Anda di halaman 1dari 14

GEOLOGI DAN STUDI ENDAPAN TURBIDIT FORMASI HALANG

DAERAH SAMPANG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SEMPOR,


KABUPATEN KEBUMEN, PROVINSI JAWA TENGAH

Meisyelin Euggelin1) , Singgih Irianto2) , Mohammad Syaiful3)

Abstrak

Daerah penelitian secara administratif berada di Desa Sampang dan sekitarnya, Kecamatan Sempor,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dengan luas daerah penelitian 7 km x 7 km. Secara geografis terletak
pada 07°29’59” LS - 07°33’46” LS dan 109°26’11” BT - 109°30’00” BT. Geomorfologi daerah penelitian
dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan stadia dewasa, satuan
geomorfologi perbukitan lipat patahan sub satuan lembah antiklin stadia tua dan satuan geomorfologi
dataran aluvial stadia muda. Pola aliran trelis dan paralel dengan stadia sungai muda dan dewasa. Tatanan
batuan dari tua ke muda adalah Satuan Batuan Batulempung (N3 - N6) yang diendapkan di laut dalam,
Satuan Batuan Breksi Polimik Selang-seling Batupasir Sisipan Batulempung dan Tuf (N7 - N11)
diendapkan pada neritik luar - bathyal tengah. Secara tidak selaras di atasnya diendapkan Satuan Batuan
Batupasir Selang-seling Batulempung Sisipan Breksi dan Basal dan mempunyai hubungan stratigrafi
menjemari dengan Satuan Batuan Breksi Polimik (N17 - N19) pada lingkungan laut dalam. Pada kala
Holosen, satuan aluvial sungai menutupi satuan–satuan yang lebih tua dibatasi bidang erosi. Struktur
geologi berupa struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan berupa Antiklin Sampang, Antiklin Seliling, dan
Sinklin Donorojo. Struktur sesar berupa Sesar Naik Kedungwringin, Sesar Mendatar Curug, Sesar
Mendatar Sampang, dan Sesar Mendatar Siluwuk. Struktur geologi terjadi dalam dua periode tektonik, kala
Miosen tengah (N12) dengan arah gaya utama N 1600 E dan kala Pliosen (N20) dengan arah gaya utama
yang bekerja berarah N 120 E. Mekanisme sedimentasi Formasi Halang adalah turbidit terbentuk pada lidah
kipas yang membentuk kipas laut dalam, akibat aliran gravitasi mulai dari debris flow hingga turbidit.
Endapan dijumpai mulai Upper Fan, Mid Fan, dan Lower Fan.

Kata Kunci : Formasi, Geologi, Sempor, Turbidit

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Tujuan Penelitian
Daerah Sampang dan sekitarnya Kecamatan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Sempor, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
mengetahui gambaran tentang kondisi geologi di
merupakan perbukitan memanjang relatif barat –
Daerah Sampang dan sekitarnya yang meliputi
timur yang berada pada Zona Serayu Selatan
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan
(van Bemmelen, 1949). Berdasarkan sejarah
sejarah geologi. Hasil dari penelitian ini
sedimentasi yang cukup bervariasi sehingga
digambarkan dalam bentuk Peta Geologi, dan
penulis tertarik untuk melakukan pemetaan
Peta Geomorfologi dengan skala 1:25.000 dan
geologi serta mempelajari sejarah sedimentasi
fasies-fasies endapan turbidit.
Formasi Halang yang terdapat di daerah
penelitian.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 1


1.3. Metodologi Penelitian geomorfologi ini menempati 80,35% dari luas
daerah penelitian menyebar di utara sampai
Metodologi yang dipakai dalam penelitian adalah
selatan daerah penelitian. Satuan ini berada pada
kajian pustaka, pemetaan geologi lapangan,
ketinggian 150 - 750 mdpl dengan kelerengan
pekerjaan laboratorium dan studio serta
berkisar 15°- 45° atau curam hingga terjal. Proses
pembuatan laporan. Kajian pustaka dilakukan
geomorfologi yang teramati yaitu pelapukan
untuk mempelajari hasil penelitian terdahulu
berupa lapisan tanah dengan ketebalan berkisar
yang berhubungan dengan daerah penelitian
dari 50 cm - 1 m, erosi berupa erosi saluran dan
sedangkan pemetaan geologi lapangan
erosi lembah, berada pada stadia geomorfik
dilaksanakan dengan melakukan pengamatan,
dewasa.
pengukuran, dan pengambilan conto batuan.
Adapun pekerjaan laboratorium berupa analisis BL TG
petrografi, analisis mikropaleontologi, analisis
stratigrafi. Pekerjaan studio berupa pembuatan
peta-peta dan analisa struktur geologi, pembuatan
laporan sebagai bagian akhir dari proses
penelitian.

1.4. Lokasi Penelitian


Secara administratif daerah penelitian termasuk
kedalam Desa Gumelan Wetan, Desa Derik, Desa
Berta Kecamatan Susukan, Desa Sirkandi Foto 1 Morfologi perbukitan lipat patahan
Kecamatan Purworejo Klampo, Desa Kaliwungu memperlihatkan bentuk morfologi
Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, perbukitan bergelombang serta
Desa Donorejo dan Desa Kedungwringin morfologi faset segitiga (triangular
Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, facet). Foto diambil dari Desa Seliling
Provinsi Jawa Tengah. ke arah timurlaut.

