Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“MANUSIA DAN KEHIDUPAN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan II

Disusun Oleh :

Wient Dwi Ramadhani Safitri 202010140311060

Alya Rizky Oktavia 202010140311094

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Manusia dan Kehidupan”. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas Bapak Mochamad novi Rifa'i, S.H.I., M.A., ME pada mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK) di Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mochamad novi Rifa'i, S.H.I., M.A., ME
selaku dosen mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah wawasan bagi penulis serta pembaca terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, penulis telah berusaha dengan
segala kemampuan dan pengatahuan yang penulis miliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu
memenuhi harapan berbagai pihak. Amin.

Malang, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
2.1 Asal usul manusia ............................................................................................................................. 5
2.1.1 Asal usul manusia menurut Al-Qur’an .................................................................................... 5
2.1.2 Asal usul manusia menurut sains ............................................................................................. 7
2.2 Tujuan dan fungsi terciptanya manusia ......................................................................................... 8
2.3 Orientasi hidup manusia menurut Al-Qur’an ............................................................................. 11
2.3.1 Orientasi yang salah................................................................................................................. 11
2.3.2 Orientasi yang benar ............................................................................................................... 13
2.4 Potensi manusia menurut Al-Qur’an ............................................................................................ 15
2.5 Kelebihan manusia menurut Al-Qur’an ................................................................................. 16
2.6 Hidup sukses menurut Al-Qur’an ........................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 18
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ajaran agama islam merupakan tuntunan yang sangat penting dan mendasar yang
merupakan tujuan untuk mengatur setiap sikap dan tingkah laku manusia, terutama kaum
muslimin, dalam kehidupan di dunia ini dan untuk keselamatan kehidupan di akhirat kelak.
Tujuan utama seorang muslim adalah meraih kemuliaan dan karunia-Nya, mendapatkan pahala
yang besar disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-Nya yang menang di dunia
dan akhirat.

Manusia merupakan kesatuan dua unsur pokok, yang tidak dapat dipisahkan karena bila
dipisahkan maka ia bukan manusia lagi. Sebagaimana halnya air yang merupakan perpaduan
antara oksigen dan hidrogen dalam kadar-kadar tertentu. Bila kadar oksigen dan hidrogennya
dipisahkan, maka ia tidak akan menjadi air lagi.

Manusia terus mengalami perubahan, memulai kehidupan dalam kandungan ibu selama
sembilan bulan melalui tahapan nuthfah (0- 2 minggu) biasa disebut dengan zigot, alaqah (2-8
minggu) biasa disebut dengan embrio, kemudian mudhghah (9 minggu-lahir) biasa disebut
dengan janin atau fetus. Kemudian manusia lahir ke dunia dalam keadaan fithrah (suci) yakni
membawa nilai-nilai ketauhidan (mengesakan Allah), kemudian lahir ke dunia biasa disebut
dengan infancy sampai meninggal, Rentang kehidupan manusia diabadikan Allah Swt di dalam
Alquran Al-Hajj ayat 5, mengimani ada kehidupan setelah kematian.

Terdapat sekian banyak cendekiawan dan ulama Islam, jauh sebelum Darwin yang
melakukan penyelidikan dan analisis sehingga berkesimpulan bahwa manusia diciptakan
melalui fase atau evolusi tertentu, dan bahwa ada tingkat-tingkat tertentu menyangkut ciptaan
Allah. Nama-nama seperti Al-Farabi, Ibnu Miskawaih, Muhammad bin Syakir Al-Kutubi, dan
Ibnu Khaldun dapat disebut sebagai tokoh-tokoh paham evolusi sebelum lahirnya teori evolusi
Darwin. Kesimpulan ulama-ulama tersebut tidak sepenuhnya sama dalam rincian teori evolusi
yang dirumuskan oleh Darwin.

Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk ciptaanNya
yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal manusia yang

3
mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian memilihnya. Allah SWT
menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta (ahsanutaqwim), dan menundukkan alam
semesta baginya agar dia dapat memakmurkan dan memelihara kemudian melestarikan
keberlangsungan hidup di alam semesta ini.

Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk Robbnya,
dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang benar,
hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya seperti ahsanu
taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka, dengan semua sifat kemuliaan dan semua
sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi
khusus kepada umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan
dusta dalam beragama.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana asal usul manusia menurut Al-Qur’an dan sains ?


2. Apa tujuan dan fungsi diciptakannya manusia ?
3. Apa orientasi hidup manusia menurut Al-Qur’an ?
4. Apa potensi yang dimiliki oleh manusia menurut Al-Qur’an ?
5. Apa kelebihan yang dimiliki oleh manusia menurut Al-Qur’an ?
6. Bagaimana cara mencapai hidup sukses menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui asal usul manusia menurut Al-Qur’an dan sains.


2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari terciptanya manusia.
3. Untuk mengetahui orientasi hidup manusia menurut Al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh manusia menurut Al-Qur’an.
5. Untuk mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh manusia menurut Al-Qur’an.
6. Untuk mengetahui cara mencapai hidup sukses menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal usul manusia


Manusia pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. Menurut kisah yang
diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa Allah menciptakan manusia
berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya. Dalam pandangan Islam, manusia
didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf, mukaram, mukhaiyar, dan mujizat.

2.1.1 Asal usul manusia menurut Al-Qur’an


Al-Qur’an tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Qur’an
hanya menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-Qur’an mengenai
penciptaan Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat 11,
surat AlMukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-Sajdah:
7-9, surat Al-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5.(Depag, 2003).

Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-


macam istilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Adapun tahapan-tahapan
dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Qur’an secara rinci. Ayat-ayat Al-Qur’an
yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanya dipahami secara
lahiriah saja.

Dalam al-Qur‟an Allah SWT. menciptakan manusia dari saripati yang berasal dari
tanah:

5
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
( QS. Al-Mukminun 12-16) (Depag, 20013).

Al-Quran tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam, yang oleh mayoritas
ulama dinamai manusia pertama. Yang disampaikannya dalam konteks ini hanya:

a. Bahan awal manusia adalah tanah.


b. Bahan tersebut disempurnakan.
c. Setelah proses penyempurnaannya selesai, ditiupkan kepadanya ruh Ilahi (Q.S
Al-Hijr [15]: 28-29; Shad [38]: 71-72).

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah,


kemudian ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran.” (QS Al-Rum [30]: 20).
Bertebaran di sini bisa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks atau bertebaran
mencari rezeki. Kedua hal ini tidak dilakukan oleh manusia kecuali oleh orang yang
memiliki kedewasaan dan tanggung jawab.

Dalam Islam dikenal 4 cara atau model penciptaan manusia, yaitu :

a. Manusia tanpa ibu dan ayah yaitu Adam.

b. Manusia ber Ayah (berasal dari laki-laki) tanpa Ibu yaitu Hawa.

c. Manusia tanpa ayah yaitu Isa, dan

d. Manusia biasa yang ber Ibu dan ber Ayah.

6
2.1.2 Asal usul manusia menurut sains

Banyak ahli antropologi menyatakan bahwa teori tentang terciptanya manusia


menurut ilmu pengetahuan dan teori ilmiahnya tidak dapat disamakan dengan Proses
penciptaan manusia menurut Islam seperti yang tersurat dalam Alquran. Hingga saat
ini asal-usul mengenai manusia masih merupakan misteri. Memang sejak beberapa
dekade yang lalu keberadaan makhluk manusia melalui proses berpikir aliran evolusi
sudah diperbincangkan secara ilmiah oleh banyak ahli. Rangkaian proses evolusi ini
memperkirakan bahwa proses adanya Manusia dimulai dari suatu bentuk kehidupan
yang sederhana dan dengan proses evolusi pada akhirnya menghasilkan manusia
modern.

