Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN MATERI KULIAH

KOPERASI DAN UMKM

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik


Dosen : I Ketut Sunarwijaya, SE.,M.Si

OLEH KELOMPOK 08:


Desak Putu Ana Febriani (1902622010166 / 06)
Ni Komang Sri Bintang Apriani (1902622010183 / 25)

KELAS A - REGULER MALAM 2019

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020 / 2021
A. Timbulnya Cita – Cita Kearah Pembentukan Koperasi
Sistem ekonomi liberal mulai dilaksanakan di Hindia Belanda (nama Indonesia ketika
masih dijajah Belanda) setelah pemerintah kolonial Belanda menghentikan pelaksanaan ”Cultuur
Stelseel” (sistem tanam paksa). Sejak saat ini para penanam modal/usahawan Belanda berlomba
menginvestasikan dananya ke Hindia Belanda. Bidang-bidang yang menarik bagi mereka untuk
dikembangkan seperti perkebunan, perdagangan dan transportasi dan lain-lain.

Dari sinilah praktik penindasan, pemerasan dan pemerkosaan hak tanpa perikemanusiaan
makin berlangsung ganas, sehingga kemudian kehidupan sebagian besar rakyat di bawah batas
kelayakan hidup.

Beberapa tahun kemudian investasi besar-besaran yang dilakukan investor Belanda itu
membawa keuntungan yang melimpah bagi mereka. Antara tahun 1867 hingga tahun 1877
mereka berhasil membawa pulang ke negeri Kincir Angin itu sebanyak kurang lebih 15 juta
Gulden. Akan tetapi apa yang diperoleh bangsa Hindia Belanda, adalah tidak lain kemelaratan
yang meraja lela atas kehidupan rakyat dimana-mana.

Dalam keadaan hidup demikian, pihak kolonial terus-menerus mengintimidasi penduduk


pribumi sehingga kondisi sebagian besar rakyat sangat memprihatinkan. Disamping itu para
rentenir, pengijon dan lintah darat turut pula memperkeruh suasana. Mereka berlomba mencari
keuntungan yang besar dari para petani yang sedang menghadapi kesulitan hidup, sehingga tidak
jarang terpaksa melepaskan tanah miliknya sehubungan dengan ketidakmampuan mereka
mengembalikan hutang-hutangnya yang membengkak akibat sistem bunga berbunga yang
diterapkan pengijon.

E. Sieburgh (pejabat tertinggi/kepala daerah di Purwokerto) dan De Wolf van Westerrede


(pengganti Sieburgh) merupakan orang Belanda yang banyak kaitannya dengan perintisan
koperasi yang pertama-tama di tanah air kita, yaitu di Purwokerto.

Masalahnya di dahului oleh Raden Aria Wirjaatmadja (patih purwokerto) sebagai seorang
yang rasa sosialnya tebal. Dengan mendapat bantuan moril atau dorongan-dorongan dari E.
Sieburgh pada tahun 1891 didirikan Bank penolong dan Penyimpanan di Purwokerto, yang
maksud utamanya membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang. Pada tahun 1898 E.
sieburgh digantikan oleh De Wolf van Westerrede yang mengharapkan terbentuknya koperasi
simpan pinjam untuk para petani.

Langkah pertama yang dilakukan yaitu memperluas bidang kerja Bank Penolong dan
penyimpanan sehingga meliputi pula pertolongan bagi para petani di daerahnya. Untuk
menyerasikan nama dan tugasnya, bank tersebut mendapatkan perubahan nama menjadi
Purwokerto Hulp Spaar En Landbouwcrediet atau bank penolong, penyimpanan dan kredit
pertanian, yang dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya bank rakyat di kemudian hari.
Menurut De Wolf van Westerrede kebiasaaan-kebiasaan yang telah mendarah daging
pada para petani Indonesia (gotong royong, kerja sama) merupakan dasar yang paling baik untuk
berdirinya dengan subur koperasi kredit yang menjadi cita-citanya. Cita-cita De Wolf sebagai
lanjutan dari perintisan pembentukan koperasi kredit oleh R. Aria Atmadja, untuk mendirikan
koperasi kredit model Raiffeisen memang belum dapat terwujud, akan tetapi sedikit banyak
usahanya telah tampak pada bank-bank desa, lumbung-lumbung desa dan rumah-rumah gadai
yang sempat didirikannya di tanah air kita, yang kesemuanya memang mengembangkan usaha
pemberian kredit kepada para petani dan kaum ekonomi lemah bangsa kita.

