Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang
Balanced Scorecard untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi
Pengambilan Keputusan. Tidak menutup kemungkinan dalam tugas ini banyak
terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam menyampaikan materi.
Oleh karena itu, penulis mohon maaf.
Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Dan tak
lupa kritik dan saran pun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.

Jakarta, Februari 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, disadari bahwa pengukuran kinerja yang hanya berfokus pada
aspek keuangan saja untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai.
Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan orientasi perusahaan hanya
pada keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dikembangkan suatu konsep
pengukuran kinerja perusahaan yang cukup komprehensif yaitu Balanced
Scorecard.

B. Rumusan Masalah
a) Pengertian Balanced Scorecard
b) Keunggulan Balanced Scorecard
c) Kelemahan Balanced Scorecard
d) Manfaat Balanced Scorecard
e) Perspektif-perspektif dalam Balanced Scorecard
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Balanced Scorecard


Balanced Scorecard (BSC) berasal dari dua kata yaitu balanced
(berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya
keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance
jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat
internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu
skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang.
Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak
diwujudkan oleh seseorang di masa depan.
Balanced Scorecard berawal dari penelitian yang dilakukan oleh Nolan
Norton Institute pada tahun 1990, penelitian ini dimotivasi dengan suatu
kepercayaan bahwa pendekatan yang dalam pengukuran kinerja pada saat itu
sudah tidak bisa dipakai lagi. Para peserta dari penelitian tersebut meyakini bahwa
bila sistem pengukuran kinerja yang hanya berdasarkan kepada laporan keuangan
tersebut dapat menghalangi suatu perusahaan dalam menciptakan nilai ekonomis
untuk masa yang akan datang.
Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard adalah sistem
manajemen untuk mengatur implementasi dari strategi, mengukur kinerja tidak
hanya fokus pada perspektif finansial, dan untuk mengkomunikasikan visi,
strategi, dan ekspektasi kinerja dari stakeholders.
Menurut Nair (2004), Balanced Scorecard adalah suatu metode untuk
menyelesaikan tantangan dalam menyeimbangkan teori-teori strategi dengan
eksekusi terhadap strategi tersebut.
Pada tahap pertama perkembangan para peserta melakukan ekspansi dari
suatu scorecard menjadi Balanced Scorecard, model ekspansi tersebut
mendapatkan label “Balanced Scorecard” karena model tersebut digunakan
disekitar empat perspektif yaitu perpektif financial/keuangan, perspektif
customer/pelanggan, perspektif internal bisnis proses, dan perspektif learning &
growth/pembelajaran dan pertumbuhan.
Pada tahap kedua dari perkembangan Balanced Scorecard, metode ini
tidak hanya merupakan suatu sistem pengukuran kerja semata, melainkan dapat
dilihat bahwa metode ini merupakan suatu sistem yang dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan dan menerjemahkan strategi dari perusahaan.
Dan pada tahap terakhir, Balanced Scorecard berevolusi menjadi suatu
sistem manajemen yang harus diterapkan oleh perusahaan dalam memonitor
kegiatan bisnis sehari-hari yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, dimana
metode Balanced Scorecard menjadi suatu sistem manajemen stratejik yang dapat
dihandalkan oleh perusahaan.

B. Keunggulan Balanced Scorecard


Balanced Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem manajemen
strategi sekarang berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen strategi
dalam sistem manajemen tradisional.
Keunggulan itu menurut Mulyadi (2001 : 18)
1. Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam
perencanaan strategi dari yang sebelumnya terbatas hanya pada perspektif
keuangan, meluas menjadi tiga perspektif yang lain : costumer, proses bisnis
internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Dengan perluasan perspektif
rencana strategi keperspektif non keuangan akan memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Menjadikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka penjang
b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang
kompleks.
Untuk menghasilkan keberhasilan dalam kinerja keuangan, Balanced
Scorecard akan memotivasi personel untuk mengarahkan usahanya kesasaran-
sasaran strategi yang menjadi penyebab utama berhasilnya kinerja keuangan.
Perusahaan harus mampu menghasilkan produk dan jasa yang menghasilkan
value yang terbaik bagi costumer yang dihasilkan dari personel yang produktif
dan berkomitmen. Kinerja seperti diatas akan memberikan kinerja keuangan
yang sesungguhnya, yang berasal dari usaha nyata dalam bisnis, serta
memberikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang.
2. Koheren
Balanced Scorecard akan membangun hubungan sebab akibat diantara
berbagai sasaran strategi yang dihasilkan dalam perencanaan strategi. Setiap
sasaran strategi harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan,
baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Sebagai contoh, sasaran
penyebab diwujudkannya sasaran strategi diperspektif proses bisnis intern atau
costumer akan menjadi penyebab secara langsung diwujudkannya sasaran
strategi diperspektif keuangan karena perusahaan adalah institusi pencipta
kekayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Seimbang
Balanced Scorecard akan memberikan gambaran mengenai tujuan dan
cara pencapaian tujuan tersebut secara seimbang, terutama jika dikaitkan
antara perspektif satu dengan yang lainnya. Masing–masing perspektif
mempunyai suatu tinjauan pokok yang hendak dicapai:
a. Financial returns yang berlipat ganda dan berjangka panjang adalah
tujuan dari perspektif keuangan.
b. Produk dan jasa yang mampu menghasilkan value yang terbaik bagi
customer adalah tujuan dari perspektif pelanggan.
c. Proses yang produktif dari cost effective adalah tujuan dari perspektif
bisnis / intern.
d. Sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen adalah tujuan
dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategi yang diabaikan oleh sistem perencanaan
strategi menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategi yang dihasilkan
oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran– sasaran strategi
yang sulit untuk diukur. Sasaran–sasaran strategi diperspektif costumer, proses
bisnis/intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang
tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced Scorecard, sasaran
diketiga perspektif non keuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat
dikelola sehingga diwujudkan. Dengan demikian keterukuran sasaran strategi
non keuangan akan menjanjikan perwujudan kinerja keuangan yang berlipat
ganda dan berjangka panjang.

C. Kelemahan Balanced Scorecard


Balanced Scorecard merupakan perkembangan baru dalam suatu
manajemen perusahaan yaitu sebagai sarana pengukuran kinerja yang telah
dicapai, dan harus kita sadari bahwa masih banyak permasalahan yang belum
dapat dipecahkan dengan Balanced Scorecard, misalnya :
1. Balanced Scorecard belum dapat menetapkan secara tepat sistem
kompensasi yang biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian
kinerja.
2. Bentuk organisasi yang cocok untuk perkembangan proses dalam
organisasi. Empat perspektif dalam Balanced Scorecard merupakan
indikator yang saling berpengaruh (hubungan sebab akibat), sehingga
diperlukan suatu wadah struktur yang dapat memberikan umpan balik
kepada semua ini.
3. Belum adanya standart ukuran yang baku terhadap hasil penilaian kinerja
perusahaan dengan metode Balanced Scorecard

D. Manfaat Balanced Scorecard


Kaplan dan Norton (2000:17) mengemukakan beberapa manfaat dari konsep
pengukuran kinerja Balanced Scorecard yaitu:
a. Mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenai strategi.
b. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.
c. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi
perusahaan.
d. Mengkaitkan berbagai tujuan stategis dengan sasaran jangka panjang dan
anggaran tahunan.
e. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
f. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis.
g. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan
memperbaiki stretegi.

E. Perspektif-perspektif dalam Balanced Scorecard


Balanced Scorecard mengukur empat perspektif yang berbeda tetapi
mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai sasaran strategi yang sudah
direncanakan oleh perusahaan. Keempat perspektif tersebut saling berkaitan yang
nantinya akan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan.
Keempat perspektif tersebut diuraikan berikut ini:
1. Perspektif Keuangan (Financial Perspective).