II. GEOLOGI UMUM 1.4.2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat


Patahan Sub Satuan Lembah Antiklin
2.1. Geomorfologi
Satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan
Secara umum morfologi di daerah penelitian sub satuan lembah antiklin dikontrol oleh struktur
berbentuk perbukitan bergelombang landai geologi lipatan dan proses erosi. Satuan ini
sampai terjal, tersusun oleh batuan sedimen yang dicirikan oleh bentuk lembah yang memanjang
terlipat pada kala Miosen sehingga membentuk barat - timur searah dengan sumbu lipatan.
antiklin memanjang yang bearah barat – timur. Batuan penyusun yaitu batuan-batuan sedimen
Secara morfogenetik (Davis, 1954) satuan yang terlipat sehingga memperlihatkan bentuk
geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 3 bentangalam berupa lembah antiklin yang telah
(tiga) satuan geomorfologi, yaitu: mengalami pembalikan topografi (reverse
topography). Satuan geomorfologi ini menempati
1.4.1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat 15,15% dari luas daerah penelitian dan berada di
Patahan barat daerah penelitian. Satuan ini berada pada
Satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan ketinggian 75 - 550 mdpl dengan kelerengan
dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan dan berkisar 5° - 45° atau landai hingga terjal. Batuan
patahan. Satuan ini dicirikan oleh perbukitan penyusun berupa batulempung. Proses
memanjang barat - timurlaut yang searah dengan geomorfologi yang teramati yaitu pelapukan
sumbu lipatan. Selain itu, satuan disusun oleh berupa lapisan tanah dengan ketebalan berkisar
batuan-batuan sedimen yang terlipat dan dari 1 - 3 m, erosi berupa erosi saluran dan erosi
terpatahkan yang memperlihatkan bentuk gawir- lembah, berada pada stadia geomorfik tua.
gawir terjal/ triangular facet. Satuan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 2


U S 1.5. Stratigrafi

G. Lamuk
G. Lemahrata
G. Wadasputih

Foto 2 Bentuk bentangalam reverse topografi


dimana puncak antiklin tersebut telah
menjadi lembah. Foto diambil dari
Gunung Lamiring ke arah timur.

1.4.3. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial


Satuan geomorfologi dataran aluvial dibentuk Gambar 1 Kolom Stratigrafi Regional Lembar
oleh hasil pengendapan sungai dengan Banyumas (Asikin, dkk., 1992)
bentangalam berupa dataran. Satuan ini
menempati 1,25% dari luas daerah penelitian. Dari hasil pengamatan dan pengambilan data-
Satuan ini memiliki relief datar dengan data di daerah penelitian, berdasarkan ciri-ciri
persentase kemiringan dari 0° - 2°, dengan litologi meliputi jenis batuan dan keseragaman
kisaran ketinggian 50 - 75 mdpl. Proses-proses litologi batuan (Sandi Stratigrafi Indonesia,
geomorfologi yang teramati pada satuan ini 1996), daerah penelitian dibedakan menjadi 5
adalah sedimentasi membentuk dataran banjir, (lima) satuan batuan, dengan urutan batuan dari
tanggul alam dan point bar. Jentera geomorfik yang tertua hingga termuda adalah sebagai
pada satuan ini termasuk kedalam stadia muda. berikut.

S U

Foto 3 Bentuk morfologi aluvial berupa


dataran banjir, tanggul alam, dan Gambar 2 Kolom statigrafi daerah penelitian
point bar di Sungai Sampang.
1.5.1. Satuan Batuan Batulempung
Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada ciri-
ciri batuan yang teramati di lapangan yaitu
didominasi oleh batulempung. Satuan batuan ini
menempati sekitar 15,6% dari luas daerah
penelitian, penyebaran berada di bagian barat

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 3


daerah penelitian tersingkap baik di sepanjang kedudukan lapisan batuan yang relatif sama serta
Sungai Sampang, Sungai Kesunen, Sungai pada kala Miosen Awal terjadi waktu
Kroya, dan Sungai Pengilon. Ketebalan satuan ini pengendapan yang menerus dari kedua satuan
berdasarkan hasil pengukuran pada penampang batuan.
geologi ± 820 m. Pada umumnya satuan batuan
ini tersingkap dalam kondisi segar hingga lapuk, Satuan Batuan Batulempung pada daerah
satuan ini tersusun oleh batulempung, tidak penelitian memiliki ciri litologi, umur dan
berlapis dan memiliki struktur bersisik. lingkungan pengendapan yang sama dengan
Formasi Karangsambung (Asikin, dkk., 1992).
Batulempung berwarna abu-abu, kompak,
nonkarbonat, mempunyai fragmen dengan 1.5.2. Satuan Batuan Breksi Selang-seling
ukuran 0,5 cm - 200 cm, menyudut - menyudut Batupasir Sisipan Batulempung dan Tuf
tanggung, fragmen berupa batuan beku, breksi, Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada ciri-
batupasir, dan batulempung. ciri batuan yang teramati di lapangan yaitu
hadirnya perselingan antara breksi dan batupasir
serta batulempung dan tuf sebagai sisipan. Satuan
Bx
ini tersebar di bagian barat hingga timurlaut
daerah penelitian dengan luas 34,5% dari daerah
penelitian dan tersingkap di sepanjang Sungai
Bps
Gandarusa, Sungai Seliling, Sungai Mandi dan
Sungai Sadang. Kedudukan satuan batuan ini
berarah relatif timurlaut - baratdaya dengan jurus
N 205o E - N 295o E dengan kemiringan lapisan
15° - 65° pada bagian baratlaut dan N 48o E - N
Foto 4 Singkapan batulempung dengan 140o E dengan kemiringan lapisan 15° - 75° pada
fragmen batupasir, breksi, dan bagian tenggara. Adanya perubahan arah
batulempung di Sungai Sampang. kedudukan lapisan batuan yang saling
berhadapan dan saling berlawanan disebabkan
Penentuan umur didasarkan pada kehadiran karena adanya perlipatan berupa sinklin dan
foraminifera planktonik yang terdapat dalam antiklin yang terjadi di daerah penelitian.
sampel batuan yang diambil pada LP 05 di Sungai Ketebalan satuan ini berdasarkan hasil
Sampang, yang memiliki kisaran umur N3 - N6 pengukuran pada penampang geologi ± 870 m.
berdasarkan awal muncul dan punahnya fosil
Globoquadrina paraedehicens pada kala Satuan ini dalam tersingkap dalam kondisi segar
Oligosen Akhir - Miosen Awal. Penentuan hingga lapuk. Bagian bawah satuan ini terdiri
lingkungan pengendapan Satuan Batuan oleh breksi dan batupasir dengan sisipan
Batulempung berdasarkan hasil analisis batulempung, dengan ketebalan breksi 100 cm,
foraminifera bentonik yang terdapat pada LP 05 ketebalan batupasir 5 cm - 50 cm, dan
di Sungai Sampang yaitu fosil Rupertia stabilis, batulempung antara 5 cm - 30 cm. Pada bagian
yang menunjukan lingkungan pengendapan tengah satuan ini tersusun perselingan breksi dan
dengan kisaran kedalaman 500 - 2000 m. batupasir sisipan tuf dengan ketebalan breksi 400
Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan cm - 650 cm, ketebalan batupasir berkisar 10 cm
menurut Bandy (1966) disimpulkan bahwa - 300 cm, ketebalan tuf 10 cm - 50 cm. Kearah
lingkungan pengendapan Satuan Batuan atas dari satuan ini didominasi oleh breksi.
Batulempung berada di bathyal tengah - bathyal
bawah.