Selain dari kegiatan lumbung, bank desa dan bank rakyat yang menyalurkan pinjaman-
pinjaman bentuk padi dan uang kepada petani dan mereka yang ekonomi lemah, aktivitas
penerangan tentang perlunya pembentukan koperasi kepada para petani dilakukan oleh
Departemen Pertanian atau Departemen Pertanian-Kerajinan dan Perdagangan, mulai tahun
1935 dilakukan oleh Departemen Perekonomian.

Belum terbentuknya koperasi pada waktu itu, sebab yang utama karena pemerintahan
kolonial Belanda tidak sungguh-sungguh memperhatikan, politik pemerintahan kolonial masih
memikirkan akibat persatuan rakyat Indonesia yang terbentuk melalui koperasi.

B. SEJARAH PERJUANGAN PEMBENTUKAN KOPERASI PADA


JAMAN PENJAJAHAN
Seperti yang telah di uraikan sedikit di atas dapat diketahui bahwa koperasi telah di
kenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, jawa tengah pada tahun 1896. Pada awalnya
R. Aria Wiriatmadja memdirikan sebuah bank yang diperuntukan untuk para pegawai negeri. Ia
terdorong untuk membantu para pegawai negeri yang terjerat hutang oleh lintah darat yang
memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Bentuk bank yang di buka ini sama seperti
Koperasi kredit model yang ada di jerman. Benih semangat berkoperasi yang telah disebar oleh
patih purwokerto mendapatkan tempat, tumbuh subur di dalam jiwa tolong-menolong dan
kemelaratan orang indonesia, yang terjajah serta disirami oleh pikiran-pikiran pembebasan. Cita-
cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten
residen Belanda. Sejarah kelahiaran koperasi di tanah air kita lebih unik karena koperasi lahir
dan telah tumbuh secara alami di masa penjajahan. Gerakan koperasi semakin meluas bersamaan
dengan munculnya pergerakan nasional menentang penjajahan. pada tahun 1913 Serikat Islam
membantu memajukan koperasi dengan bantuan modal dan mendirikan Toko Koperasi.

Di masa penjajahan Belanda, gerakan koperasi pertama di Indonesia lahir dari inisatif
tokoh R. A. Wiriaatmadja pada tahun 1986. Wiriaatmadja, patih Purwokerto (Banyumas) ini
berjasa menolong para pegawai, pedagang kecil dan petani dari hisapan lintah darat melalui
koperasi. Beliau dengan bantuan E. Sieberg, Asisten Residen Purwokerto, mendirikan Hulp-en
Spaar Bank. Cita-cita Wiriaatmadja ini juga mendapat dukungan dari Wolf van Westerrode,
pengganti Sieberg. Mereka mendirikan koperasi kredit sistem Raiffeisen. Gerakan koperasi
semakin meluas bersamaan dengan munculnya pergerakan nasional menentang penjajahan.

Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan oleh Indonesische Studie Club yang
kemudian menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) di Surabaya. Berdirinya Boedi Oetomo,
pada tahun 1908 mencoba memajukan koperasi rumah tangga (koperasi konsumsi). Serikat Islam
pada tahun 1913 membantu memajukan koperasi dengan bantuan modal dan mendirikan Toko
Koperasi. Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan oleh Indonesische Studie Club yang
kemudian menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) di Surabaya. Partaui Nasional Indonesia
(PNI) di dalam kongresnya di Jakarta berusah menggelorakan semangat kooperasi sehuingga
kongres ini sering juga disebut “kongres koperasi”. Pergerakan koperasi selam penjajahan
Belanda tidak dapat berjalan lancar. Karena Pemerintahan Belanda selalu berusaha
menghalanginya, baik secara langsug maupun tidak langsung. Selain itu, kesadaran masyarakat
atas koperasi sangat rendah akibat penderitaan yang dialaminya. Untuk membatasi lalu
perkembangan koperasi, pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan koperasi Besluit 7 April
No. 431 tahun 1915. Berdasarkan peraturan ini rakyat tidak mungkin mendirikan koperasi
karena:

 Mendirikan koperasi harus mendapat izin dari gubernur jenderal akta dibuat dengan
perantaraan notaris dan dalam bahasa Belanda ongkos materai sebesar 50 golden, hak
tanah harus menurut hukum Eropa harus diumumkan di Javasche Courant yang
biayanya juga tinggi
 Peraturan ini mengakibatkan munculnya reaksi dari kaum pergerakan nasional dan
para penganjur koperasi. Oleh karena itu, pada tahun 1920 pemerintah Belanda
membentuk “ Panitia Koperasi ” yang diketuai oleh J. H. Boeke. Panitia ini ditugasi
untuk meneliti mengenai perlunya koperasi. Setahun kemudian, panitia itu
memberikan laporan bahwa koperasi perlu dikembangkan. Pada tahun 1927
pemerintah mengeluarkan peraturan No. 91 yang lebih ringan dari perturan 1915.

