Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

Nama : Nabila Putri Kusuma

NPM : 140710200010

Waktu Praktikum : Rabu, 16.00 – 18.00

LABORATORIUM GEOFISIKA

DEPARTEMEN GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
MODUL-7

KOLOM STRATIGAFI

Rabu, 4 Oktober 2020

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Praktikan mampu memahami dan menjelaskan kolom stratigrafi.
1.2 Praktikan mampu memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip dan unsur pada
kolom stratigrafi.

II. ALAT DAN FUNGSI


2.1 Pensil warna
Untuk memberi warna untuk membantu mengidentifikasi.
2.2 Penggaris
Untuk membantu menggambar garis lurus.
2.3 Jangka
Untuk membuat suatu lengkungan/lingkaran.

III. TEORI DASAR


3.1 Pengertian Kolom Stratigrafi
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari
bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan,
menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan
batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
sejarah bumi.
Sedangkan kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang
menggambarkan susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau
satuan batuan mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi,
ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya.
3.2 Bagian Kolom Stratigrafi
Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi,
namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan ahli
geologi didalam menyajikan kolom stratigrafi. Penampang kolom stratigrafi
biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut sebagai berikut :

3.2.1 Umur
Kolom ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan umur batuan, untuk
mengisi kalom ini biasnya harus dilakaikan analisis umur batuan baik
berdasarkan fosil mupun radiometri. Untuk keperluan tersebut, yang standar
biasanya dilakukan analisis Paleontologi untuk itu harus dipilih contoh batuan
yang mangandung fosil. Sebaiknya penentuan umur paling tidak dilakukan
pada tiga level (bawah, tengah dan atas) dari satuan.

3.2.2 Satuan Batuan


Kolom ini diisi dengan penaman resmi (Kelompok, Formasi. Anggota, dll)
ataupun tidak resmi (berdasar kan ciri umumnya) dari satuan yang ada.

3.2.3 Ketebalan
Diisi berdasarkan data hasil parhitungan ketebalan.

3.2.4 Besar Butir dan Struktur Sedimen


Diisi berdasarkan hasil deskripsi lapangan mengenai besar butir dan struktur
sedimen, perlu diperhatikan pula letak dan perubahan besar butir dan struktur
sedimen. Gunakan simbol struktur sedimen yang sudah baku.

3.2.5 Litologi
Simbol litologi digambarkan berdasarkan dala litologi yang diamati di
lapangan. Ikutilah simbol-simbol yang sudah baku kalau ada simbol-simbol
yang perlu ditambahkan, misalnya adanya fosil Foram, sisa tumbuhan dan
sebagainya diletakkan pada bagian ini.

3.2.6 Deskripsi/Pemerian
Kolom pemerian ini diisi sesuai aturan yang telah umum atau yang mewakili
ciri satuan batuan yang digunakan dan sesuai dengan kebutuhan Hal ini bisa
sangat detail pada masing-masing lapisan yang dianggap penting, namun dapat
juga deskripsi agak umum yang mewakili ciri satuan batuan (hal ini biasanya
digunakan unluk keperluan pemetaan). Adapun urutan susunan pemerian
yang dianjurkan yaitu
▪ Nama satuan batuan hendaknya memakai ciri umum dari satuan batuan.
▪ Batuan utama dan sisipan atau perselingannya serta organisasi antar
lapisan.
▪ Pemerian litologi setiap lapisan (nama batuan, warna, tekstur, komposisi,
struktur sedimen, dan lain-lain).
▪ Hubungan dengan batuan di atas atau dibawahnya, misalnya hubungan
yang tegas atau tajam, berangsur batas erosi atau ketidakselarasan, kontak
patahan dan konak intrusi, dan lain-lain.

3.2.7 Fosil dianostik


Kandungan fosil yang dicantumkan pada kolom ini sebaiknya hanya fosil-fosil
yang diagnostik (untuk umur dan lingkungan pengendapan), hal tersebut untuk
memperkuat penafsiran umur dan lingkungan pengendapan.