Hubungan stratigrafi dengan satuan yang ada di


atasnya yaitu Satuan Batuan Breksi Selang-seling
Batupasir Sisipan Batulempung dan Tuf adalah
selaras. Hal ini ditandai dengan adanya

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 4


Penentuan umur satuan ini didasarkan pada
kehadiran foraminifera planktonik yang terdapat
dalam sampel batuan yang diambil pada LP 104,
LP 09 dan LP 50 yang secara berurut mewakili
bagian bawah, tengah dan atas satuan ini.
Foraminifera planktonik bagian bawah satuan
kisaran umur N7 - N9 dengan hadirnya fosil
indeks Globigerinoides diminutus, bagian tengah
satuan yaitu N9 berdasarkan atas punahnya
Globigerinoides diminutus dan munculnya
Orbulina universa, bagian atas satuan N9 - N11
berdasarkan punahnya Globorotalia mayeri dan
Foto 5 Singkapan batupasir selang-seling munculnya Orbulina universa. Berdasarkan
batulempung dimana batulempung analisa foraminifera maka dapat disimpulkan
hadir sebagai sisipan pada bagian bahwa umur satuan batuan ini adalah N7 - N11
bawah Satuan Batuan Breksi Selang- atau Miosen Awal - Miosen Tengah. Penentuan
seling Batupasir Sisipan Batulempung lingkungan pengendapan Satuan Batuan Breksi
dan Tuf di Sungai Gandarusa. Selang-seling Batupasir Sisipan Batulempung
dan Tuf berdasarkan hasil analisis foraminifera
bentonik yang terdapat pada LP 50 di Sungai
Batur yaitu fosil Planulina ariminensis, yang
menunjukan lingkungan pengendapan dengan
kisaran kedalaman 100 - 1000 m. Berdasarkan
klasifikasi lingkungan pengendapan menurut
Bandy, 1966 disimpulkan bahwa lingkungan
pengendapan Satuan Batuan Breksi Selang-seling
Batupasir Sisipan Batulempung dan Tuf berada di
bathyal tengah - neritik luar.
Foto 6 Singkapan batupasir selang-seling tuf
dimana tuf hadir sebagai sisipan pada Kedudukan stratigrafi Satuan Batuan Breksi
bagian tengah Satuan Batuan Breksi Selang-seling Batupasir Sisipan Batulempung
Selang-seling Batupasir Sisipan dan Tuf dengan satuan di bawahnya yaitu Satuan
Batulempung dan Tuf di Sungai Batuan Batulempung adalah selaras. Hal ini
Seliling. ditandai dengan adanya kedudukan lapisan
batuan yang relatif sama. Hubungan stratigrafi
dengan satuan yang ada di atasnya yaitu Satuan
Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung
Sisipan Breksi dan Basal adalah tidak selaras. Hal
ini ditandai dengan adanya kedudukan lapisan
batuan yang berbeda serta adanya rumpang
waktu.

Satuan Batuan Breksi Selang-seling Batupasir


Sisipan Batulempung dan Tuf pada daerah
penelitian memiliki ciri litologi, umur dan
lingkungan pengendapan yang sama dengan
Formasi Waturanda (Asikin, dkk., 1992).
Foto 7 Singkapan batupasir selang-seling
breksi pada bagian tengah Satuan
Batuan Breksi Selang-seling Batupasir
Sisipan Batulempung dan Tuf di Sungai
Sampang.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 5