Manusia adalah suatu jenis makhluk primata yang telah bercabang melalui proses
evolusi (Charles Darwin). Dari hasil-hasil penelitian terkini, makhluk pertama dari suku
primata muncul dari makhluk mamalia sebagai percabangan pada sekitar 70 juta tahun
yang lalu dalam kala paleosentua. Dalam proses evolusi makhluk hidup diperkirakan
terjadi setidaknya empat proses percabangan yaitu:

a. Percabangan yang terjadi sekitar 30 juta tahun yang lalu dalam kala
Eosen akhir yang mengevolusi kera Gibbon.

b. Percabangan yang terjadi sekitar 20 juta tahun yang lalu yang mengevaluasi
orangtua dalam miosen awal.

c. Percabangan yang terjadi sekitar 12 juta tahun yang lalu dalam kala miosen
akhir diperkirakan bahwa nenek moyang manusia terjadi atau terrevolusi pada
saat tersebut.

d. Percabangan yang terjadi sekitar 10 juta tahun yang lalu dalam kala akhir
miosen yang merevolusi gorila dan simpanse cabang inilah yang kemudian
diyakini dan diperkirakan berevolusinya manusia.

Al-Quran membantah teori yang menyebutkan bahwa manusia berasal dari bangsa
kera seperti yang dikatakan oleh Charles Darwin dengan teori evolusinya. Allah
menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dan lain dari makhluk
lainnya. Hal ini dapat kita lihat dari kelanjutan surat Al-Hijr ayat 29 yang

7
terjemahannya nya “ maka apabila Aku telah sempurnakan kejadiannya dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku maka tunduklah kamu makhluk lain
kepadanya dengan bersujud.” hal ini ini juga disebutkan dan tersurat dalam surat At-
Tiin ayat 4 yang terjemahannya nya “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Ayat ini dengan jelas menjelaskan bahwa manusia tidak mungkin berasal dari kera
karena Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dengan kata lain jika makhluk
manusia itu adalah makhluk yang berasal dari kera berarti sama halnya dengan pohon
pisang dan pohon kelapa dan tidak dapat dikatakan sempurna. Walaupun dalam
Alquran Allah tidak hanya menjelaskan proses terjadinya manusia yang pertama tetapi
dia menceritakan proses kejadian manusia selanjutnya
2.2 Tujuan dan fungsi terciptanya manusia
Segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan penciptaan dari Allah yang Maha Kuasa.
Termasuk dari segala apa yang diciptakannya tidak satu pun memiliki tujuan dan manfaat. Tugas
manusia diciptakan yaitu untuk mengimplementasikan tugas-tugas ilahiaah yang mengandung
banyak kemaslahatan dalam kehidupannya. Manusia membawa amanah dari Allah yang mesti
diimplementasikan pada kehidupan nyata. Keberadaan manusia didunia memiliki tugas yang
mulia, yaitu sebagai khilafah. (Imam Syafe,i, 2009) Keberadaannya tidaklah untuk sia-sia dan
tanpa tujuan‟.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah. Pengertian penyembahan kepada
Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang
tercermin dalam salat saja. Allah menciptakan manusia untuk mengenal-Nya. Jika kita mengenal
Allah kita akan ikhlas beribadah kepada-Nya, Karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada
manusia termasuk pada ritual ritual penyembahan nya.Ddalam hal ini Allah berfirman :

Quran Surat adz-Dzariyat Ayat 56

8
Quran Surat adz-Dzariyat Ayat 57

Quran Surat adz-Dzariyat Ayat 58

Artinya: “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, Melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah, dialah Maha
Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”

Artinya: “Dan mereka telah diperintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan
supaya ya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat dan demikian itulah agama yang
lurus.” (QS. Al-Bayinnah :5).

Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. keseimbangan alam
dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. keseimbangan pada kehidupan manusia
tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan
penciptaan manusia di tengah-tengah alam.

