Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

Nama : Nabila Putri Kusuma

NPM : 140710200010

Waktu Praktikum : Rabu, 16.00 – 18.00

LABORATORIUM GEOFISIKA

DEPARTEMEN GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
MODUL-8
URUTAN LAPISAN BATUAN
Rabu, 11 November 2020

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mampu mengetahui urutan lapisan kejadian.

II. ALAT DAN FUNGSI


1. Alat tulis
Untuk menulis hasil praktikum.
2. Penggaris
Untuk membantu membuat garis lurus dan mengukur data.
3. Kertas HVS
Untuk media tulis.
4. Pensil warna
Untuk memberi warna sebagai pembeda identifikasi.

III. TEORI DASAR

3.1 Pengertian StratigrafI


Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal
dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan,
menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan
batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
sejarah bumi.
Ilmu stratigrafi muncul pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-
19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa
perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama.
Dari hasil pengamatannya, kemudian disimpulkan bahwa lapisan batuan yang
berada paling bawah merupakan lapisan yang tertua (superposisi), dengan
beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan
kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat dibuat
perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada suatu daerah yang luas.
Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu
sistem yang bersifat umum untuk periode-periode geologi meskipun pada waktu
itu belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William
Smith, stratigrafi kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan,
hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi. Dalam
arti yang lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang aturan, hubungan, dan kejadian (genesa) macam-macam
batuan di alam dalam ruang dan waktu.

1) Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Tatanama


stratigrafi ialah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi
ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama
maupun pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya:
Formasi/formasi, Zona/zona, Sistem dan sebagainya.

2) Hubungan: Mempunyai arti hubungan setiap lapis batuan dengan batuan


lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan tersebut. Hubungan
antara satu lapisan batuan dengan lapisan lainnya adalah “selaras”
(conformity) atau “tidak selaras” (unconformity)

3) Kejadian (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan


memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh: Batuan
Sedimen Marin, Batuan sedimen Fluvial, Batuan Sedimen Terrigenous
dsb.

4) Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk


atau diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh:
Genesa Batuan Sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi
(Pasang-surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Litoral, Neritik,
Bathyal, atau Hadal)

5) Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut


dan biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping
formasi Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir
kuarsa formasi Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir
3.2 Prinsip Stratigrafi
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi
adalah sebagai berikut :
3.2.1 Prinsip Superposisi (Nicholas Steno)
Prinsip ini yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya sedimen,
lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada
lapisan-lapisan yang telah mengalami pembalikan.

Gambar 3.2.1 Urutan umur batuan berdasarkan prinsip superposisi


(Sumber : https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasar-
prinsip-statigrafi/)

3.2.2 Prinsip Awal Horizontal (Original Horizontality)


Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh
gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal).
Implikasi dari pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau
terlipatkan, terjadi setelah proses pengendapan. Pengecualian : Pada
keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping, terumbu, dll)
dapat terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli
(Original Dip) dan disebut Clinoform.

Gambar 3.2.2 Urutan umur batuan berdasarkan prinsip awal horisontal


(Sumber : https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasar-
prinsip-statigrafi/)

3.2.3 Azas Pemotongan (Cross Cutting)


Prinsip yang menyatakan bahwa ciri geologi yang memotong yang lain
adalah yang lebih muda dari kedua ciri tersebut.

Gambar 3.2.3 Urutan umur batuan berdasarkan asas pemotongan


(Sumber:https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasarprinsip-
statigrafi/)

3.2.4 Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)


Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan
sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan
adalah penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari
prinsip korelasi stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan
sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba,
kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya
kesinambungan lateral, yaitu :

Gambar 3.2.4 Menghubungkan Batuan yang Sama


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)
3.2.5 Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)
Hukum ini diperkenalkan oleh Abbel Girauld dan Soulavie. Mereka
menyimpulkan bahwa lapisan yang berbeda umur geologinya akan
ditemukan fosil yang berbeda pula. Secara sederhana bisa juga
dikatakan fosil yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan
lapisan yang ada diatasnya. Fosil yang hidup pada masa sebelumnya
akan digantikan (tertindih) dengan fosil yang ada sesudahnya, dengan
kenampakan fisik yang berbeda (karena evolusi). Perbedaan fosil ini
bisa dijadikan pembatas satuan formasi dalam lithostatigrafi atau
dalam koreksi statigrafi.

