Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Instrument ini sering disebut
dengan bonds. Obligasi di dalamnya mengandung suatu perjanjian/kontrak yang mengikat kedua
belah pihak, antara pembeli pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi menerima
pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur, baik mengenai
waktu jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan dan ketentuan-
ketentuan tambahan lain.
Dalam perkembangannya Obligasi kini ada dua jenis yaitu Obligasi biasa (konvensional)
dan Obligasi Syariah, untuk obligasi Konvensional pengertiannya adalah sebagaimana di atas
adapun pengertian obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang yang menggunakan
sistem syariah dimana sistem pembagianya menggunakan prinsip bagi hasil. Adapun antara
kedua hal secara rinci akan kami bahas dalam bab selanjutnya dan kami juga akan menjabarkan
perbedaan dari kedua obligasi tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. SUKUK(OBLIGASI SYARI’AH)
A. PENGERTIAN SUKUK (OLIGASI SYARI’AH)
Sukuk berasal dari kata “‫ ”صكوك‬bentuk jamak dari kata “‫”صك‬dalam bahasa Arab yang
berarti cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. Kata “sukuk” pertama kali
diperkenalkan kembali dan diajukan sebagai salah satu alat keuangan Islam pada rapat ulama
fikih sedunia yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2002.
Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat berniliai sama yang merupakan
bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat dan jasa-jasa atau
kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok antara
lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu
transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar
penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agara instrument
keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan penertaan dana
(investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan penyertaan.

2
B.     DALIL SUKUK ATAU OBLIGASI SYARI’AH
Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah) penyusun sarikan
dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:
1.      Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah [5]:1:
Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu

2.      Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34:


......dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”
3.    Hadis Nabi SAW:

“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

4.   Pendapat Ulama’

Fatwa dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk (Obligasi


syari`ah) adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikelurkan
emitten kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.”
Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan bahwa penjualan
sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual namun sudah jelas keberadaan fisiknya
(dapat dicek keberadaannya) adalah diperbolehkan. Maka dari sinilah pondasi instrument
bernama sukuk di abad modern ini bermula. (Abu Fahmi)

C.    HUKUM SUKUK (OBLIGASI SYARIAH)

3
sukuk dalam mekanisme dan persyaratan tertentu yang menghindarkan diri dari kedua
unsur yang disebutkan dalam riwayat di atas adalah boleh dan halal.

D.    MACAM-MACAM OBLIGASI SYARIAH 

Obligasi syariah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah,


musyarakah, ijarah, istisna, salam, dan murabahah. Tetapi diantara prinsip-prinsip instrumen
obligasi ini yang paling banyak dipergunakan dan yang sekarang ini ada di indonesia adalah
obligasi dengan insturmen prinsip mudharabah dan ijarah, kedua peinsip ini adalah sebagai
berikut:
1. Obligasi Mudharabah
Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang mengunakan akad
mudahrabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik modal (shahibul maal/
investor) dengan pengelola (mudharib / emiten). Ikatan atau akad mudahrabah pada hakikatnya
adalah ikatan penggabungan atau percampuran berupa hubungan kerjasama antara pemilik usaha
dengan pemilik harta, dimana pemilik harta (shahibul maal) hanya menyediakan dana secara
penuh (100%) dalam suatu kegiatan usaha dan tidak boleh secara aktif dalam pengelolaan usaha.
Sedangkan pemilik usaha (mudharib / emiten) memberikan jasa, yaitu mengelola harta secara
penuh dan mandiri (directionery) dalam bentuk aset pada kegiatan usaha tersebut.
Dalam Fatwa No. 33 / DSN-MUI / X / 2002 tentang obligasi syariah mudharabah,
dinyatakan antara lain bahwa:

1. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah merupakan bagi ahsil,
margin atau fee serta membayar dana obligasi pada saat obligasi jatuh tempo.
2. Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad mudarabah
dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI No. 7 / DSN-MUI / IV / 2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah.
3. Obligasi mudharabah emiten bertindak sebagai mudharib (pengelola modal), sedangkan
pemegang obligasi mudharabah bertindak sebagai shahibul maal (pemodal).

