I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 65 tahun
BB / TB : 55 kg / 155 cm
Tanggal MRS : 16 September 2019
Tanggal KRS : 24 September 2019
Diagnosa : STEMI, DM tipe II, HF
II. SUBYEKTIF
II.1 Keluhan Pasien :
1. Nyeri dada sejak 2 minggu
2. Nafas berat 2 hari
3. Badan lemas
4. Rasa panas menyebar ke ulu hati
B. Tanda-Tanda Klinik
Nilai Tanggal Keterangan
Gejala Fisik
Normal 16/9 17/9 18/9 19/9 20/9 21/9 22/9 23/9 24/9
Pasien mengalami nyeri dada pada awal
masuk MRS. Nyeri dada dapat
Nyeri dada + + < - - - - - -
menandakan adanya gangguan jantung
seperti infark miokard.
Mual - - - - - - - - - Pasien tidak mengalami mual
Muntah - - - - - - - - - Pasien tidak mengalami muntah.
Pasien mengalami sesak pada tanggal 17,
22, 23, 24, dimana pada tanggal tersebut
terapi furosemide dihentikan. Saat
pemberian terapi furosemide dilanjutkan,
Sesak + - - - + < < <
sesak berkurang. Hal ini mengindikasikan
adanya retensi cairan, karena salah satu
tanda adanya retensi cairan adalah sesak
nafas.
Dada ampeg - - + + + < + + - Pasien mengalami dada ampeg pada
tanggal 18,19,20,21,22,23.
GCS sebesar 456 menunjukkan kondisi
GCS 456 - - 456 456 456 456 456 456 456
kesadaran pasien membaik.
GD1 - 125 190 218 228 350 120 198 241 Gula darah puasa pasien tidak normal
GD2 - - 120 176 314 373 95 218 213 Gula darah prandial pasien tidak normal
C. Data Laboratorium
Tanggal
Parameter Normal Keterangan
17/9 18/9
Kreatin-Kinase MB meningkat karena adanya serangan
jantung atau angina pectoris (nyeri dada akibat adanya
CKMB (U/L) < 24 42 -
kerusakan otot jantung)
No. Nama Obat Regimen Rute 16/9 17/9 18/9 19/9 20/9 21/9 22/9 23/9
Dosis
1 NS - Iv
2 O2 4 lpm
3 Omeprazole 1x40 mg Iv - - - - - - -
Monitoring:
Tanda-tanda pendarahan
seperti muntah darah,
feses hitam, kadar Hb
dan PLT
Clopidogrel Clopidogrel bekerja dengan Drug Interaction Plan :
1x 75 mg menghambat adenosin difosfat Aspirin dan clopidogrel Terapi tetap dilanjutkan
(ADP) yaitu enzim yang secara farmakodinamik Monitoring :
bertanggung jawab untuk bersinergis, dan meningkan Monitoring kadar
menginduksi glikoprotein IIb / IIIa toksisitas (Medscape) trombosit/ PLT
dari trombosit (yang terlibat dalam
proses agregasi melalui siklus
fibrin). (Medscape)
Dosis : 75mg/hari
Untuk keadaan STEMI dosis yang
diberikan dengan aspirin 160 -
325mg/hari dan 81 - 162mg/hari
(Medscape).
Lovenox Merupakan golongan LMWH Tidak ada DRP Plan :
2 x 0,6 SC (Low Molecular Weight Heparin) Terapi sudah tepat
sebagai obat anti-koagulan dengan dihentikan pada tanggal
kandungan Enoxaparin. 21/9 karena pemberian
Mengurangi angka kematian atau antikoagulan untuk
MI pasien dengan ST-EMI mencegah emoboli
( PERKKI, 20) stroke maksimal 8 hari
(Medscape)
Enoxaparin lebih disarankan
dibandingkan UFH (Unfrarctional Monitoring :
Heparin) PERKI,2015) Tenakan darah
NS I.V Penanganan akut STEMI dapat Tidak ada DRP Plan :
dilakukan dengan pemasangan Terapi dilanjutkan
IVFD (Intravenous Fluid Drops) Monitoring
(PERKI,2015). Kadar Elektrolit
Alprazolam Merupakan obat antiansietas dan Tidak ada DRP Plan:
anti-insomnia pada pasien ACS Terapi dilanjutkan
yang dirawat inap dirumah sakit. dengan catatan hanya
Dosis Alprazolam untuk efek diberikan saat pasien
sedative jika menghendaki tidur susah tidur.
0,25-0,5mg prn. (Medscape)
ISDN Golongan nitrat yang digunakan Tidak ada DRP Plan
3 x 5 mg untuk mengurangi intensitas Terapi dilanjutkan.
serangan angina (nyeri dada),
terutama pada penderita penyakit
jantung koroner. Obat ini bekerja
dengan cara melebarkan jantung.
Dosis yang diberikan untuk nyeri
dada 2.5mg-5mg dapat diulang 5-
10 menit (Medscape) pembuluh
darah, serta meningkatkan
pasokan darah dan oksigen ke otot
jantung.
Dosis yang diberikan untuk nyeri
dada 2.5mg-5mg dapat diulang 5-
10 menit (Medscape)
O2 Diberikan untuk penanganan akut Tidak ada DRP Plan :
4lpm pada pasien STEMI yaitu oksigen Terapi dilanjutkan
sebesar 2-4 liter/menit.