Gambar 3.2.5 Fosil lama tertimbun oleh fosil yang baru


(Sumber : https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasar-
prinsip-statigrafi/)

3.2.6 Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)


Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The
Present is The Key to The Past“, yang berarti kejadian yang
berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada
zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini,
terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan
seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini
menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah
serta tebing curam tidak terjadi oleh suatumalapetaka yang tiba-tiba,
akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat.
Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :
▪ Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.
▪ Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa
lampau namun dengan intensitas yang berbeda.
3.3 Jenis dan Struktur Patahan atau Sesar
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Sesar
dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan
kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.

3.3.1 Dip Slip Faults


Dip Slip Fault adalah patahan yang bidang patahannya menyudut
(inclined) dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang
patahannya atau offset terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai
catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita
tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak
atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui
pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang yang
mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang
berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang
berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.

Gambar 3.3.1 Dip-Slip Faults


(Sumber : https://id.pinterest.com/pin/355643701803350026/)

3.3.2 Normal Faults


Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan
tensional horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana
“hangingwall block” telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian
bawah terhadap “footwall block”.
Gambar 3.3.2 Normal Faults
(Sumber : https://medium.com/@rohitgurjar009/faults-in-geology-
8b33296c41b3)

3.3.3 Horsts & Gabens


Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat dari
tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang
berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam
kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan
membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang
terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan
tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah “East
African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua
yang menghasilkan suatu “Rift”. Contoh lainnya yang saat ini juga
terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika
Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.

Gambar 3.3.3 Horsts dan Graben


(Sumber : https://medium.com/@rohitgurjar009/faults-in-geology-
8b33296c41b3)
3.3.4 Half-Grabens
Half-Grabens adalah patahan normal yang bidang patahannya
berbentuk lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang
kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan blok yang turun
mengalami rotasi.

3.3.5 Reverse Faults


Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional
horisontal pada batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall
block” berpindah relatif kearah atas terhadap “footwall block”.

Gambar 3.3.4 Reerse Faults


(Sumber : https://medium.com/@rohitgurjar009/faults-in-geology-
8b33296c41b3)

3.3.6 A Thrust Fault


A Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang
patahannya lebih kecil dari 150. Pergeseran dari sesar “Thrust fault”
dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan
batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.

Gambar 3.3.5 A Thrust Faults


(Sumber : https://medium.com/@rohitgurjar009/faults-in-geology-
8b33296c41b3)
3.3.7 Strike Slip Faults
Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah
horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari
tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi. Patahan jenis strike
slip fault dapat dibagi menjadi 2 tergantung pada sifat pergerakannya.
Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan
melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang
pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan left-
lateral strike-slip fault. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak
ke arah kanan, maka kita namakan sebagai right-lateral strike-slip
fault. Contoh patahan jenis strike slip fault yang sangat terkenal adalah
patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih
dari 600 km.

Gambar 3.3.6 Strike Slip Faults


(Sumber : https://medium.com/@rohitgurjar009/faults-in-geology-
8b33296c41b3)

3.3.8 Transform-Faults
Transform Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas
terjadi pada batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan
satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan transform umumnya
terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran (offset),
dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua
pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak
terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut
bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona
rekahan (fracture zones). Patahan “San Andreas” di California
termasuk jenis patahan transform fault.

