Anda di halaman 1dari 22

1 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No.

1, hal 1 - 22

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 13 Nomor 1, Juni 2016

PENGARUH LIPUTAN MEDIA, KEPEKAAN INDUSTRI, DAN


STRUKTUR TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS
PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN
(The Effect of Media Coverage, Industry Sensitivity and Corporate Governance Structure
on Environmental Disclosure Quality)

Badingatus Solikhah
Universitas Negeri Semarang
badingatusbety@mail.unnes.ac.id

Arga Mustika Winarsih


Universitas Negeri Semarang
argamustika93@yahoo.com

Abstract

This study aims to examine the influence of media coverage, industry sensitivity and corporate
governance structure on the quality of environmental disclosure. The sample of this study is taken
from six industries (mining, energy, chemicals, pharmaceuticals, cosmetics, food and beverages)
from Indonesia Stock Exchange during 2011, 2012 and 2013. This study uses panel data regression
analysis and employs 128 listed companies as the samples of the study. The results show that
industry sensitivity, multiple directorship, board size, firm size and ROA positively affect the quality
of environmental disclosure. The results also show a negative effect of independent commissionaire
on environmental disclosure. This study also provides evidence that media, gender and institutional
ownership have no effect on environmental disclosure.

Keywords: media, industry sensitivity, corporate governance, environmental disclosure,


fixed effect model

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh liputan media, kepekaan industri, dan struktur
tata kelola perusahaan terhadap kualitas pengungkapan lingkungan. Sampel penelitian ini diambil
dari enam industri (pertambangan, energi, kimia, farmasi, kosmetik, serta makanan dan minuman)
di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011, 2012, dan 2013. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi data panel untuk menguji sampel penelitian, yaitu sebanyak 128 perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepekaan industri, multiple directorship, ukuran dewan komisaris,
ukuran perusahaan, dan ROA berpengaruh positif terhadap kualitas pengungkapan lingkungan.
Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh negatif dari komisaris independen terhadap kualitas
pengungkapan lingkungan. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa liputan media, keragaman
gender, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan lingkungan.

Kata kunci: liputan media, kepekaan industri, tata kelola perusahaan, pengungkapan
lingkungan, model efek tetap
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 2

PENDAHULUAN 2013). Berbagai peraturan dan pedoman


tersebut mendorong banyak perusahaan di
Pedoman pengungkapan lingkungan dunia berkeinginan untuk mengungkapkan
yang diterbitkan oleh Global Reporting informasi lingkungannya dalam rangka
Initiative (GRI) mengungkapkan bahwa mendapatkan legitimasi dari para pemangku
perusahaan dituntut untuk tidak hanya kepentingan dan meningkatkan transparansi
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan serta akuntabilitas perusahaan.
ekonomi saja, tetapi juga membantu dalam Peraturan tentang lingkungan di Indonesia
memecahkan permasalahan terkait risiko dan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40
ancaman terhadap keberlanjutan dalam lingkup Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal
hubungan sosial, lingkungan, dan ekonomi 74 ayat 1 menyatakan bahwa perseroan yang
(GRI 2006). Permasalahan tentang lingkungan menjalankan kegiatan usahanya di bidang
menjadi perhatian oleh sebagian perusahaan, dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
baik di tingkat nasional maupun internasional. wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
Permasalahan tersebut timbul akibat aktivitas dan Lingkungan. Selain itu, Pasal 66 ayat 2c
industri ekstraktif yaitu perusahaan tambang mewajibkan semua perseroan terbatas untuk
dan sawit dalam skala besar yang merupakan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab
predator puncak ekologis (Pahlevi 2014). sosial dan lingkungan dalam Laporan Tahunan.
Survei yang dilakukan oleh Wahana Dengan demikian, perusahaan atau perseroan
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI 2014) di bidang sumber daya alam harus melaporkan
menyatakan bahwa kasus lingkungan menjadi tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai
penyebab masih minimnya pelaporan tanggung bentuk pertanggungjawaban perusahaan
jawab sosial dan lingkungan. Menurut terhadap masyarakat serta lingkungan, dalam
WALHI, kasus-kasus tersebut terkait dengan rangka mendapatkan legitimasi dari para
krisis lingkungan dan pengambilan tanah- pemangku kepentingan dan meningkatkan
tanah rakyat untuk kepentingan investasi. transparansi serta akuntabilitas perusahaan.
Korporasi menempati angka yang tertinggi Pengungkapan informasi lingkungan
sebagai aktor atau pelaku perusakan dan memberikan beberapa keuntungan kepada
pencemaran lingkungan (WALHI 2014). Dari berbagai pihak, diantaranya ketertarikan
berbagai permasalahan lingkungan tersebut, pemegang saham dan pemangku kepentingan
pengungkapan lingkungan merupakan masalah (Pflieger et al. 2005). Perusahaan yang
yang harus diperhatikan di Indonesia. memberikan lebih banyak informasi
Berbagai regulasi mengenai peraturan lingkungan akan memberikan citra positif di
dan pedoman tentang lingkungan sudah mata masyarakat. Dengan mengungkapkan
banyak diterapkan di berbagai negara, informasi lingkungan, perusahaan akan
diantaranya adalah: a) Securities and Exchange berkontribusi positif dalam kelangsungan
Commision (SEC) di Amerika Serikat hidup manusia dan lingkungan.
menerbitkan persyaratan yang berkaitan Pengungkapan dan pelaporan lingkungan
dengan risiko bisnis dan perubahan iklim di Amerika Serikat sebagian besar ditujukan
(SEC 2010); b) Global Reporting Initiative kepada board of director dan shareholder
(GRI) mengeluarkan pedoman pelaporan (Millstein 1991). Dalam two tier board system,
pengungkapan lingkungan (GRI 2006) yang board of director dibagi menjadi dua badan
telah digunakan oleh banyak perusahaan yang terpisah, yaitu dewan pengawas (dewan
di dunia; c) International Organization for komisaris) dan dewan manajemen (dewan
Standardization (ISO) menetapkan ISO 14001 direksi). Negara-negara dengan two tier system
tentang sistem manajemen lingkungan (ISO antara lain Denmark, Jerman, Belanda, dan
2015); serta d) United States Environmental Jepang (Saptono 2014). Termasuk Indonesia
Protection Agency (US EPA) mengeluarkan dalam hal ini menganut two tier board system
data Toxics Release Inventory (TRI) (EPA karena sistem hukum Indonesia yang berasal
3 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

dari sistem hukum Belanda. Oleh karena seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar
itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dan dalam proses produksinya mengeluarkan
mempunyai dua badan yang terpisah, yaitu residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan
dewan komisaris dan dewan direksi. Sukmawati 2003). Perusahaan yang termasuk
Dewan komisaris merupakan salah dalam tipe industri high profile merupakan
satu organ khusus yang terdapat dalam perusahaan yang mempunyai tingkat kepekaan
struktur tata kelola perusahaan (corporate tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko
governance). Tugas utama dewan komisaris politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi
adalah bertanggung jawab untuk mengawasi yang kuat (Robert 1992 dalam Utomo 2000).
tugas-tugas direksi. Teori agensi menyatakan Sementara itu, perusahaan low profile adalah
bahwa terdapat dua sisi kepentingan yang sebaliknya.
berbeda yaitu pihak agen (manajemen) dan Penelitian Reverte (2009) pada 46
pihak prinsipal (pemegang saham) (Jensen dan perusahaan yang terdaftar di bursa efek Spanyol
Meckling 1976). Untuk memberikan bentuk menggunakan tujuh variabel yaitu, ukuran
pertanggungjawaban perusahaan terhadap perusahaan, kepekaan industri, profitabilitas
dua kepentingan tersebut, salah satu cara perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan,
yang dilakukan perusahaan adalah dengan media exposure, international listing, dan
menggunakan sistem tata kelola perusahaan leverage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(corporate governance), dimana di dalamnya ukuran perusahaan, kepekaan industri, dan
terdapat corporate social responsibility media exposure berpengaruh positif terhadap
(CSR) sebagai bentuk kepedulian perusahaan indeks pengungkapan CSR perusahaan,
terhadap lingkungan. sementara variabel lain yaitu profitabilitas
Ashforth dan Gibbs (1990) menyatakan perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan,
bahwa teori legitimasi akan menyampaikan international listing, dan leverage tidak
informasi perusahaan kepada berbagai pihak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan
agar sesuai dengan harapan masyarakat CSR.
(stakeholder). Dalam rangka mendapatkan Penelitian yang menghubungkan
legitimasi dari pemangku kepentingan, variabel kepekaan industri/tipe industri,
perusahaan melakukan pengungkapan. komisaris independen, ukuran dewan
Pengungkapan ini dapat dipublikasikan komisaris, serta kepemilikan institusional
melalui media. Penggunaan media akan terhadap pengungkapan CSR sudah banyak
mempermudah masyarakat agar lebih fleksibel dilakukan. Namun, penelitian tersebut masih
untuk mengetahui informasi perusahaan, baik menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
informasi finansial maupun nonfinansial. Hasil penelitian Sembiring (2005), Anggraini
Kaitannya dengan penelitian ini yaitu (2006), Djakman dan Machmud (2008),
informasi tentang lingkungan karena informasi Purwanto (2011), serta Rao et al. (2011)
lingkungan memiliki potensi dan berhubungan menemukan bahwa tipe industri/profil
langsung dengan lingkungan dan kepentingan perusahaan/kepekaan industri berpengaruh
masyarakat luas. signifikan terhadap luas pengungkapan
Utomo (2000) menyatakan bahwa para CSR. Hasil tersebut berkebalikan dengan
peneliti akuntansi sosial tertarik untuk menguji temuan Freedman dan Jaggi (1988) serta Sari
pengungkapan sosial pada berbagai perusahaan (2012). Variabel mekanisme good corporate
yang memiliki perbedaan karakteristik. Salah governance seperti ukuran dewan komisaris
satu perbedaan karakteristik yang menjadi dan komisaris independen juga menunjukkan
perhatian adalah tipe industri, yaitu industri hasil yang beragam sebagaimana terdapat
yang high profile dan low profile. Perusahaan dalam penelitian Suhardjanto (2010), Rao et
yang tergolong dalam industri high profile al. (2011), Effendi et al. (2012), dan Rupley et
tersebut pada umumnya memiliki karakteristik al. (2012). Sitepu dan Siregar (2008) serta Rao
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 4

