tampungan waduk
produksi listrik eksisting. wonogiri eksisting yang nantinya akan
dibandingkan dengan hasil pola operasi waduk
112 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 108-115

optimasi. Berdasarkan data eksisting yang 100 93.30


diperoleh dari Perum Jasa Tirta I Wonogiri

Aturan Lepasan PLTA( % dari Qmax PLTA)


90 86.82
operasi waduk pada tahun 2004 dimulai pada
80 76.82
ketinggian elevasi +130.5 meter.
68.02
140
70 63.17
65.83
58.68 59.39 59.89
139 Tamp. Banjir 60 56.48
138
137 50
Tamp. Max OP
136
40
135
Elevasi (m)

134 30
133
20
132
131 10
Tamp. Min OP
130
129
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
128
Batas Minimum Tampungan Efektif Waduk (%)
Tamp. Mati
127 Gambar 3. Lepasan Berdasarkan Tampungan
126 Waduk Hasil Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 2. Muka Air Waduk Eksisting
Aturan lepasan berdasarkan status tampungan
Sumber: Hasil Perhitungan
hasil optimasi dengan menggunakan program
solver evolutionery dapat dilihat pada Gambar. 3.
Akibat sedimentasi yang terjadi di Waduk
Aturan lepasan tersebut dapat dijelaskan sebagai
Wonogiri menyebabkan elevasi tampungan
berikut, apabila tampungan waduk lebih besar dari
minimum operasi waduk yang semula pada
80% dari kapasitas tampungan aktif berarti
elevasi +127.0 meter naik menjadi 130.0 meter.
lepasan sebesar 86.82% dari kebutuhan dalam hal
Kenaikan elevasi tampungan ini menyebabkan
ini adalah debit maksimum PLTA dan seterusnya.
berkurangnya tampungan efektif waduk.
Apabila tampungan waduk tepat berada pada batas
Dari hasil simulasi pola operasi waduk
minimum, maka lepasan adalah mengikuti kisaran
eksisting dapat diketahui perkiraan elevasi
sebelumnya. Jadi misalnya tampungan waduk
permukaan Waduk Wonogiri dari tahun 2004-
berada pada angka 0% maka lepasan sebesar 0%
2013. Gambar 2. menunjukan bahwa pola operasi
(bukan 10%)
waduk eksisting berhasil mempertahankan
ketinggian elevasinya diatas elevasi tampungan
3. Perbandingan Hasil Pola Operasi Eksisting
operasi minimum. Bahkan pada Tahun 2010-2013
dengan Hasil Optimasi
elevasi muka air waduk berada pada ketinggian
Pada penelitian ini, ada dua aspek yang akan
yang cukup tinggi sehingga ketersediaan debit
dibandingkan yaitu perbandingan produksi listrik
untuk pembangkit listrik dan kebutuhan di hilir
dan perbandingan tampungan waduk. Adapun
dapat terpenuhi dengan baik.
hasil perbandingan kedua aspek tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
2. Simulasi Pola Operasi Waduk Model
a. Perbandingan Produksi Listrik
Stokastik
Simulasi terhadap Waduk Wonogiri
Pada penelitian ini diasumsikan bahwa pada
menggunakan pola operasi hasil optimasi selama
Bulan Oktober sedang dilakukan kegiatan
10 tahun yaitu tahun 2004-2013 menunjukan
pengeringan di Daerah Irigasi Colo dan juga
peningkatan produksi listrik jika dibandingkan
kegiatan operasi dan pemeliharaan rutin berupa
dengan simulasi pola operasi waduk dengan
pengerukan di intake waduk, sehingga debit
menggunakan data outflow eksisting.
outflow yang digunakan pada simulasi sebesar
Tabel 2. Perbandingan Produksi Listrik Total
debit kebutuhan di hilir yaitu 6.23 m3/detik.
Waduk Eksisting dengan Optimasi Tahun 2004-
Kondisi tampungan waduk pada saat optimasi
2013
diasumsikan dalam keadaan penuh atau pada
Energi (MWh/15hari)
elevasi +136.0 meter. Tahun
Eksisting Optimasi
2004 27,397 39,804
Samosir, dkk ., Optimasi Pola Operasi Waduk Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Pembangkit Listrik Tenaga Air 113
(Studi Kasus Waduk Wonogiri)