9
Di dalam Al-Qur’an disebutkan fungsi yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu :
a. Mengabdi kepada Allah SWT.
b. Agar manusia mengetaui maha kuasa Allah SWT.
c. Sebagai pengurus (Khalifah) bagi bumi.
d. Tidak berbuat kerusakan dan melakukan keadilan, dan
e. Mengejar tujuan akhirat.

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (al-
Baqarah: 30) (Depag, 2003).

Agar manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan
kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan
terhadap hukum-hukum yang tergantung dalam ciptaan-Nya. Dua peran yang dipegang manusia
di muka bumi sebagai khalifah dan’abd merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang
melahirkan dinamika hidup. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai
makhluk Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan
tidak terpisahkan.

Manusia yang tidak tahu tujuan diciptakannya maka hidupnya akan terombang ambing dan
tidak jelas arah kemana dia akan berjalan. Untuk itu, bersyukur bagi manusia yang menyadari dan
mampu menghayati tujuan hidupnya. Ia akan mengarahkan jalannya pada jalan keselamatan bukan
kejahiliahan yang menyesatkan. Selain itu jika manusia tidak mengetahui tujuan hidupnya, ia akan
berlaku sombong dan angkuh di muka bumi dengan aturan hidupnya sendiri. Sifat sombong dalam
islam adalah sifat yang buruk dan malah akan menjerumuskan manusia, karena orang sombong
tidak pernah mengevaluasi dan bertafakur.

10
2.3 Orientasi hidup manusia menurut Al-Qur’an
Rosululloh sholallohu alihi wasallam pernah bersabda “Barangsiapa yang dunia menjadi
tujuannya, maka Alloh akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan di
hadapan kedua matanya, serta tidak akan datang dunia kepadanya kecuali apa yang telah ditulis
oleh Alloh baginya. Sebaliknya barangsiapa yang akhirat menjadi tujuannya, maka Alloh akan
menghimpun baginya urusannya dan Dia jadikan kekayaan di dalam hatinya, serta dunia akan
datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” Hadits di atas menerangkan kepada kita bahwa tujuan
hidup manusia itu ada dua, yaitu :
2.3.1 Orientasi yang salah
Terdapat manusia yang orientasi hidupnya didunia hanya mengejar kenikmatan
duniawi, sehingga ia lupa bahkan tidak pernah memikirkan nasib hidupnya di akhirat kelak.
Hal ini sesuai dengan firmn Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 200 sebagai berikut:

Artinya: “maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “ya Tuhan kami, berilah
kami (kebaikan) didunia” , dan tiadalah baginya bahagia (yang menyenangkan) diakhirat.”
Obsesinya hanya mengejar kenikmatan dunia, baik berupa wanita, anak, harta benda
karena kenikmatan dunia itu merupakan daya tarik bagi mereka. Oleh karena itu, mereka
tidak memperdulikan waktu lagi, dimna siang dan malam hanya digunakan untuk mengejar
dan memperbanyak kesenangan hidup. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali
Imran ayat 14 sebagai berikut :

11
Artinya: : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa- apa yang
diingini, yaitu : wanita – wanita, anak- anak harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang – binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia,
dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).” Bertambahnya ambisi untuk
memperbanyak kesenangan hidup duniawi manakala melihat orang lain memiliki
kekayaan diatas dirinya. Hal ini dapat dipahami dari perilaku teman – teman karun disaat
melihat kemegahan karun. Sebagai mana firman Allah dalam QS. Al- Qashash ayat 76 :

Artinya : “Maka keluarlah karun pada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah


orang – orang yang menghendaki kehidupan dunia: “moga – moga kiranya kita
mempempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada karun, sesungguhnya ia benar –
benar mempunyai keberuntungan yang besar.”