et al. (2011) menemukan bahwa ukuran dewan terhadap produk mulai dari menggunakan
komisaris berpengaruh terhadap kualitas bahan-bahan produk yang ramah lingkungan
pengungkapan CSR, sementara Suhardjanto sampai adanya proses daur ulang atas produk
(2010) dan Efendy et al. (2012) menemukan yang telah diproduksi; serta 4) sustainable
sebaliknya. development (pengembangan berkelanjutan),
Sebagian besar penelitian sebelumnya, merupakan kategori paling baik, dimana
seperti Utomo (2000), Sembiring (2005), pada tahap ini perusahaan telah melakukan
Anggraini (2006), Djakman dan Machmud ketiga kategori sebelumnya dan sudah
(2008), Ratnasari (2011), Effendi et al. melakukan tanggung jawab lingkungan secara
(2012), serta Sari (2012), masih sebatas berkelanjutan.
menghubungkan variabel karakteristik Berdasarkan uraian yang telah
perusahaan serta mekanisme corporate dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini
governance terhadap pengungkapan CSR. adalah untuk menemukan bukti empiris
Sementara itu, penelitian ini telah memasukkan pengaruh liputan media, kepekaan industri,
variabel liputan media yang diukur berdasarkan dan struktur tata kelola perusahaan terhadap
Janis-Fadner coefficient ke dalam model kualitas pengungkapan lingkungan. Variabel
penelitian. Di negara maju seperti Amerika struktur tata kelola perusahaan terdiri atas
Serikat, penyebaran informasi melalui media karakteristik dewan komisaris dan kepemilikan
online sudah sejak lama dilakukan. Dalam institusional. Dalam penelitian ini, digunakan
dekade belakangan ini, hal serupa juga terjadi varabel kontrol ukuran perusahaan (firm size)
di Indonesia, dimana penyebaran informasi dan profitabilitas.
melalui media online secara cepat dapat Penelitian ini berbeda dengan penelitian
diketahui/diakses masyarakat. Oleh karena sebelumnya terkait pelaporan tanggung jawab
itu, kehadiran variabel liputan media dalam sosial dalam konteks Indonesia yang dilakukan
penelitian ini diyakini mampu memberikan oleh Anggraini (2006), Djakman dan Machmud
sumbangan yang cukup berarti terutama (2008), Ratnasari (2011), Effendi et al. (2012),
dalam upaya meningkatkan kualitas pelaporan Sari (2012), Prawindani et al. (2013); maupun
lingkungan. Sudarno (2013), dimana penelitian tersebut
Penelitian ini menggunakan menggunakan pengukuran pengungkapan
environmental disclosure index scorecard lingkungan dengan index Global Reporting
untuk mengukur variabel pengungkapan Initiative (GRI). Dalam penelitian ini,
lingkungan. Pengukuran ini dipandang pengungkapan lingkungan diukur dengan
lebih menunjukkan kualitas pengungkapan index scorecard yang digunakan oleh Rupley
lingkungan daripada menggunakan et al. (2012) dimana kualitas pengungkapan
pengukuran secara dummy karena pengukuran lingkungan digolongkan dalam empat kategori
kualitas pengungkapan lingkungan didasarkan yaitu compliance, pollution prevention,
pada strategi manajemen lingkungan yang product stewardship, serta sustainable
diterapkan perusahaan. Index Scorecard yang development. Pengukuran index scorecard
dimaksud adalah dengan membagi empat tersebut merupakan alternatif baru yang belum
kategori yang digunakan dalam mengukur digunakan oleh peneliti di Indonesia. Penelitian
variabel dependen, yaitu: 1) compliance sebelumnya, seperti Utomo (2000), Sembiring
(kepatuhan), yang menunjukkan tingkat (2005), Anggraini (2006), Djakman dan
kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan Machmud (2008), Ratnasari (2011), Rao et al.
tanggung jawab lingkungan perusahaan; 2) (2011), Effendi et al. (2012), Sari (2012), serta
pollution prevention (pencegahan polusi), Rupley et al. (2012) dianalisis menggunakan
menunjukkan tingkat pencegahan polusi metode OLS, sedangkan dalam penelitian ini
perusahaan terhadap lingkungan; 3) product dengan regresi data panel. Oleh karena itu,
stewardship (penanganan produk), dimana penelitian ini diharapkan memberikan variasi
perusahaan mulai melakukan pengawasan baru dalam pengukuran kualitas pengungkapan
5 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

lingkungan serta metode analisisnya. Di menjamin kelangsungan hidup perusahaan


samping itu, penelitian terdahulu di Indonesia (Brown dan Deegan 1999).
belum mempertimbangkan variabel media
dan karakteristik dewan komisaris sehingga Teori Keagenan
kehadiran varibel tersebut diharapkan mampu Teori keagenan menyatakan bahwa
meningkatkan kualitas riset mengenai hubungan keagenan timbul ketika salah
determinan kualitas pengungkapan lingkungan satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain
melalui pengembangan model yang lebih (agen) untuk melakukan beberapa jasa
komprehensif. Penelitian ini diharapkan untuk kepentingannya yang melibatkan
dapat memberikan kontribusi terhadap pendelegasian beberapa otoritas pembuatan
perkembangan teori dengan memperkuat keputusan kepada agen (Jensen dan Mecking
sintesis bahwa liputan media, kepekaan 1976). Teori ini menyatakan bahwa dengan
industri, serta penerapan tata kelola yang baik adanya asimetri informasi, manajer sebagai
merupakan faktor yang memengaruhi kualitas agen akan memilih kebijakan untuk
pengungkapan kinerja lingkungan. memaksimalkan kepentingan para prinsipal
yaitu para pemilik perusahaan baik itu dalam
jangka panjang maupun jangka pendek. Selain
TELAAH LITERATUR DAN itu, manajer juga memiliki kepentingan untuk
PENGEMBANGAN HIPOTESIS memaksimalkan kesejahteraannya sendiri.
Dengan adanya dua kepentingan ini, hal ini
Teori Legitimasi mengindikasikan manajer bertindak semaunya
Teori legitimasi menjelaskan kontrak sendiri tanpa mempedulikan kepentingan
sosial organisasi dengan masyarakat, pihak prinsipal. Untuk menghindari hal
kelangsungan hidup perusahaan akan terancam tersebut, beberapa penelitian menyatakan
jika masyarakat merasa suatu perusahaan telah teori keagenan dapat dikurangi dengan
melanggar kontrak sosialnya (Deegan 2002). meningkatkan pengungkapan. Ball (2006)
Perusahaan beroperasi dalam lingkungan menyatakan bahwa peningkatan transparansi
eksternal yang berubah secara konstan dan dan pengungkapan akan memberikan
mereka berusaha meyakinkan bahwa perilaku kontribusi untuk menyelaraskan kepentingan
mereka sesuai dengan batas-batas dan norma manajer dan pemegang saham.
masyarakat (Brown dan Deegan 1999). Corporate governance merupakan
Lindblom (1994) menyatakan bahwa legitimasi mekanisme pengelolaan yang didasarkan
bersifat dinamis. Oleh karena itu, legitimacy pada teori agensi. Dengan adanya konsep
gap akan berubah-ubah tanpa perubahan corporate governance, pihak manajemen
apapun dalam setiap tindakan perusahaan. (agen) diharapkan dapat dipercaya dalam
Legitimasi sebuah perusahaan dapat mengelola kekayaan pemilik (prinsipal), dan
diperoleh melalui berbagai tindakan, termasuk pemilik juga yakin bahwa agen bertindak
mengkomunikasikan informasi perusahaan sewajarnya dan tidak melakukan kecurangan
kepada stakeholder (Deegan 2002). Teori untuk kepentingan agen sendiri sehingga dapat
legitimasi menyediakan prespektif yang lebih meminimalkan konflik serta biaya keagenan.
komprehensif terkait pengungkapan tanggung
jawab sosial. Teori ini secara eksplisit Pengaruh Keberadaan Liputan Media
mengakui bahwa bisnis dibatasi oleh kontrak terhadap Kualitas Pengungkapan
sosial yang menyebutkan bahwa perusahaan Lingkungan
sepakat untuk menunjukan berbagai Teori legitimasi didasarkan pada
aktivitas sosial perusahaan agar perusahaan pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan
memperoleh penerimaan masyarakat akan antara institusi sosial dan masyarakat.
tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan Legitimasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang
diberikan masyarakat kepada perusahaan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 6