4
4. Jenis usaha emiten tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.
5. Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad.
6. Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib menjamin pengambilan
dana dan pemodal dapat meminta emiten membuat surat pengakuan utang.
7. Kepemilikan obligasi syariah dapat dipindahtangankan selama disepakati dalam akad.

Sebagai contoh Berlian Laju Tanker telah menerbitkan Obligasi Mudharabah senilai Rp
100 miliar. Dananya digunakan untuk membeli kapal tanker (66%) dengan tambahan modal
kerja perusahaan (34%). Obligasi berjangka waktu 5 tahun yang dicatakan di BES ini
memperoleh keuntungan dari bagi hasil berdasarkan pendapatan perseroan dari pengoperasian
kapal tanker MT Gardini atau kapal lain yang beroperasi untuk melayani Pertamina, sehingga
return-nya berubah setiap tahun sesuai pendapatan.

2. Obligasi Ijarah
Obligasi Ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah. Akad ijarah adalah suatu
jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Artinya, pemilik harta
memberikan hak untuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui penguasaan sementara
atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada pemilik
objek. Ijarah mirip dengan leasing, tetapi tidak sepenuhnya sama. Dalam akad ijarah disertai
dengan adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan.
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Investor dapat bertindak sebagai penyewa (musta‟jir). Sedangkan emiten dapat bertindak
sebagai wakil investor. Dan investor, dapat bertindak sebagai orang yang menyewakan
(mu‟jir). Dengan demikian, ada dua kali transaksi dalam hal ini; transaksi pertama terjadi
antara investor dengan emiten, dimana investor mewakilkan dirinya kepada emiten
dengan akad wakalah, untuk melakukan transaksi sewa menyewa dengan property owner
dengan akad ijarah. Selanjutnya, transaksi terjadi antara emiten (sebagai wakil investor)
dengan property owner (sebagai orang yang menyewakan) untuk melakukan transaksi
sewa menyewa (ijarah).
2. Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali objek sewa
tersebut kepada emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut, maka diterbitkanlah

5
surat berharga jangka panjang (obligasi syariah ijarah), dimana atas penerbitan obligasi
tersebut, emiten waib membayar pendapatn kepada investor berupa fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

E.     PRINSIP TRANSAKSI, APLIKASI DAN PENERBITAN OBLIGASI SYARIAH


Prinsip utama dalam transaksi obligasi syariah pada prinsipnya sama dengan penerbitan
obligasi konvensional pada umumnya. Hanya saja dalam obligasi syariah, tentunya harus
mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist serta ilmu fiqh. Hal serupa juga terjadi dalam penerbitan
saham yang berbasis pada Jakarta Islamic Index (JII) dan reksadana syariah serta perbankan
syariah.
Selain itu juga, untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan syariah, sesuai dengan
fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis usaha sesuai syariah.
2. Memiliki fundamental dan citra yang baik.
3. Jika keuntungan perusahaan sudah ada di komponen Jakarta Islamic Index( JII).
Dalam penerbitan obligasi syariah, sebelum ditawarkan kepada investor harus melalui tahap-
tahap sebagai berikut:

1. Emiten melalui Underwriter menyerahkan proposal penerbitan obligasi syariah kepada


DSN/MUI.
2. Pihak penerbit melakukan presentasi proposal di Badan pelaksana Harian DSN.
3. DSN mengadakan rapat dengan tim ahli DPS, dan hasil rapat menyatakan opini syarian
terkait proposal yang diajukan.
Setelah disetujui oleh DSN, maka proses penawarannya sebagai berikut :

1. Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi syariah kepada
underwriter (wakil dari emiten).
2. Underwriter melakukan penawaran kepada investor.
3. Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalui
Underwriter.
4. Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok kepada investor.