Ayat ini menjelaskan dan mengingatkan pada seluruh manusia tentang karun ketika
keluar dari istananya dengan diiring- iringin pasukan keamanan yang lengkap, terdiri dari
pengawal , hamba sahaya, orang – orang sebagai kaki kanannya, para kerabatnya, istri dan
dayang – dayangnya, anak keturunannya. Hal ini dilalkukan dengan tujuan untuk
memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. Dalam kondisi demikian, sebagian
diantara manusia ada yang berdoa dan berkeinginan agar kehidupan didunianya seperti
yang diberikan oleh karun.

Dari Zaid bin Tsabit RA, ia mendengar, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa
tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan
kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut
ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barang siapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah

12
negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan
dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR Ahmad).

2.3.2 Orientasi yang benar


Allah tidak menghendaki kehidupan didunia yang dilakukan oleh manusia sangat
memberatkan, bahwa sebaliknya yang dikehendaki Allah adalah kehidupan yang mudah.
Untuk itu Allah memberi petunjuk kepada mereka pada jalan yang harus dilaluinya,
sebagaimana firman Allah dalam QS.AL Baqarah ayat 256:

Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.. karena itu barang siapa yang ingkar kepada
thaghut [syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah] dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang keppada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus
dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.”
Ayat ini dengan jelas bahwa Allah telah menunjukkan jalan kehidupan yang harus
dilalui oleh setiap manusia, yaitu jalan menuju kebenaran (akan diuraikan) dan jalan menuju
kesesatan ( baca pada bagian diatas). Diantara kedua jalan ini, Allah mempertegaskan
perbedaannya, begitu juga dengan konsekwensi bagi setiap manusia yang menempuh jalan
ini.
Inilah tujuan hidup seorang mukmin sejati. Dan inilah yang dicintai dan diridhoi oleh
Alloh. Siapa yang tujuan hidupnya adalah akhirat dan ridha Alloh, maka dia akan dicukupi
oleh Alloh semua urusannya. Dalam al-Qur’an, berulang kali Alloh subhanahu wa
ta’ala menekankan pentingnya niat yang ikhlas, di antaranya Dia berfirman:

13
Artinya : “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami
segerakan baginya di dunia ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki,
kemudian Kami jadikan baginya neraka Jahannam yang ia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat serta
beramal untuk akhirat dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah seorang mukmin, maka
mereka itulah orang-orang yang usahanya akan dibalasi oleh Allah.” (QS. Al-Isra’: 18-19).
Boleh jadi, seseorang melakukan amal-amal yang besar, namun tidak diterima oleh
Alloh subhanahu wa ta’ala, amal tersebut menjadi sia-sia, dan pelakunya hanya akan
menuai siksa, karena ada kecacatan dalam niatnya. Adapun jaminan Allah yag diberikan
kepada orang – orang yang mengikuti jalan yang benar adalah:
a. Dimudahkan ketika mendapat kesulitan, dicukupkan kebutuhan hidupnya dan
diberi rizki yang tak terduga, sesuai firman Allah QS. Ath Thalaq 2-3

Artinya : “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.” “Dan memberikan rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya dan
barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya, sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

b. Dihapus kesalahannya dan dilipatgandakan pahalanya, sebagaimana firman


Allah dalam QS. Ath – Thalaq ayat 5.

Artinya : itulah perintah Allah yang diturunkan –Nya kepada kamu, dan barangsiapa
bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akan menghapus kesalahan – kesalahannya dan akan
melipat gandakan pahala baginya.

14
2.4 Potensi manusia menurut Al-Qur’an
Manusia adalah makhluq Tuhan yang diciptakan dengan kesempurnaannya. Kesempurnaan
tersebut disebabkan manusia dianugrahi potensi yang tidak diberikan kepada makhluk Tuhan yang
lainnya termasuk kepada malaikat sekalipun. Dengan potensi yang dimilikinya tersebut manusia
dapat berkreasi dan bermanfaat bagi dirinya sendirinya maupun bagi orang lain. Adapun potensi
dasar yang dianugrahkan kepada manusia, yaitu: pendengaran, penglihatan, dan hati (selanjutnya
dinyatakan sebagai pikiran).

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS
an-Nahl [16]: 78).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa: “Sesungguhnya tidak satupun


manusia lahir dengan pengetahuan yang melekat padanya, tetapi manusia dapat memperoleh
pengetahuan melalui proses yang bertahap menggunakan potensi yang melekat pada dirinya, yaitu:
pendengaran, penglihatan dan pikiran/hati”. Harapan lain adalah dengan memaksimalkan potensi
dasar yang dimilinya maka akan lahir manusia yang berkarakter dan bermartabat.

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
mereka Itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raf, 7:179).

15
2.5 Kelebihan manusia menurut Al-Qur’an
a. Dijadikan Allah sebagai khalifah (wakil) di bumi (Surat 2:30; surat 6:122). Tentu
penunjukkan ini menjelaskan bahwa manusia itu memiliki kelebihan yang banyak.
b. Dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (Surat 17:70).
c. Diberi alat indera dan akal (Surat 16:78; surat 30:8). Karena diberi akal itulah maka
manusia harus mempertanggungjawabkan segala keputusannya.
d. Tempat tinggal yang lebih baik dibandingkan dengan makhluk lain dan diberi rezeki (Surat
70:10).
e. Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan. Lembaga perkawinan tidak
diberikan kepada selain manusia, dan
f. Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai (Surat 53:79).

2.6 Hidup sukses menurut Al-Qur’an


Sukses menurut al-Qur’an terbagi menjadi tiga yaitu al-falâh, an-najât, dan al-fauz. Dari tiga
istilah tersebut merupakan sukses di duniawi dan ukhrowi, dan ayatnya pun sangat bervariatif yang
pada intinya mengandung nilai-nilai keselamatan jiwa, kelebihan materi dan amal saleh baik secara
vertikal maupun horizontal. Untuk itu, al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk menggapai
kesuksesan dunia dan akhirat sekaligus, dengan cara saleh vertikal dan horizontal. Ada pun
kesalehan tersebut yakni; Iman, bertakwa, syukur, sabar, bersedekah, taat terhadap Allah dan
Rasul-Nya, amar ma’ruf nahi munkar, bertaubat, dan benar kebenarannya sehingga masuk Surga.
Sukses merupakan tujuan hidup setiap manusia, namun seseorang dapat dikatakan sukses ketika
sudah mendapatkan Keselamatan yang mengancam jiwa lalu mensyukurinya, dan kelebihan
materi. Selain itu kesuksesan tidak hanya dilihat dari keberhasilan di dunia, tetapi juga dapat dilihat
dari amal-amal untuk akhirat, seperti firman Allah yang artinya;

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”

Jadi jika seseorang ingin sukses di dunia akhirat, maka harus memperhatikan dan melakukan
perkaraperkara akhirat yang sifatnya vertikal dan horizontal, seperti bertakwa, sabar tarhadap
musibah atau cobaan yang menimpa, bersedekah dengan sebagian harta yang dimiliki, taat
terhadap Allah dan utusan-Nya, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, bertaubat atas dosa-dosa

16
yang telah diperbuat, dan kelak di akhirat masuk Surga. Artinya kesalehan vertikal dan horizontal
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, kerena keduanya manifestasi dari kesuksesan seseorang. Jadi
implementasinya harus pandai mengatur kepentingan dunia maupun akhirat, dan dengan
melaksanakan kesalehan tersebut, secara tidak langsung seseorang mendapatkan kesuksesan

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, Terdapat
Ayat-ayat al-Qur’an mengenai penciptaan Manusia terdapat pada beberapa ayat Al-Qur’an, yaitu
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.”
Dalam proses evolusi makhluk hidup diperkirakan terjadi setidaknya empat proses percabangan.
Namun, Al-Quran membantah teori yang menyebutkan bahwa manusia berasal dari bangsa kera
seperti yang dikatakan oleh Charles Darwin dengan teori evolusinya.

Manusia membawa amanah dari Allah yang mesti diimplementasikan pada kehidupan nyata.
Keberadaan manusia didunia memiliki tugas yang mulia, yaitu sebagai khilafah. Allah tidak
menghendaki kehidupan didunia yang dilakukan oleh manusia sangat memberatkan, bahwa
sebaliknya yang dikehendaki Allah adalah kehidupan yang mudah.

Adapun potensi dasar yang dianugrahkan kepada manusia, yaitu: pendengaran, penglihatan,
dan hati (selanjutnya dinyatakan sebagai pikiran). Dengan potensi yang dimilikinya tersebut
manusia dapat berkreasi dan bermanfaat bagi dirinya sendirinya maupun bagi orang lain. Sukses
menurut al-Qur’an terbagi menjadi tiga yaitu al-falâh, an-najât, dan al-fauz.

3.2 Saran
Bagian ini merupakan upaya penulis dalam memahami tentang asal-usul, potensiatas
kelebihannya manusia, ragam dan tujuan hidup manusia, hal ini sangat penting karena memiliki
tujuan untuk mengatur setiap sikap dan tingkah laku manusia, terutama kaum muslimin, dalam
kehidupan di dunia ini dan untuk keselamatan kehidupan di akhirat kelak. Karena dengan adanya
ini, semoga bisa mempelajari tentang ajaran islam.

Diharapkan untuk selalu berusaha menanamkan kesadarannya dalam diri masing-masing


tentang bagaimana proses penciptaan manusia itu sendiri, agar kita bisa menyadari siapa kita
sebenarnya. Terutama menentukan orientasi dalam hidup kita. Menjadikan akhirat sebagai
orientasi hidup merupakan kewajiban dan keharusan kita sebagai manusia. Sehingga kita dapat
mencapai kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

18
DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Burlinan.2000. Ragam Perilaku Manusia Menurut Al-Qur’an, PT Kuala Musi Raharja,
Palembang.

Abidin, Sainal. 2000. Teori Evolusi menurut al-Qur’an (Studi perbandinga atas teori Evolusi
Darwin). Skripsi Fakultas Ushuluddin STAIN Palopo.

Aqqad, Abbas Muhammad. 1999 Manusia Diungkap Qur’an, Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus.

Bucaille, Maurice. 1992. Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-qur’an Sains, Mizan, Bandung.

Romlah,dkk.2012. Al Islam dan Kemuhammadiyahan II Aqidah dan Ibadah.Malang:UMM.

Nawawi, Rif’at Syauqi. 2000. Konsep Manusia menurut Alquran dalam Metodologi Psikologi
Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chalid, I. 2012. Menelusuri Asal Usul Manusia. SUWA, 10(2), 201-210.

Charles, Darwin. 2003. The Origin of Species. Terjemahan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Departemen Agama RI. 2003. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Jamunu.

Fathurrohman, Muhammad. 2012. PROSES KEJADIAN MANUSIA DAN NILAI-NILAI


PENDIDIKAN DI DALAMNYA, Malang

Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 3(1), 97-114.

Jannah, M., Yacob, F., & Julianto, J. (2017). Rentang Kehidupan Manusia (life span development)
dalam islam.

Imam Syafe‟i. 2009. Manusia Ilmu dan Agama: Sebuah Pendekatan Konseptual, dan Kontektual,
Quantum Press: Jakarta.

Sada, H. J. 2016. Manusia Dalam Perspsektif Agama Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan
Islam, 7(1), 129-142.

Shihab, M.Quraish. 2003. Wawasan Al-Quran. Cet. XIV. Bandung : Mizan.

Taufiq, M. Izzudin. 2006. Al-Qur’an dan Embriologi, Yogyakarta.

19
20

Anda mungkin juga menyukai