2.2.3. Satuan Batuan Batupasir Selang-seling
Batulempung Sisipan Breksi dan Basal
Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada ciri-
ciri batuan yang teramati di lapangan yaitu
hadirnya perselingan antara batupasir dan
batulempung serta breksi dan basal sebagai
sisipan. Satuan ini tersebar di bagian utara dan
baratdaya daerah penelitian dengan luas 31% dari
daerah penelitian dan tersingkap baik di
sepanjang Sungai Siluwuk, Sungai Mertelu,
Sungai Gintung dan Sungai Adisara. Kedudukan
satuan batuan ini berarah relatif timur - barat
dengan jurus N 195o E - N 275o E dengan Foto 9 Singkapan batupasir selang-seling
kemiringan lapisan 15° - 40° pada bagian utara batulempung yang mencirikan bagian
dan N 80o E - N 92o E dengan kemiringan lapisan bawah Satuan Batuan Batupasir
15° - 30° pada bagian baratdaya. Adanya Selang-seling Batulempung Sisipan
perubahan arah kedudukan lapisan batuan yang Breksi dan Basal di Sungai Gintung.
saling berlawanan disebabkan karena adanya
perlipatan antiklin yang terjadi di daerah Penentuan umur satuan ini didasarkan pada
penelitian. Ketebalan satuan ini berdasarkan hasil kehadiran foraminifera planktonik yang terdapat
pengukuran pada penampang geologi di atas dalam sampel batuan yang diambil pada LP 79
1.250 m. dan LP 59 yang secara berurut mewakili bagian
bawah dan atas satuan ini. Bagian bawah satuan
Satuan ini dalam tersingkap dalam kondisi segar
hingga lapuk pada dasar dan tebing sungai. kisaran umur N17 - N18, berdasarkan punahnya
Bagian bawah satuan ini terdiri dari batupasir Globorotalia pseudomiocenica dan munculnya
Sphaeroidinellopsis seminulina, bagian atas
selang-seling batulempung, dengan ketebalan
satuan kisaran umur N17 - N19 berdasarkan
batupasir 10 cm - 130 cm, dan batulempung
muncul dan punahnya Sphaeroidinellopsis
antara 5 cm - 70 cm. Lebih ke atas terdapat
perselingan antara batupasir dengan batulempung seminulina. Berdasarkan analisa foraminifera
sisipan basal dan breksi. Dengan ketebalan planktonik maka disimpulkan bahwa umur satuan
batuan ini adalah N17 - N19 atau Miosen Akhir -
batupasir 5 cm - 100 cm, batulempung dengan
Pliosen Awal. Lingkungan pengendapan Satuan
tebal 2 cm - 5 cm, sisipan basal dengan ketebalan
Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung
50 cm - 100 cm dan breksi 50 cm.
Sisipan Breksi dan Basal ditentukan berdasarkan
kandungan foraminifera bentonik pada LP 79 dan
LP 59 di Sungai Mertelu yang mewakili bagian
bawah dan atas satuan dimana tidak
menghasilkan lingkungan pengendapan tertentu
dikarenakan persebaran foraminifera bentonik
yang bervariasi.

Hubungan stratigrafi Satuan Batuan Batupasir


Selang-seling Batulempung Sisipan Breksi dan
Basal dengan satuan di bawahnya yaitu Satuan
Foto 8 Singkapan batupasir selang-seling Batuan Breksi dan Batupasir Sisipan
batulempung sisipan breksi dan basal Batulempung dan Tuf adalah tidak selaras
yang mencirikan bagian atas Satuan ditandai kedudukan lapisan batuan yang berbeda.
Batuan Batupasir Selang-seling Hubungan stratigrafi dengan Satuan Batuan
Batulempung Sisipan Breksi dan Basal Breksi Polimik adalah menjemari ditandai
di Sungai Gintung.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 6


dengan adanya perulangan antara batupasir
selang-seling batulempung dengan breksi.

Satuan Batuan Batupasir Selang-seling


Batulempung Sisipan Breksi dan Basal pada
daerah penelitian memiliki ciri litologi, umur dan
lingkungan pengendapan yang sama dengan
Formasi Halang (Asikin, dkk., 1992).

2.2.4. Satuan Batuan Breksi Polimik


Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada ciri-
ciri batuan yang teramati di lapangan yaitu
didominasi oleh breksi. Satuan ini tersebar di Foto 11 Singkapan breksi yang mencirikan
bagian tenggara daerah penelitian dengan luas bagian atas Satuan Batuan Breksi
13,4% dari daerah penelitian, dan tersingkap baik Polimik di Waduk Sempor.
di sepanjang Sungai dan Waduk Sempor di Desa
Sempor dan menempati lereng-lereng bukit. Tidak dijumpai fosil pada satuan ini maka
Ketebalan satuan ini berdasarkan hasil penentuan umur satuan dilakukan berdasarkan
pengukuran pada penampang geologi di atas Hukum Steno yaitu hukum superposisi serta
1.200 m. memperhatikan hubungan stratigrafi dengan
satuan batuan dibawahnya. Selain itu studi
Satuan ini dalam tersingkap dalam kondisi segar literatur digunakan pula untuk melengkapi
hingga lapuk pada dasar dan tebing sungai, tidak penentuan umur. Hubungan stratigrafi satuan ini
berlapis dengan ketebalan 100 cm - 300 cm. Pada dengan satuan batupasir selang-seling
bagian bawah satuan, ukuran fragmen berkisar batulempung sisipan breksi dan basal adalah
antara 2 - 100 cm (Foto 3.7) dan pada bagian atas menjemari, maka umur satuan breksi polimik
satuan berkisar antara 0,5 - 20 cm (Foto 3.8). adalah N17 - N19 atau Miosen Akhir - Pliosen
Awal. Penentuan lingkungan pengendapan
satuan batuan ini dilakukan dengan analisa fasies
model Walker yaitu fasies konglomerat yang
merupakan kipas atas isian lembah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Satuan
Batuan Breksi Polimik merupakan endapan
turbidit kipas atas laut dalam.

Hubungan stratigrafi Satuan Batuan Breksi


Polimik dengan Satuan Batuan Batupasir Selang-
seling Batulempung Sisipan Breksi dan Basal
adalah menjemari ditandai dengan adanya
perulangan antara batupasir selang-seling
batulempung dengan breksi. Hubungan stratigrafi
Foto 10 Singkapan breksi yang mencirikan dengan satuan yang ada di atasnya tidak
bagian bawah Satuan Batuan Breksi diketahui, karena satuan yang lebih muda tidak
Polimik di Sungai Sampang. tersingkap di daerah penelitian.