6
Dalam hal pengawasan penerbitan obligasi syariah. Pengawasannya dilakukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam), untuk produk pasar modal syariah, terdapat satu pengawas
lain yang mengawasi aspek syariahnya, yaitu DPS (DSN).
Pengawasan aspek syariah berfokus pada penggunaan dana yang didapat dari penerbitan
obligasi syariah. Apakah dana tersebut benar-benar digunakan untuk usaha-usaha yang telah
dijanjikan dalam perjanjian antara emiten dengan pemegang obligasi atau tidak, serta halal atau
tidaknya. Jika ternyata dana hasil penerbitan obligasi tersebut digunakan untuk hal-hal di luar
usaha yang telah diperjanjiakan, maka itu termasuk pengingkaran perjanjian dan menyalahi
tujuan.

II.   OBLIGASI KONVENSIONAL

A.    PENGERTIAN OBLIGASI KONVESIONAL

Terdapat bebarapa defenisi mengenai obligasi. Obligasi atau bond, adalah surat hutang
jangka panjang yang dikeluarkan oleh emiten (peminjam) dapat berupa badan hukum/
perusahaan atau pemerintah yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasi maupun ekspansi
mereka, dengan kewajiban untuk membayar kepada bond holder (pemegang obligasi) sejumlah
bunga tetap yang telah ditetapkan sebelumnya. Investasi pada obligasi memiliki potensial
keuntugan lebih besar dari pada produk perbankan.Keuntugan berivestasi di obligasi adalah
memperoleh bunga dan kemugkianan adanya capital again.

Defenisi lainnya, obligasi adalah suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada
pemegang obligasi dan janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya
kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam
obligasi tersebut misalnya, identitas pemegang obligasi, pembatasan – pembatasan atas tindakan
hukum yang dilakukan oleh penerbit.

B.       MACAM-MACAM OBLIGASI KONVENSIONAL

7
Macam Obligasi disini dapat digolongkan dari empat sisi yaitu dari sisi penerbit, dari sisi
sistem pembayaran, dari sisi hak penukar, dan dari sisi jaminan. Untuk lebih rincinya adalah
sebagai berikut;

Dari Sisi Penerbit


1.      Corporate bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan;
2.      Government bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat;
3.      Municipal bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemda.

Dari sisi Sistem Pembayaran


1.      Zero coupon bond, yaitu obligasi yang tidak mewajibkan penerbitnya membayar coupon (bunga)
kepada pemegangnya.
2.      Coupon bond (fixed coupun bond & Floating coupon bond), yaitu obligasi yang mewajibkan
penerbit untuk membayar coupon (bunga) baik tetap (fixed coupon bond) maupun bunga
mengambang (floating coupon bond)

Dari Sisi Hak Penukar


1.      Convertible bond , yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham penerbitnya (ditukar saham
emiten)
2.      Exchangable bond , yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham afiliasi milik penerbit/
emiten
3.      Callable bond , yaitu obligasi yang memberi hak kepada penerbitnya untuk melakukan
penarikan/pelunasan pada waktu tertentu (waktu penarikan biasanya sudah diatur dalam
perjanjian waktu penerbitan obligasi)
4.      Putable bond , yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemilik/pemegang untuk
menukarkan/meminta pelunasan kepada penerbit/emiten.

Dari Sisi Jaminan


1.      Secure bond , yaitu obligasi yang dijamin pelunasannya dengan assets tertentu.

8
2.      Guaranteed bond , jika penjaminnya adalah pihak III
3.      Mortgage bond , jika dijamin dengan real properties (gedung)
4.      Collateral trust bond, jika dijamin dengan surat berharga (sekuritas, receivables) Unsecured bond
(Debentures), yaitu obligasi yang tidak dijamin oleh assets tertentu.