Gambar 3.3.7 Normal Faults


(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Transform_fault)

3.4 Umur Stratigrafi


Umur batuan dapat dinyatakan kedalam dua jenis yaitu umur absolute dan
umur relative. Umur absolute dinyatakan dalam tahun, sedang umur relative
dinyatakan dalam penempatan suatu stratigrafi relative terhadap zaman-zaman
geologi yang didasarkan pada fosilfosil tertentu tanpa ditentukan batas-
batasnnya secara geokronologi yang dinyatakan dalam skala waktu/satuan
waktu dalam tahun. Namun metode penentuan umur dapat dilakukan
berdasarkan radiometric, dimana batas-batas zaman/periode geologi sekarang
ditentukan secara akuratradimetrik dan dinyatakan dalam jutaan tahun.

3.5 Pengukuran Umur Relatif


Penentuan umur relative pada batuan pada dua lapisan yang berbeda dalam
satu penampang dapat ditentukan dengan meihat lapisan yang terlebih dahulu
diendapakan, yang diendapkan pertama lebih tua umurnya daripada yang
terendapkan setelahnya. Umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan atau
fosil relatif terhadap posisi batuan atau fosil di sekitarnya.
Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur bebatuan
berdasarkan angka seperti saat ini, mereka mengembangkan skala waktu geologi
secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan pertama kalinya di Eropa sejak
abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi
dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era
dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch
(Kala).
Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar
kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut
mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu
geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan
kata “Paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk
pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti
tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif
dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian
Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.

Gambar 3.5.1 Skala Waktu Geologi Relatif


(Sumber : https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-
20200903191047.pdf)
Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang
masih dapat dikenali, seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya
seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada
kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari
tentang fosil dikenal sebagai Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari
bentukbentuk kehidupan purba.

Gambar 3.5.2 Kumpulan foto fosil yang menggambarkan keaneka ragaman dari
evolusi kehidupan diatas bumi sepanjang 600 juta tahun. Fosil yang tertua berada
pada bagian bawah sedangkan fosil termuda terletak dibagian atas.

Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari
semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena
kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya.
Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum kemungkinan mengandung
fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae. Batuan yang
terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil fosil dari
binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.
3.6 Pengukuran Umur Mutlak
Penentuan secara absolute adalah umur yang dapat dilakukan berdasarkan
unsur radioaktif yang terdapat pada batuan tersebut dengan mengukur waktu
paruhnya. Penentuan umur dengan radiometri memberikan keuntungan dapat
menafsirkan umur suatu contoh batuan. Radiometri memberikan keterangan
dalam jutaan tahun. Penentuan radiometri adalah mengamati pekuruhan atom-
atom yang ada pada suatu batuan.
Saat ini kita dapat menggunakan mineral yang secara alamiah
mengandung unsur radioaktif dan dapat dipakai untuk menghitung umur secara
absolut dalam ukuran tahun dari suatu batuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
bagian terkecil dari setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari
satu inti atom yang terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu
kabut elektron. Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya
dari jumlah neutron pada inti atomnya.
Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19 proton
dan 21 neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya
memiliki 19 proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium 41).
Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan berubah
menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya melalui
pertukaran di dalam inti atomnya.
Perubahan dari “Parent” ke “Daughter” terjadi pada kecepatan yang
konstan dan dikenal dengan “Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari suatu
isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop
radiokatif berubah menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui proses
peluruhan menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu
paruh (half life) tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium
dengan ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan
dari sejumlah atom-atom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat
dipakai untuk menentukan umur suatu batuan. Untuk menentukan umur geologi,
ada empat seri peluruhan parent/daughter yang biasa dipakai dalam menentukan
umur batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon (K/Ar),
Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb).
Penentuan umur dengan menggunakan isotop radioaktif adalah
pengukuran yang memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian
kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut dalam umur geologi memiliki tingkat
kisaran kesalahan beberapa tahun hingga jutaan tahun. Jika pengukuran
mempunyai tingkat kesalahan 1 persen, sebagai contoh, penentuan umur untuk
umur 100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat kesalahan lebih kurang 1
juta tahun. Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan suatu
mineral tertentu yang terdapat dalam batuan. Untuk dapat menetapkan umur
absolut terhadap skala waktu geologi, suatu batuan yang dapat di-dating secara
isotopik dan juga dapat ditetapkan umur relatifnya karena kandungan fosilnya.
Banyak contoh, terutama dari berbagai tempat harus dipelajari terlebih dahulu
sebelum ditentukan umur absolutnya terhadap skala waktu geologi.

