Anda di halaman 1dari 10

Desain Pembelajaran Matematika Berbasis Hypothetical Learning

Trajectory (HLT) pada Pokok Bahasan Peluang Siswa Kelas VIII

Ahmad1, Fajar1,a), dan Nurhalyza1,b)

1
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar
a)
Fajar.arwadi53@unm.ac.id
b)
nurhalyzailham@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain pembelajaran berbasis Hypothetical
Learning Trajectory (HLT) yang membuat siswa SMP kelas VIII memahami konsep peluang dan
meningkatkan keterampilan mereka dalam menyelesaikan masalah pada pokok bahasan peluang. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian Design research dengan 2 siklus tahapan desain. Pada
penelitian ini, HLT dibuat sebagai dugaan dari rangkaian aktivitas dalam pembelajaran yang terus
mengalami perbaikan sesuai dengan siklus uji coba hingga didapatkan desain pembelajaran yang
diharapkan. Dari hasil wawancara maupun pengamatan terhadap tahapan belajar siswa, didapatkan
bahwa sebagian besar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran setelah melakukan serangkaian
aktivitas pada LAS dan hasil kerja merekapun sesuai dengan HLT yang telah disusun. Desain
pembelajaran yang dihasilkan, terdiri dari tahapan belajar dimana siswa mula-mula dipastikan untuk
mengenal setiap istilah dalam materi peluang serta dengan jelas mengetahui mengenai media dadu dan
koin yang digunakan. Selanjutnya, siswa diarahkan untuk mengambil suatu keputusan yang adil dari
suatu masalah kemudian menyimpulkan mengenai hal tersebut. Aktivitas selanjutnya yakni, siswa
melakukan pengundian dengan menggunakan koin dan dadu sebanyak mungkin dan kemudian diarahkan
untuk menemukan konsep peluang empirik. Pada aktivitas berikutnya, siswa dikenalkan dengan ruang
sampel, titik sampel serta peluang teoritik. Dan selanjutnya, siswa mengundi sedotan bewarna dengan
terus menambah jumlah pelemparan hingga akhirnya siswa mampu untuk membandingkan nilai peluang
empirik dan teoritik yang diperoleh.
Kata Kunci: Design research, Hypothetical Learning Trajectory, Dugaan Lintasan Belajar, Peluang.

Abstract. This study aims to produce a design of mathematics learning based on the Hypothetical
Learning Trajectory (HLT) that makes students of grade VIII junior high school understand the concept
of probability and improve their skills in solving problems on the subject of probability. The research
method used was Design research with two cycles of design stages. In this study, HLT was made as a
hypothesis of learning activities that continued to improve according to the trial cycle until the expected
learning design was obtained. From the results of interviews and observations of the stages of student
learning, it was found that most of the students were able to achieve the learning objectives after carrying
out a series of activities on the LAS and their work in accordance with the HLT that had been prepared.
The resulting learning design consists of a learning phase where students are first ascertained to
recognize each term in the probability topic and know about the dice and coins used. Next, students are
directed to take a fair decision of a problem and then conclude it. The next activity are, students
conducted the experiments with coins and dice as many as possible and then directed to find the concept
of empirical probabilities. In the next activity, students are introduced to the sample space, sample points,
and theoretical probabilities. And then, students draw the colorful straws by continuing to increase the
number of the trial until the students can compare the value of empirical and theoretical probabilities
obtained.
Keywords: design research, Hypothetical Learning Trajectory, Probability.