Satuan Batuan Breksi Polimik di daerah


penelitian memiliki ciri litologi, umur dan
lingkungan pengendapan yang sama dengan
Anggota Breksi Formasi Halang (Asikin, dkk.,
1992).

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 7


2.2.2.4. Satuan Endapan Aluvial antara 15o - 48o dengan jurus berkisar antara N
203o E - N 278o E. Berdasarkan adanya
Penamaan satuan ini didasarkan pada material
kemiringan sayap bagian tenggara dengan sayap
aluvial sungai yang berukuran lempung, pasir
bagian baratlaut yang relatif sama maka jenis dari
sampai bongkah yang bersifat lepas sebagai
antiklin ini adalah antiklin simetri.
penyusun satuan ini. Satuan ini tersebar di sekitar
Sungai Sampang pada bagian tengah daerah 2.3.2. Antiklin Seliling
penelitian dan menempati sekitar 1,25% dari
daerah penelitian, umumnya menempati daerah Dinamakan Antiklin Seliling karena sumbu
dataran. Ketebalan satuan ini berdasarkan antiklinnya melalui Desa Seliling berarah
pengamatan di lapangan antara 0,5 - 1 m. Satuan baratdaya - timurlaut terdapat pada bagian timur
endapan ini disusun material aluvial sungai daerah penelitian sepanjang 3,3 km. Antiklin ini
berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal sampai ditandai oleh kedudukan sayap bagian tenggara
bongkah dengan bentuk menyudut tanggung besar kemiringan antara 15o - 65o dan jurus
sampai membulat, terdiri dari batuan beku, lapisannya berkisar antara N 72o E - N 80o E,
batupasir, dan batulempung yang berasal dari sedangkan sayap bagian baratlaut memiliki
batuan yang mengalami pelapukan, kemudian kemiringan antara 15o - 26o dengan jurus berkisar
tererosi dan terendapkan. Proses pengendapan antara N 245o E - N 255o E. Berdasarkan adanya
satuan endapan ini masih berlangsung sampai kemiringan sayap bagian tenggara dengan sayap
sekarang. bagian baratlaut yang relatif sama maka jenis dari
antiklin ini adalah antiklin simetri.

2.3.3. Sinklin Donorojo


Dinamakan Sinklin Donorojo karena sumbu
sinklinnya melalui Desa Donorojo berarah
baratdaya - timurlaut terdapat pada bagian timur
daerah penelitian sepanjang 3,2 km. Sinklin ini
ditandai oleh kedudukan sayap bagian tenggara
besar kemiringan antara 15o - 20o dan jurus
lapisannya berkisar antara N 245o E - N 255o E,
sedangkan sayap bagian baratlaut memiliki
kemiringan antara 15o - 55o dengan jurus berkisar
Foto 12 Endapan aluvial di Sungai Sampang antara N 65o E - N 98o E. Berdasarkan adanya
kemiringan sayap bagian tenggara dengan sayap
bagian baratlaut yang tidak sama maka jenis dari
2.3. Struktur Geologi antiklin ini adalah antiklin simetri.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang
meliputi pengukuran strike dan dip lapisan batuan 2.3.4. Sesar Naik Kedungwringin
serta dijumpai indikasi-indikasi struktur, maka Penamaan Sesar Naik Kedungwringin
struktur yang ada di daerah penelitian adalah. dikarenakan sesar ini melewati Kedungwringin di
bagian timur daerah penelitian dan memanjang
2.3.1. Antiklin Sampang dari baratdaya - timurlaut searah dengan pola
Dinamakan Antiklin Sampang karena sumbu lipatan yang ada di daerah penelitian. Adapun
antiklinnya melalui Desa Sampang memanjang indikasi adanya Sesar Naik Kedungwringin di
dari barat hingga bagian tengah daerah penelitian lapangan adalah:
sepanjang ± 5 km. Antiklin ini ditandai oleh
kedudukan lapisan sayap bagian tenggara besar
kemiringan antara 15o - 65o dan jurus lapisannya
berkisar antara N 72o E - N 105o E, sedangkan
sayap bagian baratlaut memiliki kemiringan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 8


a. Lapisan tegak pada batupasir selang-seling tuf
di Sungai Seliling yaitu N 70⁰ E/ 75⁰.

Foto 15 Offset pada batupasir selang-seling


batulempung di Sungai Curug.
Foto 13 Lapisan tegak batupasir selang-seling b. Bidang sesar N 130⁰ E / 70⁰ berupa gores-
tuf di Sungai Seliling. garis 55⁰, N 175⁰ E, dengan pitch 45⁰ pada
batupasir di Sungai Gandarusa.
b. Bidang sesar N 75⁰ E / 52⁰ berupa gores-garis
46⁰, N 150⁰ E, dengan pitch 80⁰ pada breksi
di Sungai Sampang.