2005 28,013 39,566


2006 26,202 40,207
2007 29,576 34,099
2008 35,903 42,441
2009 31,775 41,122
2010 39,154 38,827
2011 40,610 44,852
2012 37,231 44,983
2013 42,336 50,030
Rata-rata/thn 33,820 41,593
Total Produksi 338,196 415,930
Sumber: Hasil Perhitungan Gambar 4. Perbandingan Tampungan Waduk
Eksisting dengan Optimasi Tahun 2004-2013
Tabel 2. menunjukan bahwa dengan Sumber: Hasil Perhitungan
menggunakan pola kebijakan operasi dengan
menggunakan model stokastik mengalami 4. Evaluasi Kinerja Waduk Hasil Optimasi
peningkatan produksi listrik tahunan rata-rata a. Keandalan
sebesar 22.98% dari 33.820 MWh/15hari menjadi Keandalan berfungsi mengukur kemampuan
41.593 MWh/15hari atau peningkatan total waduk untuk memenuhi fungsinya yaitu
produksi listrik sebesar 77.733 MWh/15hari memenuhi kebutuhan target pelepasan waduk.
dalam sepuluh tahun. Pada penelitian ini keandalan memenuhi lepasan
kebutuhan PLTA dinyatakan dengan kemampuan
b. Perbandingan Tampungan waduk dalam memenuhi debit minimum PLTA
Perbandingan tampungan waduk hasil simulasi sebesar 14 m3/detik dan keandalan pemenuhan di
eksisting dan hasil simulasi optimasi dapat dilihat hilir waduk dinyatakan dengan kemampuan
pada gambar 4. memenuhi 80% kebutuhan air di hilir waduk.
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa pada suatu Tabel 3. menunjukan bahwa dengan
kondisi, tampungan waduk eksisting lebih tinggi menggunakan pola operasi waduk hasil optimasi
dari kondisi tampungan waduk hasil optimasi, waduk selalu berhasil dalam memenuhi kebutuhan
demikian juga sebaliknya, tampungan waduk hasil lepasan PLTA dan memenuhi 80% dari kebutuhan
optimasi juga pada suatu kondisi lebih tinggi dari air di hilir waduk yang ditunjukan dengan
kondisi tampungan waduk eksisting. Namun bila keandalan sebesar 100%. Hasil evaluasi ini lebih
diperhatikan pola garis tampungan pada waduk baik bila dibandingkan dengan waduk eksisting
hasil optimasi umumnya memiliki kecenderungan yang memiliki keandalan sebesar 82.50% dalam
yang sama dengan pola garis tampungan pada memenuhi kebutuhan lepasan PLTA dan 75.42%
waduk eksisting. Keadaan tampungan nol yang dalam memenuhi 80% dari kebutuhan air di hilir
merupakan kondisi yang dihindari pada waduk.
pengoperasian waduk tidak pernah dialami pada Tabel 3. Keandalan Waduk Wonogiri Hasil
kondisi waduk hasil simulasi eksisting maupun Optimasi
hasil optimasi. Hal ini menunjukan bahwa Pemenuhan Pemenuhan Di
pengoperasian waduk telah dapat mengakomodir Keandal PLTA Hilir
beberapa fenomena alam yang tidak tetap atau an Eksisti Optim Eksisti Optim
berubah-ubah. ng asi ng asi
Jumlah
240 220 240 240
Data
Jumlah
42 0 59 0
Gagal
Jumlah
198 220 181 240
Sukses
Keandal 82.50 75.42
100% 100%
an % %
Sumber: Hasil Perhitungan
114 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 108-115

Tabel 4. Kelentingan Waduk Wonogiri Hasil Maksimum


Optimasi Defisit (V3) 19.35 0.00 26.63 0.00
3
Pemenuhan Pemenuhan Di (Juta m )
Kelenting PLTA Hilir Sumber: Hasil Perhitungan
an Eksis- Optima Eksis- Optima
ting si ting si Tabel 5. menjelaskan bahwa pada simulasi
Jumlah eksisting bila terjadi kegagalan dalam memenuhi
20 0 21 0
Transisi kebutuhan lepasan PLTA maka 12.79% dari
Jumlah kebutuhan tidak dapat terpenuhi, dengan rata-rata
Bulan 42 0 59 0 defisit sebesar 14.15 juta m3/15hari dan 12.18%
Gagal
bila terjadi kegagalan dalam memenuhi kebutuhan
Rata-rata
2.1 0 2.81 0.00 di hilir waduk dengan rata-rata defisit 11.25 juta
Gagal
Kelenting 47.62 35.59 m3/15hari setiap terjadi kegagalan.
100% 0.00%
an % %
Sumber: Hasil Perhitungan D. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan untuk
b. Kelentingan optimasi Waduk Wonogiri dengan menggunakan
Kelentingan berfungsi mengukur kemampuan model simulasi stokastik maka dapat disimpulkan
waduk untuk kembali ke keadaan memuaskan sebagai berikut:
dari keadaan gagal. 1. Dari hasil simulasi eksisting diperoleh total
Tabel 4. menunjukan bahwa kemampuan produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTA
waduk untuk kembali ke keadaan memuaskan Wonogiri adalah 338.196 Juta MWh/15hari
dari keadaan gagal untuk memenuhi kebutuhan atau rata-rata 33.820 MWh/15hari
air PLTA dan pemenuhan di hilir waduk adalah pertahunnya. Tampungan waduk eksisting
sebesar 100% sedangkan untuk kelentingan juga tidak pernah mengalami kondisi kosong
waduk eksisting adalah sebesar 47.62% untuk dimana kekosongan tampungan merupakan
pemenuhan PLTA dan 35.59% untuk pemenuhan hal yang harus dihindari dalam pengoperasian
80% kebutuhan air di hilir. waduk.
2. Dari simulasi model stokastik diperoleh
a. Kerawanan aturan lepasan waduk berdasarkan status
Kerawanan berfungsi untuk menentukan atau tampungan yang paling optimal sebagai
mengukur seberapa besar rawan suatu kegagalan berikut:
jika terjadi kegagalan. Tabel 6. Lepasan Berdasarkan Tampungan Waduk
Hasil Optimasi
Tabel 5. Kerawanan Waduk Wonogiri Hasil Aturan Lepasan
Optimasi No
Pemenuhan Pemenuhan Di Batas Minimum
Lepasan (%)
PLTA Hilir Tampungan (%)
Kerawanan
Eksistin Optimas Eksistin Optimas 1 0.00 56.48
g i g i 2 10.00 58.68
Total Defisit 3 20.00 59.39
594.18 0.00 663.97 0.00
(Juta m3) 4 30.00 59.89
Rata-rata 5 40.00 63.17
Defisit (Juta 14.15 0.00 11.25 0.00 6 50.00 65.83
m3 ) 7 60.00 68.02
Rata-rata 8 70.00 76.82
Defisit Ratio 12.79 0.00 12.18 0.00 9 80.00 86.82
(%) 10 90.00 93.30
Max Defisit 11 100.00 100.00
Ratio (v2) 100.00 0.00 100.00 0.00 Sumber: Hasil Perhitungan
(%) 3. Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa hasil produksi listrik pola
Samosir, dkk ., Optimasi Pola Operasi Waduk Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Pembangkit Listrik Tenaga Air 115
(Studi Kasus Waduk Wonogiri)

operasi waduk optimasi lebih baik 22.98% Permukiman dan Prasarana Wilayah,
bila dibandingkan dengan hasil produksi Jakarta.
listrik pola operasi waduk eksisting. Untuk 3. Aprizal. (2003). Optimasi Waduk
perbandingan tampungan waduk baik pola Menggunakan Program Dinamik
operasi waduk eksisting maupun pola operasi Stokastik (Kasus Waduk Saguling
waduk optimasi pernah mengalami kondisi Jawa Barat), Tesis, Semarang:
lebih baik satu sama lain dan bila diperhatikan Program Pascasarjana Universitas
pola garis tampungan waduk eksisting dan Diponegoro
optimasi memiliki pola atau tren yang hampir 4. Budihardja, Darjanta. (2009). Kajian Banjir
sama. Besar Bengawan Solo Pada
4. Dari evaluasi kinerja Waduk Wonogiri Desember 2007 dan Fungsi Waduk
diketahui bahwa keandalan waduk optimasi Wonogiri Sebagai Pengendali
untuk memenuhi kebutuhan air PLTA dan Banjir, Buletin Keairan Vol. 2 No.1,
memenuhi kebutuhan 80% air di hilir waduk Juni 2009
adalah 100%. Hasil tersebut lebih baik dari 5. Irvani, Harvi. (2012). Studi Optimasi Pola
evaluasi kinerja waduk eksisting yang Operasi Waduk Sutami Akibat
memiliki keandalan 82.50%, kelentingan Perubahan Iklim, Tesis, Malang:
47.62% dan kerawanan 12.79% dalam Program Magister Teknik Pengairan
memenuhi kebutuhan lepasan PLTA dan Universitas Brawijaya.
keandalan 75.42%, kelentingan 35.59% serta 6. Janga Reddy dan Kumar Nagesh (2006)
kerawanan 12.18% dalam memenuhi 80% Optimal Reservoir Operation Using
dari kebutuhan air di hilir waduk. Multi-Objective Evolutionery
Algorithm, Jurnal Water Resources
DAFTAR PUSTAKA Management 20:861-878
7. Montarcih, L. & Soetopo, W. (2011). Teknik
1. Anonim. (2010). Peraturan Pemerintah Sumber Daya Air Manajemen
Republik Indonesia Nomor 37 Sumber Daya Air. Bandung: CV.
Tentang Bendungan, Jakarta. Lubuk Agung
2. Anonim. (2004). Pedoman Pengoperasian 8. Soetopo. W. (2010). Operasi Waduk
Waduk Tunggal, Departemen Tunggal. Malang: CV. Asrori

Anda mungkin juga menyukai