PENDAHULUAN
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan
matematika dunia. Sesuai dengan tuntunan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan
pandangan tentang pembelajaran matematika, terjadilah perubahan orientasi pendidikan
matematika di dunia yang juga mempengaruhi orientasi pendidikan matematika di Indonesia.
Perubahan orientasi pendidikan matematika di Indonesia ditandai dengan perubahan paradigma
kurikulum di Indonesia, yaitu dengan munculnya sistem kurikulum berparadigma konstruktivis,
seperti Kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 (Permendikbud, 2013) pembelajaran berpusat
pada peserta didik yang artinya peserta didik sebisa mungkin diberikan kesempatan untuk untuk
mengkonstruk ilmu pengetahuannya sesuai dengan pendekatan konstruktivisme. Oleh karena
itu, pendidik diharuskan memiliki kompetensi pedagogik dalam merancang pembelajaran yang
relevan dengan paradigma konstruktivis tersebut.
Masalah sesungguhnya yang dihadapi pendidik dalam dunia pendidikan saat ini adalah
bagaimana menghadirkan pembelajaran (proses dan kegiatan) sedemikian sehingga dapat
menstimulus peserta didik secara aktif untuk belajar guna menguasai pengetahuan,
keterampilan, atau sikap tertentu (Putrawangsa, 2018). Untuk menyelesaikan masalah di atas,
maka dipandang perlu untuk melakukan pengembangan rancangan pembelajaran guna
menemukan proses, kegiatan atau bentuk pembelajaran yang berkualitas (efektif, efisien, dan
praktis) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diaharapkan. Dalam hal inilah, mengapa
rancangan atau desain pembelajaran diperlukan.
Alternatif metode dalam desain pembelajaran adalah design research. Terdapat dua aspek
penting yang berkaitan dengan design research, yaitu Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
dan Local Instruction Theory (LIT). Istilah Hypothetical Learning Trajectory (HLT) atau
dugaan lintasan belajar pertama kali diperkenalkan oleh Simon dan Ron (1995) dengan
mempertimbangkan kesulitan belajar pada siswa. HLT digunakan untuk membimbing proses
percobaan pembelajaran agar sesuai dengan spesifikasi materi dan hipotesis pembelajaran yang
sudah ditentukan.
Penelitian ini ditunjang dengan beberapa penelitian terkait yang dilakukan sebelumnya seperti
penelitian yang dilakukan oleh Wilson, Sztajn, dan Edgington (2015) yang membahas tentang
meningkatnya perhatian nasional terhadap Learning Trajectories (LT) siswa untuk
mengeksplorasi cara-cara yang dapat digunakan guru dalam menggunakan pemikiran siswa
dalam pengajaran mereka. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa LT dapat
berfungsi sebagai referensi untuk praktik pembelajaran yang berpusat pada siswa, pedoman
menjembatani untuk instruksi yang berpusat pada siswa dengan pemahaman spesifik domain
dari pemikiran siswa untuk guru. Adapula penelitian Safriani (2018) mengenai penerapan
Hypothetical Learning Trajectory (HLT) untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, bahan ajar yang dikembangkan dapat memberikan pemahaman
kepada siswa tentang materi eksponen.
Desain pembelajaran yang dikembangkan akan menggunakan pendekatan RME. Realistic
Mathematics Education (RME) adalah teori instruksi pembelajaran spesifik yang menyediakan
pedoman dalam mengkonstruksi atau menemukan kembali matematika pada suatu instruksi
pembelajaran yang berawal dari suatu permasalahan (Gravemeijer, 2004).
Penelitian terkait dilakukan oleh Fauzan, Armiati dan Ceria (2018). Penelitian ini tentang peran
Learning Trajectory (LT) dalam meingkatkan penalaran siswa ketika mereka belajar aritmatika
sosial menggunakan pendekatan RME. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LT dapat
membantu siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep dalam aritmatika sosial. Para siswa
lebih percaya diri untuk menggunakan strategi mereka sendiri dalam memecahkan masalah
kontekstual. Yang terpenting, ditemukan peningkatan dalam penalaran matematika siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu desain pembelajaran berbasis
Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang dapat membuat siswa SMP kelas VIII
memahami konsep peluang dan meningkatkan keterampilan mereka dalam menyelesaikan
masalah pada pokok bahasan peluang.
Pemahaman konsep itu sendiri merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam
memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan
tepat. Adapun mengenai keterampilan siswa, dapat berupa keterampilan dalam menyelesaikan
tugas-tugas dan gerakan fisik atau kemampuan bertindak. Keterampilan ini juga mencakup
aspek sosial seperti keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan mengoperasikan alat-alat
tertentu.
Penelitian yang mengkaji tentang pemahaman konsep dan keterampilan siswa yakni penelitian
oleh Fahrudhin, Zuliana, Bintoro (2018), yang meneliti tentang peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model Realistic Mathematic Education
berbantu alat peraga BongPas.hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa meningkat setelah diterapkannya model RME berbantu alat peraga
BongPas. Penelitian lain yakni penelitian oleh Astuti (2018) yang meneliti tentang hasil belajar
matematika siswa denga pendekatan RME. Hasilnya menunjukkan bahwa, penerapan
pendekatan RME dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa baik dalam pengetahuan,
sikap maupun keterampilannya.

KAJIAN PUSTAKA

Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

HLT digunakan untuk membimbing proses percobaan pembelajaran agar sesuai dengan
spesifikasi materi dan hipotesis pembelajaran yang sudah ditentukan (Lidnillah, 2012).
Pentingnya Hypothetical Learning Trajectory bisa dianalogikan dengan perencanaan rute
perjalanan. Jika kita memahami rute-rute yang memungkinkan untuk menuju tujuan kita, maka
kita bisa memilih rute yang baik. Selain itu, kita juga bisa menyelesaikan permasalahan yang
kita hadapi dalam perjalanan jika kita paham rute tersebut. Menurut Simon dan Ron (1995), ada
tiga komponen utama dari dugaan lintasan belajar, yaitu: tujuan pembelajaran (learning goals),
kegiatan pembelajaran (learning activities) dan hipotesis proses belajar siswa (hypothetical
learning process).
Produk akhir dari HLT yang telah dirancang, diimplementasikan, dan dianalisis hasil
pembelajarannya, disebut LIT. Local Instruction Theory (LIT) merupakan sebuah teori tentang
proses pembelajaran yang mendeskripsikan lintasan pembelajaran pada suatu topic tertentu
dengan sekumpulan aktivitas yang mendukungnya (Gravemeijer dan Eerde, 2009). Disebut teori
lokal karena teori tersebut hanya membahas pada ranah yang spesifik (domain-specific), yaitu
topik yang spesifik pada pembelajaran tertentu.
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Wirda Safriani (2018) mengenai penerapan Hypothetical
Learning Trajectory (HLT) untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, bahan ajar yang dikembangkan dapat memberikan pemahaman kepada
siswa tentang materi eksponen pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
Penelitian terkait lainnya, dilakukan oleh Kurniawan (2017) yang melakukan pengembangan
desain pembelajaran pemecahan masalah matematika melalui pemodelan matematika. Hasil
analisis retrospekctifnya menunjukkan bahwa, desain pembelajaran yang disusun dapat
memunculkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika melalui pemodelan
matematika.
Keterampilan Siswa

Pada Penelitian kali ini, desain pembelajaran yang akan dihasilkan nantinya diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pokok bahasan peluang. Adapun
bentuk keterampilan dapat berupa keterampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan gerakan
fisik atau kemampuan bertindak. Keterampilan ini juga mencakup aspek sosial seperti
keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan mengoperasikan alat-alat tertentu. Adapun
pengelompokkan keterampilan dalam ranah psikomotorik Bloom menjadi 5 kategori seperti
disajikan dalam Tabel 1.

TABEL 1 Kategori belajar domain psikomotorik


Level Karakteristik
Imitasi Mengembangkan model keterampilan
Manipulasi Melaksanakan keterampilan secara independen
Ketepatan Mempraktikkan keterampilan dengan tepat
Artikulasi Mengintegrasikan gerakan secara benar
Naturalisasi Mempraktikkan keterampilan secara alami
(Jufri, 2013)

Beberapa penelitian terkait peningkatan pada ranah keterampilan siswa yakni penelitian oleh
(Astuti, 2018; Nurwidayanti, 2013). Mereka meneliti tentang upaya peningkatan hasil belajar
matematika siswa dengan pendekatan RME. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan RME dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa baik dalam pengetahuan,
sikap maupun keterampilan pemecahan masalahnya.

Pemahaman Konsep Siswa

Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran, karena
dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi
pelajaran. Pemahaman konsep merupakan dasar utama dalam pembelajaran matematika.
Herman (2005) menyatakan bahwa belajar matematika itu memerlukan pemahaman terhadap
konsep-konsep, konsep-konsep ini akan melahirkan teorema atau rumus. Kemampuan
pemahaman konsep matematika menginginkan siswa mampu memanfaatkan atau
mengaplikasikan apa yang telah dipahaminya ke dalam kegiatan belajar. Jika siswa telah
memiliki pemahaman yang baik, maka siswa tersebut siap memberi jawaban yang pasti atas
pernyataanpernyataan atau masalah-masalah dalam belajar.
Adapun indikator – indikator pemahaman konsep matematis siswa berdasarkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), antara lain ;
a. Menyatakan ulang sebuah konsep
b. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
d. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah
Penelitian yang mengkaji tentang pemahaman konsep dan keterampilan siswa yakni penelitian
oleh Fahrudhin, Zuliana, Bintoro (2018), yang meneliti tentang peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model Realistic Mathematic Education
berbantu alat peraga BongPas.hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa meningkat setelah diterapkannya model RME berbantu alat peraga
BongPas.
Penelitian lain yang juga mengkaji tentang pemahaman konsep siswa yakni penelitian oleh
Matitaputty (2016) yang mengembangkan desain pembelajaran matematika dengan pendekatan
etnomatematika pada materi nilai tempat. Hasilnya menunjukkan bahwa desain pembelajaran
yang dikembangkan dapat membuat pemahaman siswa terhadap konsep nilai tempat
berkembang dari level informal ke level formal.

Tinjauan Pembelajaran Peluang

Sesuai dengan Kurikulum 2013 dan Lampiran Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, KI
dan KD pada materi peluang dideskripsikan dalam tabel 2.
TABEL 2. Deskripsi KI dan KD Kurikulum 2013
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3 Memahami pengetahuan 3.10 Menemukan peluang
(faktual, konseptual, dan empirik dari data luaran
prosedural) berdasarkan (output) yang mungkin
rasa ingin tahunya diperoleh berdasarkan
tentang ilmu sekelompok data
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian
tampak mata.

4 Mencoba, mengelolah 4.9 Melakukan percobaan


dan menyaji dalam ranah untuk menemukan
konkret (menggunakan, peluang empirik dari
mengurai, merangkai, masalah nyata serta
memodifikasi, dan menyajikannya dalam
membuat) dan ranah bentuk tabel dan grafik.
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan Desain pembelajaran berbasis
Hypothetical Learning Trajectory pada pokok bahasan peluang siswa SMP kelas VIII adalah
penelitian Design research. Adapun secara keseluruhan, tahapan yang dilalui dalam penelitian
design research menurut Greivemeijer dan Cob (2006) yakni Preliminary Design (Desain
Pendahuluan) dimana pada tahapan ini, peneliti mengembangkan urutan aktivitas pembelajaran
yang berisi dugaan lintasan belajar (Hypothetical Learning Trajectory) dan mendesain
instrumen untuk mengevaluasi proses pembelajaran. Selanjutnya, tahap Design experiment yang
dilakukan dalam dua siklus pembelaran. Diawali dengan percobaan pengajaran pada siklus I
untuk menguji desain dugaan lintasan belajar awal pembelajaran sebelum diimplementasikan
dalam percobaan rintisan pada siklus II. Selanjutnya pada tahap analisis retrospektif, peneliti
mengevaluasi keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, mengamati
kemajuan belajar dari siswa, dan menginformasikan kemajuan kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Subjek
dalam penelitian adalah dua kelas VIII di mana akan diterapkan siklus I untuk kelas VIII.8 dan
siklus II untuk kelas VIII.6 pada penerapan desain pembelajaran berbasis Hypothetical Learning
Trajectory (HLT) pada pokok bahasan peluang.
Untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan selama penelitian, peneliti menggunakan
instrument berupa Lembar Aktivitas Siswa (LAS), catatan lapangan, pedoman wawancara, dan
lembar observasi keterampilan siswa. Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah
transkrip wawancara siswa, wawancara guru, transkrip rekaman video, serta hasil pekerjaan
siswa pada bahan ajar yang telah dibuat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Tahap 1: Preliminary Design

Pada tahap ini, peneliti melakukan pretest materi prasyarat siswa yang menunjukkan bahwa
89% dari siswa mengalami masalah pada konversi bentuk pecahan, wawancara dengan guru
matematika berpengalaman dan diperoleh bahwa antusias siswa dalam mempelajari materi
peluang akan besar jika menggunakan suatu media pembelajaran yang juga akan berpengaruh
terhadap pemahamannya., serta peneliti juga mengkaji beberapa literature baik dari segi materi
peluang maupun learning trajectory terkait dengan materi tersebut, sebagai dasar untuk
mengembangkan desain awal dugaan lintasan belajar serta Lembar Aktivitas Siswa yang akan
diterapkan pada tahap selanjutnya.