Bps

Blp

Foto 16 Bidang sesar pada batupasir di Sungai


Gandarusa.
Foto 14 Bidang sesar pada breksi di Sungai 2.3.6. Sesar Mendatar Siluwuk
Sampang.
Penamaan Sesar Mendatar Siluwuk dikarenakan
2.3.5. Sesar Mendatar Curug indikasi sesar ini diperoleh di sekitar Sungai
Siluwuk. Sesar ini terletak di sebelah selatan
Penamaan Sesar Mendatar Curug dikarenakan daerah penelitian yang memanjang dari baratdaya
indikasi sesar ini diperoleh di sekitar Sungai – timurlaut sepanjang 5,1 km melalui Sungai
Curug. Sesar ini terletak di sebelah timurlaut Siluwuk, Sungai Sampang, dan Sungai
daerah penelitian yang memanjang dari baratlaut Gandarusa. Indikasi sesar mendatar ini adalah:
– tenggara sepanjang 3,8 km melalui Sungai
Curug dan Sungai Gandarusa. Indikasi sesar a. Bidang sesar N 210⁰ E / 62⁰ berupa gores-
mendatar ini adalah: garis 50⁰, N 270⁰ E, dengan pitch 60⁰ pada
breksi di Sungai Gandarusa.
a. Jurus bidang sesar N 307⁰ E berupa offset 20
cm pada batupasir selang-seling batulempung
di Sungai Curug.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 9


2.3.8. Mekanisme dan Umur Pembentukan
Struktur Geologi Pada Daerah
Penelitian
Untuk mengetahui arah gaya utama yang
membentuk struktur geologi di daerah penelitian
maka ditentukan arah gaya utama adalah tegak
lurus dari kedudukan jurus lapisan dan sumbu
lipatan. Pada daerah penelitian terjadi dua kali
proses tektonik sehingga adanya dua arah gaya
utama yang bekerja. Tektonik pertama
mempunyai arah gaya utama N 160° E atau arah
Foto 17 Bidang sesar pada breksi di Sungai baratlaut - tenggara dan tektonik kedua
Gandarusa. mempunyai arah gaya utama N 12° E atau utara -
selatan. Umur struktur geologi akan lebih muda
b. Kelurusan sungai, kelurusan kontur, dan dibanding umur satuan batuan yang terbentuk.
pembelokan sungai secara tiba-tiba. Struktur geologi yang terbentuk di daerah
penelitian, berupa struktur lipatan dan patahan,
2.3.7 Sesar Mendatar Sampang kejadian tektonik yang menyebabkannya
Penamaan Sesar Mendatar Sampang terbentuk proses struktur geologi tersebut. Urut-
dikarenakan indikasi sesar ini diperoleh di sekitar urutan pembentukan struktur geologi di daerah
Sungai Sampang. Sesar ini terletak di bagian penelitian diawali dengan pembentukan struktur
tengah daerah penelitian yang memanjang dari perlipatan berupa Antiklin Sampang, Antiklin
baratlaut – tenggara sepanjang 3,5 km melalui Seliling, Sinklin Donorojo, dan Sesar Naik
Sungai Sampang, Sungai Jumbleng, dan Sungai Kedungwringin pada Miosen Tengah (N12)
Sempor. Indikasi sesar mendatar ini adalah: dengan arah gaya utama N 160° E atau arah
baratlaut - tenggara, kemudian pembentukan
a. Bidang sesar N 135⁰ E berupa offset 70 cm Sesar Mendatar Curug, Sesar Mendatar
pada batupasir selang-seling tuf di Sungai Sampang, dan Sesar Mendatar Siluwuk pada
Sampang. Pliosen Akhir (N20) dengan gaya utama N 12° E
atau utara - selatan.

2.4. Sejarah Geologi Daerah Penelitian


Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada
kala Oligosen Akhir hingga Miosen Awal dengan
diendapkan Satuan Batuan Batulempung dengan
rentang waktu (N3 - N6) pada kedalaman 500 -
2000 m (bathyal tengah - bathyal bawah), Satuan
Batuan Batulempung merupakan satuan batuan
tertua di daerah penelitian. Pada Miosen Awal -
Miosen Tengah di atas Satuan Batuan
Batulempung diendapkan secara selaras Satuan
Foto 18 Offset pada batupasir selang-seling tuf Batuan Breksi Selang-seling Batupasir Sisipan
di Sungai Sampang. Batulempung dan Tuf dengan rentang waktu (N7
- N11) diendapkan pada kedalaman 100 - 1000 m
b. Kelurusan sungai, kelurusan kontur, dan (neritik luar - bathyal tengah). Pada kala Miosen
pembelokan sungai secara tiba-tiba. Tengah sampai Miosen Akhir tidak terjadi
pengendapan batuan dan terjadi aktivitas tektonik
yang mengakibatkan proses deformasi pada
batuan sehingga terbentuknya perlipatan
(Antiklin Sampang, Antiklin Seliling, dan Sinklin

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 10


Donorojo) dan pensesaran (Sesar Naik menentukan fasiesnya dengan menggunakan
Kedungwringin). Pembentukan struktur geologi model fasies turbidit Walker (1978). Pengukuran
ini disertai dengan terjadinya pengangkatan yang penampang stratigrafi dilakukan pada 2 (dua)
mengakibatkan lingkungan daerah penelitian lintasan, yaitu lintasan 1 Sungai Mertelu dan
berubah dari laut dalam menjadi daratan. lintasan 2 Sungai Gintung.
Perlipatan dan pensesaran ini melibatkan Satuan
Batuan Breksi Selang-seling Batupasir Sisipan 3.1.1. Lintasan 1 Sungai Mertelu
Batulempung dan Tuf dan Satuan Batuan
Batulempung. Pada kala Miosen Akhir - Pliosen Pengukuran penampang stratigrafi pada lintasan
dengan rentang waktu (N17 - N19) diendapkan ini dilakukan disepanjang Sungai Mertelu, yang
Satuan Batuan Batupasir Selang-seling berada di Desa Berta, Kecamatan Susukan,
Batulempung Sisipan Breksi dan Basal dengan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
lingkungan pengendapan laut dalam. Bersamaan
Bagian bawah penampang stratigrafi pada
dengan pengendapan Satuan Batuan Batupasir
lintasan ini, disusun oleh breksi serta perselingan
Selang-seling Batulempung sisipan Breksi dan
antara batupasir dan batulempung, dengan
Basal, pada kala Miosen Akhir - Pliosen Awal
ketebalan breksi 3 - 10 m, ketebalan batupasir
(N17 - N19) diendapkan pula Satuan Batuan
berkisar antara 2 - 500 cm dan ketebalan
Breksi Polimik secara menjemari pada
batulempung berkisar antara 1 - 50 cm. Ketebalan
lingkungan laut dalam. Pada kala Pliosen Awal
batupasir pada bagian ini kearah atas semakin
(N20) terjadi aktifitas tektonik yang
menebal dan mengkasar sedangkan
mengakibatkan terbentuknya pensesaran (Sesar
batulempungnya semakin menipis. Struktur
Mendatar Curug, Sesar Mendatar Sampang, dan
sedimen yang dijumpai pada bagian ini adalah
Sesar Mendatar Siluwuk) pada satuan batuan
lapisan bersusun dan graded bedding.
yang telah diendapkan. Pembentukan struktur
Perselingan batupasir dan batulempung
geologi ini disertai dengan terjadinya
menunjukan menebal keatas (thickening upward
pengangkatan yang mengakibatkan lingkungan
sequence). Kearah bagian atas susunan batuannya
daerah penelitian berubah dari laut dalam
terdiri dari perselingan batupasir dan
menjadi daratan. Daerah penelitian yang telah
batulempung dengan kehadiran batupasirnya
menjadi daratan terjadi proses eksogen yaitu
yang dominan semakin menebal. Ketebalan
pelapukan dan erosi yang menghasilkan endapan
batupasir berkisar dari 1 - 300 cm dan
aluvial sungai yang merupakan hasil rombakan
batulempungnya berkisar antara 1 - 100 cm.
dari batuan yang terbentuk sebelumnya dan
Sekuen batupasir menebal kearah atas
endapan aluvial sungai ini menutupi satuan
(thickening upward sequence). Struktur sedimen
batuan di bawahnya dengan batas berupa bidang
yang dijumpai pada bagian ini berupa struktur
erosi.
lapisan bersusun, paralel laminasi, dan graded
bedding.
III. STUDI ENDAPAN TURBIDIT
FORMASI HALANG
Penampang stratigrafi lintasan ini dianalisa
dengan menggunakan model Walker, 1978
3.1. Endapan Turbidit Daerah Penelitian
sehingga didapatkan breksi termasuk dalam
Pembahasan endapan turbidit di daerah penelitian Conglomerate Facies bagian Upper Fan Channel
difokuskan pada Satuan Batupasir selang-seling Fill, batupasir kerikilan dengan tebal 5 m
Batulempung sisipan Breksi dan Basal (Formasi termasuk dalam Pebbly Sandstones Facies
Halang). Kajian endapan turbidit dilakukan bagian Suprafan Lobes Mid Fan Channelled,
dengan cara melakukan pengukuran penampang perselingan batupasir batulempung termasuk
stratigrafi pada lintasan-lintasan yang mewakili dalam Classic Turbidites Facies. Diatas
satuan batuan yang ada di daerah penelitian serta perselingan batupasir batulempung terdapat pasir
diusahakan pada lintasan-lintasan yang masif termasuk dalam Masive Sandstones Facies.
tersingkap baik di lapangan. Hasil dari Classic Turbidites Facies dan Masive Sandstones
pengukuran penampang stratigrafi kemudian Facies merupakan Suprafan Lobes Mid Fan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 11


Channelled Smooth Fortion of Suprafan Lobes. lamination, convolute lamination dan graded
Penulis meintepretasikan bahwa lintasan 1 bedding.
Sungai Mertelu berada pada Suprafan Lobes Mid
Fan Channelled Smooth Fortion of Suprafan Penampang stratigrafi lintasan ini dianalisa
Lobes lalu adanya sumber pasokan sedimen yang dengan menggunakan model Walker, 1978
melimpah sehingga membentuk kipas baru dan sehingga didapatkan sisipan breksi termasuk
menutupi kipas dibawahnya. dalam Conglomerate Facies bagian Upper Fan
Channel Fill dan perselingan batupasir
batulempung termasuk dalam Classic Turbidites
Facies bagian Lower Fan. Penulis
meintepretasikan bahwa lintasan 2 Sungai
Gintung berada pada Lower Fan lalu adanya
sumber pasokan sedimen yang melimpah
sehingga membentuk kipas baru dan menutupi
Lintasan 1
Sungai kipas dibawahnya.
Mertelu