dan sesuatu yang diinginkan atau dicari Aktivitas industri yang berpotensi lebih besar
perusahaan dari masyarakat. Penelitian terhadap kerusakan lingkungan biasanya
Ashforth dan Gibbs (1990) menyatakan bahwa akan mendapatkan sorotan yang lebih dari
legitimasi perusahaan dapat diperoleh dengan masyarakat maupun aktivis lingkungan. Di
berbagai macam cara, diantaranya melakukan Indonesia, perusahaan tambang merupakan
komunikasi dengan para stakeholder. industri dengan tingkat kepekaan yang lebih
Keberadaan liputan media tentang lingkungan tinggi bila dibandingkan dengan industri
merupakan atribut eksternal perusahaan lain, seperti industri makanan dan minuman,
yang dapat memengaruhi pandangan kosmetik, energi, kimia, maupun industri
masyarakat terhadap komitmen perusahaan farmasi (Prasetianti 2014).
terhadap lingkungannya. Liputan media Pada umumnya, perusahaan tambang
akan meningkatkan reputasi perusahaan di merupakan perusahaan yang memperoleh
mata masyarakat. Oleh karena itu, liputan sorotan dari masyarakat karena aktivitas
media akan membentuk legitimasi pemangku operasinya berpotensi besar terhadap
kepentingan. kerusakan alam. Apabila dikaitkan dengan teori
Beberapa hasil penelitian yang legitimasi, perusahaan tambang cenderung
melihat pengaruh liputan media terhadap akan mengungkapkan kinerja lingkungannya
pengungkapan lingkungan menunjukkan dengan lebih baik untuk melegitimasi kegiatan
dukungan tentang logika di atas. Penelitian operasinya dan menurunkan tekanan dari para
Brosius dan Kepplinger (1990) menunjukkan aktivis sosial dan lingkungan (Sari 2012).
bahwa intensitas liputan media tentang isu-isu Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan
tertentu memengaruhi pengungkapan sukarela yang memberikan dampak yang besar
perusahaan. Penelitian Rupley et al. (2012) terhadap lingkungan dan para stakeholder
juga menunjukkan adanya hubungan positif akan lebih banyak mengungkapkan informasi
liputan media tentang lingkungan terhadap lingkungan. Hal ini dilakukan perusahaan
kualitas pengungkapan lingkungan. Oleh agar mendapatkan legitimasi dari para
karena itu, untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder demi keberlangsungan usahanya.
serta legitimasi dari masyarakat, perusahaan Pada umumnya, perusahaan dengan tingkat
senantiasa berusaha dalam menjaga kepekaan industri yang tinggi terhadap
reputasinya. Dengan demikian, liputan media lingkungan akan memperoleh perhatian
dapat membentuk kesadaran masyarakat yang tinggi pula dari masyarakat karena
terkait isu-isu tertentu. Berdasarkan uraian di aktivitas operasinya yang memiliki potensi
atas, hipotesis penelitian yang diajukan dalam memengaruhi alam. Penelitian yang dilakukan
penelitian ini adalah: Anggraini (2006) menggambarkan perusahaan
H1: Liputan media berpengaruh positif yang memiliki tingkat sensitivitas industri
terhadap kualitas pengungkapan tinggi akan memperoleh perhatian yang
lingkungan. lebih dari masyarakat dan kepentingan lain
karena aktivitas industri yang berpotensi
Pengaruh Kepekaan Industri terhadap memengaruhi kepentingan luas, baik dari segi
Kualitas Pengungkapan Lingkungan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Adam et al. (2005) memaparkan Hasil penelitian Zulaikha dan Setyawan
bahwa kepekaan industri merupakan dampak (2012) menyatakan bahwa sensitivitas
dan pengaruh yang diciptakan perusahaan industri berpengaruh signifikan terhadap
yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal
usaha dan karyawan terhadap lingkungan tersebut dikarenakan perusahaan yang
perusahaan. Oleh karena itu, jenis industri yang memiliki kepekaan tinggi (contoh perusahaan
berbeda akan memiliki tingkat kepekaan yang tambang) mempunyai dampak potensi yang
berbeda pula karena dampak yang ditimbulkan lebih tinggi dalam memengaruhi kondisi
oleh masing-masing industri tidaklah sama. serta keberadaan lingkungan. Perusahaan
7 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

yang memiliki dampak yang besar terhadap pengungkapan lingkungan. Hal ini juga
lingkungan dan masyarakat dimungkinkan konsisten terhadap penelitian yang dilakukan
akan mengungkapkan lebih banyak informasi oleh Rupley et al. (2012) yang menunjukkan
sosial. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis hubungan yang positif antara independensi
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dewan komisaris dengan kualitas
adalah: pengungkapan lingkungan. Berdasarkan uraian
H2: Perusahaan yang berada dalam industri di atas, hipotesis penelitian yang diajukan
pertambangan akan mengungkapkan dalam penelitian ini adalah:
kinerja lingkungan dengan lebih H3a: Komisaris independen berpengaruh
berkualitas dibandingkan perusahaan positif terhadap kualitas pengung-
yang berada pada industri lainnya. kapan lingkungan.
Karateristik Dewan Komisaris Pengaruh Keragaman Gender terhadap
Kualitas Pengungkapan Lingkungan
Pengaruh Komisaris Independen terhadap
Menurut Adams et al. (2005), komisaris
Kualitas Pengungkapan Lingkungan
wanita lebih rajin dalam menghadiri rapat dewan
Komisaris independen merupakan
komisaris dibandingkan dengan komisaris
komisaris yang tidak berasal dari pihak
pria, dimana kehadiran dalam rapat ini penting
terafiliasi. Maksud dari pihak tidak terafiliasi
karena rapat dewan komisaris merupakan cara
adalah pihak yang tidak mempunyai hubungan
agar dewan komisaris memperoleh informasi
bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang
penting tentang perusahaan sebagai dasar
dalam pengendali, anggota direksi dan dewan
untuk melakukan tugas mereka. Penelitian
komisaris lain, serta dengan perusahaan
Rao et al. (2011) menunjukkan bahwa terdapat
itu sendiri. Melalui perannya dalam fungsi
pengaruh positif dewan komisaris perempuan
pengawasan, dewan komisaris akan memantau terhadap pengungkapan lingkungan. Dewan
manajemen agar keputusan yang diambil komisaris perempuan mempunyai keterlibatan
tidak merugikan para pemangku kepentingan. aktif, persiapan yang lebih baik, kemandirian,
Mizruchi (1983) mengemukakan bahwa dan kualitas lainnya yang memungkinkan
efektivitas penyeimbangan kekuatan manajer mereka untuk berkontribusi secara maksimal
dan dewan komisaris dipengaruhi independensi terhadap pengambilan keputusan terkait
dewan komisaris itu sendiri. Dengan demikian, dengan pengungkapan lingkungan (Rao et al.
keberadaan dewan komisaris independen harus 2011).
bersikap netral terhadap segala kebijakan Huse dan Solberg (2006) menemukan
yang dibuat oleh direksi. Muktiyanto (2011) bahwa perempuan lebih berkomitmen dan
berpendapat bahwa komisaris independen terlibat, lebih siap, lebih rajin, mengajukan
mampu mendorong manajemen untuk pertanyaan, dan akhirnya menciptakan
mengambil keputusan strategis untuk suasana yang baik di dalam dewan komisaris.
mencapai kinerja yang optimal. Hal ini Sejalan dengan hasil penelitian tersebut,
termasuk dalam melakukan pengawasan atas Adams et al. (2005) menemukan bahwa lebih
pelaporan pengungkapan lingkungan karena banyak perempuan dalam dewan komisaris
semakin besar proporsi dewan komisaris meningkatkan proses pengambilan keputusan,
independen, maka akan semakin mendukung meningkatkan efektivitas dewan dan bahwa
pula prinsip responsibilitas dalam penerapan perempuan memiliki kehadiran atau partisipasi
corporate govenance bagi perusahaan terhadap yang lebih baik. Hal tersebut menunjukkan
pertanggungjawaban kepada pemangku bahwa perempuan secara signifikan memiliki
kepentingan (Rosenstein dan Wyatt 1990; pengaruh terhadap dewan komisaris. Jika
Prasetianti 2014). perempuan berpengaruh terhadap dewan
Penelitian Chen dan Jaggi (2000) komisaris, maka akan memengaruhi dalam
menyatakan bahwa proporsi komisaris pengambilan keputusan.
independen berpengaruh positif terhadap
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 8