Dalam balanced scorecard, perspektif keuangan tetap menjadi perhatian,


karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang
terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil.
Pengukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi
dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Perbaikan-
perbaikan ini tercermin dari sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan
dengan keuntungan yang terukur, baik berbentuk Gross Operating Income, Return
On Invesment, atau bahkan Economic Value Added.
Sasaran keuangan bisa sangat berbeda di tiap-tiap tahapan dari siklus
kehidupan bisnis. Kaplan dan Norton membagi daur hidup bisnisnya menjadi tiga
tahapan sebagai berikut:
a. Bertumbuh (Growth)
Tahap pertumbuhan merupakan tahap awal dalam siklus kehidupan
bisnis. Di dalam tahap ini perusahaan berusaha untuk menggunakan
sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya.
Di dalam tahap ini perusahaan akan menanamkan investasi sebanyak-
banyaknya, meningkatkan produk baru, membangun fasilitas produksi,
meningkatkan kemampuan beroperasi, merebut pangsa pasar, dan
membuat jaringan distribusi. Di dalam tahap ini kemungkinan besar
perusahaan akan selalu dalam keadaan rugi, karena tahap ini perusahaan
menfokuskan untuk penanaman investasi yang dinikmati dalam jangka
panjang nanti.
b. Bertahan (Sustain)
Pada tahap ini perusahaan masih mempunyai daya tarik yang bagus
bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Dalam tahap ini
perusahaan harus mampu mempertahankan pangsa pasar yang sudah
dimiliki dan harus memperhatikan kualitas produk dan pelayanan yang
lebih baik sehingga secara bertahap akan mengalami pertumbuhan dari
tahun ke tahun. Tujuan keuangan pada tahap ini biasanya lebih
berorientasi pada profitabilitas. Tujuan yang berkaitan dengan
profitabilitas dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran yang
berkaitan dengan laba operasional. Untuk mendapatkan profitabilitas yang
baik tentunya para manajer harus bekerja keras untuk memaksimalkan
pendapat yang dihasilkan dari investasi modal, sedangkan untuk unit
bisnis yang telah memiliki otonomi diminta tidak hanya mengelola arus
pendapatan, tetapi juga tingkat investasi modal yang telah ditanamkan
dalam unit bisnis yang bersangkutan.
c. Menuai (Harvest)
Tahap ini merupakan tahap pendewasaan bagi sebuah perusahaan,
karena pada tahap ini perusahaan tinggal menuai dari investasi yang
dilakukan pada tahaptahap sebelumnya. Yang harus dilakukan pada tahap
ini adalah perusahaan tidak lagi melakukan investasi, tetapi hanya
memelihara supaya perusahaan berjalan dengan baik Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton bahwa untuk setiap
tahap dalam siklus kehidupan bisnis ada tiga macam pokok tema keuangan
yang dapat mendorong strategi bisnis. Ketiga pokok tema tersebut adalah
bauran dan pertumbuhan pendapatan, penghematan biaya produktivitas
dan pemanfaatan aktiva investasi.

2. Perspektif Pelanggan/Konsumen (Customer Perspective).

Dalam perspektif pelanggan, Balanced Scorecard melihat aspek pelanggan


memainkan peranan penting dalam kehidupan perusahaan. Sebuah perusahaan
yang tumbuh dan tegar dalam persaingan tidak akan mungkin survive apabila
tidak didukung oleh pelanggan. Loyalitas tolok ukur pelanggan dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap segmen pasar yang akan menjadi
target atau sasaran. Apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan para pelanggan
menjadi hal yang penting dalam perspektif ini. Ada dua kelompok pengukuran
dalam perspektif pelanggan (customer perspective) yaitu:
a. Core Measurement Group
Kelompok ini terdiri dari:

1) Pangsa pasar (market share), mengukur seberapa besar pasar yang telah
dicapai untuk dilayani perusahaan, dan berapa peluang pasar yang masih
dapat dicapai.
2) Pemerolehan pelanggan (customer acquisition), mengukur kemampuan
perusahaan meningkatkan pelanggan pertahunnya.
3) Kesetiaan pelanggan (customer retention), mengukur kemampuan perusahaan
mempertahankan atau memelihara customer yang telah ada, dilihat dari
pelanggan tutup pertahunnya.
4) Tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction), mengukur kemampuan
perusahaan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan.
5) Profitabilitas pelanggan (customer profitability), mengukur kemampuan
layanan kepada customer atau segmen pasar tertentu dalam menghasilkan
laba.

b. Customer Value Proposition


Customer value proposition merupakan sebuah konsep yang penting dalam
memahami faktor pendorong pengukuran utama kepuasan customer, retensi
customer, akuisisi customer, pangsa pasar, dan profitabilitas customer. Menurut
Kaplan dan Norton ada beberapa atribut tentang customer value proposition, di
antaranya adalah:
a) Atribut produk/jasa, meliputi fungsi produk dan jasa, harga, dan mutu.
b) Atribut yang berhubungan dengan customer, yang meliputi dimensi waktu
tanggap dan penyerahan serta bagaiman perasaan customer setelah
membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan.
c) Atribut citra dan reputasi, yang meliputi faktor-faktor yang tidak berwujud
yang membuat customer tertarik pada parusahaan.
3. Perspektif Proses Internal Bisnis (Intenal Business Process
Perspective).
Perspektif proses internal bisnis lebih menekankan pada penciptaan
produk baru yang lebih berkualitas sampai produk tersebut siap diedarkan kepada
customer. Tentunya proses internal bisnis tidak lepas dari perspektif keuangan dan
perspektif pelanggan. Untuk mengoperasikan perspektif proses internal bisnis ini
perusahaan harus lebih dahulu melihat keuangan perusahaan dan kemauan
pelanggan. Jadi seakan-akan ketiga perspektif ini membentuk rantai yang saling
berhubungan.
Di dalam perspektif proses internal bisnis ini ada tiga tahap yang harus dilakukan,
yang mana ketiga tahap tersebut adalah:
a. Tahap inovasi atau penciptaan produk baru

Pada tahap ini perusahaan berusaha keras untuk mengadakan penelitian


dan pengembangan produk baru sehingga tercipta produk yang benar-benar sesuai
dengan keinginan customer. Untuk mengukur kinerja pada tahap ini dipusatkan
pada tiga indikator yaitu hasil secara teknis, keuntungan penjualan, dan penilaian
keberhasilan masing-masing individu proyek.
b. Tahap operasi

Tahap ini mencerminkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan mulai


dari penerimaan order dari customer, pembuatan produk/jasa sampai dengan
pengiriman produk/jasa tersebut kepada pelanggan. Pada tahap ini pengukuran
kinerjanya dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu kualitas, biaya, dan waktu.
c. Tahap purna jual

Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk memberikan manfaat tambahan


terhadap para pelanggan yang telah menggunakan produk/jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan. Hal ini dilakukan agar para customer mempunyai loyalitas
terhadap perusahaan. Tolak ukur yang biasa digunakan oleh perusahaan pada
tahap ini adalah tingkat efisiensi per pelayanan purna jual, jangka waktu
penyelesaian perselisihan, dan kadar limbah berbau yang dihasilkan perusahaan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth
Perspective).

Dalam perspektif ini perusahaan berusaha mengembangkan tujuan dan


ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan suatu perusahaan.
Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan
infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang berkaitan dengan ketiga perspektif
lainnya dapat terwujud, sehingga pada akhirnya akan dapat tercapai tujuan
perusahaan. Tujuan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor
pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam perspektif keuangan,
pelanggan (customer), dan proses internal bisnis. Dalam perspektif ini ada tiga
faktor penting yang harus diperhatikan yaitu kemampuan karyawan, kemampuan
sistem informasi, serta motivasi, pemberdayaan dan keselarasan. Dewasa ini peran
karyawan terhadap perusahaan mengalami pergeseran, karena karyawan tidak lagi
dipekerjakan secara fisik tetapi sudah diganti dengan sistem yang lebih canggih.
Untuk itu perusahaan harus memberikan pelatihan kembali kepada para karyawan
sehingga akan menciptakan kreativitasnya yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Dalam menentukan tujuan dan ukuran yang berkaitan dengan kemampuan
karyawan ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen, yaitu:
a. Kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan dipandang sangat penting karena karyawan yang puas


merupakan prakondisi meningkatnya produktivitas, tanggung jawab, kualitas, dan
customer service. Oleh karena itu pihak manajer harus mengamati sedini mungkin
terhadap kepuasan karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan,
pihak manajer dapat melakukan survey yang dilaksanakan secara rutin.
b. Retensi karyawan

Retensi karyawan merupakan kemampuan perusahaan untuk


mempertahankan karyawan potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal
terhadap perusahaan. Tujuan dari retensi karyawan adalah untuk mempertahankan
karyawan yang dianggap berkualitas yang dimiliki perusahaan selama mungkin,
karena karyawan yang berkualitas merupakan harta tidak tampak (intangible
asset) yang tak ternilai bagi perusahaan. Jadi jika ada karyawan yang berkualitas
keluar dari perusahaan atas kehendak sendiri, maka hal tersebut merupakan
kerugian modal intelektual bagi perusahaan.
c. Produktivitas karyawan