Tahap 2: Pilot Experiment

Berikut tabel 3 merupakan perbandingan antara dugaan lintasan belajar yang di desain dengan
hasil Design Experiment pada kelas VIII 8 untuk siklus I.
TABEL 3 Perbandingan antara Dugaan Lintasan Belajar yang di desain dengan hasil Pilot
Experiment
Dugaan Lintasan Belajar Hasil Pilot Experiment

Siswa bingung dalam hal melengkapi Siswa bingung dalam


tabel yang ada. melengkapi tabel yang ada
pada LAS 1 karena
ketidakpahaman mereka
terhadap maksud dari
judul masing-masing
kolom, misal turus dan
banyak muncul.

Siswa yang melakukan pelemparan Siswa ketika selesai


koin maupun dadu, melakukannya melakukan percobaan dan
lebih atau bahkan kurang dari menghitung turus siswa
pelemparan yang ditentukan pada baru menyadari bahwa
lembar aktivitas. jumlah turus tidak sesuai
dengan total jumlah
percobaan.
Karena ketidakpahaman yang jelas Siswa menuliskan turus
terhadap instruksi aktivitas, siswa pada tabel aktivitas 2-1
justru melakukan percobaan undian yang menunjukkan
sedotan dan tidak memprediksinya. mereka telah melakukan
suatu percobaan
pengundian sedotan yang
harusnya tidak dilakukan
sebab aktivitas 2-1 hanya
menginstruksikan untuk
melakukan prediksi
kemunculan sedotan.

Tahap 3: Retrospective Analysis

Pencapaian siswa dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada tahap Pilot Experiment
setelah mengerjakan LAS 1 pada siklus 1yakni dari 6 kelompok yang terbentuk, 2 kelompok
tepat dalam menjelaskan cara mengambil keputusan yang fair atau adil, 5 kelompok terampil
dalam pemecahan masalah terkait percobaan lempar koin dan dadu, 3 kelompok dapat
menemukan konsep peluang empirik suatu percobaan, serta 5 kelompok mampu menemukan
nilai peluang empirik dari suatu percobaan lempar koin dan dadu yang telah dilakukan.
Sedangkan untuk LAS 2, 2 kelompok mampu menentukan ruang sampel dan titik sampel, 3
kelompok mampu menjelaskan pengertian peluang teoritik suatu kejadian, dan 2 kelompok
mampu menemukan peluang empirik dari masalah nyata serta membandingkannya dengan
peluang teoritik.

Siklus 2

Tahap 1: Preliminary Design

Dari segi alur belajarnya, pada awal pembelajaran guru tidak lagi mendiskusikan mengenai
dadu dan koin secara terbuka kepada semua kelompok didepan kelas, namun hanya membiarkan
siswa menyampaikan pendapat mereka pada LAS 1 aktivitas 1-1 untuk masing-masing
kelompok. Alhasil waktu yang awalnya dialokasikan untuk diskusi kelas, peneliti gunakan
untuk menjelaskan petunjuk-petunjuk aktivitas yang akan siswa kerjakan agar tidak terjadi lagi
kebingungan saat mengerjakannya seperti yang telah terjadi pada siklus 1. Peneliti juga lebih
menekankan kepada siswa untuk tidak bertanya sebelum membaca instruksi aktivitas dengan
seksama.
Mengenai LAS, kekurangan – kekurangan yang terdapat pada LAS siklus 1, dibenahi dan
dilengkapi sehingga diperoleh desain awal dugaan lintasan belajar untuk kemudian diterapkan
pada siklus 2. Perbaikan pada LAS 1 meliputi, perlunya tambahan instruksi/arahan berupa isian
titik pada soal nomor 2 aktivitas 2-1, perlu penekanan pada kata kunci aktivitas, tabel perlu
dilengkapi dengan kolom turus, tabel akan dilengkapi baris “jumlah banyak muncul” serta
memperjelas perintah soal pada aktivitas 1-1. Setelah dipastikan bahwa segala perbaikan dari
dugaan lintasan belajar maupun LAS yang akan diterapkan pada siklus 2 telah rampung, maka
dugaan lintasan belajar dan LAS tersebutpun siap untuk digunakan.

Tahap 2: Teaching Experiment

Berikut tabel 4 merupakan perbandingan antara dugaan lintasan belajar yang di desain dengan
hasil Design Experiment pada kelas VIII 6 untuk siklus 2.
TABEL 4 Perbandingan antara Dugaan Lintasan Belajar yang di desain dengan hasil Teaching
Experiment
Dugaan Lintasan Belajar Hasil Teaching
Experiment
Siswa tidak lagi bingung terhadap Untuk mengantisipasi
turus akibat telah dijelaskan terlebih kesalahan yang telah terjadi
dahulu diawal pembelajaran. pada siklus 1, maka peneliti
menjelaskan terlebih dahulu
mengenai turus diawal
pembelajaran agar tidak ada
lagi kebingungan yang
terjadi pada siswa.