Uraian di atas menunjukkan bahwa H3c: Multiple directorships berpengaruh


terdapat pengaruh positif dewan komisaris positif terhadap kualitas peng-
perempuan terhadap pengungkapan ungkapan lingkungan.
lingkungan. Dewan komisaris perempuan
yang mempunyai beberapa sifat di atas Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap
memungkinkan untuk berkontribusi secara Kualitas Pengungkapan Lingkungan
maksimal terhadap pengambilan keputusan Inti dari tata kelola perusahaan di
terkait dengan pengungkapan lingkungan. Indonesia ada pada dewan komisaris karena
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian tugas utama dewan komisaris adalah mengawasi
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: dan mengevaluasi pembuatan kebijakan
H3b: Keragaman gender berpengaruh dan pelaksanaan kebijakan tersebut oleh
positif terhadap kualitas peng- dewan direksi serta memberi nasehat kepada
ungkapan lingkungan. dewan direksi (Muntoro 2006). Teori agensi
juga menyatakan bahwa dewan komisaris
Pengaruh Multiple Directorships terhadap dianggap sebagai mekanisme pengendalian
Kualitas Pengungkapan Lingkungan intern tertinggi yang bertanggung jawab
Multiple-directorship merupakan untuk memonitor tindakan manajemen puncak
anggota dewan komisaris yang bekerja (Sembiring 2005). Teori agensi menjelaskan
sebagai dewan komisaris di perusahaan lain bahwa ukuran dewan komisaris yang
yang mendapatkan pengetahuan serta interaksi semakin besar akan memudahkan dilakukan
berbagai dewan komisaris. Berkaitan dengan pengendalian terhadap agen dan mencegah
pengungkapan lingkungan, perusahaan terjadinya penyimpangan. Dengan demikian,
dengan anggota dewan komisaris yang semakin banyak dewan komisaris dalam suatu
bekerja di beberapa perusahaan akan memiliki perusahaan, maka pengungkapan lingkungan
kualitas pengungkapan lingkungan lebih juga akan semakin berkualitas karena terdapat
tinggi jika dibandingkan dengan anggota sistem pengawasan dan monitoring yang baik
dewan komisaris yang hanya bekerja di satu dari perusahaan.
perusahaan. Hal tersebut karena anggota Pe ne litia n ya ng dila kuka n ole h
dewan komisaris telah memiliki pengalaman Sembiring (2005), Sitepu dan Siregar (2008),
dalam pengawasan pelaporan lingkungan serta Rao et al. (2011) menyatakan bahwa
di perusahaan-perusahaan lain dimana terdapat hubungan yang positif signifikan
mereka bekerja Rupley et al. (2012). Hal antara ukuran dewan komisaris dengan
ini juga didukung oleh penelitian Fama dan pengungkapan Corporate Social Responsibility
Jensen (1983) bahwa dewan komisaris akan (CSR). Keberadaan dewan komisaris dalam
menunjukkan keahliannya dengan bekerja di suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh
perusahaan lain. yang cukup kuat untuk menekan manajemen
P e n e l i t ian R upley et al. (20 12) guna mengungkapkan informasi yang luas.
menunjukkan adanya pengaruh antara Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian
multiple-directorship terhadap kualitas yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
pengungkapan lingkungan. Dewan komisaris H3d: Ukuran dewan komisaris ber-
yang mempunyai pekerjaan di perusahaan lain pengaruh positif terhadap kualitas
atau dengan kata lain mempunyai pekerjaan pengungkapan lingkungan.
lebih dari satu akan membawa dampak positif
bagi perusahaan karena dewan komisaris akan Pengaruh Kepemilikan Institusional ter-
melakukan pengawasan secara maksimal hadap Kualitas Pengungkapan Lingkungan
demi kepentingan pemangku kepentingan. Teory agensi memunculkan pendapat
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian tentang adanya perbedaan kepentingan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: antar pemilik, yaitu pemegang saham
dengan manajer. Perbedaan kepentingan ini
9 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

Gambar 1
Rerangka Penelitian

dapat diminimalkan dengan suatu sistem H4: Kepemilikan institusional ber-


pengawasan yang dapat menyeimbangkan pengaruh positif terhadap kualitas
kepentingan-kepentingan kedua pihak tersebut. pengungkapan lingkungan.
Namun, proses pengawasan menyebabkan
timbulnya biaya yaitu biaya keagenan Berdasarkan uraian di atas, maka
(agency cost). Agency cost dapat dikurangi rerangka dari penelitian ini digambarkan pada
dengan kepemilikan institusional dengan cara Gambar 1.
mengaktifkan pengawasan melalui investor-
investor institusional (Mursalim 2007). METODE PENELITIAN
Kepemilikan saham institusional mampu
memperkuat bahkan menggantikan peran Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
dewan dalam memonitor kinerja perusahaan. Variabel dependen yang digunakan dalam
Dengan demikian, kepemilikan institusional penelitian ini adalah kualitas pengungkapan
dapat dijadikan upaya mengurangi masalah lingkungan (environmental disclosure) yang
agensi melalui monitoring. Investor dilambangkan dengan ED. ED merupakan
institusional merupakan salah satu jenis informasi yang diungkapkan perusahaan
kepemilikan terkonsentrasi. Perusahaaan yang yang berkaitan dengan aktivitas lingkungan
memiliki kepemilikan terkonsentrasi akan perusahaan. Informasi lingkungan perusahaan
lebih mudah memengaruhi nilai perusahaan, tersebut dapat diperoleh dalam laporan tahunan
termasuk nilai-nilai lingkungan (Rao et al. maupun laporan keberlanjutan atau laporan
2011). Hal ini menunjukkan dengan semakin tanggung jawab sosial perusahaan. Pengukuran
besar kepemilikan institusi yang dimiliki, ED menggunakan indeks berdasarkan
perusahaan akan mengungkapkan informasi Rupley et al. (2012) yaitu menggunakan
lebih banyak. Berdasarkan uraian di atas, environmental disclosure index scorecard yang
hipotesis penelitian yang diajukan dalam disajikan dalam Lampiran 1. Environmental
penelitian ini adalah: disclosure index scorecard ini terdiri dari 60
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 10

item pengukuran untuk mengukur kualitas purposive sampling berdasarkan kriteria yang
environmental disclosure perusahaan, dengan telah ditentukan (lihat Tabel 1).
membagi 4 tingkatan kelompok strategi yaitu
compliance, pollution prevention, product Metode Pengumpulan Data
stewardship, dan sustainable development. Metode pengumpulan data dalam
Variabel independen dalam penelitian penelitian ini yaitu dengan metode dokumentasi
ini terdiri dari liputan media, kepekaan berupa pengumpulan data sekunder. Data
industri, karakteristik dewan komisaris, diperoleh dari laporan tahunan maupun
dan kepemilikan institusional. Karakteristik laporan berkelanjutan dan laporan tangung
dewan komisaris terdiri dari dewan komisaris jawab sosial melalui website resmi BEI (www.
independen, dewan komisaris wanita, dewan idx.co.id) dan data pendukung dari Indonesia
komisaris yang memliki pekerjaan lebih dari Sustainability Reporting Award (ISRA) serta
satu (multiple directorship), dan ukuran dewan sumber data dari surat kabar nasional yang
komisaris (board size). Definisi operasional dipublikasikan secara online, yaitu media
dan pengukuran masing-masing variabel Kompas, Antara News, Kontan, WALHI
independen terdapat dalam Lampiran 1. Nasional, dan liputan media yang berasal dari
website perusahaan itu sendiri.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel Metode Analisis Data
Populasi dalam penelitian ini adalah Metode analisis data yang digunakan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek dalam penelitian ini diantaranya adalah analisis
Indonesia tahun 2011, 2012, dan 2013. statistik deskriptif, analisis regresi data panel,
Pengambilan data selama 3 tahun dianggap dan uji prasyarat regresi atas model terbaik
sudah merepresentasikan kondisi pelaporan yang terpilih dengan menggunakan EViews
lingkungan di Indonesia dan untuk alasan 8.0. Statistik deskriptif digunakan untuk
kebaruan data. Pemilihan sampel mengacu mengetahui nilai maksimum, minimum, rata-
pada penelitian Rupley et al. (2012) dan rata, dan standar deviasi dari masing-masing
Prasetianti (2014), terdiri atas enam jenis variabel. Analisis regresi data panel dilakukan
industri yaitu pertambangan, energi, kimia, dengan terlebih dahulu mengestimasi
farmasi, kosmetik, serta makanan dan menggunakan model Common Effect, Fixed
minuman. Pembatasan jenis industri tersebut Effect, dan Random Effect. Selanjutnya,
untuk meningkatkan kualitas pengumpulan dilakukan pemilihan atas model terbaik dengan
data (Rupley et al. 2012) karena proses uji Chow, uji Hausman, dan uji Lagrange
pengumpulan data bisa lebih terfokus. Teknik Multiplier (LM). Uji prasyarat regresi terdiri
pengambilan sampel dilakukan dengan metode dari uji normalitas, uji multikolinearitas,
Tabel 1
Pemihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan pertambangan, energi, kimia, farmasi, kosmetik, makanan dan 70
minuman di BEI tahun 2011-2013
2 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan corporate social responsibility (20)
baik dalam annual report maupun sustainability report
3 Perusahaan yang memenuhi kriteria 50
4 Jumlah sampel 2011-2013 (3 x 50) 150
5 Data Outlier *)
22
6 Total Sampel 128
*)
Berdasarkan uji z-score yang memiliki nilai z antara 3 s.d. 4 (Hair 1998)
11 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Ln_SALESit : Logaritma natural total


Model persamaan regresi dalam penelitian ini penjualan
adalah sebagai berikut: ROAit : Return on asset
DQ_QUALITYit = α + β1MEDIAit α : Konstanta (intercept)
+ β 2 SEN_IND it β1 – β10 : Koefisien regresi
+ β 3I N D it + e : Error
β 4G E N D E R it + β 5
DIRECTORSHIPS it
HASIL PENELITIAN DAN
+ β6BSit + β7KIit +
β8Ln_SALESit + PEMBAHASAN
β9ROAit + e
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
DQ_ QUALITYit : Skor kualitas peng- Statistik deskriptif pada penelitian
ungkapan lingkungan ini menghasilkan data mengenai gambaran
(environmental variabel-variabel yang terdiri dari nilai
disclosure) minimum, maksimum, rata-rata, dan standar
MEDIAit : Keberadaan liputan deviasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah
media data yang diolah sebanyak 129 data selama
SES_INDit : Kepekaan industri 3 tahun penelitian dari tahun 2011 sampai
(dummy variable) dengan 2013.
INDit : Proporsi komisaris Berdasarkan hasil analisis statistik
independen deskriptif pada Tabel 2, dapat disimpulkan
GENDERit : Proporsi komisaris
bahwa masih terdapat variasi kualitas
perempuan
pengungkapan lingkungan yang dilakukan
DIRECTORSHIPit : Proporsi komisaris yang
memiliki pekerjaan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan di
lebih dari satu Indonesia belum ada pedoman yang pasti untuk
BSit : Jumlah anggota dewan melaporkan kinerja lingkungan perusahaan.
komisaris (board size) Meskipun sudah terdapat pedoman pelaporan
KIit : Proporsi kepemilikan kinerja lingkungan yang diterbitkan oleh
saham institusi (kepe- GRI, tetapi masih banyak perusahaan yang
milikan institusional) melaporkan kinerja lingkungannya berbeda-
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Nilai Nilai Nilai Rata- Simpangan
N
Terendah Tertinggi Rata Baku
Kualitas Pengungkapan Lingkungan 128 0,20 0,97 0,4969 0,18102
(DQ_ QUALITY )
Liputan Media (MEDIA) 128 -4,29 3,00 0,6357 1,19020
Kepekaan Industri (SEN_IND) 128 0,00 1,00 0,3488 0,47846
Komisaris Independen (IND) 128 0,25 0,57 0,3795 0,07480
Komisaris Perempuan (GENDER) 128 0,00 0,75 0,0945 0,18844
DIRECTORSHIP 128 0,00 1,00 0,6846 0,28240
Board Size (BS) 128 2,00 13,00 5,0078 1,95455
Kepemilikan Institusional (KI) 128 0,00 0,56 0,2835 0,17244
Firm Size (LN_SALES) 128 20,62 31,69 28,4353 1,98976
Profitabilitas (ROA) 128 -0,24 0,66 0,0917 0,14012
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 12

beda dengan menyesuaikan kompleksitas Hausman nilai probabilitas di bawah alfa 5%


masing-masing perusahaan. Hasil perhitungan sehingga dapat ditentukan bahwa model yang
kualitas pengungkapan lingkungan terhadap dipilih adalah fixed effect model tanpa harus
50 perusahaan yang dijadikan sampel melakukan uji Langrangge Multiplier (LM).
menunjukkan bahwa perusahaan yang telah Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed
mengungkapkan kinerja lingkungannya Effect Model pada Tabel 4 menunjukkan
bahwa variable multiple directorship, ukuran
berdasarkan indikator kualitas pengungkapan
dewan komisaris, ukuran perusahaan, dan
lingkungan menurut Rupley et al. (2012) baru
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
sebanyak 49%. Perusahaan yang memiliki kualitas pengungkapan lingkungan pada α =
kualitas pengungkapan lingkungan tertinggi 5%, sementara variabel kepekaan industri dan
yaitu sebesar 97% adalah PT Aneka Tambang dewan komisaris independen berpengaruh
Tbk pada tahun 2013. pada α = 10%. Sementara itu, variabel liputan
Variabel independen liputan media media, keragaman gender, dan kepemilikan
diukur menggunakan koefisien Janis-Fadner institusional tidak berpengaruh signifikan
dengan menjumlahkan total artikel positif, terhadap kualitas pengungkapan lingkungan.
total artikel negatif, dan total artikel netral. Hasil tersebut belum mempertimbangkan
Variabel liputan media mempunyai nilai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya.
terendah sebesar -4,29 pada PT Leyand Apabila dikaitkan dengan hipotesis yang
Internasional Tbk tahun 2013. Artinya, dikembangkan, maka hasil penelitian tampak
berita mengenai lingkungan pada PT Leyand dalam Tabel 5.
Internasional Tbk yang dimuat dimedia lebih
banyak berita negatif. Nilai tertinggi sebesar Koefisien Determinasi
3,00 terjadi pada 6 perusahaan sampel pada Nilai adjusted R square pada model
tahun yang berbeda. Variabel kepemilikan regresi DQ_QUALITY adalah sebesar
institusional (KI) menunjukkan bahwa untuk 0,651252. Hal ini berarti 65,13% kualitas
saham perusahaan sampel, rata-rata 28% pengungkapan lingkungan dapat dijelaskan
dimiliki oleh perusahaan swasta, perusahaan oleh sembilan variabel independen yaitu
efek, dana pensiun, perusahaan asuransi, bank, keberadaan liputan media, kepekaan industri,
dan perusahaan-perusahaan investasi. dewan komisaris independen, keragaman
anggota dewan komisaris, dewan komisaris
Pemilihan Model Terbaik yang mempunyai pekerjaan lebih dari satu,
Uji Chow dan uji Hausman pada Tabel ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan
3 digunakan untuk menentukan model mana institusional, serta variabel kontrol yaitu ukuran
yang paling tepat di antara common effect perusahaan dan profitabilitas. Sementara itu,
model, fixed effect model, maupun random sisanya yaitu 34,87% dijelaskan oleh sebab-
effect model. Hasil pengujian menunjukkan sebab lain di luar model penelitian.
bahwa baik pada uji Chow maupun uji

Tabel 3
Hasil Uji Chow dan Uji Hausman
Redundant Fixed Effects Tests
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 31.277985 (47,54) 0.0000
Cross-section Chi-square 367.416778 47 0.0000
Correlated Random Effects - Hausman Test
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 28.590921 8 0.0004
13 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

Tabel 4
Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MEDIA 0.673269 0.412294 1.632981 0.1083
SEN_IND 3.383586 1.740775 1.943724 0.0547
INDEP -0.247778 1.040352 -0.238167 0.0812
GENDER 1.489941 1.105132 1.348201 0.1832
DIRECTORSHIP 0.357453 0.361214 0.989588 0.0368
BS 1.515867 0.611759 -2.477881 0.0164
KI 0.996322 1.130036 0.881673 0.7385
LN_SALES 0.231681 0.155572 1.489220 0.0142
ROA 1.955618 2.276481 -0.859053 0.0394
C -580.6404 412.5513 -1.407438 0.1650
R-squared 0.675850 Mean dependent var 0.496918
Adjusted R-squared 0.651252 S.D. dependent var 0.181017
S.E. of regression 2.213988 Akaike info criterion 4.734153
Sum squared resid 264.6940 Schwarz criterion 6.108943
Log likelihood -204.3784 Hannan-Quinn criter. 5.291775
F-statistic 39.67235 Durbin-Watson stat 2.790993
Prob(F-statistic) 0.000000

Pengaruh Liputan Media terhadap Kualitas keterbatasan dalam pengukuran media. Media
Pengungkapan Lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini terbatas
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pada media Kompas, Antara News, Kontan,
keberadaan liputan media (H1) ditolak. WALHI Nasional dan website perusahaan. Di
Variabel environmental media yang diukur samping itu, kecenderungan insan media dalam
dengan menggunakan keberadaan liputan membuat liputan cenderung memublikasikan
media tidak berpengaruh terhadap kualitas isu-isu besar saja karena anggapan bahwa
pengungkapan lingkungan. Hal ini disebabkan isu-isu kecil kurang menjadi perhatian
oleh sampel penelitian ini masih memiliki masyarakat Deegan et al. (2002). Selain itu,
Tabel 5
Ringkasan Hasil Uji Regresi
Variabel Arah
Arah Hasil Signifikan Keterangan
Independen Hipotesis
MEDIA + + x H1 Ditolak
SEN_IND + + √ (10%) H2 Diterima
IND + - √ (10%) H3a Ditolak
GENDER + + x H3b Ditolak
DIRECTORSHIP + + √ (5%) H3c Diterima
BS + + √ (5%) H3d Diterima
KI + + x H4 Ditolak
Ln_SALES + + √ (5%) Kontrol
ROA + + √ (5%) Kontrol
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 14

perusahaan yang dijadikan sampel penelitian kegiatan operasinya dan menurunkan tekanan
ini tidak semuanya memublikasikan informasi dari para aktivis sosial dan lingkungan.
mengenai lingkungan dalam liputan media.
Temuan ini senada dengan hasil penelitian Pengaruh Komisaris Independen terhadap
Brown dan Deegan (1999) yang menemukan Kualitas Pengungkapan Lingkungan
bahwa pada beberapa industri, environmental Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
disclosure tidak dikaitkan dengan liputan dalam model fixed effect, variabel komisaris
media positif maupun negatif. Hasil penelitian independen berpengaruh signifikan pada
ini tidak konsisten dengan penelitian yang α = 10% terhadap kualitas pengungkapan
dilakukan oleh Rupley et al. (2012) bahwa lingkungan. Namun demikian, arah hubungan
media akan menciptakan kesadaran pemangku menunjukkan pola negatif, artinya proporsi
kepentingan tentang masalah lingkungan komisaris independen yang semakin
perusahaan sehingga manajemen perusahaan besar justru akan menurunkan kualitas
merespon dengan menyediakan environmental pengungkapan lingkungan. Pola hubungan
disclosure. ini berbanding terbalik dengan hipotesis
yang dikembangkan, dimana sebelumnya
Pengaruh Kepekaan Industri terhadap diduga bahwa proposi komisaris independen
Kualitas Pengungkapan Lingkungan yang besar akan meningkatkan kualitas
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengungkapan lingkungan.
variabel kepekaan industri (H2) diterima pada Seharusnya, keberadaan komisaris
tingkat α = 10%. Hasil tersebut menunjukkan independen mendukung prinsip responsibilitas
bahwa perusahaan pertambangan akan dalam penerapan corporate governance bagi
mengungkapkan kinerja lingkungan dengan perusahaan untuk memberikan informasi
lebih berkualitas dibandingkan perusahaan lebih baik sebagai wujud pertanggungjawaban
yang berada pada industri lainnya. Hasil kepada stakeholders. Namun, temuan
ini konsisten dengan penelitian Sembiring penelitian ini menunjukkan fenomena yang
(2005), Anggraini (2006), Djakman dan berbeda. Hal ini dimungkinkan lemahnya
Machmud (2008), serta Purwanto (2011) praktik corporate governance di Indonesia
yang menemukan bukti empiris bahwa (Yunita 2008 dalam Suhardjanto 2010). Oleh
tipe industri/profil perusahaan/kepekaan karena itu, semakin besar jumlah komisaris
industri berpengaruh signifikan terhadap independen justru semakin tidak efektif dalam
luas pengungkapan tanggungjawaban sosial. memberikan kontrol untuk meningkatkan
Namun, penelitian ini tidak selaras dengan kualitas pengungkapan. Dengan demikian,
peneliti terdahulu Freedman dan Jaggi (2005) proporsi komisaris independen yang
serta Sari (2012). semakin besar tidak mampu meningkatkan
Kepekaan industri diukur dengan kualitas pengawasan atas pengungkapan
menggunakan variabel dummy dimana 1 jika lingkungan yang dilakukan perusahaan
perusahaan merupakan perusahaan tambang sehingga kualitas pengungkapan lingkungan
dan energi dan 0 untuk perusahaan energi, akan menurun. Pengaruh negatif proporsi
kimia, farmasi, kosmetik, serta makanan dan komisaris independen terhadap kualitas
minuman. Perusahaan tambang merupakan pengungkapan lingkungan juga diduga karena
industri yang sensitif (Prasetianti 2014) karena kurang aktifnya keberadaan dewan komisaris
industri tersebut langsung bersinggungan independen dalam kegiatan pengawasan
dengan alam. Oleh karena itu, temuan penelitian perusahaan (Azhar 2014). Semakin banyak
ini mengkonfirmasi teori legitimasi bahwa jumlah komisaris independen justru dapat
perusahaan dengan tingkat kepekaan tinggi mempersulit proses koordinasi sehingga hal
akan mengungkapkan kinerja lingkungannya ini menyebabkan ketimpangan antara proporsi
lebih baik dan lebih luas untuk melegitimasi dewan komisaris independen terhadap kualitas
pengungkapan lingkungan.
15 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