Monitoring :
Kadar saturasi oksigen
(SO2) mencapai 90%
Laxadine Merupakan pencahar emolien Tidak ada DRP Plan:
1xC1 po yang berisi kombinasi dari Terapi dilanjutkan
beberapa jenis obat yaitu
phenolphthalein, paraffin Monitoring:
liquidum, dan glycerin. Keluhan konstipasi
Mekanismekerja: melunakkan
feses tanpa merangsang peristaltik
usus. Digunakan sebagai pelunak
feses karena pasien berisiko
mengalami konstipasi dan
mencegah pasien agar tidak
mengejan terlalu berlebihan
(Medscape, 2019).
Dosis: 1-2 sdm (15-30 ml) satu
kali sehari.
NAC ½ vial + Digunakan pada pasien dengan Tidak ada DRP Plan :
PZ 500 7 tpm sekresi mukosa abnormal atau Terapi NAC iv
i.v kental pada penyakit dihentikan dan diganti
bronkopulmoner akut dan kronis. dengan NAC oral.
Terapi NAC pada IHD berperan
dengan cara menghambat Monitoring :
degradasi matriks ekstraseluler Sesak nafas dan
dan meningkatkan stabilitas kondisi ampeg
vaskular baik di awal dan akhir pada pasien.
tahap aterosklerosis (Hajhossein Kadar elektrolit
dkk., 2011).
Infus PZ mengandung NaCl 0,9%
digunakan untuk mengendalikan
keseimbangan elektrolit pasien
(DIH, 2009).
Pembahasan
Data objektif pasien yang menandakan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 adalah nilai
GDP>126 mg/dL dan GDPP>200 mg/dL. Sedangkan kadar Hba1c 10,7% yang sangat jauh
dari angka normal menunjukkan bahwa terapi DM yang didapatkan pasien tidak berhasil.
Menurut Guideline AACE tahun 2019, untuk pasien dengan nilai A1C >9% maka diperlukan
tambahan terapi Insulin Intensif. Yaitu dengan mengkombinasikan insulin long acting dan
rapid acting. Pasien tersebut telah mendapatkan terapi menggunakan novorapid yang
merupakan insulin rapid acting yang mengontrol gula darah post prandial. Selain itu pasien
juga mendapat terapi levimir yang merupakan insulin long acting atau insulin basal. Pada
kondisi pasien tersebut terdapat DRP berupa dosage too low yaitu dosis insulin basal dengan
A1C > 8% 0.2–0.3 U/Kg dan dapat ditingkatkan 20% dari dosis awal ketika gula darah
puasa>180 mg/dL dosis 3x4 IU masih 50% dari TDD(Total Daily Dose) maka perlu dinaikan
menjadi 100% TDD (AACE 2019). Sehingga dapat menambahkan dosis Levimir menjadi 16
Unit/hari dan dosis Novorapid dinaikkan menjadi 3x8 IU dengan monitoring kadar gula darah
pasien.
Kondisi DM dan STEMI dapat menyebabkan gagal jantung (HF). Kondisi gagal
jantung ditandai dengan nyeri dada, sesak, dada ampeg yang didukung dengan data lab
berupa tekana darah yang tidak stabil serta hiponatremi dan hipokalsemia. Untuk mengatasi
HF pasien diberikan Furosemid sebagai loop deuretik untuk mengatasi retensi cairan yang
ditandai salah satunya adalah sesak nafas. Bisoprolol yang merupakan obat golongan β-
blocker yang secara selektif menghambat reseptor beta 1 sehingga laju jantung menurun dan
tekanan darah menurun. Selain itu pasien jugamendapat Ramipril yang pada terapi HF dapat
menunda perkembangan nefropati dan mengurangi resiko kardiovaskular pada pasien
hipertensi dengan DM tipe 1 dan 2.
Pada Pasien Ny S, yang perlu diperhatikan adalah untuk mengontrol kadar gula darah
agar tidak memperburuk kondisi komplikasi termasuk pada cardiovascular. Selain melakukan
terapi menggunakan farmakologi, pasien harus menjaga intake makanan serta pola hidup
sehat.
Daftar Pustaka
Aberg, J. A., C. Lacy, L. Amstrong, M. Goldman, dan L. L. Lance. 2009. Drug Information
Handbook 17th Edition,. American Pharmacist Association.
Darliana, D. 2009. Manajemen pasien st elevasi miokardial infark (stemi). Idea Nursing
Journal. 14–20.
DiPiro, C. V., B. G. Wells, J. T. Dipiro, dan T. C. Schwinghammer. 2012. Pharmacotherapy
Handbook, 10th Edition. New York: Mc Graw Hill.
Hajhossein, A., H. Khalili, F. Fahimi, dan S. Motjaba. 2011. Potential role of n-acetylcysteine
in cardiovascular disorders review. Future Medicine. 8(3):237–245.
Hamm, C. W., .P. Bassand, S. Agewall, J. Bax, E. Boersma, dan H. Bueno. 2011. ESC
guidline for the management of acute coronary syndromes in patient presenting with
persistent st-segment elevation. European Heart Journal. 32:2999–3054.
O’gara, P. T. dan F. G. Kushner. 2013. Practice guideline : 2013 accf/aha guidelines fot the
management of st-elevation myocardial infarction. Journal of the American College of
Cardiology. 61(4):4–30.
PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Centra
Communications.