Produktivitas karyawan adalah suatu ukuran hasil dampak keseluruhan


usaha peningkatan modal dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan
kepuasan customer. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan
oleh karyawan dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk/jasa tersebut. Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur
produktivitas pekerja adalah pendapatan per pekerja.
BAB III
CONTOH IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD

Dalam salah satu artikel yang kami dapatkan dari website Bank BTN yang
berjudul Dedicated to Sustainable Growth terdapat salah satu tujuan untuk
memperkuat intrapreneurship dan pengembangan organisasi dengan cara terus
memperkuat human capital dan sistem operasi untuk mendukung tujuan strategis
dan menjadikan Bank BTN sebagai bank yang efektif dan efisien. Bank BTN
berencana untuk memperkuat intrapreneurship dalam organisasi dengan
mendorong karyawan untuk lebih inovatif dan mandiri.
Pertama, Bank BTN akan menanamkan budaya penjualan yang kuat untuk
semua staf frontline melalui penguatan sistem penilaian berbasis kinerja dengan
melakukan implementasi perangkat manajemen kinerja Balanced Scorecard dan
pengenalan program pelatihan yang terstruktur.
Kedua, Bank BTN berencana untuk mengoptimalkan kesempatan belajar
kepada semua pegawai dengan memperkenalkan program pelatihan baik
keterampilan teknis maupun manajemen untuk meminimalisir adanya kesenjangan
kompetensi.
Ketiga, di samping langkah-langkah tersebut di atas, Bank BTN berencana
untuk meningkatkan kualitas seluruh human capital dengan cara meningkatkan
efektivitas dari strategi rekrutmen, struktur penghargaan dan insentif karyawan,
menerapkan sistem manajemen karir dan talent, dan mengembangkan Human
Capital Information System (“iHCIS”), yang akan digunakan untuk mendukung
inisiatif human capital. Bank BTN menambah jumlah pegawainya dari 4,231
karyawan pada tahun 2010 menjadi 5,135 karyawan pada tahun 2011 dan menjadi
6,048 pegawai pada tahun 2012.
Keempat, Bank BTN akan terus meningkatkan sistem teknologi informasi
dengan berinvestasi pada sistem baru dan melakukan upgrade data warehouse
dalam rangka meningkatkan otomatisasi organisasi secara menyeluruh indikator
kinerja atau Key Performance Indicators (KPI) Bank BTN ditunjukkan melalui 4
(empat) perspektif dengan menggunakan metode Balanced Scorecard, yang dapat
kami sampaikan, sebagai berikut:
 Financial Perspective, yaitu: management performance, yang meliputi
pencapaian target-target keuangan korporat, seperti ROA, ROE, NIM,
Profit Margin dan CER.
 Perspektif Nasabah, yang terdiri dari pangsa pasar untuk KPR dan KPA
serta Indeks Layanan.
 Perspektif Proses Bisnis, yang terdiri dari Indeks GCG, implementasi
proyek perubahan, persentase implementasi Master Plan TI, pembukaan
jaringan, pertumbuhan dana pihak ketiga komersial, pertumbuhan kredit
komersial, implementasi i-Loan, pertumbuhan dana pihak ketiga
konsumen, rasio CASA, implementasi manajemen kinerja (BSC),
Persentase NPL (Gross), profil risiko, dan implementasi Human Capital
System.
 Perspektif Tumbuh dan Belajar, yang terdiri dari Culture Assessment
Index, implementasi struktur organisasi, dan implementasi proses bisnis
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

 BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu


menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di
lapangan. BSC adalah salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah
membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi
bisnisnya.
 Balanced Scorecard (BSC) adalah Pengukuran kinerja perusahaan yang
modern dengan mempertimbangan empat perspektif (yang saling
berhubungan) yang merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang
diingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang
kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan. Balanced Scorecard
mengukur empat perspektif yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang
sama yaitu mencapai sasaran strategi yang sudah direncanakan oleh
perusahaan. Keempat perspektif tersebut saling berkaitan yang nantinya
akan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan.
 Empat perspektif Balanced Scorecard yaitu, perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis, dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan R.S & Norton D.P, 2000. Balanced Scorecard, Menerapkan


Strategi Menjadi Aksi. Penerbit: Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, & Setyawan Johny. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian


Manajemen:Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan. Penerbit: Aditya Media,
Yogyakarta.

William, Chuck. 2001. Manajemen. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

www.google.com

http://eprints.undip.ac.id/26355/

Anda mungkin juga menyukai