Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,

TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Agus Purwanto
Universitas Diponegoro

ABSTRACT

This study aims to analyze the affect of industry type, company size, and profitability on the
corporate social responsibility in annual reports. Collecting data using a purposive sampling
method to non-financial companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2009. There are 92
companies are used as research samples. Hypothesis testing is done with multiple regression
analysis. This study used independent variable like: industry type, company size, profitability;
and so the dependent variable used is corporate social responsibility. The results of
regression models indicate industry type and firm size affect to corporate social
responsibility. However, company profitability doesn’t affect to corporate social
responsibility. By the way, that profitability doesn’t have association with the corporate
social responsibility disclosure.

Keywords:corporate social responsibility, industry type, company size, profitability.

PENDAHULUAN Triple Bottom Line yang dikemukakan oleh John


Perusahaan sebagai bagian dari masyarakat Elkington pada tahun 1997, perusahaan kini
dan lingkungan perlu menyadari bahwa keberhasi- dihadapkan pada tiga konsep yaitu profit, people,
lan atau prestasi yang dicapai bukan hanya dipenga- dan planet. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin
ruhi oleh faktor internal melainkan juga dipengaruhi apabila orientasi perusahaan bergeser dari yang
oleh masyarakat dan lingkungan atau komunitas di semula bertitik tolak hanya pada ukuran kinerja
sekitar perusahaan (Rahman, 2009). Selain itu, pada ekonomi, kini juga harus bertitik tolak pada ke-
masa sekarang ini, terjadi perubahan paradigma dari seimbangan lingkungan dan masyarakat dengan
masyarakat dan lingkungan terhadap perusahaan. memperhatikan berbagai dampak sosial (Hadi,
Salah satu perubahan paradigma tersebut adalah 2011).
adanya perubahan harapan dari pihak-pihak yang Pelaksanaan CSR yang menuntut adanya
berkepentingan terhadap perusahaan (Chapple dan pertanggungjawaban dari perusahaan kepada
Moon, 2005 dalam Saleh, et al., 2010). Perusahaan masyarakat (sosial) dan lingkungan melanda dunia
dituntut untuk melakukan suatu tindakan yang lebih bisnis secara global, tidak terkecuali di Indonesia.
peduli kepada masyarakat dan lingkungan. Oleh Dengan diberlakukannya beberapa peraturan dan
karena itu, sebagai wujud kepedulian dan tanggung perundangan seperti Undang-Undang Nomor 40
jawab perusahaan, perusahaan melakukan pertang- tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)
gungjawaban sosial atau yang dikenal dengan dalam pasal 74 ayat 1 yang menyatakan bahwa PT
Corporate Social Responsibility (CSR). yang menjalankan usaha di bidang dan/atau
Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada bersangkutan dengan sumber daya alam wajib men-
tanggung jawab yang berpijak pada single bottom jalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan,
line, yaitu hanya pada kondisi keuangan (Untung, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
2008). Namun, dengan berkembangnya konsep Penanaman Modal (UUPM) dalam pasal 15 (b)

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


12 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
yang menyatakan bahwa setiap penanam modal Pertanggungjawaban sosial yang dilakukan
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan perlu disampaikan kepada stakeholder.
perusahaan, dan Keputusan Menteri Negara Badan Adanya tuntutan terhadap perusahaan untuk
Usaha Miliki Negara (BUMN) Nomor KEP- memberikan informasi yang transparan, memiliki
04/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan akuntabilitas, dan tata kelola perusahaan yang
Usaha Miliki Negara dengan Usaha Kecil dan semakin baik, memaksa perusahaan untuk mem-
Program Bina Lingkungan (PKBL) yang menya- berikan informasi berkaitan dengan aktivitas sosial
takan adanya peran dari BUMN untuk melaksana- yang dilakukan (Anggraini, 2006). Oleh karena itu,
kan PKBL, praktik CSR di Indonesia telah diubah perlu adanya pengungkapan atas pertanggung-
dari yang semula bersifat sukarela (voluntary) jawaban sosial yang dilakukan perusahaan. Salah
menjadi suatu praktik tanggung jawab yang wajib satu media pengungkapan tersebut adalah melalui
(mandatory) dilaksanakan oleh perusahaan. laporan tahunan (annual report) perusahaan
Dengan adanya ketentuan atau peraturan yang (Jenkins dan Yakovleva, 2005 dalam Muniandy dan
ditetapkan oleh pemerintah tersebut, menunjukkan Barnes, 2010). Pengungkapan pertanggungjawaban
bahwa pemerintah sebagai salah satu pihak yang sosial memainkan peranan penting bagi perusahaan.
berkepentingan terhadap perusahaan menuntut Hal ini dikarenakan perusahaan hidup di lingkungan
perusahaan untuk terlibat dalam pengelolaan masyarakat dan setiap aktivitas atau operasional
masyarakat dan lingkungan. Perusahaan memiliki perusahaan memiliki dampak sosial dan lingkungan
kewajiban untuk melakukan suatu pertanggung- (Ghozali dan Chariri, 2007).
jawaban sosial kepada pihak-pihak yang berkepen- Praktik pengungkapan (disclosure) di
tingan terhadap perusahaan atau yang disebut Indonesia diatur dalam beberapa ketentuan seperti
dengan stakeholder. Freeman (1984 dalam Moir, dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
2001) menyatakan bahwa perusahaan merupakan (PSAK) No. 1 Revisi 2009 dan peraturan mengenai
suatu rangkaian hubungan atas para stakeholder. pengungkapan yang harus dilakukan oleh pe-
Kemudian Gray et al. (1995) menyatakan bahwa rusahaan yang dikeluarkan oleh Bapepam selaku
antara perusahaan dengan stakeholder terdapat lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksa-
suatu hubungan dan oleh Robert (1992 dalam Gray naan pasar modal dan lembaga keuangan di
et al., 1995) dinyatakan bahwa CSR merupakan Indonesia. Selain itu, dalam Pasal 66 ayat 2 UUPT
perantara yang relatif berhasil menjelaskan dan No. 40 tahun 2007 juga disebutkan bahwa laporan
menegosiasikan hubungan antara perusahaan tahunan perusahaan diantaranya juga memuat
dengan stakeholder tersebut. laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial
Kok et al. 2001 (dalam Saleh, et al., 2010) perusahaan.
menyatakan bahwa CSR merupakan suatu Selain itu, dalam pasar modal global, terdapat
pernyataan umum yang mengindikasikan kewajiban suatu trend penerapan indeks perdagangan saham
perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang memasukkan kategori saham-saham perusaha-
ekonomi yang dimiliki dalam setiap aktivitas bisnis an yang telah melaksanakan CSR. Sebagai contoh,
perusahaan yang dilakukan guna menyediakan dan New York Stock Exchange memiliki Dow Jones
memberikan kontribusi kepada stakeholder. Sustainability Index (DJSI) yang diperuntukkan
Keberadaan perusahaan dalam jangka panjang me- bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan
merlukan dukungan stakeholder. Hal ini menunjuk- memiliki nilai Corporate Sustainability dengan
kan bahwa pertanggungjawaban sosial yang dilaku- salah satu kriterianya adalah praktik CSR.
kan perusahaan ditujukan bagi para pemangku Demikian pula dengan London Stock Exchange
kepentingan (stakeholder) dalam seluruh kegiatan yang memiliki Socially Responsible Investment
perusahaan demi mewujudkan harmonisasi (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange
ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berimbang. (FTSE) yang memiliki FTSE4Good sejak 2001.
Penerapan indeks ini mulai diikuti oleh otoritas

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 13
bursa saham di Asia, seperti di Hanseng Stock Teori stakeholder berkaitan dengan cara-cara
Exchange dan Singapore Stock Exchange. yang digunakan perusahaan untuk mengatur
stakeholder-nya (Gray et al., 1997 dalam Ghozali
dan Chariri, 2007). Cara-cara yang dilakukan peru-
TINJAUAN PUSTAKA DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS sahaan untuk mengatur stakeholder-nya tergantung
pada strategi yang diadopsi perusahaan (Ullman,
Teori Stakeholder
1985 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Perusahaan
Stakeholder merupakan pihak-pihak yang dapat mengadopsi strategi yang aktif atau pasif.
berkepentingan terhadap perusahaan yang meliputi Yang dimaksud dengan strategi aktif adalah
karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat, apabila perusahaan berusaha mempengaruhi hubu-
pemerintah selaku regulator, pemegang saham, ngan organisasinya dengan stakeholder yang di
kreditur, pesaing, dan lain-lain. Teori Stakeholder pandang berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa
menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas strategi aktif tidak hanya mengidentifikasi
yang hanya beroperasi untuk kepentingannya stakeholder tetapi juga menentukan stakeholder
sendiri namun harus memberikan manfaat bagi mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam
stakeholder. Gray, et al. (1994 dalam Ghozali dan mempengaruhi alokasi sumber ekonomi ke dalam
Chariri, 2007) menyatakan bahwa: perusahaan. Perhatian yang besar terhadap stake-
“Kelangsungan hidup perusahaan ter- holder akan mengakibatkan tingginya tingkat
gantung pada dukungan stakeholder dan
pengungkapan informasi sosial dan tingginya
dukungan tersebut harus dicari sehingga
aktivitas perusahaan adalah untuk mencari kinerja sosial perusahaan. Sedangkan perusahaan
dukungan tersebut. Makin powerful stake- yang mengadopsi strategi pasif cenderung tidak
holder, makin besar usaha perusahaan terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan
untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial di- secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk
anggap sebagai bagian dari dialog antara menarik perhatian stakeholder. Akibatnya adalah
perusahaan dengan stakeholder-nya”.
rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial
Mitchell et al. (1997 dalam Hoffman, 2007) dan rendahnya kinerja sosial perusahaan.
menyatakan bahwa berdasarkan pada teori
Saleh, et al. (2010) menyatakan bahwa teori
stakeholder, perusahaan memiliki tanggung jawab
stakeholder berguna dalam menjelaskan CSR. Hal
kepada setiap kelompok atau individu yang dapat
ini dikarenakan teori stakeholder mampu mem-
atau telah terpengaruh oleh kewajiban yang dimiliki
bedakan antara isu sosial dengan stakeholder.
oleh perusahaan. Stakeholder pada dasarnya dapat
Clarkson (1995 dalam Saleh, et al., 2010) ber-
mengendalikan diri atau memiliki kemampuan
pendapat bahwa manajer sepakat dengan pihak-
untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
ekonomi yang digunakan perusahaan. Hal ini
bukan dengan masyarakat atau publik. Guthrie et al.
ditentukan oleh besar kecilnya kekuatan (power)
(2004 dalam Erwansyah, 2009) menyatakan bahwa
yang dimiliki oleh stakeholder atas sumber
manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat
ekonomi tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan
Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk
stakeholder dan melaporkannya kepada stake-
membatasi pemakaian sumber ekonomi yang
holder. Teori ini menyatakan bahwa para
terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap
stakeholder memiliki hak untuk mengetahui semua
media yang berpengaruh, kemampuan untuk
informasi baik informasi mandatory maupun
mengatur perusahaan atau kemampuan untuk
voluntary serta informasi keuangan dan non-
mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang
keuangan. Dampak aktivitas perusahaan kepada
dihasilkan perusahaan (Deegan, 2000 dalam
stakeholder dapat diketahui melalui pertanggung-
Ghozali dan Chariri, 2007).
jawaban yang diberikan perusahaan berupa
informasi keuangan dan non-keuangan (sosial).

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


14 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
Teori Legitimasi an. Namun, ketika terjadi ketidakselarasan aktual
Teori legitimasi menyatakan bahwa perusaha- diantara kedua sistem nilai tersebut, maka akan
an secara terus menerus mencoba untuk meyakin- terdapat ancaman terhadap legitimasi perusahaan.
kan bahwa kegiatan atau aktivitas yang dilakukan Menurut Ghozali dan Chariri (2007), sebagai
sesuai dengan batasan dan norma-norma masya- dasar dari teori legitimasi adalah adanya kontrak
rakat dimana perusahaan beroperasi atau berada. sosial yang terjadi antara perusahaan dan masya-
Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan rakat dimana perusahaan beroperasi dan meng-
persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang gunakan sumber ekonomi. Selain itu juga dijelaskan
dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan bahwa dalam masyarakat yang dinamis, tidak ada
tindakan yang diinginkan, pantas, ataupun sesuai sumber kekuatan institusional dan kebutuhan
dengan sistem norma, nilai, kepercayaan, dan terhadap pelayanan yang bersifat permanen. Oleh
definisi yang dikembangkan secara sosial karena itu, suatu institusi harus lolos uji legitimasi
dan relevansi dengan cara menunjukkan bahwa
(Suchman, 1995 dalam Rawi dan Muchlish, 2010).
masyarakat memerlukan jasa perusahaan dan
Menurut Dowling dan Pfeffer (1975 dalam
kelompok tertentu yang memperoleh manfaat dari
Ghozali dan Chariri, 2007), teori legitimasi sangat
penghargaan yang diterimanya betul-betul men-
bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi. dapat persetujuan masyarakat.
Kedua peneliti tersebut menyatakan bahwa:
Legitimasi perusahaan dapat dilihat sebagai
“Karena legitimasi adalah hal yang
sesuatu yang diberikan masyarakat kepada peru-
penting bagi organisasi, batasan-batasan
yang ditekankan oleh norma-norma dan sahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari
nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian,
batasan tersebut mendorong pentingnya legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau
analisis perilaku organisasi dengan sumber potensi bagi perusahaan untuk bertahan
memperhatikan lingkungan”. hidup (Ashforth dan Gibbs, 1990, Dowling dan
Menurut Guthrie dan Parker (1989) dan Pfeffer, 1975 dalam Ghozali dan Chariri, 2007;
O’Dwyer (2002) dalam Ghazali (2007) menyatakan O’Donovan, 2002).
bahwa teori legitimasi tidak dapat digunakan untuk Ketika terdapat perbedaan antara nilai-nilai
menjelaskan social reporting behavior di semua yang dianut perusahaan dengan nilai-nilai masya-
negara. Gray et al (1995) menyatakan bahwa rakat, legitimasi perusahaan akan berada pada posisi
perusahaan yang melaporkan kinerjanya ber- terancam. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan
pengaruh terhadap nilai sosial dimana perusahaan dengan nilai-nilai sosial masyarakat sering dinama-
tersebut beroperasi. Hal ini disebabkan karena kan “legitimacy gap” dan dapat mempengaruhi
legitimasi dipengaruhi oleh kultur, interpretasi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
masyarakat yang berbeda, sistem politik dan kegiatan usahanya (Dowling dan Pfeffer, 1975
ideologi pemerintah. dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Untuk mengu-
rangi legitimacy gap tersebut, perusahaan harus
Teori legitimasi berfokus pada interaksi antara
mengidentifikasi aktivitas yang berada dalam
perusahaan dengan masyarakat. Menurut Dowling
kendalinya dan mengidentifikasi publik yang me-
dan Pfeffer (1975 dalam Ghozali dan Chariri,
miliki kekuatan sehingga mampu memberikan
2007), hal tersebut didasarkan pada pandangan
legitimasi kepada perusahaan (Neu et. al, 1998
bahwa perusahaan berusaha untuk menciptakan
dalam Ghozali dan Chariri, 2007).
keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat
Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam kegiatannya dengan norma-norma perilaku
yang ada dalam sistem sosial masyarakat dimana Berbagai definisi mengenai pertanggung-
perusahaan adalah bagian dari sistem tersebut. jawaban sosial atau CSR telah dikemukakan oleh
Selama kedua sistem nilai tersebut selaras, hal ter- banyak pihak. Seperti Darwin (2004 dalam Rawi
sebut dapat dipandang sebagai legitimasi perusaha- dan Muchlish, 2010) yang mendefinisikan CSR
sebagai mekanisme bagi suatu organisasi untuk

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 15
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya (UUPT) dalam Pasal 74 (1) yang menyatakan
dengan stakeholder, yang melebihi tanggung jawab bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
organisasi di bidang hukum. di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
The World Business Council for Sustainable alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
Development (2000 dalam Moir, 2001) mende- dan lingkungan. Selain itu, juga terdapat dalam
finisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
mempertanggungjawabkan dampak operasinya Penanaman Modal (UUPM) yaitu pada Pasal 15 (b)
dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang menyatakan bahwa setiap penanam modal
serta terus menerus dampak tersebut memberikan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
manfaat kepada masyarakat dan lingkungan. CSR perusahaan dan pada Pasal 16 yang menyatakan
merupakan komitmen berkelanjutan dari perusaha- bahwa setiap penanam modal bertanggungjawab
an untuk berperilaku dengan etis dan memberikan menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
kontribusi kepada pengembangan ekonomi se- menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
kaligus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan kesejahteraan pekerja.
dan keluarganya. Demikian pula terhadap masy- Menurut Carroll (1999), konsep CSR memuat
arakat sekitar tempat perusahaan beroperasi dan komponen-komponen sebagai berikut:
terhadap masyarakat luas.
1. Economic Responsibilities
Definisi tersebut menunjukkan bahwa adanya
Perusahaan memiliki tanggung jawab dalam
perubahan paradigma yakni perubahan dari
aspek ekonomi yaitu keberadaaan perusahaan
pandangan tradisional terhadap bisnis yang hanya
didasarkan pada tujuan untuk menjaga ke-
mementingkan perolehan profit. Praktik bisnis pada
berlangsungan perusahaan dalam jangka panjang
masa sekarang ini tidak terbatas pada tujuan
dan meningkatkan kesejahteraan bagi para
pembuatan profit tetapi juga meliputi elemen CSR
pemegang saham. Selain itu, perusahaan juga
dan akuntabilitas (Ghazali, 2007).
bertanggungjawab kepada kreditur yaitu menjamin
Konsep triple bottom line yang dikemukakan bahwa perusahaan dapat mengembalikan pinjaman
oleh John Elkington pada tahun 1997 memberikan dan bunga yang mengikat perusahaan. Tanggung
suatu terobosan besar bagi perkembangan CSR jawab sosial perusahaan dalam aspek ekonomi
pada era tahun 1990-an hingga sekarang yang mendominasi pelaksanaan tanggung jawab
memasuki masa perkembangan globalisasi (Hadi, perusahaan kepada stakeholder. Hal ini dikarenakan
2011). Konsep triple bottom line menjelaskan tanggung jawab ekonomi merupakan prasyarat agar
bahwa CSR memiliki tiga elemen penting yaitu: dapat melaksanakan tanggung jawab yang lain yaitu
1. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap tanggung jawab legal, etis, dan kemitraan.
Profit, yaitu untuk meningkatkan pendapatan
2. Legal Responsibilities
perusahaan.
Perusahaan sebagai bagian dari masyarakat
2. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap
memiliki kewajiban untuk memenuhi peraturan
People, yaitu untuk memberikan kesejahteraan
yang berlaku dan operasional perusahaan dilakukan
kepada karyawan dan masyarakat.
sesuai dengan kaidah peraturan perundangan.
3. Perusahaan memiliki tanggungjawab terhadap
3. Ethical Responsibilities
Planet, yaitu untuk menjaga dan mening-
katkan kualitas alam serta lingkungan dimana Perusahaan memiliki kewajiban untuk
perusahaan tersebut beroperasi. menyesuaikan aktivitas operasional yang dilakukan
dengan norma sosial dan etika yang berlaku.
Di Indonesia, kewajiban perusahaan untuk
Tanggung jawab etis bertujuan untuk memenuhi
melaksanakan CSR diatur dalam beberapa pera-
standar, norma, dan pengharapan stakeholder
turan atau perundangan seperti Undang-Undang
terhadap perusahaan.

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


16 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
4. Philanthropic Responsibilities sosial yang dilaksanakan perusahaan lebih
Perusahaan tidak hanya bertanggungjawab didasarkan kepada adanya anjuran regulasi
kepada pemegang saham tetapi juga kepada yang harus dipatuhi (external drivers), seperti
masyarakat dan lingkungan fisik sekitar perusahaan. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Perusahaan memiliki tanggung jawab tidak hanya Terbatas, UU No. 25 Tahun 2007 tentang
berupa pemberian sejumlah fasilitas dan dana, tetapi Penanaman Modal, dan lain-lain. Hal ini
juga adanya tanggung jawab perusahaan untuk dilakukan perusahaan agar dapat diterima oleh
memupuk kemandirian masyarakat sekitar seperti lingkungan dan/atau komunitas sekitar
perbaikan secara mikro dan makrososial terhadap perusahaan.
masyarakat sekitar tempat perusahaan beroperasi. 3. Perusahaan melaksanakan CSR sebagai bagian
Perusahaan merupakan pihak yang memperoleh dari aktivitas perusahaan yang berarti bahwa
keuntungan dari adanya pemanfaatan terhadap CSR tumbuh secara internal (internal drivers).
suatu sumber daya, sedangkan masyarakat Sehingga aktivitas CSR yang dilakukan
merupakan pihak yang menanggung akibat negatif perusahaan merupakan suatu kebutuhan untuk
dari pemanfaatan sumber daya tersebut. Oleh mendukung keberlanjutan perusahaan dan
karena itu, perusahaan harus mengembalikan se- sebagai investasi dalam jangka panjang yang
bagian keuntungan yang diperoleh untuk kesejah- dapat mendukung keunggulan perusahaan.
teraan masyarakat, perbaikan kerusakan yang Dengan perusahaan menerapkan dan melaksa-
ditimbulkan, dan lain-lain. nakan CSR, terdapat beberapa manfaat yang dapat
Menurut Daniri (2008), terdapat dua hal yang diperoleh. Menurut Untung (2008), manfaat
dapat mendorong perusahaan melaksanakan CSR tersebut antara lain: (1) mempertahankan dan
yaitu bersifat dari luar perusahaan (external drivers) mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan,
dan dalam perusahaan (internal drivers). Termasuk (2) mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara
kategori pendorong dari luar, misalnya adanya regu- sosial, (3) mereduksi risiko bisnis perusahaan, (4)
lasi, hukum, dan diwajibkannya analisis mengenai melebarkan akses sumber daya bagi operasional
dampak lingkungan (AMDAL). Pendorong dari usaha, (5) membuka peluang pasar yang lebih luas,
dalam perusahaan terutama bersumber dari perilaku (6) mereduksi biaya, misalnya terkait dampak
manajemen dan pemilik perusahaan (stakeholder), pembuangan limbah, (7) memperbaiki hubungan
termasuk tingkat kepedulian atau tanggung jawab dengan stakeholders, (8) memperbaiki hubungan
perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar dengan regulator, (9) meningkatkan semangat dan
(community development responsibility). produktivitas karyawan, dan (10) adanya peluang
Selanjutnya, Wibisono (2007 dalam Rahman, 2011) untuk memperoleh penghargaan.
menyatakan terdapat tiga cara pandang perusahaan Dengan perusahaan menerapkan CSR,
terhadap pelaksanaan CSR yaitu: diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi
1. Perusahaan melaksanakan CSR sekedar basa- sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya
basi dan adanya unsur keterpaksaan untuk dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan
melaksanakan CSR (external drivers). bahwa perusahaan yang menerapkan CSR, berharap
Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan mendapatkan tanggapan positif oleh para pelaku
bertujuan untuk membangun image positif dan pasar (Kiroyan, 2006 dalam Djakman dan
meningkatkan simpati masyarakat terhadap Machmud 2008).
perusahaan sehingga CSR yang dilakukan
hanya bersifat jangka pendek dan tidak Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan
mendorong pada peningkatan kehidupan (Annual Report)
masyarakat dalam jangka panjang. Hendriksen (1997) mendefinisikan pengung-
2. Perusahaan melaksanakan CSR dalam rangka kapan (disclosure) sebagai penyajian informasi
memenuhi kewajiban yaitu tanggung jawab yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 17
optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan 7. Untuk me-manage kelompok stakeholder
yang dilakukan perusahaan dapat bersifat tertentu yang powerful.
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yaitu 8. Untuk menarik dana investasi.
pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh 9. Untuk mematuhi persyaratan industri (code of
perusahaan berdasarkan pada peraturan atau standar conduct) tertentu. Sehingga terdapat tekanan
tertentu dan pengungkapan sukarela (voluntary tertentu untuk mematuhi aturan tersebut yang
disclosure). selanjutnya dapat mempengaruhi persyaratan
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial pelaporan.
disebut juga dengan social disclosure, corporate 10. Untuk memenangkan penghargaan pelaporan
social reporting, dan social reporting (Mathews, tertentu. Hal ini memiliki implikasi positif ter-
1995 dalam Sembiring, 2006) yaitu merupakan hadap reputasi perusahaan pada stakeholder.
proses mengkomunikasikan dampak sosial dan
Di Indonesia, pengungkapan pertanggung-
lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan
jawaban sosial merupakan praktik pengungkapan
terhadap kelompok yang berkepentingan terhadap
yang wajib (mandatory disclosure) dilaksanakan
perusahaan secara keseluruhan.
bagi perusahaan karena telah diatur dalam beberapa
Deegan (2002) menyatakan beberapa alasan peraturan dan perundangan. Undang-Undang
perusahaan melakukan pengungkapan sosial dan Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
lingkungan, diantaranya adalah: pada pasal 66 ayat 1 menyatakan bahwa hal-hal
1. Keinginan untuk memenuhi persyaratan yang yang harus dimuat dalam laporan tahunan
ada dalam undang-undang. perusahaan diantaranya adalah pelaporan pelak-
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi (economic sanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Pedoman
rationality). Atas dasar alas an ini, praktik pengungkapan pertanggungjawaban sosial di
pengungkapan pertanggungjawaban social Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
memberikan keuntungan bisnis karena Indonesia yaitu dalam Pernyataan Standar
perusahaan melakukan “hal yang benar” dan Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009)
alasan ini mungkin dipandang sebagai paragraf 12, yang berbunyi sebagai berikut:
motivasi utama. “Entitas dapat pula menyajikan, terpisah
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas atau dari laporan keuangan, laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
pertanggungjawaban untuk melaporkan. Arti-
(value added statement), khususnya bagi
nya, manajer berkeyakinan bahwa orang industri dimana faktor-faktor lingkungan
memiliki hak yang tidak dapat dihindari untuk hidup memegang peranan penting dan bagi
memperoleh informasi yang memuaskan dan industri yang menganggap karyawan
manajer tidak peduli dengan cost yang di- sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting”.
perlukan untuk menyajikan informasi tersebut.
4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan PSAK No. 1 (Revisi 2009) tersebut
peminjaman. Lembaga pemberi pinjaman, menunjukkan bahwa perusahaan yang ada di
sebagai bagian dari kebijakan manajemen Indonesia diberikan suatu kebebasan dalam
risiko mereka, cenderung menghendaki mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial
peminjam untuk secara periodik memberikan dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan.
berbagai item informasi tentang kinerja dan Peraturan mengenai perlunya pengungkapan
kebijakan sosial dan lingkungannya. oleh perusahaan juga diberikan oleh Bapepam.
Bapepam selaku lembaga yang mengatur dan
5. Untuk memenuhi atau menyesuaikan dengan
mengawasi pelaksanaan pasar modal dan lembaga
ekspektasi masyarakat.
keuangan di Indonesia telah mengeluarkan bebe-
6. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap rapa aturan mengenai pengungkapan (disclosure)
legitimasi perusahaan. yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


18 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
yang go public. Peraturan tersebut, yaitu dalam Perusahaan sebagai bagian dari masyarakat
Peraturan Bapepam No. VIII G.2 mengenai annual dan lingkungan perlu menunjukkan dan memiliki
report, dimaksudkan untuk melindungi para komitmen terhadap masyarakat dan lingkungan.
pemilik modal dari adanya asimetri informasi. Sebagai bentuk kepedulian perusahaan tersebut,
Sembiring (2006) mengadopsi daftar pengung- perusahaan melakukan suatu pertanggungjawaban
kapan pertanggungjawaban sosial oleh Hackston sosial (Corporate Social Responsibility-CSR).
dan Milne (1996) yang terdiri dari tema Pertanggungjawaban sosial yang dilakukan peru-
sahaan ditujukan kepada pihak-pihak yang ber-
Lingkungan, Energi, Kesehatan dan Keselamatan
kepentingan terhadap perusahaan (stakeholder).
Kerja, Lain-lain tentang Tenaga Kerja, Produk,
Stakeholder memerlukan informasi mengenai
Keterlibatan Masyarakat, dan Umum yang kemu-
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan peru-
dian dilakukan penyesuian daftar pengungkapan
sahaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu peng-
pertanggungjawaban sosial tersebut dengan kondisi
ungkapan (disclosure) terkait praktik CSR yang
di Indonesia.
dilakukan perusahaan. Perusahaan dapat melakukan
Gloutier (dalam Utomo, 2000) menyatakan pengungkapan melalui laporan tahunan (annual
bahwa tema pengungkapan pertanggungjawaban report) perusahaan. Para stakeholder berhak untuk
sosial yang termasuk dalam wacana akuntansi mengetahui semua informasi baik bersifat
pertanggungjawaban sosial terdiri dari tema mandatory maupun voluntary serta informasi
Kemasyarakatan, Ketenagakerjaan, Produk dan keuangan dan non-keuangan. Sehingga apa yang
Konsumen, dan Lingkungan Hidup. Berikut adalah dilakukan perusahaan tidak hanya bertujuan untuk
rincian tema pengungkapan pertanggungjawaban memenuhi kepentingan dan kebutuhan perusahaan
sosial tersebut: sendiri tetapi juga harus dapat memberikan manfaat
bagi stakeholder (Teori Stakeholder).
1. Kemasyarakatan
Demikian pula dengan perusahaan melakukan
Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan
pengungkapan pertanggungjawaban sosial, peru-
yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas sahaan akan memperoleh legitimasi sosial dari
yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni masyarakat. Dengan adanya kesesuaian dan kesela-
serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya. rasan antara nilai-nilai sosial yang melekat dalam
2. Ketenagakerjaan kegiatan perusahaan dengan norma-norma perilaku
yang ada dalam sistem sosial masyarakat dimana
Tema ini meliputi dampak aktivitas
perusahaan adalah bagian dari sistem tersebut,
perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan
keberlangsungan dan keberlanjutan operasional
tersebut. Aktivitas tersebut meliputi: rekruitmen, perusahaan akan terjamin (Teori Legitimasi).
program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial
promosi dan lainnya.
(CSR Disclosure-CSRD) yang dilakukan peru-
3. Produk dan Konsumen sahaan berguna dalam memberikan informasi
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu berkaitan dengan praktik CSR perusahaan kepada
produk atau jasa, antara lain keguanaan, durability, pemegang saham. Pengungkapan CSR dalam
pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam laporan tahunan terbukti berpengaruh terhadap
iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan reaksi investor yaitu yang dibuktikan dengan
lainnya. volume perdagangan saham yang meningkat
(Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
4. Lingkungan Hidup
Tema ini meliputi aspek lingkungan dari Jenis Industri
proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi Menurut Utomo (2000), para peneliti akun-
dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan tansi sosial tertarik untuk menguji pengungkapan
perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sosial pada berbagai perusahaan yang memiliki
sumber daya alam dan konversi sumber daya alam. perbedaan karakteristik. Salah satu perbedaan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 19
karakteristik yang menjadi perhatian adalah tipe bahwa pengaruh total aktiva (proksi dari ukuran
industri, yaitu industri yang high profile dan low perusahaan) hampir selalu konsisten dan secara
profile. signifikan berpengaruh terhadap kualitas
Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri pengungkapan. Hal ini dibuktikan oleh Cooke
high profile merupakan perusahaan yang (1989 dalam Pian, 2010) yaitu perusahaan besar
mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap mempunyai biaya informasi yang rendah,
lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau perusahaan besar juga mempunyai kompleksitas
tingkat kompetisi yang kuat (Robert, 1992 dalam dan dasar pemilikan yang lebih luas dibanding
Utomo, 2000). Selain itu, perusahaan yang ter- perusahaan kecil.
masuk kategori high profile umumnya merupakan Ukuran perusahaan juga merupakan variabel
perusahaan yang memperoleh sorotan dari masya- yang penting dalam praktik CSR dan berperan
rakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki
seperti barometer yang menjelaskan mengapa
potensi dan kemungkinan berhubungan dengan
perusahaan terlibat dalam praktik CSR (Gardiner et
kepentingan masyarakat luas. Industri high profile
al., 2003 dan Seifert et al., 2003 dalam Saleh, et al.
diyakini melakukan pengungkapan pertanggung-
2010). Selain itu, juga dinyatakan bahwa CSR
jawaban sosial yang lebih banyak daripada industri
hanya akan tampak berbeda apabila konsep CSR
yang low profile. Adapun perusahaan yang ter-
terintegrasi dengan prinsip dan praktik perusahaan
golong dalam industri high profile pada umumnya
dan ketika kemajuan pelaksanaan CSR secara
memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah
tenaga kerja yang besar dan dalam proses teratur dilakukan monitoring. Perusahaan besar
produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah merupakan emiten yang paling banyak disoroti oleh
dan polusi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). publik sehingga pengungkapan yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis sebagai
Fauzi et al. (2007) menemukan bukti empiris
wujud tanggung jawab sosial perusahaan
bahwa tipe industri tidak berpengaruh terhadap
(Sembiring, 2006). Penelitian terdahulu yang me-
pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Semen-
miliki hasil penelitian adanya pengaruh signifikan
tara Djakman dan Machmud (2008) menemukan
ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR
bukti empiris bahwa tipe industri memiliki
diantaranya adalah Fauzi, et al. (2007) dan
pengaruh signifikan terhadap pengungkapan per-
Djakman dan Machmud (2008).
tanggungjawaban sosial.
Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan
Pada penelitian ini, perusahaan yang dikate-
diukur dengan menggunakan logaritma natural dari
gorikan sebagai high profile antara lain perusahaan
total aktiva. Adapun alasan penggunaan proksi ini
perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan,
juga mengacu pada penelitian yang telah dilakukan
kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau
oleh Munif (2010) yang dalam penelitiannya
dan rokok, produk makanan dan minuman, media
menggunakan pula variabel ukuran perusahaan.
dan komunikasi, energi (listrik), engineering,
Dalam penelitian tersebut, yang melakukan
kesehatan serta transportasi dan pariwisata.
penelitian mengenai faktor-faktor yang mem-
Sedangkan kelompok industri low profile terdiri
pengaruhi indeks pengungkapan CSR dengan
dari bangunan, keuangan dan perbankan, supplier
sampel perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan
Bursa Efek Indonesia, peneliti menggunakan nilai
produk tekstil, produk personal, dan produk rumah
kapitalisasi pasar sebagai proksi ukuran perusahaan.
tangga (Utomo, 2000 dan Sembiring, 2006).
Namun, setelah dilakukan penelitian, proksi ter-
Ukuran Perusahaan sebut tidak mempengaruhi indeks pengungkapan
CSR dan dinyatakan oleh peneliti hasil tersebut
Ukuran perusahaan merupakan salah satu
kurang valid. Oleh karena itu, untuk penelitian
variabel yang umum digunakan untuk menjelaskan
selanjutnya, peneliti menyarankan untuk meng-
mengenai variasi pengungkapan dalam laporan
gunakan total aktiva dalam mengukur ukuran
tahunan perusahaan. Berkembang suatu fenomena
PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS
20 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mencegah Fauzi, et al. (2007) menemukan bukti empiris
perolehan hasil yang kurang valid karena pengu- bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
kuran dengan total aktiva tidak terpengaruh oleh antara ROA dengan corporate social performance
pasar sehingga dapat menghasilkan data yang valid. yang kemudian menyatakan bahwa jika perusahaan
memiliki tingkat ROA yang tinggi, maka perusaha-
Profitabilitas an akan memiliki dana yang cukup untuk dialokasi-
Profitabilitas menunjukkan seberapa besar kan kepada kegiatan sosial dan lingkungan sehingga
kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial
atau memperoleh keuntungan. Profitabilitas me- oleh perusahaan akan tinggi.
rupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan per-
METODA PENELITIAN
tanggungjawaban sosial kepada pemegang saham
(Heinze, 1976 dalam Anggraini, 2006). Sehingga Sampel dan Data Penelitian
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, Populasi dalam penelitian ini adalah mencakup
semakin besar pengungkapan pertanggungjawaban seluruh perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
sosial yang dilakukan perusahaan. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009.
Perusahaan yang memiliki tingkat profita- Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian
bilitas yang tinggi akan menarik investor institu- Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009,
sional untuk melakukan penanaman modal dalam jumlah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
perusahaan tersebut. Dengan diperkirakannya arus Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 adalah 327
laba dapat memberikan kontribusi pada peningkatan perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan
kinerja pasar dari saham perusahaan, dinyatakan menggunakan metode purposive sampling dengan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Dengan
antara kepemilikan institusional dengan profita- menggunakan metode ini, peneliti mengharapkan
bilitas (Graves dan Waddock, 1994; Johnson dan mendapatkan informasi dari kelompok sasaran
Greening, 1999 dalam Cox, et al., 2010). spesifik (Sekaran, 2006) serta untuk memperoleh
Pada penelitian ini, kemampuan perusahaan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria
menghasilkan laba diukur dengan menggunakan yang ditentukan.
rasio return on asset (ROA). ROA mengukur Data yang digunakan dalam penelitian ini
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah data sekunder. Data sekunder merupakan
bersih berdasarkan tingkat aktiva tertentu atau dapat data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
dikatakan pula bahwa ROA merupakan rasio yang yaitu melalui media atau perantara lain yang telah
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk disediakan atau dikumpulkan sebelumnya oleh
menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aktiva pihak lain. Alasan pemilihan pemakaian data
yang digunakan. Menurut Darsono dan Ashari sekunder dibandingkan data primer adalah data
(2005), dengan mengetahui ROA perusahaan, dapat sekunder lebih mudah diperoleh, biaya yang lebih
menilai apakah perusahaan tersebut efisien dalam murah, adanya penelitian terdahulu yang meng-
memanfaatkan aktiva pada kegiatan operasional gunakan data sekunder, dan lebih dapat dipercaya
perusahaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ROA keabsahannya, seperti laporan keuangan, yang
memberikan ukuran yang lebih baik atas profita- terdapat dalam annual report, telah diaudit oleh
bilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas akuntan publik.
manajemen dalam menggunakan aktiva dalam Data sekunder yang digunakan dalam
upaya memperoleh pendapatan. ROA diperoleh penelitian ini adalah laporan tahunan (annual
dengan membandingkan antara laba bersih dengan report) perusahaan tahun 2009. Adapun alasan
total aktiva. digunakannya laporan tahunan tahun 2009 adalah
didasarkan pada pertimbangan bahwa data tersebut

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 21
relatif baru. Sehingga dapat menunjukkan praktik (2010) yaitu yang memasukkan item pelayanan
pengungkapan pertanggungjawaban sosial terkini pelanggan (customer service) dalam daftar peng-
oleh perusahaan non-keuangan di Indonesia. Data ungkapan yang digunakan, penelitian ini menam-
dapat diperoleh karena perusahaan go public bahkan item Pelayanan Pelanggan pada tema
mempunyai kewajiban untuk melaporkan laporan Produk. Sehingga tema Produk menjadi tema
tahunan (annual report) kepada pihak eksternal Produk dan Konsumen. Penambahan item peng-
perusahaan. Metode pengumpulan data yang ungkapan pertanggungjawaban sosial ini didasarkan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode pada argumen bahwa kegiatan perusahaan tidak
dokumentasi. Data dikumpulkan dengan mem- dapat terlepas dari konsumen dan adanya per-
pelajari data-data yang diperoleh dari sumber data tanggungjawaban perusahaan kepada konsumen
sekunder kemudian dilanjutkan dengan pencatatan yaitu memberikan pelayanan dan memenuhi
dan penghitungan. Sumber data sekunder dalam kebutuhan dan/atau keinginan konsumen.
penelitian diperoleh dari website resmi perusahaan, Selain itu, pada penelitian ini tidak me-
website BEI (www.idx.co.id), dan Indonesian masukkan tema Umum yang terdapat dalam
Capital Market Directory (ICMD) 2009. Sembiring (2006) ke dalam daftar pengungkapan
pertanggungjawaban sosial yang digunakan.
Variabel Dependen
Adapun alasan tidak digunakannya tema Umum
Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial yang terdiri dari dua item pengungkapan tersebut
(CSR Disclosure-CSRD) adalah agar tidak terjadi pengukuran dan pencatatan
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial ganda dalam mengukur indeks pengungkapan
perusahaan yang diukur dalam penelitian ini adalah pertanggungjawaban sosial. Sehingga jumlah item
pengungkapan pertanggungjawaban sosial peru- pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang
sahaan dalam laporan tahunan (annual report). digunakan dalam penelitian ini adalah 77 item.
Daftar pengungkapan pertanggungjawaban sosial Penelitian ini menggunakan metode content
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meng- analysis untuk mengukur pengungkapan per-
gunakan daftar pengungkapan yang terdapat dalam tanggungjawaban sosial. Content analysis merupa-
penelitian oleh Sembiring (2006) yang berjumlah kan suatu metode yang dapat melakukan
78 item yang terdiri dari tema Lingkungan, Energi, pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lain-lain yang tertulis atau tercetak dalam suatu media
tentang Tenaga Kerja, Produk, Keterlibatan Masya- pelaporan, merupakan metode analisis teks yang
rakat, dan Umum. Dalam penelitian yang dilaku- cukup handal, dan bertujuan untuk menjelaskan
kan, menyatakan bahwa tujuh puluh delapan item variabel dari gejala yang nyata bukan untuk
pengungkapan pertanggungjawaban sosial tersebut memahami suatu fenomena (Rahardjo, 2010).
telah disesuaikan dengan Peraturan Bapepam No. Content analysis telah digunakan pada penelitian
VIII. G.2 tentang laporan tahunan dan disesuaikan terdahulu tentang pengukuran pertanggungjawaban
dengan kondisi di Indonesia serta telah disesuaikan sosial seperti Sembiring (2006), Sayekti dan
pula dengan masing-masing sektor industri. Wondabio (2007), Djakman dan Machmud (2008),
Penelitian terdahulu yang menggunakan pula daftar Rawi dan Muchlish (2010), dan Saleh, et al. (2010).
pengungkapan pertanggungjawaban sosial ini Pendekatan untuk menghitung indeks peng-
adalah Rawi dan Muchlish (2010). ungkapan pertanggungjawaban sosial mengguna-
Namun demikian, penelitian ini melakukan kan variabel dummy yaitu setiap item pengung-
penyesuaian dan perubahan terhadap daftar peng- kapan dalam instrumen penelitian akan diberi nilai
ungkapan pertanggungjawaban sosial tersebut. 1 jika diungkapkan dan nilai 0 jika tidak
Dengan mempertimbangkan pula daftar pengung- diungkapkan (Haniffa et al., 2005 dalam Rawi dan
kapan pertanggungjawaban sosial yang terdapat Muchlish, 2010). Selanjutnya skor dari setiap item
pada penelitian oleh Utomo (2000) dan Saleh et al. dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


22 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan indeks yang menggambarkan kemampuan perusahaan
pengungkapan pertanggungjawaban sosial (Corpo- untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah
rate Social Responsibility Disclosure Index-CSRDI) aktiva yang digunakan dan memberikan ukuran
adalah sebagai berikut: yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukkan efektivitas manajemen dalam
menggunakan aktiva dalam upaya memperoleh
= pendapatan (Darsono dan Ashari, 2005). Data ROA
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tahun
Keterangan: 2009 yaitu Laporan Laba Rugi untuk data laba
CSRDI : Corporate Social Responsibility bersih dan Neraca untuk data total aktiva. Rumus
j
Disclosure Index perusahaan j perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
n : jumlah item untuk perusahaan j,
j Return on Asset (ROA) =
n ≤ 77
j
X : dummy variable: 1 = jika item i
ij
diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan Metode Analisis
Variabel Independen Statistik deskriptif digunakan untuk
Tipe Industri memberikan gambaran mengenai variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis
Tipe industri diproksikan dengan perusahaan
yang digunakan meliputi nilai rata-rata (mean),
yang termasuk dalam industri high profile.
standar deviasi, maksimum, dan minimum
Perusahaan yang termasuk klasifikasi industri high
profile antara lain perusahaan perminyakan dan (Ghozali, 2006). Statistik deskriptif mendeskrip-
pertambangan lain, kimia, hutan, kertas, otomotif, sikan data menjadi informasi yang jelas dan mudah
penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, dipahami. Penelitian ini menggunakan model
produk makanan dan minuman, media dan komu- regresi berganda untuk menganalsis dan menguji
nikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta hipotesis. Model regresi menggunakan variabel
transportasi dan pariwisata. Tipe industri diukur dependen pengungkapan pertanggungjawaban
dengan menggunakan dummy variable yaitu diberi sosial, daan variabel independennya adalah tipe in-
skor 1 apabila perusahaan termasuk dalam industri dustri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Model
high profile dan skor 0 apabila perusahaan termasuk regresi yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
dalam industri low profile (Sembiring, 2006).

Ukuran Perusahaan CSRD = a0 + a1 TIPE + a2 SIZE + a3

Ukuran perusahaan adalah besarnya lingkup PROFIT + e


atau luas perusahaan dalam menjalankan operasi-
nya. Sebagai proksi ukuran perusahaan, penelitian
Keterangan :
ini menggunakan log of total assets yaitu logaritma
CSRD : Pengungkapan
natural jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan.
pertanggungjawaban sosial
Data mengenai total aktiva perusahaan diperoleh
TIPE : Tipe industri
dari laporan keuangan perusahaan tahun 2009 yaitu SIZE : Ukuran perusahaan
Neraca pada sisi Aktiva. PROFIT : Profitabilitas
a0 : Konstanta (intercept)
Profitabilitas
a1 – a3 : Koefisien regresi
Profitabilitas diukur dengan menggunakan e : error
rasio return on asset (ROA). ROA merupakan rasio

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan, Energi, Kesehatan dan Keselamatan
Tenaga Kerja, Lain-lain tentang Tenaga Kerja, Produk
Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial
dan Konsumen, dan Keterlibatan Masyarakat.
dalam Laporan Tahunan (Annual Report)
Berikut adalah tabel 1 yang menunjukkan
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial distribusi pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan dalam laporan tahunan (annual report) oleh perusahaan berdasarkan tema pengungkapan:
secara content analysis diukur dengan mengguna-
kan 77 item pengungkapan yang terdiri dari tema

Tabel 1 Distribusi Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial


Berdasarkan Tema Pengungkapan

Jumlah Persentase
Perusahaan Perusahaan Jumlah Persentase
No. Kategori
yang Membuat yang Membuat Pengungkapan Pengung kapan
Pengungkapan Pengungkapan
1. Lingkungan 50 53.76% 115 8.09%
2. Energi 12 12.90% 20 1.41%
Kesehatan dan
3. Keselamatan 37 39.78% 86 6.05%
Tenaga Kerja
Lain-lain
4. tentang Tenaga 93 100.00% 831 58.48%
Kerja
Produk dan
5. 88 94.62% 235 16.54%
Konsumen
Keterlibatan
6. 78 83.87% 134 9.43%
Masyarakat
Total 1421 100.00%
Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2011

Analisis Deskripsi dan standar deviasi. Berikut adalah hasil uji statistik
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif variabel penelitian dengan program SPSS
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai 17.0, tabel 2:
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean),

Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSRD 93 .0519 .4026 .198436 .0721402
TIPE 93 0 1 .52 .502
SIZE 93 23.5743 30.8258 27.694987 1.5090651
PROFIT 93 .0005 .1919 .054509 .0483288
Valid N (listwise) 93
Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2011

Dari tabel 2, variabel pengungkapan per- terendah (minimum) sebesar 0,0519 yang dimiliki
tanggungjawaban sosial (CSRD) memiliki nilai oleh PT Centris Multi Persada Pratama Tbk dan

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


24 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
nilai tetinggi (maksimum) sebesar 0,4026 yang Variabel tipe industri (TIPE) memiliki nilai
dimiliki oleh PT United Tractors Tbk. Serta nilai terendah sebesar 0 dan nilai tertinggi sebesar 1.
rata-rata (mean) sebesar 0,198436 dan standar Jumlah perusahaan yang termasuk tipe industri high
deviasi sebesar 0,0721402. Hal ini menunjukkan profile adalah 48 perusahaan atau 51,61% dari
bahwa rata-rata pengungkapan pertanggungjawaban jumlah sampel perusahaan sedangkan perusahaan
sosial perusahaan yang menjadi sampel pada
yang termasuk industri low profile adalah 45
penelitian ini adalah sebesar 19,84% dari total
perusahaan atau 48,39% dari jumlah sampel
kriteria pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan. Berikut adalah tabel 3 yang me-
perusahaan dan dapat pula dinyatakan bahwa rata-
rata indeks pengungkapan pertanggungjawaban nunjukkan distribusi tipe industri dari sampel
sosial oleh perusahaan adalah relatif rendah. penelitian.

Tabel 3 Distribusi Tipe Industri Sampel Penelitian


Tipe Industri Jumlah Persentase
High Profile 48 51,61%
Low Profile 45 48,39%
Total 93 100%
Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2011

Pada variabel ukuran perusahaan (SIZE), laba bersih yang diperoleh dari seluruh aktiva yang
memiliki nilai rata-rata dan standar deviasi masing- digunakan oleh perusahaan sampel.
masing sebesar 27,694987 dan 1,5090651. Variabel
ukuran perusahaan memiliki nilai terendah (minimum) Uji Hipotesis
sebesar 23,5743 yang dimiliki oleh PT Dyviacom
Untuk menguji model regresi yang dikem-
Intrabumi Tbk dan nilai tertinggi (maksimum) sebesar
30,8258 yang dimiliki oleh PT United Tractors Tbk. bangkan pada penelitian ini, dilakukan dengan ana-
Pada variabel profitabilitas (PROFIT), nilai lisis regresi berganda untuk memprediksi hubungan
terendah (minimum) adalah sebesar 0,0005 yang antara variabel dependen dengan variabel indepen-
dimiliki oleh PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dan den dan variabel kontrol.
nilai tertinggi (maksimum) sebesar 0,1919 yang Pada model regresi, variabel dependen adalah
dimiliki oleh PT Centris Multi Persada Pratama pengungkapan pertanggungjawaban sosial (CSRD),
Tbk. Variabel profitabilitas yang diukur dengan
variabel independen tipe industri (TIPE), ukuran
ROA, yaitu perbandingan antara laba bersih dengan
total aktiva, memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar perusahaan (SIZE), dan profitabilitas (PROFIT).
0,054509 dan standar deviasi sebesar 0,0483288 Hasil analisis dengan menggunakan regresi
yang menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 5,51% berganda dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Analisis Regresi-Model Regresi I


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.572 .114 -5.019 .000
TIPE .044 .013 .309 3.506 .001
SIZE .026 .004 .551 6.404 .000
PROFIT .049 .135 .033 .365 .716
a. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2011

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 25
Dari hasil uji regresi pada model regresi, per- mengungkapkan pertanggungjawaban sosial di atas
samaan regresi yang diperoleh adalah sebagai rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
berikut: yang termasuk klasifikasi high profile meng-
CSRD = - 0,572 + 0,044 TIPE + 0,026 SIZE + ungkapkan pertanggungjawaban sosial lebih baik.
0,049 PROFIT Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
Koefisien regresi variabel TIPE bertanda ditemukan oleh Djakman dan Machmud (2008)
positif menunjukan hubungan yang searah sebesar yaitu yang menemukan bukti empiris bahwa tipe
0,044. Hal ini berarti bahwa apabila tipe industri industri yang diproksikan dengan perusahaan yang
meningkat atau bertambah satu satuan, maka termasuk regulated company berpengaruh
Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial akan signifikan terhadap luas pengungkapan per-
meningkat sebesar 0,044. Koefisien regresi variabel tanggungjawaban sosial. Namun, hasil penelitian ini
SIZE bertanda positif menunjukan hubungan yang tidak sejalan dengan yang ditemukan oleh Fauzi et
searah sebesar 0,026. Hal ini berarti bahwa apabila al. (2007) yaitu yang menemukan bukti empiris
variabel ukuran perusahaan meningkat atau bahwa tipe industri sebagai yang diproksikan
bertambah satu satuan, maka akan meningkatkan dengan perusahaan yang termasuk sektor
Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial sebesar manufaktur dan non-manufaktur tidak berpengaruh
0,026. Koefisien regresi variabel PROFIT bertanda signifikan terhadap kinerja sosial perusahaan
positif menunjukan hubungan yang searah sebesar (corporate social performance).
0,049. Hal ini berarti bahwa apabila profitabilitas Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
meningkat atau bertambah satu satuan, maka Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial dan
Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial akan Kepemilikan Institusional
meningkat sebesar 0,049. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifi-
Nilai thitung tipe industri (TIPE) dan ukuran kansi ukuran perusahaan adalah sebesar 0,000 (<
perusahaan (SIZE) lebih dari nilai ttabel dan tingkat 0,05). Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan
signifikansi di bawah 0.05, maka H1 dan H2 berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
diterima. Sehingga dapat disumpulkan bahwa, tipe pertanggungjawaban sosial. Hasil penelitian ini
industri dan ukuran perusahaan berpengaruh membuktikan premis bahwa pertanggungjawaban
terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. sosial dipengaruhi oleh ukuran perusahaan dimana
Sedangkan, pada model regresi, nilai thitung perusahaan besar cenderung mengungkapkan per-
profitabilitas (PROFIT) kurang dari nilai ttabel dan tanggungjawaban sosial yang lebih luas (Djakman
tingkat signifikansi di atas 0.05, maka H3 ditolak. dan Machmud, 2008). Selain itu, juga mendukung
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa. profitabilitas premis bahwa perusahaan besar merupakan emiten
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan per- yang paling banyak disoroti oleh publik sehingga
tanggungjawaban sosial. pengungkapan yang lebih besar merupakan
pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung
Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2006).
Pertanggungjawaban Sosial
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di-
Hasil penelitian menunjukkan nilai signi- temukan oleh Fauzi et al. (2007) dan Djakman dan
fikansi tipe industri sebagai variabel independen Machmud (2008) bahwa semakin besar perusahaan,
adalah sebesar 0,001 (< 0,005). Hal ini me- maka inisiatif dalam melakukan dan mengungkap-
nunjukkan bahwa tipe industri berpengaruh kan pertanggungjawaban sosial semakin tinggi. Hal
signifikan terhadap pengungkapan pertanggung- ini terbukti pada beberapa perusahaan, salah
jawaban sosial. Hasil penelitian menunjukkan satunya adalah PT United Tractors Tbk yang
bahwa perusahaan yang termasuk klasifikasi high memiliki nilai tertinggi (maksimum) logaritma
profile berjumlah 48 perusahaan. Dari 48 natural total aktiva sebesar 30,8258 dengan indeks
perusahaan tersebut, terdapat 21 perusahaan yang

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


26 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
pengungkapan pertanggungjawaban sosial yaitu KESIMPULAN DAN SARAN
mencapai 0,4026 atau 40,26% yang merupakan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
nilai tertinggi indeks pengungkapan pertanggung- pengaruh tipe industri, ukuran perusahan dan
jawaban sosial pada penelitian ini. Sedangkan PT profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan
Dvyiacom Intrabumi Tbk yang memiliki nilai pertanggungjawaban sosial perusahaan. Pengum-
logaritma natural total aktiva terendah (minimum) pulan data menggunakan metode purposive
yaitu 23,5743, memiliki indeks pengungkapan sampling terhadap perusahaan non-keuangan yang
pertanggungjawaban sosial hanya 0,1299 atau 13%. terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.
Namun demikian, hasil penelitian ini tidak sejalan Sejumlah 92 perusahaan digunakan sebagai sampel
dengan yang ditemukan oleh Rawi dan Muchlish penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
(2010) yaitu yang menemukan bukti empiris bahwa menggunakan analisis regresi berganda. Penelitian
total aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap ini menggunakan variabel tipe industri, ukuran
pengungkapan pertanggungjawaban sosial. perusahaan, dan profitabilitas sebagai variabel inde-
penden, dan pengungkapan pertanggungjawaban
Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan sosial perusahaan sebagai variable dependen.
Pertanggungjawaban Sosial dan Kepemilikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe
Institusional
industri berpengaruh signifikan terhadap pengung-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kapan pertanggungjawaban sosial. Hasil penelitian
signifikansi profitabilitas adalah 0,716 yang berarti menunjukkan bahwa perusahaan yang termasuk
lebih dari 0,05. Hal ini berarti bahwa profitabilitas klasifikasi high profile berjumlah 48 perusahaan.
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkap- Dari 48 perusahaan tersebut, terdapat 21 perusahaan
an pertanggungjawaban sosial. Alasan yang dapat yang mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
digunakan adalah sampel perusahaan yang memi- di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa
liki nilai profitabilitas yang diproksikan dengan perusahaan yang termasuk klasifikasi high profile
ROA di atas rata-rata adalah sejumlah 37 mengungkapkan pertanggungjawaban sosial lebih
perusahaan. Dari 37 perusahaan tersebut, hanya 18 baik.
perusahaan yang memiliki indeks pengungkapan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
pertanggungjawaban sosial di atas rata-rata atau perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peng-
dapat dinyatakan bahwa hanya 18 perusahaan yang ungkapan pertanggungjawaban sosial. Hasil pene-
melakukan dan mengungkapkan pertanggung- litian ini membuktikan bahwa pertanggungjawaban
sosial dipengaruhi oleh ukuran perusahaan dimana
jawaban sosial dengan cukup baik.
perusahaan besar cenderung mengungkapkan per-
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang
tanggungjawaban sosial yang lebih luas. Selain itu,
ditemukan oleh Fauzi et al. (2008) yaitu yang juga menunjukkan bahwa perusahaan besar
menemukan bukti empiris bahwa kinerja keuangan merupakan emiten yang paling banyak disoroti oleh
yang diproksikan dengan ROA berhubungan positif publik sehingga pengungkapan yang lebih besar
dan signifikan terhadap corporate social perfor- merupakan pengurangan biaya politis sebagai
mance. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan
perusahaan dengan tingkat ROA yang tinggi, yang demikian maka, semakin besar perusahaan, maka
berarti memiliki dana yang cukup untuk inisiatif dalam melakukan dan mengungkapkan
dialokasikan kepada kegiatan sosial dan ling- pertanggungjawaban sosial semakin tinggi.
kungan, belum tentu mengalokasikan dananya Hasil penelitian menunjukkan bahwa, profita-
tersebut pada kegiatan sosial dan lingkungan bilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
sehingga tingkat pengungkapan pertanggung- pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Hal ini
jawaban sosial yang dilakukan adalah rendah. menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
ROA yang tinggi, belum tentu mengalokasikan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 27
dananya tersebut pada kegiatan sosial dan lingku- Gray, Rob, R. Kouhy, dan S. Lavers. 1995.
ngan sehingga tingkat pengungkapan pertang- “Corporate Social and Environmental
Reporting: A Review of The Literature and A
gungjawaban sosial yang dilakukan masih rendah.
Longitudinal Study of UK Disclosure”.
Accounting, Auditing, and Accountability
Journal, Vol. 8, No. 2, pp. 47-77.
DAFTAR PUSTAKA Helfert, Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Teori Akuntansi.
Edisi 5. (Terj.) Ali Akbar Yulianto dan Hendriksen, Eldon S. 1997. Teori Akuntansi. (Terj.)
Risnawati Dermauli. Jakarta: Salemba Empat. Nugroho Widjajanto. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Carroll, Archie B. 1999. “The Pyramid of Hoffman, Richard C. 2007. “Corporate Social
Corporate Social Responsibility: Toward the Responsibility In The 1920s: An Institutional
Moral Management of Organizational Perspective”. Journal of Management History,
Stakeholders”. Business Horizon, Vol. 34, pp. Vol. 3, No. 1, pp. 55-73.
39-48. Mahoney, L dan Roberts, R.W. 2007. “Corporate
Cox, Paul, S. Brammer, dan A. Millington. 2004. Social and Environmental Performance and
“An Empirical Examination of Institutional Their Relation to Financial Performance and
Investor Preferences for Corporate Social Institutional Ownership: Empirical Evidence
Performance”. Journal of Business Ethics, on Canadian Firms”. Accounting Forum, Vol.
Vol. 52, pp 27-43. 31, pp. 233-253.

Deegan, Craig. 2002. “The Legitimising Effect of Moir, Lance. 2001. “What Do We Mean by
Social and Environmental Disclosures-A Corporate Social Responsibility?”. Corporate
Theoritical Foundation”. Accounting, Auditing, Governance, Vol. 1, Issue 2, pp. 16-22.
and Accountability Journal, Vol. 15, No. 3, pp. Muniandy, Jothimani K. dan L. Barnes. 2010. “The
282-311. Link Between Corporate Social Performance
Djakman, Chaerul D. dan N. Machmud. 2008. and Institutional Investor’s Shareholdings in
“Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Malaysian Public Listed Companies”.
Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial International Review of Business Research
(CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Papers, Vol. 6, No. 4, pp. 246-261.
Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan O’Donovan, Gary. 2002. “Environmental
Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Disclosures in The Annual Report: Extending
Tahun 2006”. Simposium Nasional Akuntansi The Applicability and Predictive Power of
XI. Pontianak. Legitimacy Theory”. Accounting, Auditing,
Fauzi Hasan, L. Mahoney dan A. A. Rahman. 2007. and Accountability Journal, Vol. 15, No.3, pp.
“Institutional Ownership and Corporate Social 344-371.
Performance: Empirical Evidence from Rahman, Reza. 2009. Corporate Social
Indonesian Companies”. SSRN and Issues in Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan.
Social and Environmental Accounting, Vol. 1, Yogyakarta: Media Pressindo.
No. 2, pp 334-347.
Rawi dan M. Muchlish. 2010. “Kepemilikan
Ghozali Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Manajemen, Kepemilikan Institusi, Leverage
Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit dan Corporate Social Responsibility”. Simpo-
Universitas Diponegoro. sium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Ghozali Imam. 2006. Analisis Multivariate dengan Saleh, Mustaruddin, Norhayah Zulkifli, dan Rusnah
Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Muhamad. 2010. “Corporate Social
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Responsibility Disclosure and Its Relation on
Graves, Samuel B. dan S.A. Waddock. 1994. Institutional Ownership”. Managerial Auditing
’Institutional Owners and Corporate Social Journal, Vol. 25, No. 6, pp. 591-613.
Performance”, dalam The Academy of Sayekti, Yosefa dan L. S. Wondabio. 2007.
Management Journal. Vol. 37. No. 4. Agustus. “Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning
pp. 1034-1046. Response Coefficient (Suatu Studi Empiris

PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS


28 TERHADAP CORPORATE SOCIAL, RESPONSIBILITY
Agus Purwanto
Universitas Diponegoro
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Untung, Hendrik Bdi. 2008. Corporate Social
Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi X. Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
Makassar.
Utomo, Muhammad Muslim. 2000. “Praktek
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan
Bisnis. Edisi 4. (Terj.) Kwan Men Yon. Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan
Jakarta: Salemba Empat. Antara Perusahaan-Perusahaan High Profile
dan Low Profile)”. Simposium Nasional
Sembiring, Eddy Rismanda. 2006. “Karakteristik
Akuntansi III. Jakarta.
Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri Sukmawati.
yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”, jurnal 2003. “Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan
Maksi Universitas Diponegoro Semarang, Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Vol. 6, No. 1, Januari, hlm. 69-85. terhadap Reaksi Investor”. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social
Responsibility: From Charity to Sustainability.
Jakarta: Salemba Empat.

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 29

Anda mungkin juga menyukai