3.2.8 Lingkungan pengendapan


Lingkungan pengendapan dapat ditentukan setelah melalui analisis baik yang
berdasarkan urutan vertikal (analisis stratigrafi) atau analisis fosil bentos.

3.3 Hal yang Mempengaruhi Stratigrafi


3.3.1 Pembentukan
Setiap lapisan memiliki genesa pembentukan yang berbeda-beda. Seperti pada
batuan beku ada intrusif dan ekstrusif.
3.3.2 Tempat
Setiap batuan terendapkan di tempat atau lingkungan geologi yang bermaca-
macam. Seperti di laut atau di darat.
3.3.3 Waktu
Waktu berpengaruh dalam pembentukan formasi batuan tersebut.
3.3.4 Perubahan Iklim
Dapat mempengaruhi pola perlapisan.
3.3.5 Pengaruh Zat Kimia
Berpengaruh pada perlapisan saat proses pelapukan.
3.4 Prinsip Stratigrafi
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi
adalah sebagai berikut :

3.4.1 Prinsip Superposisi


Prinsip ini yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya sedimen, lapisan
yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada lapisan-lapisan
yang telah mengalami pembalikan.

Gambar 3.4.1 Urutan umur batuan berdasarkan prinsip superposisi


(Sumber : https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasar-prinsip-
statigrafi/)

3.4.2 Prinsip Awal Horizontal (Original Horizontality)


Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh
gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari
pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi
setelah proses pengendapan. Pengecualian : Pada keadaan tertentu (lingkungan
delta, pantai, batugamping, terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring
yang disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan disebut Clinoform.

Gambar 3.4.2 Urutan umur batuan berdasarkan prinsip awal horisontal


(Sumber : https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasar-prinsip-
statigrafi/)
3.4.3 Azas Pemotongan (Cross Cutting)
Prinsip yang menyatakan bahwa ciri geologi yang memotong yang lain adalah
yang lebih muda dari kedua ciri tersebut.

Gambar 3.4.3 Urutan umur batuan berdasarkan asas pemotongan


(Sumber : https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasar-prinsip-
statigrafi/)

3.4.4 Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)


Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai
batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah
penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi
stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin
terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang
menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu :

Gambar 3.4.4 Menghubungkan Batuan yang Sama


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)
▪ Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya.

Gambar 3.4.5 Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

▪ Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama,
atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

Gambar 3.4.6 Penghilangan Lapisan Secara Lateral


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

▪ Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan


Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana
urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan
batuan diatasnya. Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan
batuan di bawah bidang ketidakselarasan.

Gambar 3.4.7 Gambar Pemancungan


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)
▪ Dislokasi karena sesar
Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan
terjadinya sesar atau patahan.

Gambar 3.4.8 Gambar Dislokasi


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

3.4.5 Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)


Hukum ini diperkenalkan oleh Abbel Girauld dan Soulavie. Mereka
menyimpulkan bahwa lapisan yang berbeda umur geologinya akan ditemukan
fosil yang berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan fosil yang
berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan lapisan yang ada diatasnya.
Fosil yang hidup pada masa sebelumnya akan digantikan (tertindih) dengan
fosil yang ada sesudahnya, dengan kenampakan fisik yang berbeda (karena
evolusi). Perbedaan fosil ini bisa dijadikan pembatas satuan formasi dalam
lithostatigrafi atau dalam koreksi statigrafi.

Gambar 3.4.9 Fosil lama tertimbun oleh fosil yang baru


(Sumber : https://teknikgeofisikadotcom.wordpress.com/2018/12/08/dasar-
prinsip-statigrafi/)
3.4.6 Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)
Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The Present is The
Key to The Past “, yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah
cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala
kejadian alam yang ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan
proses yang berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini
sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-
pegunungan besar, lembah serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu
malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi melalui proses alam yang berjalan
dengan sangat lambat. Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :
▪ Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.
▪ Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa
lampau namun dengan intensitas yang berbeda.

3.5 Keselarasan dan Ketidakselarasan


Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan
lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan. Kontak
antar formasi ataupun antar satuan batuan yang memiliki karakteristik yang sama,
dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini
terdiri dari dua jenis, yaitu :

3.5.1 Kontak Selaras (Conformity) yaitu hubungan yang terjadi antara dua lapisan
yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada
sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu :
1) Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang
menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga mudah
dibedakan. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa
perubahan litologi.
2) Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya
bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk
menentukannya mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis
kontak berangsur, yaitu:
▪ Kontak Progradasi
▪ Kontak Interkalasi
3.5.2 Kontak Lapisan Tidak Selaras (Unconformity) merupakan suatu hubungan
antara dua lapisan sejajar yang tidak terus menerus, terdapat selang waktu dan
juga ruang atau rongga saat pengendapan. Terdapat empat macam bidang
ketidakselarasan, yaitu:
1) Angular Unconformity, atau ketidakselarasan sudut, merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang
telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan
lapisan lain.

Gambar 3.5.1 Angular Unconformity


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

2) Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi


dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.

Gambar 3.5.2 Disconformity


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

3) Paraconformity atau keselarasan semu, yang menunjukkan suatu lapisan di


atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak
terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan
berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis
Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).

Gambar 3.5.3 Paraconformity


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

4) Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana


terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.

Gambar 3.5.4 Nonconformity


(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

3.6 Korelasi Antar Batuan


Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik
kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan
mempertimbangkan kesamaan waktu. Tujuannya adalah untuk mengetahui
persebaran lapisan-lapisan batuan atau satuan-satuan batuan secara lateral,
sehingga dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh dalam bentuk 3D. Berikut
ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:

3.6.1 Korelasi Lithostratigrafi


Menghubungkan lapisan-lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan jenis
litologinya. Catatan: Satu lapis batuan adalah satu satuan waktu pengendapan.
Gambar 3.6.1 Korelasi Lithostratigrafi
(Sumber : Pengantar Geologi Edisi Pertama)
Keterangan
: garis kesamaan litologi batuan

3.6.2 Korelasi Biostratigrafi


Menghubungkan lapisan-lapisan batuan didasarkan atas kesamaan kandungan
dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan.

Gambar 3.6.2 Korelasi Biostratigrafi


(Sumber : Pengantar Geologi Edisi Pertama)
Keterangan
: garis kesamaan kandungan fosil batuan

3.6.3 Korelasi Kronostratigrafi


Menghubungkan lapisan lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan umur
geologinya.

Gambar 3.6.3 Korelasi Kronostratigrafi


(Sumber : Pengantar Geologi Edisi Pertama)

Keterangan
: garis kesamaan umur geologi
: garis kesamaan litologi batuan

3.7 Unsur Stratigrafi


Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :
3.7.1 Elemen Batuan, menyangkut semua jenis batuan, baik sedimen, beku ataupun
metamorf. Namun pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk
dipelajari adalah batuan sedimen, karena memiliki perlapisan,
3.7.2 Unsur perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang
disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas
antar lapisan yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode pengendapan.
Gambar 3.7.1 Perlapisan Batuan
(Sumber : Departemen Pendidikan HMG UNPAD)

3.7.3 Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan
yang terdapat pada batuan sedimen dimana kenampakannya itu disebabkan
oleh proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi,
aktifitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen.
3.8 Contoh

Gambar 3.8.1 Contoh Kolom Stratigrafi


(Sumber : https://www.academia.edu/27495804/KOLOM_STRATIGRAFI)
DAFTAR PUSTAKA

Noor, D. (2009). Pengantar Geologi Edisi Pertama. Bogor: CV Graha Ilmu.


Ranteallo, R. N. (2015). Laporan Lapangan.
Stratigrafi dan Paleontologi. (2003). Departemen Pendidikan HMG UNPAD.

Anda mungkin juga menyukai