Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

D.M GESTASIONAL

RUANG MAWAR

DISUSUN OLEH :

WHAIS AL KHORNI
2019.04.100

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI

4
A. Definisi Diabetes Melitus Gestasional
Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu Penyakit
Dalam edisi V, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi
hamil (Diabetes Mellitus Hamil/DMH/DM pragestasional).
2. DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus
Gestasional/DMG).

Diabetes mellitus gestasional didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa


yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi ini berlaku
dengan tidak memandang apakah pasien diabetes mellitus hamil yang
mendapat terapi insulin atau diet saja, juga apabila pada pasca persalinan
keadaan intoleransi glukosa masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan
pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi intoleransi glukosa. Meskipun
memiliki perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya, baik penyandang DM
tipe 1 dan 2 yang hamil maupun DMG memiliki penatalaksanaan yang
kurang lenih sama.

Prevalensi diabetes mellitus gestasional sangat bervariasi dari 1-14%,


tergantung dari subyek yang diteliti dan terutama dari kreteria diagnosis yang
digunakan. Dengan menggunakan kriteria yang sama yaitu yang digunakan
oleh American Diabetes Association prevalensi sebesar 2,0%. Ksanti
melakukan studi retrospektif pada 37 wanita hamil yang dikelola sebagai
DMG di RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo dalam retang tahun 2000-2003.
DMG lebih banyak didapatkan pada usia diatas 32 tahun dan lebih dari 50%
memiliki riawayat keluarga DM. pada kelempok DMG dengan hasil
pemeriksaan TTGO menunjukkan TGT (3 dari 37 subyek), semuanya dapat
terkendali dengan pengaturan diet saja. Sedangkan pada kelompok yang
memenuhi kriteria DM pada pemeriksaan awal (18 dari 37 subyek), sebanyak
70% mendapat terapi insulin. Sedangkan pada kelompok DMG yang
meraguka (tidak memenuhi kriteria diagernosis ada 1997 maupun Perkeni

5
2002 untuk DMG), sebanyak 80% dikelola dengan pengaturan diet saja. Tidak
ada pemakaian insulin analog pada priode tersebut.

B. Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional


Menurut Sudoyo (2009) pada kehamilan terjadi resistansi insulin
fisiologi akibat peningkatan hormone-hormon kehamilan (human placental
lactogen/HPL, progesterone, kortisol, prolaktin) yang mencapai puncaknya
pada trimester ketiga kehamilan. Tidak berbeda pada patifisiologi DM tipe ,
pada DMG juga terjadi ganggunya sekresi sel beta pancreas. Kegagalan sel
beta ini dipikirkan karena beberapa hal diantaranya :
1. Aotoimun
2. Kelainan genetic
3. Resistensi insulin kronik

Studi oleh Xiang (2000) melaporkan bahwa pada wanita dengan DMG
mengalami gangguan kompensasi produksi insulin oleh sel beta sebesar 67%
dibandingkan kehamilan normal. Ada sebagian kecil populasi wanita ini yang
antibody isclet cell (1.6-3,8%). Sedangkan sekitar 5% dari populasi DMG
diketahui memiliki gangguan sel beta akibat defek pada sel beta seperti
mutasi pada glukokinase.

Resistensi insuli selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif tubuh


untuk menjaga asupan nutrisi ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi
sebelum kehamilan pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan wanita dengan
DMG memiliki kedua jenis resistensi insulin ini yaitu kronik dan fisiologi
sehingga resistensi insulinnya biasanya lebih berat dibandingkan kehamilan
normal. Kondisi ini akan membaik segera setelah selesai masa nifas, dimana
konsentrasi HPL sudah kembali seperti awal.