C.     KARAKTERISTIK OBLIGASI


1.      Nilai obligasi (jumlah dana yang dipinjam)
Dalam penerbitan obligasi, maka perusahaan akan dengan jelas menyatakan jumlah dana
yang dibutuhkan yang dikenal dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Penentuan besar kecilnya
jumlah penerbitan obligasi berdasarkan aliran arus kas perusahaan, Kebutuhan, serta kinerja
bisnis perusahaan.
2.      Jangka waktu obligasi
Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity).
Secara umum masa jatuh tempo obligasi adalah 5 tahun. Ada yang 1 tahun, adapula yang 10
tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena
dianggap risikonya kecil.
3.      Principal dan Coupon rate
Nilai prinsipal obligasi adalah sejumlah uang yang disetujui oleh penerbit obligasi agar
dibayarkan kepada pemegang obligasi pada masa jatuh tempo. Jumlah ini biasa berhubungan
dengan redemption value, maturity value, par value or face value. Coupon rate juga disebut
nominal rate, adalah tingkat bunga yang disetujui penerbit untuk dibayar kepada pemegang
obligasi setiap tahun. Besarnya pembayaran bunga setiap tahun kepada pemilik obigasi selama
jangka waktu obligasi dinamakan coupon. Tingkat persentase coupon dikali nilai prinsipal
obligasi menghasilkan besarnya coupon. Contohnya, obligasi dengan 8% coupon rate dan nilai
par nya adalah $1,000 akan membayar bunga per tahun sebesar $80.
4.      Jadwal pembayaran
Kewajiban pembayaran kupon obligasi oleh perusahaan penerbit, dilakukan secara berkala
sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan triwulan, semesteran, atau tahunan.
5.      Diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah.

III. PERBEDAAN OBLIGASI SYARIAH DENGAN KONVENSIONAL

9
Dalam harga penawaran, jatuh tempo pokok obligasi, saat jatuh tempo, dan rating antara
obligasi syariah dengan obligasi konvensional tidak ada perbedaannya. Perbedaan terdapat pada
pendapatan dan return. Dimana Obligasi Konvensional pendapatan atau return didapat dari
bunga bunga yang besarnya sudah ditetapkan / ditentukan di awal transaksi dilakukan.
Sedangkan pada obligasi syariah pendapatan didapat dari bagi hasil di masa yang akan datang.
Perbandingan Obligasi Konvensional dan Obligasi Syariah

Karakteristik Obligasi konvesional Obligasi Syariah


Sifat kepemilikan Surat utang Investasi

Sumber pendapatan Nilai utang Income


Pembayaran pendapatan Tetap Variabel dan tetap
Risiko Bebas risiko Tidak bebas risiko
Underlying asset Tidak ada Ada
Pengunaan hasil Bebas Sesuai syariah
penerbitan
Investor Konvensional Islami, Konvensional
Harga Market Price Market Price
Penghasilan Bunga/kupon, Capital Imbalan, Bagi hasil,
again Margin
Penerbit Pemerintah, Korporasi Pemerintah, korporasi
Pihak terkait Obligor/Issuer, Investor Obligor, SPV, Investor,
Trustee
Sumber: Hidayat (2011:113)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa meski secara prinsip terdapat perbedaan,
masih ada persamaan antara obligasi konvensional dan obligasi syariah (sukuk). Beberapa
kesamaan tersebut diantaranya sama-sama memiliki jatuh tempo, pembayaran pendapatan
dilakukan secara periodik dan harga berdasarkan market price

BAB III

PENUTUP

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok antara
lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu
transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar

10
penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agara instrument
keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

sukuk atau obligasi syariah ini adalah salah satu bentuk terobosan baru dalam dunia
keuangan Islam. Perbedaan antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional dapat dilihat
terutama pada pendapatannya. Obligasi syariah memakai sistim bagi hasil sedangkan obligasi
konvensional returnnya/pendapatannya memakai sistim bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Eugene F. Brigham & Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sapto Rahardjo. 2003. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mamduh M. Hanafi. 2004, Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.

11
Asmuni M. Thaher. Obligasi Syariah di Indonesia. Artikel di MSI-UII.Net
Rizki Wicaksono. Halalkah ORI 001? Artikel LPPOM-MUI online
http://arifsulfiantono.blogspot.com/2009/12/ori-obligasi-ritel-indonesia-dalam.html, diunduh pada tanggal
3 Desember 2014, pukul 20.08 WIB.

http://www.google.co.id/search?q=sukuk+dan+obligasi+konvensional&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a, diunduh pada tanggal 3 Desember
2014, pukul 20.23 WIB.
http://kabulkhan.blogspot.com/2012/01/sukuk.html?zx=ca4ac9d40b002026, diunduh pada tanggal 3
Desember 2014, pukul 20.36 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai