Solikhah, Winarsih - 2016 - Pengaruh Liputan Media, Kepekaan Industri, Dan Struktur Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungkapa
Solikhah, Winarsih - 2016 - Pengaruh Liputan Media, Kepekaan Industri, Dan Struktur Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungkapa
1, hal 1 - 22
Badingatus Solikhah
Universitas Negeri Semarang
badingatusbety@mail.unnes.ac.id
Abstract
This study aims to examine the influence of media coverage, industry sensitivity and corporate
governance structure on the quality of environmental disclosure. The sample of this study is taken
from six industries (mining, energy, chemicals, pharmaceuticals, cosmetics, food and beverages)
from Indonesia Stock Exchange during 2011, 2012 and 2013. This study uses panel data regression
analysis and employs 128 listed companies as the samples of the study. The results show that
industry sensitivity, multiple directorship, board size, firm size and ROA positively affect the quality
of environmental disclosure. The results also show a negative effect of independent commissionaire
on environmental disclosure. This study also provides evidence that media, gender and institutional
ownership have no effect on environmental disclosure.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh liputan media, kepekaan industri, dan struktur
tata kelola perusahaan terhadap kualitas pengungkapan lingkungan. Sampel penelitian ini diambil
dari enam industri (pertambangan, energi, kimia, farmasi, kosmetik, serta makanan dan minuman)
di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011, 2012, dan 2013. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi data panel untuk menguji sampel penelitian, yaitu sebanyak 128 perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepekaan industri, multiple directorship, ukuran dewan komisaris,
ukuran perusahaan, dan ROA berpengaruh positif terhadap kualitas pengungkapan lingkungan.
Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh negatif dari komisaris independen terhadap kualitas
pengungkapan lingkungan. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa liputan media, keragaman
gender, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan lingkungan.
Kata kunci: liputan media, kepekaan industri, tata kelola perusahaan, pengungkapan
lingkungan, model efek tetap
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 2
dari sistem hukum Belanda. Oleh karena seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar
itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dan dalam proses produksinya mengeluarkan
mempunyai dua badan yang terpisah, yaitu residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan
dewan komisaris dan dewan direksi. Sukmawati 2003). Perusahaan yang termasuk
Dewan komisaris merupakan salah dalam tipe industri high profile merupakan
satu organ khusus yang terdapat dalam perusahaan yang mempunyai tingkat kepekaan
struktur tata kelola perusahaan (corporate tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko
governance). Tugas utama dewan komisaris politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi
adalah bertanggung jawab untuk mengawasi yang kuat (Robert 1992 dalam Utomo 2000).
tugas-tugas direksi. Teori agensi menyatakan Sementara itu, perusahaan low profile adalah
bahwa terdapat dua sisi kepentingan yang sebaliknya.
berbeda yaitu pihak agen (manajemen) dan Penelitian Reverte (2009) pada 46
pihak prinsipal (pemegang saham) (Jensen dan perusahaan yang terdaftar di bursa efek Spanyol
Meckling 1976). Untuk memberikan bentuk menggunakan tujuh variabel yaitu, ukuran
pertanggungjawaban perusahaan terhadap perusahaan, kepekaan industri, profitabilitas
dua kepentingan tersebut, salah satu cara perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan,
yang dilakukan perusahaan adalah dengan media exposure, international listing, dan
menggunakan sistem tata kelola perusahaan leverage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(corporate governance), dimana di dalamnya ukuran perusahaan, kepekaan industri, dan
terdapat corporate social responsibility media exposure berpengaruh positif terhadap
(CSR) sebagai bentuk kepedulian perusahaan indeks pengungkapan CSR perusahaan,
terhadap lingkungan. sementara variabel lain yaitu profitabilitas
Ashforth dan Gibbs (1990) menyatakan perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan,
bahwa teori legitimasi akan menyampaikan international listing, dan leverage tidak
informasi perusahaan kepada berbagai pihak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan
agar sesuai dengan harapan masyarakat CSR.
(stakeholder). Dalam rangka mendapatkan Penelitian yang menghubungkan
legitimasi dari pemangku kepentingan, variabel kepekaan industri/tipe industri,
perusahaan melakukan pengungkapan. komisaris independen, ukuran dewan
Pengungkapan ini dapat dipublikasikan komisaris, serta kepemilikan institusional
melalui media. Penggunaan media akan terhadap pengungkapan CSR sudah banyak
mempermudah masyarakat agar lebih fleksibel dilakukan. Namun, penelitian tersebut masih
untuk mengetahui informasi perusahaan, baik menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
informasi finansial maupun nonfinansial. Hasil penelitian Sembiring (2005), Anggraini
Kaitannya dengan penelitian ini yaitu (2006), Djakman dan Machmud (2008),
informasi tentang lingkungan karena informasi Purwanto (2011), serta Rao et al. (2011)
lingkungan memiliki potensi dan berhubungan menemukan bahwa tipe industri/profil
langsung dengan lingkungan dan kepentingan perusahaan/kepekaan industri berpengaruh
masyarakat luas. signifikan terhadap luas pengungkapan
Utomo (2000) menyatakan bahwa para CSR. Hasil tersebut berkebalikan dengan
peneliti akuntansi sosial tertarik untuk menguji temuan Freedman dan Jaggi (1988) serta Sari
pengungkapan sosial pada berbagai perusahaan (2012). Variabel mekanisme good corporate
yang memiliki perbedaan karakteristik. Salah governance seperti ukuran dewan komisaris
satu perbedaan karakteristik yang menjadi dan komisaris independen juga menunjukkan
perhatian adalah tipe industri, yaitu industri hasil yang beragam sebagaimana terdapat
yang high profile dan low profile. Perusahaan dalam penelitian Suhardjanto (2010), Rao et
yang tergolong dalam industri high profile al. (2011), Effendi et al. (2012), dan Rupley et
tersebut pada umumnya memiliki karakteristik al. (2012). Sitepu dan Siregar (2008) serta Rao
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 4
et al. (2011) menemukan bahwa ukuran dewan terhadap produk mulai dari menggunakan
komisaris berpengaruh terhadap kualitas bahan-bahan produk yang ramah lingkungan
pengungkapan CSR, sementara Suhardjanto sampai adanya proses daur ulang atas produk
(2010) dan Efendy et al. (2012) menemukan yang telah diproduksi; serta 4) sustainable
sebaliknya. development (pengembangan berkelanjutan),
Sebagian besar penelitian sebelumnya, merupakan kategori paling baik, dimana
seperti Utomo (2000), Sembiring (2005), pada tahap ini perusahaan telah melakukan
Anggraini (2006), Djakman dan Machmud ketiga kategori sebelumnya dan sudah
(2008), Ratnasari (2011), Effendi et al. melakukan tanggung jawab lingkungan secara
(2012), serta Sari (2012), masih sebatas berkelanjutan.
menghubungkan variabel karakteristik Berdasarkan uraian yang telah
perusahaan serta mekanisme corporate dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini
governance terhadap pengungkapan CSR. adalah untuk menemukan bukti empiris
Sementara itu, penelitian ini telah memasukkan pengaruh liputan media, kepekaan industri,
variabel liputan media yang diukur berdasarkan dan struktur tata kelola perusahaan terhadap
Janis-Fadner coefficient ke dalam model kualitas pengungkapan lingkungan. Variabel
penelitian. Di negara maju seperti Amerika struktur tata kelola perusahaan terdiri atas
Serikat, penyebaran informasi melalui media karakteristik dewan komisaris dan kepemilikan
online sudah sejak lama dilakukan. Dalam institusional. Dalam penelitian ini, digunakan
dekade belakangan ini, hal serupa juga terjadi varabel kontrol ukuran perusahaan (firm size)
di Indonesia, dimana penyebaran informasi dan profitabilitas.
melalui media online secara cepat dapat Penelitian ini berbeda dengan penelitian
diketahui/diakses masyarakat. Oleh karena sebelumnya terkait pelaporan tanggung jawab
itu, kehadiran variabel liputan media dalam sosial dalam konteks Indonesia yang dilakukan
penelitian ini diyakini mampu memberikan oleh Anggraini (2006), Djakman dan Machmud
sumbangan yang cukup berarti terutama (2008), Ratnasari (2011), Effendi et al. (2012),
dalam upaya meningkatkan kualitas pelaporan Sari (2012), Prawindani et al. (2013); maupun
lingkungan. Sudarno (2013), dimana penelitian tersebut
Penelitian ini menggunakan menggunakan pengukuran pengungkapan
environmental disclosure index scorecard lingkungan dengan index Global Reporting
untuk mengukur variabel pengungkapan Initiative (GRI). Dalam penelitian ini,
lingkungan. Pengukuran ini dipandang pengungkapan lingkungan diukur dengan
lebih menunjukkan kualitas pengungkapan index scorecard yang digunakan oleh Rupley
lingkungan daripada menggunakan et al. (2012) dimana kualitas pengungkapan
pengukuran secara dummy karena pengukuran lingkungan digolongkan dalam empat kategori
kualitas pengungkapan lingkungan didasarkan yaitu compliance, pollution prevention,
pada strategi manajemen lingkungan yang product stewardship, serta sustainable
diterapkan perusahaan. Index Scorecard yang development. Pengukuran index scorecard
dimaksud adalah dengan membagi empat tersebut merupakan alternatif baru yang belum
kategori yang digunakan dalam mengukur digunakan oleh peneliti di Indonesia. Penelitian
variabel dependen, yaitu: 1) compliance sebelumnya, seperti Utomo (2000), Sembiring
(kepatuhan), yang menunjukkan tingkat (2005), Anggraini (2006), Djakman dan
kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan Machmud (2008), Ratnasari (2011), Rao et al.
tanggung jawab lingkungan perusahaan; 2) (2011), Effendi et al. (2012), Sari (2012), serta
pollution prevention (pencegahan polusi), Rupley et al. (2012) dianalisis menggunakan
menunjukkan tingkat pencegahan polusi metode OLS, sedangkan dalam penelitian ini
perusahaan terhadap lingkungan; 3) product dengan regresi data panel. Oleh karena itu,
stewardship (penanganan produk), dimana penelitian ini diharapkan memberikan variasi
perusahaan mulai melakukan pengawasan baru dalam pengukuran kualitas pengungkapan
5 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22
dan sesuatu yang diinginkan atau dicari Aktivitas industri yang berpotensi lebih besar
perusahaan dari masyarakat. Penelitian terhadap kerusakan lingkungan biasanya
Ashforth dan Gibbs (1990) menyatakan bahwa akan mendapatkan sorotan yang lebih dari
legitimasi perusahaan dapat diperoleh dengan masyarakat maupun aktivis lingkungan. Di
berbagai macam cara, diantaranya melakukan Indonesia, perusahaan tambang merupakan
komunikasi dengan para stakeholder. industri dengan tingkat kepekaan yang lebih
Keberadaan liputan media tentang lingkungan tinggi bila dibandingkan dengan industri
merupakan atribut eksternal perusahaan lain, seperti industri makanan dan minuman,
yang dapat memengaruhi pandangan kosmetik, energi, kimia, maupun industri
masyarakat terhadap komitmen perusahaan farmasi (Prasetianti 2014).
terhadap lingkungannya. Liputan media Pada umumnya, perusahaan tambang
akan meningkatkan reputasi perusahaan di merupakan perusahaan yang memperoleh
mata masyarakat. Oleh karena itu, liputan sorotan dari masyarakat karena aktivitas
media akan membentuk legitimasi pemangku operasinya berpotensi besar terhadap
kepentingan. kerusakan alam. Apabila dikaitkan dengan teori
Beberapa hasil penelitian yang legitimasi, perusahaan tambang cenderung
melihat pengaruh liputan media terhadap akan mengungkapkan kinerja lingkungannya
pengungkapan lingkungan menunjukkan dengan lebih baik untuk melegitimasi kegiatan
dukungan tentang logika di atas. Penelitian operasinya dan menurunkan tekanan dari para
Brosius dan Kepplinger (1990) menunjukkan aktivis sosial dan lingkungan (Sari 2012).
bahwa intensitas liputan media tentang isu-isu Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan
tertentu memengaruhi pengungkapan sukarela yang memberikan dampak yang besar
perusahaan. Penelitian Rupley et al. (2012) terhadap lingkungan dan para stakeholder
juga menunjukkan adanya hubungan positif akan lebih banyak mengungkapkan informasi
liputan media tentang lingkungan terhadap lingkungan. Hal ini dilakukan perusahaan
kualitas pengungkapan lingkungan. Oleh agar mendapatkan legitimasi dari para
karena itu, untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder demi keberlangsungan usahanya.
serta legitimasi dari masyarakat, perusahaan Pada umumnya, perusahaan dengan tingkat
senantiasa berusaha dalam menjaga kepekaan industri yang tinggi terhadap
reputasinya. Dengan demikian, liputan media lingkungan akan memperoleh perhatian
dapat membentuk kesadaran masyarakat yang tinggi pula dari masyarakat karena
terkait isu-isu tertentu. Berdasarkan uraian di aktivitas operasinya yang memiliki potensi
atas, hipotesis penelitian yang diajukan dalam memengaruhi alam. Penelitian yang dilakukan
penelitian ini adalah: Anggraini (2006) menggambarkan perusahaan
H1: Liputan media berpengaruh positif yang memiliki tingkat sensitivitas industri
terhadap kualitas pengungkapan tinggi akan memperoleh perhatian yang
lingkungan. lebih dari masyarakat dan kepentingan lain
karena aktivitas industri yang berpotensi
Pengaruh Kepekaan Industri terhadap memengaruhi kepentingan luas, baik dari segi
Kualitas Pengungkapan Lingkungan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Adam et al. (2005) memaparkan Hasil penelitian Zulaikha dan Setyawan
bahwa kepekaan industri merupakan dampak (2012) menyatakan bahwa sensitivitas
dan pengaruh yang diciptakan perusahaan industri berpengaruh signifikan terhadap
yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal
usaha dan karyawan terhadap lingkungan tersebut dikarenakan perusahaan yang
perusahaan. Oleh karena itu, jenis industri yang memiliki kepekaan tinggi (contoh perusahaan
berbeda akan memiliki tingkat kepekaan yang tambang) mempunyai dampak potensi yang
berbeda pula karena dampak yang ditimbulkan lebih tinggi dalam memengaruhi kondisi
oleh masing-masing industri tidaklah sama. serta keberadaan lingkungan. Perusahaan
7 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22
yang memiliki dampak yang besar terhadap pengungkapan lingkungan. Hal ini juga
lingkungan dan masyarakat dimungkinkan konsisten terhadap penelitian yang dilakukan
akan mengungkapkan lebih banyak informasi oleh Rupley et al. (2012) yang menunjukkan
sosial. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis hubungan yang positif antara independensi
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dewan komisaris dengan kualitas
adalah: pengungkapan lingkungan. Berdasarkan uraian
H2: Perusahaan yang berada dalam industri di atas, hipotesis penelitian yang diajukan
pertambangan akan mengungkapkan dalam penelitian ini adalah:
kinerja lingkungan dengan lebih H3a: Komisaris independen berpengaruh
berkualitas dibandingkan perusahaan positif terhadap kualitas pengung-
yang berada pada industri lainnya. kapan lingkungan.
Karateristik Dewan Komisaris Pengaruh Keragaman Gender terhadap
Kualitas Pengungkapan Lingkungan
Pengaruh Komisaris Independen terhadap
Menurut Adams et al. (2005), komisaris
Kualitas Pengungkapan Lingkungan
wanita lebih rajin dalam menghadiri rapat dewan
Komisaris independen merupakan
komisaris dibandingkan dengan komisaris
komisaris yang tidak berasal dari pihak
pria, dimana kehadiran dalam rapat ini penting
terafiliasi. Maksud dari pihak tidak terafiliasi
karena rapat dewan komisaris merupakan cara
adalah pihak yang tidak mempunyai hubungan
agar dewan komisaris memperoleh informasi
bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang
penting tentang perusahaan sebagai dasar
dalam pengendali, anggota direksi dan dewan
untuk melakukan tugas mereka. Penelitian
komisaris lain, serta dengan perusahaan
Rao et al. (2011) menunjukkan bahwa terdapat
itu sendiri. Melalui perannya dalam fungsi
pengaruh positif dewan komisaris perempuan
pengawasan, dewan komisaris akan memantau terhadap pengungkapan lingkungan. Dewan
manajemen agar keputusan yang diambil komisaris perempuan mempunyai keterlibatan
tidak merugikan para pemangku kepentingan. aktif, persiapan yang lebih baik, kemandirian,
Mizruchi (1983) mengemukakan bahwa dan kualitas lainnya yang memungkinkan
efektivitas penyeimbangan kekuatan manajer mereka untuk berkontribusi secara maksimal
dan dewan komisaris dipengaruhi independensi terhadap pengambilan keputusan terkait
dewan komisaris itu sendiri. Dengan demikian, dengan pengungkapan lingkungan (Rao et al.
keberadaan dewan komisaris independen harus 2011).
bersikap netral terhadap segala kebijakan Huse dan Solberg (2006) menemukan
yang dibuat oleh direksi. Muktiyanto (2011) bahwa perempuan lebih berkomitmen dan
berpendapat bahwa komisaris independen terlibat, lebih siap, lebih rajin, mengajukan
mampu mendorong manajemen untuk pertanyaan, dan akhirnya menciptakan
mengambil keputusan strategis untuk suasana yang baik di dalam dewan komisaris.
mencapai kinerja yang optimal. Hal ini Sejalan dengan hasil penelitian tersebut,
termasuk dalam melakukan pengawasan atas Adams et al. (2005) menemukan bahwa lebih
pelaporan pengungkapan lingkungan karena banyak perempuan dalam dewan komisaris
semakin besar proporsi dewan komisaris meningkatkan proses pengambilan keputusan,
independen, maka akan semakin mendukung meningkatkan efektivitas dewan dan bahwa
pula prinsip responsibilitas dalam penerapan perempuan memiliki kehadiran atau partisipasi
corporate govenance bagi perusahaan terhadap yang lebih baik. Hal tersebut menunjukkan
pertanggungjawaban kepada pemangku bahwa perempuan secara signifikan memiliki
kepentingan (Rosenstein dan Wyatt 1990; pengaruh terhadap dewan komisaris. Jika
Prasetianti 2014). perempuan berpengaruh terhadap dewan
Penelitian Chen dan Jaggi (2000) komisaris, maka akan memengaruhi dalam
menyatakan bahwa proporsi komisaris pengambilan keputusan.
independen berpengaruh positif terhadap
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 8
Gambar 1
Rerangka Penelitian
item pengukuran untuk mengukur kualitas purposive sampling berdasarkan kriteria yang
environmental disclosure perusahaan, dengan telah ditentukan (lihat Tabel 1).
membagi 4 tingkatan kelompok strategi yaitu
compliance, pollution prevention, product Metode Pengumpulan Data
stewardship, dan sustainable development. Metode pengumpulan data dalam
Variabel independen dalam penelitian penelitian ini yaitu dengan metode dokumentasi
ini terdiri dari liputan media, kepekaan berupa pengumpulan data sekunder. Data
industri, karakteristik dewan komisaris, diperoleh dari laporan tahunan maupun
dan kepemilikan institusional. Karakteristik laporan berkelanjutan dan laporan tangung
dewan komisaris terdiri dari dewan komisaris jawab sosial melalui website resmi BEI (www.
independen, dewan komisaris wanita, dewan idx.co.id) dan data pendukung dari Indonesia
komisaris yang memliki pekerjaan lebih dari Sustainability Reporting Award (ISRA) serta
satu (multiple directorship), dan ukuran dewan sumber data dari surat kabar nasional yang
komisaris (board size). Definisi operasional dipublikasikan secara online, yaitu media
dan pengukuran masing-masing variabel Kompas, Antara News, Kontan, WALHI
independen terdapat dalam Lampiran 1. Nasional, dan liputan media yang berasal dari
website perusahaan itu sendiri.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel Metode Analisis Data
Populasi dalam penelitian ini adalah Metode analisis data yang digunakan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek dalam penelitian ini diantaranya adalah analisis
Indonesia tahun 2011, 2012, dan 2013. statistik deskriptif, analisis regresi data panel,
Pengambilan data selama 3 tahun dianggap dan uji prasyarat regresi atas model terbaik
sudah merepresentasikan kondisi pelaporan yang terpilih dengan menggunakan EViews
lingkungan di Indonesia dan untuk alasan 8.0. Statistik deskriptif digunakan untuk
kebaruan data. Pemilihan sampel mengacu mengetahui nilai maksimum, minimum, rata-
pada penelitian Rupley et al. (2012) dan rata, dan standar deviasi dari masing-masing
Prasetianti (2014), terdiri atas enam jenis variabel. Analisis regresi data panel dilakukan
industri yaitu pertambangan, energi, kimia, dengan terlebih dahulu mengestimasi
farmasi, kosmetik, serta makanan dan menggunakan model Common Effect, Fixed
minuman. Pembatasan jenis industri tersebut Effect, dan Random Effect. Selanjutnya,
untuk meningkatkan kualitas pengumpulan dilakukan pemilihan atas model terbaik dengan
data (Rupley et al. 2012) karena proses uji Chow, uji Hausman, dan uji Lagrange
pengumpulan data bisa lebih terfokus. Teknik Multiplier (LM). Uji prasyarat regresi terdiri
pengambilan sampel dilakukan dengan metode dari uji normalitas, uji multikolinearitas,
Tabel 1
Pemihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan pertambangan, energi, kimia, farmasi, kosmetik, makanan dan 70
minuman di BEI tahun 2011-2013
2 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan corporate social responsibility (20)
baik dalam annual report maupun sustainability report
3 Perusahaan yang memenuhi kriteria 50
4 Jumlah sampel 2011-2013 (3 x 50) 150
5 Data Outlier *)
22
6 Total Sampel 128
*)
Berdasarkan uji z-score yang memiliki nilai z antara 3 s.d. 4 (Hair 1998)
11 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22
Tabel 3
Hasil Uji Chow dan Uji Hausman
Redundant Fixed Effects Tests
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 31.277985 (47,54) 0.0000
Cross-section Chi-square 367.416778 47 0.0000
Correlated Random Effects - Hausman Test
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 28.590921 8 0.0004
13 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22
Tabel 4
Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MEDIA 0.673269 0.412294 1.632981 0.1083
SEN_IND 3.383586 1.740775 1.943724 0.0547
INDEP -0.247778 1.040352 -0.238167 0.0812
GENDER 1.489941 1.105132 1.348201 0.1832
DIRECTORSHIP 0.357453 0.361214 0.989588 0.0368
BS 1.515867 0.611759 -2.477881 0.0164
KI 0.996322 1.130036 0.881673 0.7385
LN_SALES 0.231681 0.155572 1.489220 0.0142
ROA 1.955618 2.276481 -0.859053 0.0394
C -580.6404 412.5513 -1.407438 0.1650
R-squared 0.675850 Mean dependent var 0.496918
Adjusted R-squared 0.651252 S.D. dependent var 0.181017
S.E. of regression 2.213988 Akaike info criterion 4.734153
Sum squared resid 264.6940 Schwarz criterion 6.108943
Log likelihood -204.3784 Hannan-Quinn criter. 5.291775
F-statistic 39.67235 Durbin-Watson stat 2.790993
Prob(F-statistic) 0.000000
Pengaruh Liputan Media terhadap Kualitas keterbatasan dalam pengukuran media. Media
Pengungkapan Lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini terbatas
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pada media Kompas, Antara News, Kontan,
keberadaan liputan media (H1) ditolak. WALHI Nasional dan website perusahaan. Di
Variabel environmental media yang diukur samping itu, kecenderungan insan media dalam
dengan menggunakan keberadaan liputan membuat liputan cenderung memublikasikan
media tidak berpengaruh terhadap kualitas isu-isu besar saja karena anggapan bahwa
pengungkapan lingkungan. Hal ini disebabkan isu-isu kecil kurang menjadi perhatian
oleh sampel penelitian ini masih memiliki masyarakat Deegan et al. (2002). Selain itu,
Tabel 5
Ringkasan Hasil Uji Regresi
Variabel Arah
Arah Hasil Signifikan Keterangan
Independen Hipotesis
MEDIA + + x H1 Ditolak
SEN_IND + + √ (10%) H2 Diterima
IND + - √ (10%) H3a Ditolak
GENDER + + x H3b Ditolak
DIRECTORSHIP + + √ (5%) H3c Diterima
BS + + √ (5%) H3d Diterima
KI + + x H4 Ditolak
Ln_SALES + + √ (5%) Kontrol
ROA + + √ (5%) Kontrol
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 14
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian kegiatan operasinya dan menurunkan tekanan
ini tidak semuanya memublikasikan informasi dari para aktivis sosial dan lingkungan.
mengenai lingkungan dalam liputan media.
Temuan ini senada dengan hasil penelitian Pengaruh Komisaris Independen terhadap
Brown dan Deegan (1999) yang menemukan Kualitas Pengungkapan Lingkungan
bahwa pada beberapa industri, environmental Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
disclosure tidak dikaitkan dengan liputan dalam model fixed effect, variabel komisaris
media positif maupun negatif. Hasil penelitian independen berpengaruh signifikan pada
ini tidak konsisten dengan penelitian yang α = 10% terhadap kualitas pengungkapan
dilakukan oleh Rupley et al. (2012) bahwa lingkungan. Namun demikian, arah hubungan
media akan menciptakan kesadaran pemangku menunjukkan pola negatif, artinya proporsi
kepentingan tentang masalah lingkungan komisaris independen yang semakin
perusahaan sehingga manajemen perusahaan besar justru akan menurunkan kualitas
merespon dengan menyediakan environmental pengungkapan lingkungan. Pola hubungan
disclosure. ini berbanding terbalik dengan hipotesis
yang dikembangkan, dimana sebelumnya
Pengaruh Kepekaan Industri terhadap diduga bahwa proposi komisaris independen
Kualitas Pengungkapan Lingkungan yang besar akan meningkatkan kualitas
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengungkapan lingkungan.
variabel kepekaan industri (H2) diterima pada Seharusnya, keberadaan komisaris
tingkat α = 10%. Hasil tersebut menunjukkan independen mendukung prinsip responsibilitas
bahwa perusahaan pertambangan akan dalam penerapan corporate governance bagi
mengungkapkan kinerja lingkungan dengan perusahaan untuk memberikan informasi
lebih berkualitas dibandingkan perusahaan lebih baik sebagai wujud pertanggungjawaban
yang berada pada industri lainnya. Hasil kepada stakeholders. Namun, temuan
ini konsisten dengan penelitian Sembiring penelitian ini menunjukkan fenomena yang
(2005), Anggraini (2006), Djakman dan berbeda. Hal ini dimungkinkan lemahnya
Machmud (2008), serta Purwanto (2011) praktik corporate governance di Indonesia
yang menemukan bukti empiris bahwa (Yunita 2008 dalam Suhardjanto 2010). Oleh
tipe industri/profil perusahaan/kepekaan karena itu, semakin besar jumlah komisaris
industri berpengaruh signifikan terhadap independen justru semakin tidak efektif dalam
luas pengungkapan tanggungjawaban sosial. memberikan kontrol untuk meningkatkan
Namun, penelitian ini tidak selaras dengan kualitas pengungkapan. Dengan demikian,
peneliti terdahulu Freedman dan Jaggi (2005) proporsi komisaris independen yang
serta Sari (2012). semakin besar tidak mampu meningkatkan
Kepekaan industri diukur dengan kualitas pengawasan atas pengungkapan
menggunakan variabel dummy dimana 1 jika lingkungan yang dilakukan perusahaan
perusahaan merupakan perusahaan tambang sehingga kualitas pengungkapan lingkungan
dan energi dan 0 untuk perusahaan energi, akan menurun. Pengaruh negatif proporsi
kimia, farmasi, kosmetik, serta makanan dan komisaris independen terhadap kualitas
minuman. Perusahaan tambang merupakan pengungkapan lingkungan juga diduga karena
industri yang sensitif (Prasetianti 2014) karena kurang aktifnya keberadaan dewan komisaris
industri tersebut langsung bersinggungan independen dalam kegiatan pengawasan
dengan alam. Oleh karena itu, temuan penelitian perusahaan (Azhar 2014). Semakin banyak
ini mengkonfirmasi teori legitimasi bahwa jumlah komisaris independen justru dapat
perusahaan dengan tingkat kepekaan tinggi mempersulit proses koordinasi sehingga hal
akan mengungkapkan kinerja lingkungannya ini menyebabkan ketimpangan antara proporsi
lebih baik dan lebih luas untuk melegitimasi dewan komisaris independen terhadap kualitas
pengungkapan lingkungan.
15 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22
Penelitian ini sejalan dengan hasil pemegang saham. Selain itu, banyaknya
penelitian Suhardjanto (2010) dan Effendi et al. jumlah anggota dewan komisaris yang
(2012), tetapi tidak sejalan dengan penelitian mempunyai pekerjaan di perusahaan lain
Rupley et al. (2012) yang menyatakan bahwa dan lebih dari satu akan memiliki kualitas
komisaris independen berpengaruh positif pengungkapan lingkungan yang lebih tinggi
terhadap kualitas pengungkapan lingkungan. karena telah melakukan pelaporan lingkungan
di perusahaan-perusahaan lain. Anggota
Pengaruh Keberagaman Gender terhadap dewan yang bekerja di berbagai perusahaan
Kualitas Pengungkapan Lingkungan cenderung memiliki reputasi yang memiliki
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai tambah dari tipe anggota lain (Rupley et
pada model fixed effect, variabel keberagaman al. 2012).
gender yaitu keberadaan anggota dewan
komisaris perempuan tidak berpengaruh Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
signifikan terhadap kualitas pengungkapan t e r hadap Kualit as Pe ngungka pa n
lingkungan. Ditolaknya variabel keberagaman Lingkungan
gender pada model regresi ternyata sejalan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
dengan penelitian Prasetianti (2014) dimana variabel ukuran dewan komisaris mempunyai
tanpa adanya anggota dewan komisaris pengaruh positif dan signifikan terhadap
perempuan, perusahaan tetap berjalan kualitas pengungkapan lingkungan. Hasil
dalam melaksanakan pengawasan terhadap penelitian ini sesuai dengan teori agensi bahwa
pengungkapan laporan lingkungannya. Selain pengawasan dewan komisaris merupakan
itu, penelitian yang dilakukan oleh Anjani mekanisme pengelolaan yang baik (Jensen dan
(2009) menyatakan bahwa di Indonesia Mecking 1976). Selanjutnya, dewan komisaris
menganut sistem kekerabatan patrilineal (garis dianggap sebagai mekanisme pengendalian
keturunan ayah) dimana pria dianggap sebagai intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk
pemegang kontrol dan pengambil keputusan memonitor tindakan manajemen. Dengan
utama sehingga menyebabkan penelitian ini besarnya jumlah dewan komisaris, hal ini
tidak signifikan. Hasil ini tidak konsisten menyebabkan proses monitoring akan semakin
dengan penelitian Rupley et al. (2012) dan Rao baik sehingga pengungkapan informasi sosial
et al. (2011) yang menyatakan bahwa terdapat dan lingkungan akan semakin luas dan terjamin
hubungan yang positif antara komisaris keandalannya. Penelitian ini konsisten dengan
perempuan terhadap kinerja lingkungan penelitian yang dilakukan oleh Rao et al.
perusahaan. (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara jumlah dewan
Pengaruh Multiple Directorship terhadap komisaris terhadap kinerja lingkungan. Hasil
Kualitas Pengungkapan Lingkungan penelitian ini membuktikan bahwa semakin
Hasil uji hipotesis menunjukkan banyak jumlah dewan komisaris sebagai
bahwa variabel multiple directorship puncak akan semakin efektif pula sistem
(DIRECTORSHIP), yaitu jumlah anggota pengelolaan internal perusahaan karena dewan
dewan komisaris yang memiliki pekerjaan komisaris yang memiliki peranan terhadap
lebih dari satu, signifikan. Hasil ini konsisten aktivitas pengawasan perusahaan baik.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rupley et al. (2012) dan Prasetianti (2014) Pengaruh Kepemilikan Institusional
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan t e r hadap Kualit as Pe ngungka pa n
yang positif antara multiple directorship Lingkungan
dengan kualitas pengungkapan lingkungan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
Dengan adanya keragaman pekerjaan, hal variabel kepemilikan institusional tidak
ini meningkatkan efektivitas dewan dan nilai berpengaruh signifikan terhadap kualitas
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 16
Lampiran 1
Definisi dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Pengukuran Literatur
Variabel Dependen Environmental Disclosure Quality
Kualitas Menjelaskan seluruh Skor indikator Rupley et al.
Pengungkapan strategi (compliance, environmental disclosure (2012)
Lingkungan pollution prevention, (compliance, pollution
(Environmental product stewardship, dan prevention, product
Disclosure) sustainable development) stewardship, dan
(DQ_ secara keseluruhan yang sustainable development)
QUALITY) diungkapkan perusahaan. dalam sustainability
report atau annual report
Variabel Independen
Enviromental Media
Liputan Media Environmental disclosure Janis-Fadner coefficient = Janis dan Fadner
yang dipublikasikan 1995; Bansal dan
secara luas oleh Clelland (2004)
perusahaan secara online.
Media yang digunakan
untuk mengukur proksi
ini adalah surat kabar
e adalah jumlah
yang dipublikasi secara
artikel positif tentang
online, yaitu media
lingkungan, c adalah
Kompas, Antara News,
jumlah tentang
Kontan, WALHI Nasional
artikel negatif tentang
dan liputan media yang
lingkungan, dan t adalah
berasal dari website
jumlah e + c.
perusahaan itu sendiri.
Janis-Fadner Koefisien Janis-Fadner
Coefficient mengukur jumlah negatif
dan positif referensi
media dalam media
online nasional yang
berhubungan dalam isu
lingkungan.
Kepekaan Industri
Kepekaan Pengaruh aktivitas 1 jika perusahaan Rupley et al.
Industri perusahaan terhadap merupakan industri (2012)
(SEN_IND) lingkungan. pertambangan dan energi;
0 untuk perusahaan
energi, kimia, farmasi,
kosmetik serta makanan
dan minuman.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2016, Vol. 13, No. 1, hal 1 - 22 22