6
Pathway DM dalam Kehamilan

Genetik, virus, pengerusakan insulin dari sebelum


kehamilan atau muncul pada saat kehamilan

Kerusakan sel beta

Ketidakseimbangan produksi insulin dan


kerja insulin terganggu dan ↓

Gula dalam darah tidak dapat dibawa


masuk ke dalam sel

Hiperglikemi pada ibu

4
Glukosa diplasma ↑ Glukosuria pada Ibu

↑ osmolalitas plasma dan Pengambilan glukosa sirkulasi plasenta ↑ Kehilangan kalori Anabolisme protein
cairan dalam tubulus ginjal menurun

Sel kekurangan bahan


Estrogen, kotisol, HPL ↑ untuk metabolisme Kerusakan pada antibodi
Glukosuria

Kekebalan tubuh
Kehilangan kalori Protein dari lemak menurun
Glukosa masuk ke dibakar
plasenta dan ↑
Resiko infeksi
Merangsang Berat badan menurun
hipotalamus
Bayi kelebihan nutrisi
(hiperglikemia) Keletihan
Pusat lapar dan
haus
Makrosomia (bb
bayi > 4000 gr)
Polidipsia

Polifagia
Risiko cidera janin Ansietas
Ketidakseimbangan Indikasi dilakukan
nutrisi kurang dari persalinan SC
kebutuhan tubuh Defisit pengetahuan
5
6
7
C. Penjaringan dan Diagnosis
Berbeda dengan diabetes melitus yang sudah mempunyai kseragaman
kriteria diagnosis, diabetes melitus gestasional sampai saat ini belum ada
kesepakatan mengenai kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. Pada
saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu yang banyak dipakai
diperkenalkan oleh American Diabetes Association dan umumnya digunakan
dinegara Amerika Utara, dan kriteria diagnosis dari WHO yang banyak
digunakan diluar Amerika Utara.
D. Kriteria American Diabetes Association
American Diabetes Association menggunakan skrining diabetes melitus
gestasional melalui pemeriksaan glukosa darah dua tahap. Tahap pertama
dikenal dengan nama tes tantangan glukosa yang merupakan tes skrining.
Pada semua wanita hamil yang datang ke klinik diberikan minum glukosa
sebanyak 50 gram kemudian diambil contoh darah satua jam kemudian. Hasil
glukosa darah (umumnya contoh darah adalah plasma vena) > 140 mg/dl
disebut tes tantngan positif dan harus dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu
tes toleransi glukosa oral harus harus dipersiapkan sama dengan pada
pemeriksaan bukan pada wanita hamil. Perlu diingat apabila pada
pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl
atau glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl, maka mereka hanya dilakukan
pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes
melitus sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes
toleransi glukosa oral.

Untuk tes toleransi glukosa oral American Diabetes Association


mengusulkan dua jenis tes yaitu yang disebut tes toleransi glukosa oral tiga
jam, dan tes toleransi glukosa oral dua jam. Perbedaan utama ialah jumlah
beban glukosa yaitu pada yang tiga jam menggunakan beban glukosa 100
gram sedang yang pada dua jam hanya 75 gram.(gambar 1)

4
Wanita Hamil

Glukosa 50 gr

< 140 mg % ≥ 140 mg %

normal TTGO – 2 jam 100 (75) gr


glukosa

Normal DMG

Pernilaian hasil tes toleransi glukosa oral untuk menyatakan diabetes


melitus gestasional, baik untuk tes toleransi glukosa tiga jam maupun yang
hanya dua jam berlaku sama yaitu ditemukannya dua atau lebih angka yang
abnormal (table1).

Tabel 1. Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 Jam dengan beban
Glukosa 100g dan 2 jam dengan beban glukosa 75 gr
Hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam Hasil tes toleransi glukosa oral 2 jam
dengan beban glukosa 100gr (mg/dl) dengan beban glukosa 100gr (mg/dl)
Puasa 95 Puasa 95
1-jam 180 1-jam 180
2-jam 155 2-jam 155
3-jam 140
Diagnosa diabetes melitus gestasional ditegakkan apalia ditemukan dua atau
lebih angka yang abnormal
E. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus Gestasional