Penelitian ini sejalan dengan hasil pemegang saham. Selain itu, banyaknya
penelitian Suhardjanto (2010) dan Effendi et al. jumlah anggota dewan komisaris yang
(2012), tetapi tidak sejalan dengan penelitian mempunyai pekerjaan di perusahaan lain
Rupley et al. (2012) yang menyatakan bahwa dan lebih dari satu akan memiliki kualitas
komisaris independen berpengaruh positif pengungkapan lingkungan yang lebih tinggi
terhadap kualitas pengungkapan lingkungan. karena telah melakukan pelaporan lingkungan
di perusahaan-perusahaan lain. Anggota
Pengaruh Keberagaman Gender terhadap dewan yang bekerja di berbagai perusahaan
Kualitas Pengungkapan Lingkungan cenderung memiliki reputasi yang memiliki
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai tambah dari tipe anggota lain (Rupley et
pada model fixed effect, variabel keberagaman al. 2012).
gender yaitu keberadaan anggota dewan
komisaris perempuan tidak berpengaruh Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
signifikan terhadap kualitas pengungkapan t e r hadap Kualit as Pe ngungka pa n
lingkungan. Ditolaknya variabel keberagaman Lingkungan
gender pada model regresi ternyata sejalan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
dengan penelitian Prasetianti (2014) dimana variabel ukuran dewan komisaris mempunyai
tanpa adanya anggota dewan komisaris pengaruh positif dan signifikan terhadap
perempuan, perusahaan tetap berjalan kualitas pengungkapan lingkungan. Hasil
dalam melaksanakan pengawasan terhadap penelitian ini sesuai dengan teori agensi bahwa
pengungkapan laporan lingkungannya. Selain pengawasan dewan komisaris merupakan
itu, penelitian yang dilakukan oleh Anjani mekanisme pengelolaan yang baik (Jensen dan
(2009) menyatakan bahwa di Indonesia Mecking 1976). Selanjutnya, dewan komisaris
menganut sistem kekerabatan patrilineal (garis dianggap sebagai mekanisme pengendalian
keturunan ayah) dimana pria dianggap sebagai intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk
pemegang kontrol dan pengambil keputusan memonitor tindakan manajemen. Dengan
utama sehingga menyebabkan penelitian ini besarnya jumlah dewan komisaris, hal ini
tidak signifikan. Hasil ini tidak konsisten menyebabkan proses monitoring akan semakin
dengan penelitian Rupley et al. (2012) dan Rao baik sehingga pengungkapan informasi sosial
et al. (2011) yang menyatakan bahwa terdapat dan lingkungan akan semakin luas dan terjamin
hubungan yang positif antara komisaris keandalannya. Penelitian ini konsisten dengan
perempuan terhadap kinerja lingkungan penelitian yang dilakukan oleh Rao et al.
perusahaan. (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara jumlah dewan
Pengaruh Multiple Directorship terhadap komisaris terhadap kinerja lingkungan. Hasil
Kualitas Pengungkapan Lingkungan penelitian ini membuktikan bahwa semakin
Hasil uji hipotesis menunjukkan banyak jumlah dewan komisaris sebagai
bahwa variabel multiple directorship puncak akan semakin efektif pula sistem
(DIRECTORSHIP), yaitu jumlah anggota pengelolaan internal perusahaan karena dewan
dewan komisaris yang memiliki pekerjaan komisaris yang memiliki peranan terhadap
lebih dari satu, signifikan. Hasil ini konsisten aktivitas pengawasan perusahaan baik.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rupley et al. (2012) dan Prasetianti (2014) Pengaruh Kepemilikan Institusional
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan t e r hadap Kualit as Pe ngungka pa n
yang positif antara multiple directorship Lingkungan
dengan kualitas pengungkapan lingkungan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
Dengan adanya keragaman pekerjaan, hal variabel kepemilikan institusional tidak
ini meningkatkan efektivitas dewan dan nilai berpengaruh signifikan terhadap kualitas
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 16

pengungkapan lingkungan. Temuan ini berbeda Variabel Kontrol


dengan hipotesis yang diajukan dimana
kepemilikan institusional berpengaruh positif Ukuran Perusahaan (Firm Size)
terhadap kualitas pengungkapan lingkungan. Berdasarkan uji hipotesis, dapat disim-
Koefisien dari fixed effect model menunjukkan pulkan bahwa variabel ukuran perusahaan
angka 0.996322 dan bertanda positif yang mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari
menunjukkan arah hubungan positif, sesuai 0,05 dan memiliki arah yang positif terhadap
dengan teori yang dihipotesiskan. Ditolaknya kualitas pengungkapan lingkungan. Hal ini
hipotesis tersebut (H4) berarti bahwa tinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi ukuran
rendahnya kepemilikan institusional tidak suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi
berdampak pada peningkatan kualitas pula kualitas pengungkapan lingkungan yang
pengungkapan lingkungan. Kepemilikan akan dipublikasikan.
institusional dalam penelitian ini merupakan Penelitian ini mendukung penelitian
kepemilikan saham oleh perusahaan reksa yang dilakukan oleh Rupley et al. (2012)
dana, dana pensiun, asuransi, maupun dan Suhardjanto (2010) yang menyatakan
perusahaan investasi lainnya dengan jumlah bahwa terdapat pengaruh positif antara ukuran
kepemilikan saham cukup besar (mayoritas). perusahaan terhadap kualitas pengungkapan
Beberapa alasan yang dapat digunakan lingkungan. Menurut Brown dan Deegan
mengapa pemegang saham mayoritas tidak (1999), dalam teori agensi, apabila ukuran
terlalu tertarik terhadap pengungkapan perusahaan lebih besar, maka biaya keagenan
informasi sukarela pada laporan tahunan yang dikeluarkan juga lebih besar sehingga
sebagaimana diperkuat pendapat Nuryaman untuk mengurangi biaya keagenan tersebut,
(2009) adalah sebagai berikut: 1) Pemegang perusahaan akan cenderung mengungkapkan
saham mayoritas tidak terlalu tertarik dengan informasi yang lebih luas. Selain itu,
pengungkapan sukarela karena mereka dapat perusahaan besar merupakan emiten yang
banyak disoroti. Pengungkapan yang lebih
mengakses informasi yang diperlukan secara
besar merupakan cara untuk mengurangi biaya
langsung ke perusahaan; dan 2) Sebagai
politis sebagai wujud tanggung jawab sosial
strategi dalam persaingan, beberapa informasi
perusahaan (Sembiring 2005).
penting sengaja ditahan oleh manajemen
dan atau pemegang saham mayoritas untuk
Profitabilitas (ROA)
menghindari dimanfaatkannya informasi
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
tersebut oleh para pesaing perusahaan.
variabel kontrol profitabilitas memiliki
Hasil ini didukung oleh penelitian Rao nilai signifikansi 0.0394 < 0.05 dengan nilai
et al. (2011) yang menyatakan bahwa semakin koefisien 1.955618, artinya profitabilitas
banyak kepemilikan institusional cenderung berpengaruh positif terhadap kualitas
memberikan tekanan manajemen untuk pengungkapan lingkungan. Profitabilitas
membatasi pengungkapan kepada publik. Hal merupakan indikator kinerja yang dilakukan
tersebut didorong berbagai alasan diantaranya manajemen dalam mengelola kekayaan
adalah untuk efisiensi sumber daya dan sumber perusahaan. Hubungan antara profitabilitas dan
dana. Oleh karena itu, tingginya kepemilikan pengungkapan lingkungan merupakan refleksi
institusional tidak mampu mendorong yang menunjukkan bahwa diperlukan respon
peningkatan pengungkapan lingkungan yang sosial untuk membuat perusahaan memperoleh
akan dipublikasikan oleh manajemen. Hasil keuntungan. Hal tersebut mendukung
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian pendapat Hackston dan Milne (1996) bahwa
Sudarno (2013) yang menyatakan bahwa pengungkapan lingkungan dipercaya sebagai
kepemilikan saham oleh institusi berpengaruh pendekatan manajemen untuk mengurangi
signifikan terhadap pengungkapan laporan tekanan sosial dan merespons kebutuhan
keberlanjutan perusahaan. sosial.
17 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

Hasil penelitian ini berhasil mendukung memublikasikan pengungkapan lingkungan


premis teori agensi bahwa semakin tinggi laba perusahaan misalnya website IICG (www.
yang diperoleh perusahaan, maka pengungkapan iicg.org), Majalah SWA (www.swa.co.id),
sosial yang diungkapkan akan semakin baik. dan Tempo (www.tempo.co); 2) Menambah
Perusahaan dengan laba yang semakin tinggi sampel pada berbagai sektor industri seperti
artinya memiliki sumber dana yang besar rokok, minyak dan gas, dan perhutanan
pula untuk melakukan pengungkapan. Hasil sehingga dapat digeneralisir pada semua
penelitian ini juga mendukung penelitian sektor; 3) Meminimalisasi unsur subjektivitas
Anggraini (2006). Namun, hasil penelitian ini pengukuran kualitas pengungkapan lingkungan
berbeda dengan hasil penelitian Luthfia (2011) dengan menggunakan skala pembobotan
dimana kinerja keuangan perusahaan (ROA) yang lebih variatif untuk setiap item kriteria,
tidak berpengaruh dengan laporan yang misalnya 0 (jika tidak diungkapkan), 1 (jika
dipublikasikan perusahaan secara sukarela. diungkapkan dalam narasi), dan 2 (jika
diungkapkan dalam narasi dan angka); serta
4) Penelusuran kepemilikan istitusi dapat
SIMPULAN
mempertimbangkan kepemilikan langsung
dan tidak langsung serta tidak menyertakan
Berdasarkan analisis data dan pem-
nominees sebagai investor institusi.
bahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kepekaan industri,
komisaris independen, multiple directorships, DAFTAR PUSTAKA
ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan,
dan profitabilitas berpengaruh terhadap Adams, R. B., H. Almeida, and D. Ferreira.
kualitas pengungkapan lingkungan. Sementara 2005. Powerful CEOs and Their Impact
itu, variabel liputan media, keragaman on Corporate Performance. Review of
gender, dan kepemilikan institusional tidak Financial Studies, 18 (4), 1403-1432.
berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan Anggraini, F. 2006. Pengungkapan
lingkungan. Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
Terdapat beberapa keterbatasan dalam yang Mempengaruhi Pengungkapan
penelitian ini. Adapun keterbatasan dalam Informasi Sosial dalam Laporan
penelitian ini adalah: 1) Perusahaan yang Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada
dijadikan sampel penelitian hanya perusahaan Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar
pertambangan, energi, kimia, farmasi, pada Bursa Efek Jakarta). Paper
kosmetik, dan makanan dan minuman yang dipresentasikan pada acara Simposium
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011- Nasional Akuntansi IX, Padang.
2013 sehingga kurang mewakili seluruh Anjani, P. R.W. 2009. Melawan Represi
perusahaan di Indonesia; 2) Terdapat unsur Budaya Patriarkat. Skripsi, Universitas
subjektivitas dalam menentukan indeks Diponegoro.
pengungkapan lingkungan dan mengukur jenis Ashforth, B. and B. Gibbs. 1990. The Double-
liputan media; 3) Terbatasnya media online yang Edge of Organizational Legitimation.
dijadikan sumber dalam mengukur variabel Organization Science, 1, 177-194.
environmental media; serta 4) Pengukuran Azhar, A. 2014. Pengaruh Elemen Corporate
variabel kepemilikan institusi dalam penelitian Governance terhadap Luas Pengungkapan
ini hanya melihat kepemilikan langsung dan Corporate Social Responsiblity (CSR)
mengkategorikan kepemilikan oleh nominees/ pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
bank custodian sebagai investor institusi, hal di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi,
ini dimungkinkan dapat memengaruhi hasil. 3 (1), 54-71.
Saran berdasarkan penelitian ini adalah: Ball, H. 2006. Parent-Infant Bed-Sharing
1) Menambah sumber media online lain yang Behavior Effects of Feeding Type and
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 18

Presence of Father. Human Nature, 17 Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun


(3), 301-331. 2006. Paper dipresentasikan pada acara
Bansal, P. and I. Clelland. 2004. Talking Simposium Nasional Akuntansi XI,
‘Trash’: Legitimacy, Impression Pontianak.
Management, and Unsystematic Risk in Effendi, B., L. Uzliawati, dan A. S. Yulianto.
the Context of the Natural Environment. 2012. Pengaruh Dewan Komisaris
Academy of Management Journal, 47 terhadap Environmental Disclosure
(1), 93-103. pada Perusahaan Manufaktur yang
Brosius, H. and H. Kepplinger. 1990. The Listing di BEI Tahun 2008-2011. Paper
Agenda Setting Function of Television dipresentasikan pada acara Simposium
News: Static and Dynamic Views, Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.
Communication Research, 17 (2), 183- Fama, E. F. and M. C. Jensen. 1983. Separation
211. of Ownership and Control. The Journal
Brown, N. and C. Deegan. 1999. The of Law and Economics, 26 (2), 301-325.
Public Disclosure of Environmental Freedman, M. and B. Jaggi. 2005. Global
Performance Information – A Dual Test Warming, Commitment to the Kyoto
of Media Agenda Setting Theory and Protocol, and Accounting Disclosures
Legitimacy Theory. Accounting and by the Largest Global Public Firms from
Business Research, 29 (1), 21-41. Polluting Industries. The International
Chen, C. J. P. and B. Jaggi. 2000. Association Journal of Accounting, 40 (3), 215-232.
between Independent Non-Executive Global Reporting Initiative. 2006. Pedoman
Directors, Family Control and Financial Laporan Keberlanjutan. Diunduh
Disclosures in Hong Kong. Journal of tanggal 23 Oktober 2014, https://www.
Accounting and Public Policy, 19 (4-5), globalreporting.org/.
285-310.
Hackston, D. and M. Milne. 1996. Some
Deegan, C. 2002. Introduction: The
Determinants of Social and Environmental
Legitimising Effect of Social and
Disclosures in New Zaeland Companies.
Environmental Disclosures – A
Accounting, Auditing, and Accountability
Theoretical Foundation. Accounting,
Journal, 9 (1), 77-108.
Auditing and Accountability Journal, 15
Hair, J. F. 1998. Multivariate Data Analysis.
(3), 282-311.
New Jersey: Prentice Hall.
Deegan, C., R. Michaela, and J. Tobin. 2002.
Huse, M. and A. G. Solberg. 2006. Gender-
An Examination of the Corporate
Related Boardroom Dynamics: How
Social and Environmental Disclosure
Scandinavian Women Make and Can
of BHP from 1983-1997. Accounting,
Auditing and Accountability Journal, Make Contributions on Corporate
15 (3), 312-343. Boards. Women in Management Review,
Dewi, S. S. dan M. P. Priyadi. 2013. Pengaruh 21 (2), 113-130.
Karakteristik Perusahaan terhadap International Organization for Standardization
Corporate Social Responsibility (ISO). 2015. ISO 14001:2015
Disclosure pada Perusahaan Manufaktur Environmental Management System-
yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmu dan Requirements with Guidance for Use.
Riset Akuntansi, 2 (3), 1-20. Diunduh tanggal 15 Februari 2015,
Djakman, C. D. dan N. Machmud. 2008. http://www.iso.org/iso/.
Pengaruh Struktur Kepemilikan Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976.
terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Agency Cost and Ownership Structure.
Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Journal of Financial Economics, 3 (4),
Empiris pada Perusahaan Publik yang 305-360.
19 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

Lindblom, C. K. 1994. The Implications November 2014, http://www.mongabay.


of Organizational Legitimacy for co.id/tag/tambang/.
Corporate Social Performance and Pflieger, J., M. Fischer, T. Kupfer, and P. Eyerer.
Disclosure. Paper presented at the 2005. The Contribution of Life Cycle
Critical Perspectives on Accounting Assessment to Global Sustainability
Conference, New York. Reporting of Organizations.
Luthfia, K. 2011. Pengaruh Kinerja Management of Environmental Quality:
Keuangan, Ukuran Perusahaan, An International Journal, 16 (2), 167-
Struktur Modal, dan Corporate 179.
Governance terhadap Publikasi Prasetianti, N. 2014. Pengaruh Media
Sustainability Report. Diponegoro dan Struktur Corporate Governance
Journal of Accounting, 3 (2). terhadap Kualitas Environmental
Millstein, I. A. 1991. The Responsibility of Disclosure. Diunduh tanggal 20
the Institutional Investor in Corporate Desember 2014, http://eprints.undip.
Management. In A.W. Sametz (ed.) ac.id/42783/1/PRASETIANTI.pdf.
The Battle for Corporate Control: Prawinandi, W., D. Suhardjanto, dan H.
Shareholder Rights, Stakeholder Triatmoko. 2013. Peran Struktur
Interests, and Managerial Corporate Governance dalam Tingkat
Responsibilities. Homewood, IL: Kepatuhan Mandatory Disclosure
Business One Irwin. Konvergensi IFRS. Paper dipresentasikan
Mizruchi, M. S. 1983. Who Control Whom? pada acara Simposium Nasional
An Examination of the Relation between Akuntansi XIII, Manado.
Management and Board of Directors Purwanto, A. 2011. Pengaruh Tipe Industri,
in Large American Corporation. The Ukuran Perusahaan, Profitabilitas terhadap
Academy of Management Review, 8 (3), Corporate Social Responsibility. Jurnal
426-435. Akuntansi dan Auditing, 8 (1), 12-29.
Muktiyanto,A. 2011. Pengaruh Interdependensi Rao, K. K., C. A. Tilt, and L. H. Lester.
Mekanisme Corporate Governance 2011. Corporate Governance and
terhadap Kinerja Perbankan. Jurnal Environmental Reporting. An Australian
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 8 Study. Corporate Governance: The
(2), 197-213. International Journal of Business in
Society, 12 (2), 143-163.
Muntoro, R. K. 2006. Membangun Dewan
Ratnasari, Y. 2011. Pengaruh Corporate
Komisaris yang Efektif. Majalah
Governance Terhadap Luas
Usahawan Indonesia, 11.
Pengungkapan Tanggung Jawab
Mursalim. 2007. Simultanitas Aktivisme
Sosial di dalam Sustainability Report.
Institusional, Struktur Kepemilikan,
Diunduh tanggal 15 November 2015,
Kebijakan Dividen dan Utang dalam
http://eprints.undip.ac.id/28629/1/
Mengurangi Konflik Keagenan. Paper
Skripsi13.pdf.
dipresentasikan pada acara Simposium
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
Nasional Akuntansi X, Makasar.
Republik Indonesia tentang Perseroan
Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Jakarta:
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Republik Indonesia.
Mekanisme Corporate Governance
Reverte, C. 2009. Determinants of Corporate
terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Social Responsibility Disclosure Ratings
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 6 by Spanish Listed Firms. Journal of
(1), 89-116. Business Ethics, 88 (2), 351-366.
Pahlevi, A. 2014. Dekrit Rakyat Kalbar Untuk Rosenstein, S. and J. G. Wyatt. 1990. Outside
Presiden Terpilih. Diunduh tanggal 7 Directors, Board Independence and
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 20

Shareholder Wealth. Journal of Financial Ujiyantho, A. M. dan B. A. Pramuka. 2007.


Economics, 26 (2), 175-191. Mekanisme Corporate Governance,
Rupley, K. H., D. Brown, and R. S. Marshall. Manajemen Laba dan Kinerja
2012. Governance, Media, and the Keuangan. Paper dipresentasikan pada
Quality of Environmental Disclosure. acara Simposium Nasional Akuntansi X,
Journal Accounting Public Policy, 31 Makassar.
(6), 610-640. U.S. Environmental Protection Agency (EPA).
Saptono, A. 2014. Board – CEO Relationship 2013. The Toxics Release Inventory in
(One Tier System – Anglo Saxon) Action: Media, Government, Business,
Hubungan Dewan Komisaris – Dewan Community and Academic Uses of TRI
Direksi (Two Tier System Continental). Data. Diunduh tanggal 23 Oktober 2014,
Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi https://www.epa.gov/.
Informasi, 10 (1), 63-75. U.S. Securities and Exchange Commission
Sari, A. R. 2012. Pengaruh Karakteristik (SEC). 2010. SEC Issues Interpretive
Perusahaan terhadap Corporate Guidance on Disclosure Related to
Social Responsibility Disclosure pada Bussiness or Legal Developments
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Regarding Climate Change. Diunduh
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal, tanggal 22 November 2014, http://www.
1 (1), 124-140. sec.gov/news/press/2010/2010-15.htm.
Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Utomo, M. M. 2000. Praktek Pengungkapan
Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan dan Pengungkapan
Perusahaan di Indonesia (Studi
Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris
Perbandingan antara Perusahaan-
pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa
Perusahaan High Profile dan Low
Efek Jakarta. Paper dipresentasikan pada
Profile). Paper dipresentasikan pada
acara Simposium Nasional Akuntansi
acara Simposium Nasional Akuntansi
VIII, Solo.
III, Jakarta.
Sitepu, A. C. dan H. S. Siregar. 2008.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(WALHI). 2014. Tinjauan Lingkungan
Pengungkapan Informasi Sosial dalam Hidup WALHI 2014. Politik 2014:
Laporan Tahunan pada Perusahaan Utamakan Keadilan Ekologis. Diunduh
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa tanggal 7 November 2014, http://www.
Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, 19, walhi.or.id/.
1-9. Zuhroh, D. dan I. Sukmawati. 2003. Analisis
Sudarno, 2013. Pengaruh Kepemilikan Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial
Manajerial, Kepemilikan Institusional, dalam Laporan Tahunan Perusahaan
dan Kepemilikan Asing terhadap Praktik terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus
Pengungkapan Sustainability Report. pada Perusahaan-Perusahaan High
Diponegoro Journal of Accounting, 2 Profile di BEJ). Paper dipresentasikan
(1), 1-14. pada acara Simposium Nasional
Suhardjanto, D. 2010. Corporate Goverance, Akuntansi VI, Surabaya.
Karakteristik Perusahaan dan Zulaikha dan B. Setyawan. 2012. Analisis
Environmental Disclosure. Prestasi, 6 Pengaruh Praktik Good Corporate
(1), 39-69. Governance dan Manajemen Laba
Susanti, R. 2014. Pengaruh Kepemilikan terhadap Corporate Environmental
Manajemen, Kepemilikan Institusional Disclosure. Jurnal Akuntansi, 1 (1), 1-
dan Corporate Social Responsibility 13.
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi. 3 (1), 1-18.
21 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22

Lampiran 1
Definisi dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Pengukuran Literatur
Variabel Dependen Environmental Disclosure Quality
Kualitas Menjelaskan seluruh Skor indikator Rupley et al.
Pengungkapan strategi (compliance, environmental disclosure (2012)
Lingkungan pollution prevention, (compliance, pollution
(Environmental product stewardship, dan prevention, product
Disclosure) sustainable development) stewardship, dan
(DQ_ secara keseluruhan yang sustainable development)
QUALITY) diungkapkan perusahaan. dalam sustainability
report atau annual report
Variabel Independen
Enviromental Media
Liputan Media Environmental disclosure Janis-Fadner coefficient = Janis dan Fadner
yang dipublikasikan 1995; Bansal dan
secara luas oleh Clelland (2004)
perusahaan secara online.
Media yang digunakan
untuk mengukur proksi
ini adalah surat kabar
e adalah jumlah
yang dipublikasi secara
artikel positif tentang
online, yaitu media
lingkungan, c adalah
Kompas, Antara News,
jumlah tentang
Kontan, WALHI Nasional
artikel negatif tentang
dan liputan media yang
lingkungan, dan t adalah
berasal dari website
jumlah e + c.
perusahaan itu sendiri.
Janis-Fadner Koefisien Janis-Fadner
Coefficient mengukur jumlah negatif
dan positif referensi
media dalam media
online nasional yang
berhubungan dalam isu
lingkungan.
Kepekaan Industri
Kepekaan Pengaruh aktivitas 1 jika perusahaan Rupley et al.
Industri perusahaan terhadap merupakan industri (2012)
(SEN_IND) lingkungan. pertambangan dan energi;
0 untuk perusahaan
energi, kimia, farmasi,
kosmetik serta makanan
dan minuman.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 22

Variabel Definisi Pengukuran Literatur


Karakteristik Dewan Komisaris
Dewan Komisaris yang berasal IND = proporsi anggota Muktiyanto (2011);
Komisaris dari luar perusahaan dewan komisaris Ratnasari (2011)
Independen dengan tidak memiliki independen yang dimiliki
(IND) hubungan dengan perusahaan.
perusahaan serta secara
independen melakukan
pengawasan terhadap
perusahaan.
Keberagaman Dewan komisaris GENDER = proporsi Rupley et al.
Gender wanita yang berada di anggota dewan komisaris (2012); Prasetianti
(GENDER) perusahaan. perempuan yang dimiliki (2014)
perusahaan.
Multiple Anggota dewan komisaris DIRECTORSHIP = Rupley et al.
Directorship yang juga menjabat proporsi anggota dewan (2012); Prawinandi
sebagai dewan komisaris komisaris yang menjabat et al. (2013)
pada perusahaan lain. sebagai dewan komisaris
pada perusahaan lain.
Board Size (BS) Jumlah dewan komisaris BS = jumlah anggota Effendi et al.
yang berada di dewan komisaris yang (2012);
perusahaan. berada di perusahaan. Suhardjanto
(2010); Sitepu dan
Siregar (2008);
Sembiring (2005)
Ownership
Kepemilikan Kepemilikan jumlah Ujiyantho dan
Institusional saham perusahaan oleh Pramuka (2007);
(KI) lembaga/institusi seperti Rao et al. (2011);
perusahaan reksa dana, Susanti (2014)
dana pensiun, asuransi,
maupun perusahaan
investasi lainnya.
Variabel Kontrol
Ukuran Besar kecilnya suatu Log Natural dari Total Rupley et al.
Perusahaan perusahaan yang Penjualan (Ln_Sales) (2012)
(Firm Size) ditunjukkan oleh total
aset, jumlah penjualan,
rata-rata total penjualan
dan rata-rata total aset.
Profitabilitas Kemampuan perusahaan Freedman dan
(ROA) dalam memperoleh laba. Jaggi (2005); Dewi
dan Priyadi (2013)

Anda mungkin juga menyukai