Karena telah dilengkapi dengan Siswa tidak lagi melakukan


tambahan baris jumlah pada akhir percobaan yang lebih atau
tabel percobaan, siswa tidak lagi kurang dari ketentuan
melakukan percobaan pelemparan percobaan yang seharusnya
yang tidak sesuai dengan banyak sebab tabel aktivitas pada
percobaan yang diinstruksikan pada LAS 1 telah dilengkapi
aktivitas 2-1 dan aktivitas 2-2. dengan baris jumlah pada
akhir tabel percobaan. Jadi
siswa dapat lebih
memperhatikan jumlah
hasil yang muncul untuk
disesuaikan dengan
banyaknya percobaan.
Siswa dalam memprediksi jumlah Siswa memprediksi jumlah
sedotan warna yang akan muncul, sedotan yang akan muncul
tetap menyesuaikannya dengan jumlah sesuai dengan jumlah
keseluruhan sedotan. percobaan yang ditetapkan
pada aktivitas 2-1 yakni 50
kali.

Tahap 3: Retrospective Analysis

Pencapaian siswa dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada tahap Teaching
Experiment setelah mengerjakan LAS 1 pada siklus 2 yakni dari 4 kelompok yang terbentuk, 2
kelompok tepat dalam menjelaskan cara mengambil keputusan yang fair atau adil, 3 kelompok
terampil dalam pemecahan masalah terkait percobaan lempar koin dan dadu, 3 kelompok dapat
menemukan konsep peluang empirik suatu percobaan, serta 3 kelompok mampu menemukan
nilai peluang empirik dari suatu percobaan lempar koin dan dadu yang telah dilakukan.
Sedangkan untuk LAS 2, 3 kelompok mampu menentukan ruang sampel dan titik sampel, 2
kelompok mampu menjelaskan pengertian peluang teoritik suatu kejadian, dan 1 kelompok
mampu menemukan peluang empirik dari masalah nyata serta membandingkannya dengan
peluang teoritik.
Dari hasil analisis lembar observasi keterampilannya, diperoleh skor 91,5% dan dinyatakan taraf
keberhasilan proses pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah pada
pokok bahasan peluang dalam desain pembelajaran berbasis dugaan lintasan belajar yakni
sangat baik. Sedangkan dari hasil wawancara mengenai pemahaman konsep, 4 dari 5 subjek
yang diwawancara telah mampu memahami konsep peluang dengan baik berdasarkan indikator
oleh BSNP.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis retrospektif yang telah dipaparkan yang dilihat dari hasil wawancara
maupun pengamatan terhadap tahapan belajar, dihasilkan suatu desain pembelajaran berbasis
Hypothetical Learning Trajectory pada pokok bahasan peluang yang dapat membuat siswa
SMPN kelas VIII memahami konsep peluang dan meningkatkan keterampilan mereka dalam
menyelesaikan permasalahan terkait pokok bahasan tersebut. Desain pembelajaran yang
dihasilkan terdiri dari rangkaian aktivitas, dimulai dengan penguatan penguasaan materi
prasyarat siswa, dilanjutkan dengan pengenalan istilah- istilah penting dalam pokok bahasan
peluang tersebut. Tak lupa, penjelasan dari guru mengenai berbagai instruksi pelaksanaan
rangkaian aktivitas yang akan dilakukan juga sangat penting. Aktivitas diawali dengan siswa
yang mula-mula dipastikan untuk mengetahui jelas terkait nama serta kegunaannya sebagai alat
undian yang akan digunakan pada aktivitas ini dan juga umumnya digunakan dalam pengundian
pada materi peluang, selanjutnya siswa diarahkan untuk mengambil suatu keputusan yang adil
dari suatu masalah yang diberikan dengan menggunakan alat undian tersebut kemudian
menyimpulkan mengenai pengertian keputusan yang adil atau fair. Aktivitas selanjutnya yakni
siswa melakukan pengundian dengan menggunakan uang koin dan dadu kemudian diminta
untuk mencatat hasilnya pada tabel yang telah disediakan dan diarahkan untuk menghitung nilai
hasil bagi antara banyak muncul (f) dengan banyak percobaan yang telah dilakukan. Yang di
mana hitungan tersebutlah yang merupakan nilai peluang empirik, lalu siswa diminta untuk
menyimpulkan mengenai peluang empirik baik pengertian maupun rumusnya berdasarkan
berbagai percobaan yang telah dilakukan. Pada aktivitas selanjutnya, siswa diminta untuk
melengkapi tabel berdasarkan instruksi aktivitas yang diberikan, siswa diminta melengkapi
semua hasil yang mungkin, kejadian yang mereka inginkan serta hasil bagi dari banyaknya
( )
kejadian yang mereka inginkan tersebut dengan banyaknya semua hasil yang mungkin ( ( ) ).
Kemudian dari percobaan yang telah dilakukan, siswa diarahkan dengan kata kunci “jika S
merupakan ruang sampel dan n(S) merupakan banyaknya titik sampel” untuk menjelaskan
( )
apakah yang dimaksud dengan ruang sampel dan titik sampel. Berbekal info bahwa jika ( )
merupakan peluang teoritik, maka siswa juga diminta untuk menjelaskan mengenai apakah yang
dimaksud peluang teoritik. Untuk lebih membentuk pemahaman siswa mengenai peluang
teoritik, maka diberikan aktivitas untuk menentukan nilai peluang teoritik dari suatu masalah
yang diberikan. Siswa juga diminta untuk melakukan percobaan undian sedotan bewarna untuk
menentukan nilai peluang empiriknya kemudian terus menambah jumlah percobaan hingga
akhirnya siswa mampu untuk membandingkan nilai peluang empirik dan teoritiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti. (2018). Penerapan Realistic Mathematics Education (RME) Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VI SD. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol
1(1).
BSNP. (2006). Permendikbud RI. No. 22. Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Fahrudhin, G. A., Zuliana, E.,& Bintoro, S.H.(2018). Peningkatan Pemahaman Konsep
Matematika Melalui Realistic Mathematics Education Berbantu Alat Peraga BongPas.
ANARGYA:Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol 1(1).
Fauzan, A., Armiati, A.,& Ceria, C. (2018). A Learning Trajectory for Teaching Social
Arithmetic Using RME Approach. IOP Science Publishing. Vol(335).
Gravemeijer, K., & Cobb, P. (2006). Design Research from A Learning Design Perspective.
London: Routledge Taylor and Francis Group.
Gravemeijer, K.,& Errde, V. (2009). Design Research as a Means for Building a Knowledge
Base for Teaching in Mathematics Education. The Elementary School Journal. Vol
109(5).
Gravemeijer,K. (2004). Local Instructional Theories as Means as Support for Teacher in
Reform Mathematics Education. Journal for Research for Mathematics Education. Vol
25(5).
Jufri, Wahab. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Kurniawan, H.T. (2017). Pengembangan Desain pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
Melalui Pemodelan Maatematika. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Lidnillah, M. A. (2012). Design Research sebagai Model Penelitian Pendidikan. Kegiatan
Pembekalan Penulisan Skripsi Mahasiswa S1 PGSD UPI. Tasikmalaya.
Matitaputty, C. (2016). Desai Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Etnomatematika
pada Materi Nilai Tempat Kleas 2 Sekolah Dasar. LEMMA. Vol 3(1).
Permendikbud. (2013). Permedikbud Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, materi
matematika kelas VII semester 2. Jakarta: Kemendikbud.
Permendikbud. (2013). Permedikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.
Putrawangsa, S. (2018). Desain Pembelajaran. Mataram: CV. Reka Karya Amerta (Rekarta).
Safriani,W. (2018). Penerapan Hypothetical Learning Trajectory (HLT) Untuk Mendeskripsikan
Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 2 Langsa. Kementerian Agama Republik Indonesia,
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Langsa.
Simon, M. A.,& Ron, T. (1995). Explicating the Role of Mathematical Tasks in Conceptual
Learning : An Elaboration of the Hypothetical Learning Trajectory. Mathematical
Thinking and Learning.Vol (6).
Wilson, H.P., Sztajn, P.,& Edgington, C.(2015). Teachers’ Uses of a Learning Trajectory in
Student-Centered Instructional Practices. Journal of Teacher Education. Vol 66(3).

Anda mungkin juga menyukai