5
Menurut WHO dalam buku Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus tahun 1999 menganjurkan untuk diagnosis Diabetes Mellitus
gestasional harus dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa
75 gram. Kriteria diagnosis sama dengan yang bukan wanita hamil yaitu
puasa ≥126 mg/dl dan dua jam pasca beban ≥ 200 mg/dl, dengan tambahan
mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu didiagnosis juga sebagai
diabetes melitus gestasional. (Tabel 2)
Tabel 2. Nilai glukosa plasma puasa dan tes toleransi glukosa
oral dengan beban glukosa 75 gram
Glukosa plasma puasa
Normal < 110 mg/dl
≥ 110 mg/dl - < 126
Glukosa puasa terganggu
mg/dl
Diabetes mellitus ≥ 126 mg/dl
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa oral
Normal < 140 mg/dl
≥ 140 mg/dl - < 200
Toleransi glukosa terganggu mg/dl, sedang puasa
< 126 mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 200 mg/dl

Dinyatakan diabetes melitus gestasional bila glukosa plasma puasa ≥


126 mg/dl dan/atau 2 jam setelah beban glukosa ≥ 200 mg atau toleransi
glukosa terganggu. Definition, Diagnosis and classification of diabetes
melitus its complication. Report of a WHO consultation. World health
organization, Geneva 1999 (Tech Rep Ser, 894).
2.5.1 Siapa yang Harus Diskrining dan Kapan harus Diskrining ?
Wanita dengan diabetes melitus gestasional hampir tidak pernah
memberikan keluhan, sehingga perlu dilakukan skrining. Oleh karena
hanya sekitar 3-4% dari wanita hamil yang menjadi diabetes melitus
gestasional , menjadi pertanyaan apakah semua wanita hamil harus
dilakukan skrining untuk diabetes melitus gestasional atau hanya pada
mereka yang dikelompokkan sebagai resiko tinggi. Penelitian di
Makassar oleh Adam dari 2074 wanita hamil yang diskrining

6
ditemukan prevalensi 3,0% pada mereka yang beresiko tinggi dan
hanya 1,2% pada mereka yang tanpa resiko.
Sebaiknya semua wanita hamil harus dilakukan skrining untuk
diabetes melitus gestasional. Beberapa klinik menganjurkan skrining
diabetes melitus gestasional hanya dilakukan pada mereka dengan
resiko tinggi, skrining sebaiknya sudah dimulai pada saat pertama kali
datang ke klinik tanpa memandang umur kehamilan. Apabila hasil tes
normal, maka perlu dilakukan tes ulangan pada minggu kehamilan
antara 24-28 minggu. Sedang pada mereka yang tidak beresiko tinggi
tidak perlu dilakukan skrining.
Faktor resiko DMG (Diabetes Mellitus Gestational) yang
dikenal adalah :
a. Faktor resiko obstresi :
Riwayat keguguran beberapa kali
Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa sebab
Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan
Riwayat melahirkan bayi ≥ 4000 gram
Riwayat pre eklamsia
Polihidramnion
b. Riwayat umum
Usia saat hamil > 30 tahun
Riwayat DM dalam keluarga
Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya
Infeksi saluran kemih berulang saat hamil
Di Indonesia, untuk dapat meningkatkan diagnosis lebih baik,
lakukan pemapisan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama
dan mengulanginya pada usia kehamilan 26-28 minggu apabila
hasilnya negatif.
F. Komplikasi
Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu
Penyakit Dalam edisi V, komplikasi Diabetes Mellitus terdiri atas :