Gambar 3 Model Endapan Kipas Laut Dalam Lintasan 2


Sungai
(Walker, 1978) dan Intepretasi Gintung
lintasan 1 Sungai Mertelu

3.1.2. Lintasan 2 Sungai Gintung


Pengukuran penampang stratigrafi pada lintasan
ini dilakukan disepanjang Sungai Gintung, yang
berada di Desa Sirkandi, Kecamatan Purworejo Gambar 4 Model Endapan Kipas Laut Dalam
Klampo, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (Walker, 1978) dan Intepretasi
lintasan 2 Sungai Gintung.
Bagian bawah penampang stratigrafi pada
lintasan ini, disusun oleh perselingan antara IV. KESIMPULAN
batupasir dan batulempung, dengan ketebalan
batupasir berkisar antara 5 - 90 cm dan ketebalan Dari semua yang telah dilakukan penelitian
batulempung berkisar antara 5 - 80 cm. Ketebalan berupa pemetaan geologi permukaan Daerah
batupasir pada bagian ini kearah atas semakin Sampang dan sekitarnya, Kecamatan Sempor,
menebal (thickening upward sequence) dan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, yang
mengkasar sedangkan batulempungnya semakin berkaitan dengan geomorfologi, stratigrafi,
menipis. Struktur sedimen yang dijumpai pada struktur geologi maupun sejarah geologi daerah
bagian ini adalah lapisan bersusun dan parallel penelitian dan studi endapan turbidit Formasi
lamination. Kearah bagian atas susunan Halang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
batuannya terdiri dari perselingan batupasir dan
batulempung dengan sisipan breksi. Ketebalan Terdapat 3 (tiga) karakteristik geomorfologi yang
breksi 550 cm, ketebalan batupasir berkisar dari berkembang di daerah penelitian, yaitu satuan
5 - 60 cm dan ketebalan batulempung berkisar geomorfologi perbukitan lipat patahan, satuan
antara 5 - 150 cm. Sekuen batupasir menebal geomorfologi perbukitan lipat patahan sub satuan
kearah atas (thickening upward sequence). lembah antiklin, dan satuan geomorfologi dataran
Struktur sedimen yang dijumpai pada bagian ini aluvial. Pola aliran sungai yang terdapat pada
berupa struktur lapisan bersusun, parallel daerah penelitian adalah pola aliran sungai trelis

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 12


dan pola aliran sungai paralel dengan tahapan debris flow hingga turbidit, yang diendapkan
erosi sungai muda dan dewasa, sedangkan jentera pada N17 - N19. Berdasarkan hasil analisa
geomorfik daerah penelitian berada pada tahapan endapan turbidit Formasi Halang yang fasiesnya
muda, dewasa, dan tua. menurut Walker yaitu terdiri dari Turbidit Klasik,
Batupasir Masif, Batupasir Kerikilan, dan
Tatanan batuan yang tersingkap di daerah Konglomerat sehingga berada pada kipas atas
penelitian dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) hingga kipas bawah.
satuan stratigrafi, yaitu Satuan Batuan
Batulempung yang berumur Oligosen Akhir - DAFTAR PUSTAKA
Miosen Awal (N3 - N6) diendapkan pada bathyal
tengah - bathyal bawah, berdasarkan ciri litologi Asikin, S., Handoyo, A., Prastistho, B., dan
maka satuan ini masuk ke dalam Formasi Gafoer, S., 1992, Peta Geologi Lembar
Karangsambung. Kemudian diendapkan Satuan Banyumas, Jawa, Skala 1:100.000, Pusat
Batuan Breksi Selang-seling Batupasir Sisipan Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Batulempung dan Tuf pada kala Miosen Awal - Bandung
Miosen Tengah (N7 - N11) diendapkan pada
neritik luar - bathyal tengah. Berdasarkan ciri BAKOSURTANAL, 2000, Peta Rupabumi
litologi dari satuan ini maka satuan ini masuk ke Digital Indonesia Lembar Tambak No.
dalam Formasi Waturanda. Secara tidak selaras 1308-344, Badan Koordinasi Survey dan
di atas Satuan Batuan Breksi Selang-seling Pemetaan Nasional (Bakosurtanal),
Batupasir Sisipan Batulempung dan Tuf Edisi: 1 - 2000, Cibinong, Bogor
diendapkan Satuan Batuan Batupasir Selang-
seling Batulempung Sisipan Breksi dan Basal Bandy, O. L., 1966, Benthic Foraminifera as
pada kala Miosen Akhir - Pliosen Awal (N17 - Environmental Indices, Washington,
N19) diendapkan pada lingkungan laut dalam. pp OB IB-OB 29B
Bersamaan dengan pengendapan Satuan Batuan
Batupasir Selang-seling Batulempung Sisipan Bouma, A., H., 1962, Sedimentology of some
Breksi dan Basal Formasi Halang, pada kala Flysch deposits: A graphic approach to
Miosen Akhir - Pliosen Awal (N17 - N19) facies interpretation, Amsterdam :
diendapkan pula Satuan Batuan Breksi Polimik Elsevier, 168 h.
(Anggota Breksi Formasi Halang) secara
menjemari pada lingkungan laut dalam. Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology: An
Selanjutnya satuan aluvial menutupi satuan Introduction to the Study of Landscapes,
batuan di bawahnya yang dibatasi oleh bidang Mc.Graw-Hill Book Company, New
erosi. York

Struktur-struktur geologi yang berkembang di Thornbury, W. D., 1969, Principles of


daerah penelitian adalah lipatan yaitu Antiklin Geomorphology, Second Edition, John
Sampang, Antiklin Seliling, dan Sinklin Willey and Sons Inc., New York,
Donorojo dengan arah sumbu antiklin baratdaya London, Sydney, Toronto, 594 h.
- timurlaut dan patahan berupa Sesar Naik
Kedungwringin, Sesar Mendatar Curug, Sesar van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of
Mendatar Sampang, dan Sesar Mendatar Indonesia, Vol. IA: General Geology of
Siluwuk. Struktur-struktur geologi ini mulai Indonesia and Adjacent Archipelagoes,
terbentuk pada kala Miosen Tengah (N12) The Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A,
dengan arah gaya baratlaut - tenggara dan Pliosen Netherlands
Awal (N20) dengan arah gaya utara - selatan.
Walker, R.G., 1992, Facies Models Respons to
Formasi Halang pada derah penelitian tersusun Sea Level Change, Geological
oleh tumpukan lidah kipas yang membentuk Association of Canada, Kanada
kipas laut dalam, akibat aliran gravitasi mulai dari

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 13


PENULIS

[1] Meisyielin Euggelin, ST., (Alumni thn


2017) Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.

[2] Ir. Singgih Irianto, M.Si., Staf Pengajar


di Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.

[3] Ir. Mohammad Syaiful, M.Si., Staf


Pengajar di Program Studi Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
Pakuan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 14

Anda mungkin juga menyukai