Gambar 3.6.1 Tabel Isotop Radioaktif Parent, Daughter dan Waktu Paruh
(Sumber : https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-
20200903191047.pdf)

3.7 Hubungan antar lapisan batuan

3.7.1 Keselarasan (Conformity) adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan
lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus), tidak
terdapat selang waktu (rumpang waktu) pengendapan. Secara umum di
lapangan ditunjukkan dengan kedudukan lapisan (strike/dip) yang sama atau
hampir sama, dan ditunjang di laboratorium oleh umur yang kontinyu. Jenis
kontak ini terbagi dua, yaitu :
1) Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang
menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga mudah
dibedakan. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa
perubahan litologi.
2) Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya
bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk
menentukannya mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis
kontak berangsur, yaitu:
▪ Kontak Progradasi
▪ Kontak Interkalasi
3.7.2 Ketidak Selarasan (Unconformity) adalah hubungan antara satu lapis batuan
dengan lapis batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak
menerus), yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Dalam
geologi dikenal 3 (tiga) jenis ketidak selarasan, yaitu :
1) Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan
antara satu lapis batuan dengan satu batuan lainnya yang dibatasi oleh satu
rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi
pengendapan).

Gambar 3.7.2.1 Disconformity


(Sumber : https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-
20200903191047.pdf)

2) Angular Unconformity (Ketidakselarasan Bersudut) adalah salah satu jenis


ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok
batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya), memiliki
hubungan/kontak yang membentuk sudut.

Gambar 3.7.2.2 Angular Unconformity


(Sumber : https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-
20200903191047.pdf)
3) Paraconformity atau keselarasan semu, yang menunjukkan suatu lapisan di
atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak
terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan
berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis
Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).

Gambar 3.7.2.3 Paraconformity


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

4) Nonconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan


antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan beku atau
metamorf.

Gambar 3.7.2.4 Nonconformity


(Sumber : https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-
20200903191047.pdf)

3.7.3 Litostratigrafi
Litostratigrafi adalah pengelompokan batuan secara bersistem menjadi
satuan bernama berdasarkan litologi. Pada satuan litostratigrafi penemuan
satuan didasarkan pada ciri ciri batuan yang dapat diamati dilapangan.
Penemuan batas penyebaran tidak tergantung kepada batas waktu. Ciri ciri
litologi meiputi jenis batuan, kombinasi jensi batuan, keseragaman gejala
litologi batuan dan gejala gejala lain tubuh batuan di lapangan. Batas satuan
litostratigrafi adalah sentuhan antara dua satuan batuan yang berlainan ciri
litologi.