7
 Ibu : peningkatan resiko hipertensi (preeklampsia, HT dalam
kehamilan), resiko SC meningkat.
 Janin : anumali kongenital (jika hiperglekimia berat & GDP >120
mg/dl); stillbirth (lahir ,mati); makrosimia; lain-lain (ikterus, RDS,
polisitemia,hipokalsemia).
G. Penatalaksanaan
Menurut Desy Kurniawati dan Hanifah Mirzanie (2009) dalam buku
Obgynacea Penatalaksanaan tersebut :
Konseling nutrisi & diet DM + exercise :
I. Batasi intake karbohidrat 40% drtotal kalori (40% lemak,
20%protein)
II. Konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik rendah
III. Kurangin intake kalori total untuk overweight/obese dari 30-32
kkal/kgBB/hari menjadi 25kkal/kgBB/hari
IV. Exercise dapat menghindarkan dari kebutuhan terapi insulin
Pengukuran serial glukosa darah ibu
1. Monitor glukosa puasa & post prandial
2. Periksa glukosa puasa & 1 jam setiap kali sehabis makan,
dengan/tanpa insulin.
3. Priksa glukosa puasa & pre/post prandial dengan insulin
Target glukosa garah
4. Puasa <90 kapiler,<105 plasma
5. Pre prandial < 95
6. 1 jam post prandial <140
7. 2 jam post prandial <120
8. Glukosa post prandial <140 lebih baik dari pada glukosa pra
prandial <95
Jika dengan USG tampak resiko makrosomia-target terapinya glukosa
pra prandial=80
1. Identifikasi bayi beresiko tinggi&lakukan terapi

8
2. Fruktesamine serum (untuk identifikasi resiko rendah ); jika negatif
periksa insulin dicairan amnion (untuk identifikasi
hiperinsulinemia janin)
3. Glukosa puasa 1-2 kali/mgg & jika <105 (resiko rendah) periksa
lingkar perut janin pada awal trimester III (untuk indetifuikasi
makrosomia)
2.7.3. Terapi insulin (menurunkan makrosomia & morbiditas perinatal)
Indikasi :
1. Glukosa kapiler >120 lebih dari 2 kali dalam 2 minggu (plasma >
140)
2. Glukosa puasa kapiler > 90 atauplasma > 105 dosis terapi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL


DENGAN GANGGUAN DIABETES MELLITUS GAESTASIONAL

A. Kasus
Berdasarkan kasus oleh Bobak, Lowdermilk, jensen (2012) dalam buku
Keperawatan Maternitas edisi 4 :

9
Linda james adalah seorang penderita diabetes tergantung insulin
berusia 27 tahun dengan usia gestasi empat minggu.kunjungan ini merupakan
kunjungannya yg pertama.
Linda sedang mengalami kehamilan kedua. Kehamilan pertamanya
diterminasi melalui aborsi spontan pada usia enam minggu. Karena takut
kehamilan ini akan berakhir dengan suatu keguguran,ia akan menjadi cemas
untuk memulai perawatan prenatal dan mengungkapkan keinginannya untuk
mempelajari semua hal yang dapat ia pelajari tentang diabetes dan kehamilan
sehingga ia dapat menjaga dirinya dan bayinya yang belum lahir.
Didiagnosa IDDM pada usia 17 tahun,Linda telah menjalani program
injeksi insulin kerja intermediet setiap hari. Selama bertahun-tahun ia telah
mempertahankan kontrol glikemia yang baik,tetapi ia melaporkan bahwa
akhir-akhir ini kadar glukosa darahnya terbatas pada kadar hipoglikemia.
Linda memantau kadar glukosa darahnya dengan meteran pengukur dan
mampu mendemontrasikan teknik yang benar dalam melakukan hal
tersebut.program dietnya sebelum ia hamil adalah adalah diet ADA 2000
kalori. Karena nausea,ia mengalami kesulitan untuk mempertahankan asupan
dalam jumlah tersebut sejak hamil.
B. Pengkajian (Doengoes, 2001)
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda :
1) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot,
2) tonus otot menurun.
3) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
4) Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Tanda :
1) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
2) pada ekstremitas dan tachicardia.
3) Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang
menurun / tidak ada.

