OLEH :
YUNITA FITRIAH
19.14201.90.10.P
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
meperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penyusun sangat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
hal ini sesuai dengan gagasan Hiprocrates yaitu Primum, non nocere (First, do no
manusia dan kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada hierarki
kebutuhan Maslow yang harus terpenuhi (Potter & Perry dalam Darliana, 2016).
Sesuai dengan tujuannya rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Pasar bebas Asia
2016).
perkembangan suatu negara. Patient Safety diberlakukan pada tahun 2004 untuk
dunia menderita cedera atau kematian setiap tahun karena praktek dan pelayanan
medis yang tidak aman sementara satu dari sepuluh pasien dirugikan saat
2016).
terhadap pasien yang lebih aman. Proses ini mencegah terjadinya cedera yang
tahun 2000 menerbitkan laporan “To Err Is Human: Building a Safer Health
sakit di Amerika. Angka KTD di Utah dan Colorado sebesar 2,9% dengan angka
kematian 6,6%. Sedangkan angka KTD di New York sebesar 3,7% dengan angka
Tujuan utama penerapan patient safety di rumah sakit adalah mencegah dan
yang dapat berpotensi atau mengakibatkan cedera pada pasien yang seharusnya
tidak terjadi. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) meliputi Kejadian yang Tidak
(KPC), dan Kejadian Sentinel (suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius) (KKP-RS, 2007, p.3). Angka IKP di Indonesia masih sulit
diperoleh, namun IKP dapat saja terjadi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
2007 ditemukan Provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di
antara delapan provinsi lainnya (Jawa Tengah 15,9%, Yogyakarta 13,8%, Jawa
Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 1,07%,
Sulawesi Selatan 0,7%). Bidang spesialisasi unit kerja ditemukan paling banyak
pada unit penyakit dalam, bedah, dan anak yaitu sebesar 56,7% dibandingkan unit
kerja yang lain, sedangkan untuk pelaporan jenis kejadian, KNC lebih banyak
Darliana, 2016).
metode dalam pemberian obat. Sasaran keselamatan pasien lainnya yang perlu
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem keselamatan
pasien dapat dilakukan perawat jika didukung oleh pengetahuan dan sikap yang
sedangkan sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu
memadai, maka perilaku patient safety oleh perawat tersebut akan bersifat
inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Hasil analisis statistik menunjukan hasil
pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna,
pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna,
p=0,000 (á<0,05).
2.1.1 Definisi
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang
mendefinisikan bahwa keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko
harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial
akan terjadi (penyakit, cedera fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan lain-
kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah
sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah sakit
berikut:
sakit
person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM RS:100% tidak terjadi
rumah sakit.
2.1.3 Manfaat Program Keselamatan Kerja (Patient Safety)
safety) yaitu:
transaksi, sehingga suatu produk menjadi semakin laris dan dicari masyarakat.
keselamatan pasien.
Sakit. Standar ini diusun merujuk pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
1. Hak Pasien
Standar keselamatan pasien di atas jika diurai satu per satu maka akan
Standar :
Diharapkan.
Kriteria :
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
Standar :
Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
Standar :
Kriteria :
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik
dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
efektif.
Standar :
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
Kriteria :
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
sehat, dan faktor – faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
Standar :
keselamatan pasien.
keselamatan pasien.
Kriteria :
pasien.
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss) dan
dilaksanakan.
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
implementasinya.
Standar :
secara jelas.
Kriteria :
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
keselamatan pasien.
Standar :
eksternal.
Kriteria :
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal – hal terkait
Scale (MFS). Morse Fall Scale merupakan suatu skala yang digunakan
untuk mengukur tingkat risiko jatuh pada orang dewasa yang dibagi
menjadi tiga, yaitu risiko tinggi, risiko rendah dan tidak beresiko (Menap,
2018).
Rekam Medis pasien, Tanggal lahir Pasien, dan jenis kelamin pasien
b. Kotak berikutnya diisi tanggal dan jam assesment, dan nma ruangan
1. Riwayat jatuh:
Catatan: bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 25.
2. Diagnosis sekunder:
pasien.
3. Bantuan berjalan:
topangan.
6. Status mental:
dinilai normal.
b. Skor 15 jika respon pasien tidak sesuai dengan kemampuan
ayat 1 yang berbunyi Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
keselamatan pasien rumah sakit pada pasal 8 yang berisikan “Rumah sakit dan
tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program
Rumah Sakit”. Hal ini dapat didefinisikan bahwa perawat memiliki kewajiban dan
ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya.
disebutkan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
secara holistik dan professional untuk individu sehat maupun sakit, perawat
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Hidayat, 2012).
2.2.2 Peran Perawat
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang,
sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial,
kompleks
2. Advokat pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga untuk
kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama
sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
4. Koordinator
5. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
6. Konsultan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
7. Pembaharu
pelayanan keperawatan.
sebagai berikut :
1. Fungsi Independen
2. Fungsi Dependen
suntikan.
b. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab
dokter
3. Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
janin.
