kultur tertentu yang sesuai dengan karakteristik Pada kebanyakan studi terapi gen, sebuah gen sel normal ditambalkan ke dalam genome untuk 3. Sel target yang telah dikultur kemudian menggantikan gen yang abnormal yang diinfeksi dengan retrovirus yang mengandung merupakan gen penyebab penyakit, Sebuah rekombinan gen dalam bentuk gen normal molekul pembawa yang disebut vektor harus untuk menggantikan gen abnormal pada sel dapat digunakan urtuk mengadarkan gen 4. Produksi rDNA dari RNA rekombinan (jika tempeutik kedalarn sel target pasien. Saat ini, vektor virus merupakan virus dengan materi vektor yang umum digunakan adalah virus yang genetik berupa RNA) dengan transkripsi balik secara genetik telah dihilangkan sifat patoget (reverse transcription) dan kemampuaanya untuk memperbanyak diri. 5. Translasi gen normal pada sitoplasma sel Virus tersebut kemudian mengantarkan gennya menghasilkan protein yang bertanggung jawab ke sel manusia. Para ahli mencoba untuk pada gen yang mengalami kerusakan (terjadi mencari keuntungan dari kemampuan ini dan integrasi antara gen target untuk terapi dengan memanipulasi genom virus untuk memindahkan gen pada sel yang dikultur gen penyebab penyakit dan menggantinya 6. Seleksi, perbanyakan, dan pengujian sel yang dengan gen terapeutik. Vektor kemudian akan telah ditransfeksi untuk mendapatkan sel mencurahkan material genetiknya yang normal yang gen abnormalnya telah berhasil mengandung gen terapeutik manusia ke daiam digantikan oleh gen baru sel target. Produk protein fungsional yang 7. Injeksi kembali sel yang telah berhasil dihasilkan dari gen terapeutik akan direkayasa dengan terapi gen ke dalam jaringan memperbaiki sel target menjadi be nuk normal. atau organ pasien. Penghantaran Ex vivo Penghantaran In vivo Dalam sistem ini, sel-sel penerima yang sebelumnya diambil dari jaringan target atau Dalam sistem ini, vektor gen yang membawa sumsum tulang dikultur secara in vitro dan gen terapeutik secara langsung dimasukkan ke kemudian dimasukkan kembali kedalam tubuh jaringan target atau organ, melalui injeksi pasien setelah transfer gen terapeutik. Untuk sistemik, injeksi in situ, obat oral atau meningkatkan keberhasilan terapi, sel yang semprot,dimana teknik injeksi in situ lokal pada telah ditransfeksi secara positif diseleksi dari jaringan tumor paling sering dilakukan. Terapi total sel untuk implantasi, yang merupakan gen secara in vivo melibatkan proses transduksi kelebihan dari pemberian secara ex vivo. secara langsung di dalam tubuh, lebih mudah Namun, kekurangan dari sistem penghantara ex dilaksanakan dan dikembangkan dalam skala vivo adalah prosesnya kompleks dan tertentu, dan tidak membutuhkan fasilitas kelangsungan hidup sel yang dimasukkan khusus karena injeksi atau transfer gen bisa kembali rendah. Metode terapi gen secara ex dilakukan dengan metode umum maupun vivo terdiri dari beberapa langkah : menggunakan biolistic gene. terapi gen secara 1. Isolasi sel yang memiliki gen abnormal dari in vivo memiliki spesifitas dan efisiensi yang pasien penderita penyakit tertentu. lebih rendah dibandingkan terapi gen secara ex vivo. VEKTOR DALAM TERAPI GEN oleh sistem tubuh penderita sehingga tidak akan menimbulkan reaksi alergi ataupun Sistem vektor ini dapat dibagi menjadi dua inflamasi. Penyisipan gen target via vektor kategori: sistem vektor nonviral dan viral. tersebut harus aman bagi penderita dan Metode Viral biasanya menawarkan efisiensi lingkungan. Vektor penyisipan gen juga harus transduksi yang lebih tinggi dan ekspresi gen mampu untuk memfasilitasi ekspresi gen target jangka panjang, tetapi mungkin dapat terkait sepanjang terapi tersebut dibutuhkan, bahkan dengan toksisitas, imunogenisitas, sepanjang umur penderita. Penyisipan gen pada mutagenisitas, ketidakmampuan untuk terapi gen umumnya menggunakan vektor mentransfer gen ukuran besar dan biaya tinggi. berupa virus (viral vector) maupun senyawa Metode non-viral memberikan keuntungan atau molekul selain virus (non viral vector). relatif aman, kemampuan untuk mentransfer Transfer gen pada terapi gen dengan gen ukuran besar, toksisitas kurang dan menggunakan vektor berupa virus disebut persiapan mudah; mereka juga dapat sebagai transduksi sedangkan transfer dengan dimodifikasi dengan ligan untuk jaringan atau vektor selain virus disebut sebagai transfeksi. target spesifik sel. Namun, metode non-viral Vektor yang ideal sebaiknya mampu menunjukkan keterbatasan efisiensi transfeksi mengantarkan gen ke tipe sel spesifik, rendah dan ekspresi transgen yang rendah. mengakomodasi gen asing untuk menyesuaikan Non-viral vector systems ukurannya, mencapai level dan durasi ekspresi transgenik yang mampu memperbaiki Vektor non-viral terdiri dari vektor kimia, vektor kerusakan atau ketidaknormalan gen, serta biologi dan metode fisik transfer Gen untuk bersifat aman dan nonimunogenik memperkenalkan DNA telanjang (DNA plasmid), molekul RNA, atau oligonukleotida ke sel penerima. Vektor virus yang paling umum dalam terapi gen pada penyakit kanker adalah adenovirus (Adv), retrovirus (RV), virus adenoassociated (AAV), lentivirus, herpes simplex virus (HSV), virus influenza, virus penyakit Newcastle, virus cacar, dan virus EpsteinBarr (EBV).
Transfer Gen
Vektor yang akan digunakan untuk penyisipan
gen pada terapi gen harus memenuhi beberapa karakteristik, yaitu memiliki spesifitas yang tinggi, mampu secara efisien menyisipkan satu atau lebih gen dengan ukuran tertentu, tidak dikenali oleh sistem imun tubuh penderita, dan dapat dipurifikasi dalam jumlah yang besar. Vektor pembawa gen target harus tidak dikenali