10
4) Disritmia, krekel : DVJ
c. Neurosensori
Gejala :
1) Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi :
2) mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala,
3) kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
4) penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau
5) mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas
6) kejang.
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
1) Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajahmeringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
e. Keamanan
Gejala :
1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2) Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia/
paralysis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika
kadarkalium mmenurun dengan cukup tajam).
3) Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).
4) Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun :
5) hiperaktif (diare).
f. Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
1) Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
2) Aseton plasma : positif secara menyolok.
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
m osm/l.
5)

11
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan kebutuhan nurisi kurangdari kebutuhan tubuh
2. Keletihan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan diabetes, penatalaksanaan
diabetes, danefek potensial diabetes
4. Diagnosa keperawataan : ansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap kesejahteraan ibu dan janin.
5. Resiko cedera janin
6. Resiko inffeksi
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
n Diagnose Kriteria hasil intervensi
o
1 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari   Nutritional Status : Nutrition
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake Management
Kriteria Hasil :   Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi   Adanya makanan
tidak cukup untuk peningkatan berat   Kolaborasi dengan
keperluan metabolisme badan sesuai dengan ahli gizi untuk
tubuh. tujuan menentukan jumlah
  Berat badan ideal kalori dan nutrisi yang
Batasan karakteristik : sesuai dengan tinggi dibutuhkan pasien.
-    Berat badan 20 % badan   Anjurkan pasien
atau lebih di bawah ideal   Mampu untuk meningkatkan
-    Dilaporkan adanya mengidentifikasi intake Fe
intake makanan yang kebutuhan nutrisi   Anjurkan pasien
kurang dari RDA   Tidak ada tanda untuk meningkatkan
(Recomended Daily tanda malnutrisi protein dan vitamin C
Allowance)   Tidak terjadi   Berikan substansi
-    Membran mukosa dan penurunan berat badan gula
konjungtiva pucat yang berarti   Yakinkan diet yang

12
-    Kelemahan otot yang dimakan mengandung
digunakan untuk tinggi serat untuk
menelan/mengunyah mencegah konstipasi
-    Luka, inflamasi pada   Berikan makanan
rongga mulut yang terpilih ( sudah
-    Mudah merasa dikonsultasikan dengan
kenyang, sesaat setelah ahli gizi)
mengunyah makanan   Ajarkan pasien
-    Dilaporkan atau fakta bagaimana membuat
adanya kekurangan catatan makanan
makanan harian.
-    Dilaporkan adanya   Monitor jumlah
perubahan sensasi rasa nutrisi dan kandungan
-    Perasaan kalori
ketidakmampuan untuk   Berikan informasi
mengunyah makanan tentang kebutuhan
-    Miskonsepsi nutrisi
-    Kehilangan BB   Kaji kemampuan
dengan makanan cukup pasien untuk
-    Keengganan untuk mendapatkan nutrisi
makan yang dibutuhkan
-    Kram pada abdomen
-    Tonus otot jelek Nutrition Monitoring
-    Nyeri abdominal   BB pasien dalam
dengan atau tanpa batas normal
patologi   Monitor adanya
-    Kurang berminat penurunan berat badan
terhadap makanan   Monitor tipe dan
-    Pembuluh darah jumlah aktivitas yang
kapiler mulai rapuh biasa dilakukan
-    Diare dan atau   Monitor interaksi

13
steatorrhea anak atau orangtua
-    Kehilangan rambut selama makan
yang cukup banyak   Monitor lingkungan
(rontok) selama makan
-    Suara usus hiperaktif   Jadwalkan
-    Kurangnya informasi, pengobatan  dan
misinformasi tindakan tidak selama
jam makan
Faktor-faktor yang   Monitor kulit kering
berhubungan : dan perubahan
Ketidakmampuan pigmentasi
pemasukan atau   Monitor turgor kulit
mencerna makanan atau   Monitor
mengabsorpsi zat-zat gizi kekeringan, rambut
berhubungan dengan kusam, dan mudah
faktor biologis, patah
psikologis atau ekonomi.   Monitor mual dan
muntah
  Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
  Monitor makanan
kesukaan
  Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
  Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
  Monitor kalori dan

14
intake nuntrisi
  Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
  Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

2 Kelelahan b/d status NOC : NIC :


penyakit, anemia,   Endurance Energy
malnutrisi   Concentration Management      
  Energy   Observasi adanya
conservation pembatasan klien dalam
  Nutritional status : melakukan aktivitas
energy   Dorong anal untuk
Kriteria Hasil : mengungkapkan
  Memverbalisasika perasaan terhadap
n peningkatan energi keterbatasan
dan merasa lebih baik   Kaji adanya factor
  Menjelaskan yang menyebabkan
penggunaan energi kelelahan
untuk mengatasi   Monitor nutrisi  dan
kelelahan sumber energi
tangadekuat
  Monitor pasien
akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara
berlebihan
  Monitor respon
kardivaskuler  terhadap

15
aktivitas
  Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
3 Kurang Pengetahuan NOC : NIC :
  Kowlwdge : Teaching : disease
Definisi : disease process Process
Tidak adanya atau   Kowledge : health 1.    Berikan penilaian
kurangnya informasi Behavior tentang tingkat
kognitif sehubungan Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
dengan topic spesifik.   Pasien dan tentang proses penyakit
keluarga menyatakan yang spesifik
Batasan karakteristik : pemahaman tentang 2.    Jelaskan
memverbalisasikan penyakit, kondisi, patofisiologi dari
adanya masalah, prognosis dan program penyakit dan
ketidakakuratan pengobatan bagaimana hal ini
mengikuti instruksi,   Pasien dan berhubungan dengan
perilaku tidak sesuai. keluarga mampu anatomi dan fisiologi,
melaksanakan dengan cara yang tepat.
prosedur yang 3.    Gambarkan tanda
Faktor yang berhubungan dijelaskan secara benar dan gejala yang biasa
: keterbatasan kognitif,   Pasien dan muncul pada penyakit,
interpretasi terhadap keluarga mampu dengan cara yang tepat
informasi yang salah, menjelaskan kembali 4.    Gambarkan proses
kurangnya keinginan apa yang dijelaskan penyakit, dengan cara
untuk mencari informasi, perawat/tim kesehatan yang tepat
tidak mengetahui lainnya 5.    Identifikasi
sumber-sumber kemungkinan
informasi. penyebab, dengna cara
yang tepat
6.    Sediakan informasi

16
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7.    Hindari harapan
yang kosong
8.    Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9.    Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10.  Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11.  Dukung pasien
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion dengan
cara yang tepat atau
diindikasikan
12.  Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13.  Rujuk pasien pada

17
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14.  Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

4 cemas berhubungan NOC : NIC :


dengan kurang   Anxiety control Anxiety Reduction
pengetahuan dan   Coping (penurunan
hospitalisasi Kriteria Hasil : kecemasan)
Definisi :   Klien mampu          Gunakan
Perasaan gelisah yang tak mengidentifikasi dan pendekatan yang
jelas dari mengungkapkan gejala menenangkan
ketidaknyamanan atau cemas          Nyatakan
ketakutan yang disertai   Mengidentifikasi, dengan jelas harapan
respon autonom (sumner mengungkapkan dan terhadap pelaku pasien
tidak spesifik atau tidak menunjukkan tehnik          Jelaskan semua
diketahui oleh individu); untuk mengontol prosedur dan apa yang
perasaan keprihatinan cemas dirasakan selama
disebabkan dari antisipasi   Vital sign dalam prosedur
terhadap bahaya. Sinyal batas normal          Temani pasien
ini merupakan peringatan   Postur tubuh, untuk memberikan
adanya ancaman yang ekspresi wajah, bahasa keamanan dan
akan datang dan tubuh dan tingkat mengurangi takut
memungkinkan individu aktivitas menunjukkan          Berikan
untuk mengambil berkurangnya informasi faktual

18
langkah untuk kecemasan mengenai diagnosis,
menyetujui terhadap tindakan prognosis
tindakan          Dorong
Ditandai dengan keluarga untuk
        Gelisah menemani anak
        Insomnia          Lakukan back /
        Resah neck rub
        Ketakutan          Dengarkan
        Sedih dengan penuh perhatian
        Fokus pada diri          Identifikasi
        Kekhawatiran tingkat kecemasan
        Cemas          Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
         Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
         Instruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi
         Barikan obat
untuk mengurangi
kecemasan