3.7.4 Biostratigrafi
Unit dimaksud untuk menggolongkan lapisan lapisan batuan di bumi
secara bersistem menjadi satuan satuan bernama berdasarkan kandungan dan
penyebaran fosil. Satuan biostratigrafi adalah tubuh lapisan batuan yang
dipersatukan berdasar kandungan fosil atau ciri ciri paleontologi sebagai sendi
pembeda terhadap tubuh batuan sidekitarnya. Kandungan fosil yang dimaksud
di sini adalah fosil yang terdapat dalam batuan yang seumur dengan
pengendapan batuan. Fosil rombakan, apabila mempunyai makna yang
penting dapat dipakai dalam penentuan satuan biostratigrafi (tak resmi). Yang
dimaksud satuan biostratigrafi resmi adalah satuan yang memenuhi
persyaratan sandi, sedangkan satuan biostratigrafi tak resmi adalah satuan
yang tidak seluruhnya memenuhi persyaratan. Satuan biostratigrafi ditentukan
oleh penyebaran kandungan fosil yang mencirikannya. Tingkatan dan jenis
satuan biostratigrafi adalah Zona. Zona adalah satuan dasar biostratigrafi. Dan
yang dimaksud zona itu sendiri adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang
dicirikan oleh satu takson fosil atau lebih. Urutan tingkat satuan biostratigrafi
resmi masing masing dari besar sampai kecil adalah Super Zona, Zona, Sub
Zona, dan Zonula. Berdasarkan ciri paleontologi yang dijadikan sendi satuan
biostratigrafi dibedakan Zona Kumpulan, Zona Kisaran, Zona Puncak, Zona
Selang.
3.7.4.1 Zona Kumpulan adalah satu lapisan atau kesatuan sejumlah lapisan
yang terciri oleh kumpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan
sesuatu jenis fosil. Sedang kegunaannya sebagai penunjuk lingkungan
kehidupan purba dapat juga dipakai sebagai penciiri waktu.
3.7.4.2 Zona Kisaran qdalah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran
stratigrafi unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada.
Kegunaannya terutama adalah untuk korelasi tubuh tubuh lapisan
batuan dan sebagai dasar untuk penempatan batuan batuan dalam skala
waktu geologi.
3.7.4.3 Zona Puncak adalah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan
perkembangan maksimum suatu takson tertentu. Kegunaan dari zona
terebut dalam hal tertentu adalah untuk menunjukkan kedudukan
kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai
sebagai petunjuk lingkungan pengendapan purba, iklim purba.
3.7.4.4 Zona Selang qdalah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir
dari dua takson penciri. Kegunaan zona tersebut adalah untuk korelasi
tubuh tubuh lapisan batuan. Batas atas atau bawah suatu Zona Selang
ditentukan oleh pemunculan awal atau akhir dari takson takson penciri.

3.7.5 Kronostartigrafi
Kronostratigrafi adalah penggolongan lapisan batuan secara bersistem menjadi
satuan bernama berdasarkan peristiwa geologi atau interval waktu geologi.
Interval waktu geologi ini dapat ditentukan berdasarkan geokronologi atau
metoda lain yang menunjukkan kesamaan waktu. Pembagian kronostratigrafi
merupakan kerangka untuk menyusun urutan peristiwa geologi secara lokal,
regional dan global. Tingkatannya adalah Eonotem, Eratem, Sistem, Seri dan
jenjang. Bagi setiap satuan Kronostratigrafi terdapat satuan geokronologi
bandingannya Eonotem dengan Kurun, Eratem dengan Masa, Sistem dengan
Zaman, seri dengan Kala dan Jenjang dengan Umur. Dalam Kornostratigrafi
dikenal Stratotipe Satuan dan Stratotipe Batas. Stratotipe Satuan adalah
sayatan (penampang) selang stratigrafi yang dibatasi oleh stratotipe batas atas
dan bawah di tempat asal asul nama satuan. Stratotipe Batas adalah tipe batas
bawah dan atas satuan.

3.7.6 Geokronologi
Geokronologi adalah pembagian waktu berdasarkan peristiwa geologi, yang
dapat dilihat pada gejala yang terekam pada batuan . tingkatannya meliputi
Kurun, Masa, Zaman, Kala, Umur. Antara Geokronologi dan
Chronostratigraphic terdapat suatu hubungan yang ekivalen yaitu bila Kurun
ekivalen dengan Eonotem, Masa ekivalen dengan Eratem, Zaman ekivalen
dengan Sistem dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Krumbein W,C and Sloss L.L, 1965, Stratigraphy and Sedimentations, chapter 4 properties in
sedimentary Rocks p.93-131 W.H Freeman and Co Sanfrancisco.

Pettijohn F.L. 1957. Sedimentary Rock, Chapiter 2, Texture p. 13-51, Harper and Bross, New
York.

Sukendar Asikin, 1978, Dasar dasar geologi struktur, Departemen Teknik Geologi ITB –
Bandung.

Namida S. 2001, Geologi Dasar, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi.

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Dasar Edisi Pertama. Bogor: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai