HALAMAN JUDUL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
MUH. AKRAM
WILDAN LAWIRA
RIRIN FEBRIYANTI
NI PUTU ELSY IRAWATI
KINANTI ANGGRAINY
NURFADILAH S. RANGA
IKA RUSTIANI
MELLYANA MENGKUDJI
B. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre-eklamsi dan
hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea
sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan
G. Pathway
Plasenta previa, rupture sentralis
dan lateralis, panggul sempit, pre- Section
eklamsia, partus lama caesarea
Luka post
operasi
Post anestesi
Merangsang
Penurunan kerja area Proteksi
otot eliminasi sensorik kurang
Akumulasi Penurunan
sekret peristaltik usus Gangguan Invasi
rasa bakteri
Bersihan nyaman
jalan
nafas Konstipasi
tidak Resiko
efektif Nyeri infeksi
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG
I. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru - paru
5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
J. Penatalaksanaan Medis Post SC
1. Perawatan awal
a. Letakan klien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
5. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian data umum
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
(plasenta previa)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta previa).
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema,
yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri),
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng
usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur,
adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
pelepasan mediator jam diharapkan nyeri klien intensitas nyeri
nyeri (histamin, berkurang / terkontrol dengan
- Identifikasi skala nyeri
prostaglandin) akibat kriteria hasil :
trauma jaringan dalam Klien melaporkan nyeri - Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
pembedahan (section berkurang / terkontrol Terapeutik
caesarea) Wajah tidak tampak
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
meringis
nyeri (mis, TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
Klien tampak rileks, dapat
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
berisitirahat, dan
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
beraktivitas sesuai
kemampuan - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC
Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif Obstetri social. Edisi
3. Jakarta: EGC.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC
III. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Riwayat Keluhan Utama : pada saat pengkajian pasien mengatakan nyari di bagian
bawah perut bekas luka operasi SC. Skala nyeri sedang (5). Nyeri seperti teriris-iris
Nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak mengusap bagian luka, luka jahitan
horizontal kurang lebih 10 cm tertutup verban dan tidak ada tanda-tanda infeksi,
pasien mengatakan badanya terasa lemas, sehingga semua aktivitas hanya di bantu
oleh keluarga.
3. Riwayat Obstetri
1. G : 7 P : 4 A:3
2. Pemeriksaan ANC :-
3. HPHT : 26 mei 2020
4. Penyakit selama kehamilan : pasien mengatakan tidak memiliki penyakit saat hamil
4. Riwayat Persalinan.
BB Ibu : 51 Kg TB Ibu : 155 Cm
Jenis Persalinan : ( ) Spontan ( ) Sectio cesarea ( ) Ektrasi
Vacum ( ) Forcep
5. Aktivitas/Istirahat.
1. Aktifitas sebelum Persalinanan : Berjalan dan mengobrol dengan suami
dan keluarga
2. Lama persalinan : 60 menit
3. Status Neurologis : ( ) CM ( ) Latergi ( ) Stupor ( ) Semikoma ( )
Koma
4. GCS : E4 M6 V5
6. Sirkulasi.
TD : 124/86 mmHg N : 80 x / Menit P : 26 x / Menit S : 36 oC
Ekstreamitas : Suhu () Hangat ( ) Acral dingin Warna : sawo matang
( ) Tanda Homen Jumlah kehilangan darah selama Persalinana (cc) : 700
() Conjungtiva anemis. ( ) Pembesaran kelenjar limfe : ……………………………….
7. Integritas Ego
1. Realitas pengalaman persalinan/kelahiran dan harapan sebelum melahirkan :
( ) Sesuai ( ) Tidak Sesuai
2. Reaksi Emosional : pasien merasa senang atas kehadiran sang buah hati
8. Eliminasi.
1. Waktu Berkemih terakhir : tgl 16-02-2021/10:40
2. Waktu defikasi terahir : tgl 15-02-2021/ 06:00
3. Bising Usus : 32 x/menit.
4. Urine Out Put/24 jam : 1050 cc
pagi: ± 600 cc
sore: ± 450 cc
- Frekwensi : Terpasang kateter
- Warna : Kuning
5. BAB
- Frekwensi : x/hari
- Warna :
- Konsistensi :
Hemoroid ( ) Palapasi kandung kemih ( ) Kateter ()
9. Makanan/Cairan.
1. Masukan oral terakhir : minum sedikit-sedikit melalui sendok
2. Mual ( ) Muntah ( )
3. Turgor Kulit : ( ) Lembab ( ) Kering
4. Edema : ( ) tidak ada ( ) Kaki ( ) Sakrum ( )
Tangan ( ) Wajah
5. Penampilan Lidah : Warna Merah Muda () Simetris ( )
Tidak simetris
6. Membran Mukosa : Warna Merah Muda ( ) Ulkus ( )
Radang ( ) Perdarahan
10. Neurosensori.
1. Sensasi ekstremitas bawah : () Terasa ( ) Tidak terasa
2. Derajat kekuatan otot :
3. Musculo Stretch Refleks : Bisep ( + ) Trisep ( + ) achiles ( + ) patella( + )
brachioradialis ( + )
11. Nyeri/Ketidaknyamanan.
1. Lokasi : Abdomen bagian bawah
2. Intensitas : Sedang (5)
3. Frekwensi : Hilang timbul
4. Kualitas : Teriris-iris
5. Penyabaran : Hanya di Area Abdomen
6. Faktor pencetus : Luka post SC
7. Ekspresi wajah : Meringis
8. Gerakan tubuh : Memegang area yang sakit
12. Keamanan.
1. Waktu rentang gerak : …………………………………………………
2. Riwayat intrapartum : ( ) HKK ( ) Hemoragi ( )
Transfusi
3. Kondisi perineum : ……………………………………………………….
4. Perbaikan pembedahan : ( ) Epistomi ( ) Laserasi
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
5. Ambulasi Post SC :
- Miring Kiri/Kanan : Pasien dapat bergerang miring kiri/kanan 6 jam setelah post
SC
- Duduk : Pasien sudah dapat duduk 24 jam setalah post SC
- Berdiri : Pasien sudah dapat berdiri 24 jam setalah post SC, jika pasien
tidak merasa pusing
- Berjalan : Pasien dapat berjalan 2 hari setelah post SC
13. Seksualitas.
1. Fundus : Posisi : Normal ( ) Keras ( ) Lunak
2. Lochia : Warna : merah Jumlah : 240-270 cc.
3. Payudara: ( ) Lunak ( ) Keras
4. Kolostrum : cairan bening kekuningan pekat dan langsung di berikan pada
bayi
5. Neaple : ( ) Cekung ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Lecet ( ) Kerak ASI
6. Areola mamae : Warna lebih gelap di sekitaran puting
7. REEDA.
Reakness : ………………………………………………………………………
Edema : ………………………………………………………………………
Ekimosis : ………………………………………………………………………
Discharge : ………………………………………………………………………
Appearance : ………………………………………………………………………
DO:
- Pasien nampak lemas dan
pucat
- Semua kebutuhan pasien
dibantu oleh keluarga
- Pasien nampak belum bisa
beraktivitas seperti biasanya
C. RENCANA KEPERAWATAN
Hari/ Dx.Kep Perencanaan
Tujuan Intervensi
Tgl
Selasa, Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi
16/02/ berhubungan keperawatan selama 2x24 - Identifikasi lokasi,
2021 dengan pelepasan jam diharapkan masalah karakteristik, durasi,
mediator nyeri nyeri akut dapat teratasi frekuensi, kualitas,
(histamin, dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
prostaglandin) - Pasien melaporkan - Identifikasi skala nyeri
akibat trauma nyeri Terapeutik
pembedahan berkurang/terkontrol - Berikan teknik
(section caesarea) - Wajah tidak tampak nonfarmakalogis untuk
meringis mengurangi rasa nyeri
- Pasien tampak rileks, (misalnya TENS,
dapat beristirahat dan hypnosis, akupresur,
beraktivitas sesuai terapi musik,
kemampuan biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat /dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan
tidur
- Pertimbangankan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 - Memonitor tanda dan
dengan peningkatan jam diharapkan masalah gejala infeksi lokal dan
kerentangan resiko infeksi dapat teratasi sistemik
terhadap bakteri dengan kriteria hasil : Teraupetik
sekunder - Tidak ada tanda - Batasi jumlah
pembedahan infeksi seperti pengunjung
demam - Berikan perawatan
- Tidak ada kulit pada area edema
kemerahan dan - Cuci tangan sebelum
pembengkakan dan sesudah kontak
disekitar luka dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi gangguan
dengan kelemahan jam diharapkan masalah fungsi tubuh yang
intoleransi aktivitas dapat mengakibatkan
teratasi dengan kriteria kelelahan
hasil: - Monitor kelelahan
- Perilaku fisik dan emosional
menampakkan - Monitor pola dan jam
kemampuan untuk tidur
memenuhi - Monitor lokasi dan
kebutuhan diri ketidak nyamanan
- Pasien selama melakukan
mengungkapkan aktivitas
mampu untuk Teraupetik
melakukan beberapa - Sediakan lingkungan
aktivitas tanpa nyaman dan rendah
dibantu stimulus
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
atau aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping uuntuk
mengurangi kelelahan
D. EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/ No.Dx.Kep Implementasi Evaluasi
Tgl
Selasa Nyeri Akut - Mengidentifikasi S : pasien
16/02/2021 berhubungan lokasi, karakteristik, mengatakan nyeri
dengan pelepasan durasi, frekuensi, dibagian bawah
18.30 wita mediator nyeri kualitas, intensitas perut bekas
(histamin, nyeri operasinya
prostaglandin) - Mengidentifikasi skala O:
akibat trauma nyeri - Pasien tampak
pembedahan - Memberikan teknik meringis
(section nonfarmakologis yaitu - Pasien terlihat
caesarea) dengan teknik relaksasi memegang area
benson nyeri
- Menjelaskan penyebab - Skala nyeri
priode dan pemicunya sedang (5)
nyeri A : Masalah belum
- Menjelaskan strategi teratasi
meredakan nyeri P : Lanjutkan
- Mengajarkan teknik intervensi
nonfarmakologis
seperti teknik relaksasi
benson