5 Resiko infeksi NOC : NIC :


  Immune Status Infection Control
Definisi : Peningkatan   Knowledge : (Kontrol infeksi)
resiko masuknya Infection control          Bersihkan
organisme patogen   Risk control lingkungan setelah

19
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko :   Klien bebas dari          Pertahankan
-          Prosedur Infasif tanda dan gejala teknik isolasi
-          Ketidakcukupan infeksi          Batasi
pengetahuan untuk   Mendeskripsikan pengunjung bila perlu
menghindari paparan proses penularan          Instruksikan
patogen penyakit, factor yang pada pengunjung untuk
-          Trauma mempengaruhi mencuci tangan saat
-          Kerusakan penularan serta berkunjung dan setelah
jaringan dan peningkatan penatalaksanaannya, berkunjung
paparan lingkungan   Menunjukkan meninggalkan pasien
-          Ruptur membran kemampuan untuk          Gunakan sabun
amnion mencegah timbulnya antimikrobia untuk cuci
-          Agen farmasi infeksi tangan
(imunosupresan)   Jumlah leukosit          Cuci tangan
-          Malnutrisi dalam batas normal setiap sebelum dan
-          Peningkatan   Menunjukkan sesudah tindakan
paparan lingkungan perilaku hidup sehat kperawtan
patogen          Gunakan baju,
-          Imonusupresi sarung tangan sebagai
-          Ketidakadekuatan alat pelindung
imum buatan          Pertahankan
-          Tidak adekuat lingkungan aseptik
pertahanan sekunder selama pemasangan alat
(penurunan Hb,          Ganti letak IV
Leukopenia, penekanan perifer dan line central
respon inflamasi) dan dressing sesuai
-          Tidak adekuat dengan petunjuk umum
pertahanan tubuh primer          Gunakan
(kulit tidak utuh, trauma kateter intermiten untuk
jaringan, penurunan kerja menurunkan infeksi

20
silia, cairan tubuh statis, kandung kencing
perubahan sekresi pH,          Tingktkan
perubahan peristaltik) intake nutrisi
-          Penyakit kronik          Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
         Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
         Monitor hitung
granulosit, WBC
         Monitor
kerentanan terhadap
infeksi
         Batasi
pengunjung
         Saring
pengunjung terhadap
penyakit menular
         Partahankan
teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
         Pertahankan
teknik isolasi k/p
         Berikan
perawatan kuliat pada
area epidema
         Inspeksi kulit

21
dan membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
         Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
         Dorong
masukkan nutrisi yang
cukup
         Dorong
masukan cairan
         Dorong
istirahat
         Instruksikan
pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
         Ajarkan pasien
dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
         Ajarkan cara
menghindari infeksi
         Laporkan
kecurigaan infeksi
         Laporkan
kultur positif

22
DAFTAR PUSTAKA

Beaser RS, Brown FM. Joslin’s clinical guidelines. Joslin Publication


Department: Boston; 2017.p. 573-93.

Bulechek, G. M. et al. (2013) Nursing Intervention Classification (NIC). 6th


edn. Jakarta: Elsevier.

Cunningham FG, Gilstrap LC, Gant NF, Hauth JC, Leveno KJ, Wenstrom KD.
Diabetes. In : Williams Obstetrics.21st ed. New York: Mc GrHill;
2016.p.1359-81.

Dutta DC. Gestational Diabetes. In: Konar H, editor. Text book of obstetrics
including perinatology and contracepcion. 4th ed. Calcutta: New central
book agency (p)Ltd; 2015. p. 301-2.

Darmono. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Dalam: Noer HMS at al,
eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Balai
penerbit FKUI. 2012.h. 590-4.

Moorhead, S. et al. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th edn.


Jakarta: Elsevier.

Porth CM, Matfin G. Pathophysiology concepts of altered health states. 8 th Ed.


Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia; 2009. p.1047-75.

Powers AC. Diabetes melitus. In: Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17


ed. USA: McGraw-Hill; 2018.p.2293.

Tjokroprawiro, Askandar. 2017. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya :


Airlangga University Press

23

Anda mungkin juga menyukai