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung
terlihat, tetapi hanya ditapsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
emosional terhadap stimulus social. Dari pengertian ini dapat digaris bawahi
bahwa selama perlaku itu masih tertutup, maka dinamakan sikap sedangkan
apabila sudah terbuka itulah perilaku yang sebenarnya yang ditunjukan seseorang
(Adnani, 2012)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. (Notoadmodjo, 2012). Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan social dengan perasaan
Selain itu, sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon sifat positif atau
stimulus (Budiman & Agus, R. 2013). Sikap merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoadmojo,
2012). Menurut peneliti, asumsi Sikap tindakan atau perbuatan dalam kehidupan
penilaian individu terhadap objek atau subjek. Informasi yang masuk ke dalam
otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan
pengetahuanyang telah ada dalam otak manusia. Nilai-nilai baru yang diyakini
benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi
Aspek ini dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap objek atau
seseorang terhadap suatu subjek atau objek dapat bersifat positif atau negative.
Perwujudan sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau
1. Menerima (Receiving)
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
2. Merespons (Responding)
yang telah diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya,
seseorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan
mendiskusikan tentang gizi , adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
Menurut Budiman & Riyanto (2013), proses belajar sosial terbentuk dari
interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu
1. Pengalaman Pribadi
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
2. Kebudayaan
dimiliki.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
tersebut.
4. Media Massa
orang.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan lebih tahan lama. Contohnya, bentuk sikap yang didasari oleh
0. Jumlah nilai yang dicapai oleh seseorang merupakan indikasi bahwa seseorang
Prosedur perskalaan (scaling) yaitu penentuan pemberian angka atau skor yang
2.4.1 Definisi
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melauli mata dan telinga
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar
berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Dalam
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain
2011).
berdasarkan kejadiaan yang nyata atau fakta yang mempengaruhi motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.
1. Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengingat sesuatu materi yang
kembali (recall) terhadap sesuatu spesifik terhadap suatu bahan yang telah
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini
2. Memahami (comprehension)
objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
3. Aplikasi (application)
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Dalam situasi yang lain
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
1. Pendidikan
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
2. Informasi/Media Massa
Informasi). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat membersihkan pengaruh jangka pendek (immediate impact).
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,, seseorang
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
5. Pengalaman
lalu.
6. Usia
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman & Agus,
R. 2013).
memahami tentang apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien rumah sakit
efektif peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
pasien merupakan komitmen yang tertuang dalam kode etik perawat dalam
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Praktik
Faktor Pendukung
Perilaku perawat
1. Keluarga
2. Pengalaman
Pelaksanaan keselamatan
Faktor Penguat
pasien
Petugas kesehatan
Tokoh masyarakat
Kenyamanan
Sumber: Notoatmodjo (2012), Budiman & Riyanto (2013), Menap (2018), Hidayat (2012)
konsep-konsep yang ingin diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo,
Bagan 2.2
Kerangka Konsep
Pengetahuan
Pelaksanaan Patient
Safety
Sikap
2.8 Hipotesis
di Rumah Sakit
Rumah Sakit
BAB III
METODE PENELITIAN
menganalisis adanya hubungan pengetahuan dan sikap perawat yang merupakan variabel
dependen.
Responden bersedia
Tahap penatalaksanaan
Responden menandatangani surat persetujuan
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat Ruang Rawat Inap
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian perawat di Rumah Sakit. Pada penelitian
kali ini sampel yang akan diambil adalah perawat yang bekerja di ruang rawat inap bedah.
Definisi Skala
No Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
operasional Ukur
1 Keselamatan Proses dalam suatu Wawancara Kuesioner 1. Tidak Ordinal
skor 25-50)
3. Resiko tinggi
51)
2 Pengetahuan Semua yang Wawancara Kuesioner 1. Baik : bila Ordinal
pertanyaan
dengan benar
2. Kurang : bila
responden
dapat
menjawab <
75%
pertanyaan
dengan benar
3 Sikap Keadaan perawat Wawancara Skala likert 1. Positif: bila
mendapatkan
skor < 36
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan lembar
checklist. Pengisian kuesioner pengetahuan perawat dengan kategori yaitu baik (bila >
75% menjawab benar) dan kurang (bila < 75% menjawab benar), sikap dengan kategori
positif (bila skor > mean) dan negatif (bila skor < mean) dan pelaksanaan keselamatan
pasien (patient safety) dengan kategori tidak beresiko (bila skor 0-24), resiko rendah (bila
skor 25-50) dan resiko tinggi (bila skor > 51). Penilaian skala likert dalam penelitian ini
yaitu:
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi dan lembar
kuesioner.
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data-data perawat yang ada di Rumah
1. Editing (Pengeditan)
Dalam hal ini penelitian melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah
jawaban yang ada di lembar observasi sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
2. Coding (Pengkodean)
Tahap ini peneliti mengklarifikasikan hasil kuesioner menurut kriteria tertentu. Klarifikasi
pada umumnya di tandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka.
Data yang telah selesai di coding dalam kartu tabulasi (secara komputerisasi dalam
bentuk tabel).
Setelah pemasukan data selesai, dilakukan proses untuk menguji kebenaran data sehingga
Analisa data yang dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap-
tiap variabel, dari variabel independen (pengetahuan dan sikap) dan variabel
Analisa ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu:
dengan batas kemaknaan α = 0,05. Keputusan hasil statistik diperoleh dengan cara
1. Apabila p value < α 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
2. Apabila p value > α 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen
menjadi responden.
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan nama
inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.