isi peraturan No. 91 antara lain:

 Akta tidak perlu dengan perantaraan notaris, tetapi cukup didaftarkan pada Penasehat
Urusan Kredit Rakyat dan Koperasi serta dapat ditulis dalam bahasa daerah
 Ongkos materai 3 golden
 Hak tanah dapat menurut hukum adat
 Berlaku untuk orang Indonesia asli, yang mempunyai hak badan hukum secara adat

Dengan keluarnya peraturan ini, gerakan koperasi mulai tumbuh kemabli. Pada tahun
1932, Partai Nasional Indonesia mengadakan kongres koperasi di Jakarta. Pada tahun 1933,
pemerintah Belanda mengeluarkan lagi peraturan No. 108 sebagai pengganti peraturan yang
dikeluarkan pada tahun 1915. Peraturan ini merupakan salinan dari peraturan koperasi Belanda
tahun1925, sehingga tidak cocok dan sukar dilaksanakan oleh rakyat. Pada masa penjajahan
Jepang, koperasi mengalami nasib yang lebih buruk. Kantor Pusat Jawatan Koperasi diganti oleh
pemerintah Jepang menjadi Syomin Kumiai Cou Jomusyo dan Kantor Daerah diganti menjadi
Syomin Kumiai Saodandyo. Kantor Pusat Kumiai Koperasi diganti oleh pemerintah Jepang
menjadi Syomin Kumiai Cou Jomusyo dan Kantor Daerah diganti menjadi Syomin Kumiai
Saodandyo..Walau hanya berlangsung selama 3,5 tahun tetapi rakyat Indonesia mengallami
penderitaan yang jauh lebih dahsyat. Jadi, dalam masa penjajahan Jepang koperasi Indonesia
dapat dikatakan mati.

C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOPERSI PADA


KURUN WAKTU MEMPERTHAN KAN KEMERDEKAAN (1945-
1949)
Dalam suasana perang untuk mempertahankan kemerdekaan Pemerintah Republik
Indonesia. Pemerintah indonesia juga membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintah
dapat berjalan sebagaimana mestinya, termasuk juga tugas-tugas yang diemban jawatan koperasi.
tentang Koperasi telah dengan jelas dicantumkan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
yang mulai berlaku secara resmi sejak tanggal 18 Agustus 1945, terutama ayat 1 yang menjamin
berlangsungnya perkoperasian di negara kita dengan memainkan peranan yang penting dalam
mengembangkan perekonomian masyarakat Indonesia.

Semangat berkoperasi yang sesungguhnya telah luntur pada masa ini karena tugas-tugas
pelaksanaan “kumiai” (koperasi yang didirikan oleh pemerintah jepang). Kemudian mulai timbul
kembali pada saat bergeloranya ”Semangat Nilai-nilai Perjuangan ‘45”, dimana rakyat bahu-
membahu bersama pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.Pengembangan
koperasi dapat berjalan dengan lancar maka pada bulan desember 1946 oleh pemerintah RI telah
diadakan reorganisasi koperasi dan Perdagangan dalam negeri menjadi dua instasi yang terpisah
dan berdiri sendiri. Koperasi dangan tugas tugas mengurus dan menangani pembinaan gerakan
koperasi, sedangkan perdagangan dengan tugas-tugas mengurus perdagangan.

Ketahanan rakyat indonesia dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dengan
semangat kekeluargaan, kegotong royongan untuk mencapai masyarakat yang dapat
menignkatkan taraf hidupnya telah mendorong lahirnya berbagai bebagai jenis koperasi dengan
pesat, koperasi pada kurun waktu ini merupakan alat perjuangan dibidang ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 1947 tercatat kurang lebih 2500 koperasi yang diawasi
oleh pemerintah RI namun pengawsannya kurang seksama sehingga ada yang mengatakan
koperasi-koperasi yang ada lebih banyak bersifat kuantitas daripada kualitas. Pergerakan
koperasi di RI telah berhasil mewujudkan tiga kegiatannya yang akan selalu tercatat dalam
sejarah perkoperasian Indonesia yaitu:

1) Koperasi Desa
Gagasan tentang perlu dibentuknya koperasi di desa–desa adalah gagasan dari Sir Horace
Plunkett yang berkebangsaan Inggris sebelumnya beliau mengembangkannya di India yang
terkenal dengan “Multy Purposes Cooperative” dan beliau berpendapat bahwa “ Dengan
Koperasi Desa akan tercapai pertanian yang lebih baik, usaha perdagangan yang lebih baik dan
kehidupan yang lebih baik” (Better Farming, Better Business, and Better Living) yang
merupakan cikal-bakal terbentuknya KUD (Koperasi Unit Desa) dimana dalam bentuk koperasi
ini petani diharapkan hendaknya bergabung agar dapat tercapainya peningkatan pendapatan
untuk memenuhi segala kebutuhan mereka baik untuk memproduksi atau keperluan hidup agar
tercapai kesejahteraan hidupnya. Tugas dari Koperasi desa meliputi meningkatkan produksi,
pemasaran hasil produksi secara terpadu, dan mengusahakan kredit untuk memperlancar usaha
tani. Kalau kita hubungkan dengan peranan KUD pada waktu sekarang pada umumnya petani
yang bergabung dalam KUD tingkat kesejahteraan hidupnya adalah lebih baik karena KUD telah
dapat menimbulkan kegairahan kerja untuk meningkatkan produksi dan para petani dibimbing
untuk mengolah lebih lanjut hasil dari pertanian itu untuk menjadi komoditi perdagangan yang
harganya lebih tinggi.

2) Koperasi Batik

Sekitar tahun 1800, warga Tionghoa menanam sejenis kapas (ciam). Dari serat tanaman
jong dan ciam masyarakat Pekajangan berusaha membuat kain dengan alat tenun sederhana. Jiwa
dagang warga daerah ini mendorong perajin dan pedagang bepergian ke daerah lain, termasuk ke
Yogyakarta dan Surakarta yang interaksinya semakin kental dari tahun ke tahun. Situasi
pertekstilan semakin maju tahun 1920 sehingga timbul pengaturan izin lisensi untuk pengusaha
tekstil harus diurus di Batavia (Jakarta) ke Gubernur Jenderal Belanda.

Kemajuan pesat pertekstilan di Pekajangan ditandai munculnya Batik Trading Compani


tahun 1950. Pada tahun 1937, perajin mendirikan Koperasi Batik Pekajangan yang memberi
sumber inspirasi munculnya koperasi batik di Setono, Tirto, dan lainnya. Kemunculan koperasi
batik akhirnya disatukan dalam Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) pada tahun 1948.

3) Koperasi adalah alat pembangunan Ekonomi

Tanggal 11 Juli sampai dengan 14 Juli 1947 gerakan koperasi Indonesia


menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Tasikmalaya. Pelaksanaan kongres dan
keputusan–keputusan yang dihasilkannya telah memberi warna, bahwa gerakan koperasi
Indonesia merupakan alat perjuangan dibidang ekonomi dan pembangunan untuk mencapai cita-
cita kemerdekaan, keputusannya–keputusan lainnya adalah:

 Terwujudnya Kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (sentral Organisasi Koperasi


Rakyat indonesia.
 Ditetapkannya azas Koperasi Indonesia “Berdasar atas azas kekeluargaan dan gotong
royong).
 Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai “Hari koperasi Indonesia”
 Diperluasnya pengertian dan Pendidikan tentang perkoperasian, agar para
anggotanya dapat lebih loyal terhadap koperasinya.
 Pembentukan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang
berkedudukan di Tasikmalaya (Bandung sebagai ibukota provinsi sedang diduduki
oleh tentara Belanda).

Baru pada tahun 1948 rakyat mencoba lagi menghidupkan kembali gerakan koperasi
dalam batas batas kemungkinan yang diberikan oleh revolusi. Akan tetapi baru sesudah
penyerahan kedaulatan pada permulaan tahun 1950 dapat dikatan dengan sungguh sungguh
tentang adanya perkembangan bebas dari pada gerakan koperasi (Soesastro dkk, 2005:86 ). Pada
tanggal 12 Juli 1953, mengadakan kembali Kongres Koperasi yang ke-2 di Bandung. Kongres
koperasi ke -2 mengambil putusan :

1) Membentuk Dewan Koperasi Indonesia Dekopin ]sebagai pengganti SOKRI


2) Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
3) Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
4) Segera akan dibuat undang-undang koperasi yang baru Pelaksanaan program
perkoperasian pemerintah mengadakan \ kebijakan.
5) menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat terutama koperasi
6) memperluas pendidikan dan penerangan koperasi
7) memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan industri maupun.
pertanian yang bermodal kecil

Menjelang saat-saat dilakukannya Konperensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949,
Undang-Undang/Peraturan Koperasi Tahun 1927. Stbl. no. 91 telah ditinjau kembali, ternyata
banyak di antara ketentuannya yang kurang cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia, karena
itu diadakan Peraturan Koperasi yang baru, yaitu Peraturan Koperasi Tahun 1949 nomor 179.

Dalam Peraturan Koperasi yang baru ini jelas dinyatakan bahwa "koperasi merupakan
perkumpulan orang-orang atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada
setiap orang atas dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti dari
padanya.

Maksud utama mereka dalam wadah koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan
lahiriah para anggotanya dengan melakukan usaha-usaha bersama di bidang perdagangan, usaha
kerajinan, pembelian/pengadaan barang-barang keperluan anggota, tanggung-menanggung
kerugian yang dideritanya, pemberian atau pengaturan pinjaman, pembentukan koperasi harus
diperkuat dengan akta (surat yang sah) dan harus didaftarkan serta diumumkan menurut cara-
cara yang telah ditentukan pemerintah".

Peraturan Koperasi Tahun 1949, No. 179 walau persiapan dan pembentukannya
dilakukan pada saat-saat pemerintah kolonial Belanda sedang sibuk dengan kegiatan
pembentukan Negara federal bersama negara-negara bagian yang telah dibentuknya, jelas
banyak diilhami oleh gerak langkah koperasi-koperasi yang telah dibentuk di daerah-daerah
Republik Indonesia yang telah menyesuaikan diri dengan gelora perjuangan dan pembangunan
bangsa dan negara dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikianlah tentang pertumbuhan dan perkembangan koperasi selama Pemerintahan RI


beserta segenap rakyatnya sedang mempertahankan kemerdekaan negaranya dari berbagai usaha
penghancuran yang dilakukan kolonialis Belanda. Ketahanan rakyat Indonesia dalam bidang
koperasi telah menunjukkan keunggulan bangsanya bangsanya untuk mengatasi atau
menanggulangi kesulitan ekonomi akibat blokade ekonomi yang dilancarkan kolonialis Belanda.
Blokade ekonomi tidak mampu melemahkan perjuangan bangsa Indonesia, bahkan sebaliknya,
menjadi bumerang yang menghantam Belanda sendiri.

D. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOPERSI PADA


KURUN WAKTU (1950-1965)
Masa Pertumbuhan dan perkembangan (1950-1959). Koperasi pada waktu itu merupakn
organisasi pemerintah dibawah kementrian Perdagangan dan Perindustrian, secara aktif
melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah ditentukan oleh kementriannya,
yaitu merealisasikan pembentukan kader-kader dan pendidikan perkoperasian bagi para
pegawainya dalam mengolah dan mengembangkan koperasi sebagai alat perekonomian untuk
mencapai cita-cita perjuangan bangsa indonesia. Ditekankan bahwa koperasi adalah alat
ekonomi yang tidak “ Profit Undertaking” melainkan “ service undertaking”, dan istilah “adil”
diganti dengan “Simpanan Pokok” dan pemupukan modal diperoleh dari simpanan wajib dan
simpanan sukarela. Nama Dr.Mohammad Hatta mungkin sudah tidak asing lagi, sebagai wakil
Presiden atau ahli ekonomi/koperasi tidak bisa dilupakan dari usaha meningkatkan
perkembangan koperasi tanah air demikan besar motivasi dan peranan beliau terhadap usaha -
usaha untuk meningkatkan perkembangan perkoperasian di negara kita. Karya-karya tulisnya
tentang perkoperasian telah cukup banyak beredar dikalangan masyarakat yang merupakan
sumbangan besar bagi umum dan para pembutuh ilmu intuk meningkatkan teknik- teknik
manajemen perkoperasian menuju arah keberesan dan kelancaran berkoperasi.

Dan pada waktu itu koperasi tengah dalam keadaan penyempurnaan hingga pada saat
sistem Liberalisme masuk dan berakar dalam masyarakat kita yang mula-mula terasa di kota-
kota selanjutnya ke desa-desa sehingga gerak langkah koperasi pun terpengaruh. Dimana
liberalisme sangat mengabaikan musyawarah dan mufakat dan pengkotak – kotakan dalam
masyarakat yang sangat bertentangan dengan gotong royong dan kekeluargaan yang menjadi
kepribadian bangsa. Pengaruhnya terhadap Koperasi di Indonesia:

1) Sering terjadinya penggatian kabinet sehingga kebijaksanaan & program- program


kementriaan yang menangani urusan koperasi selalu berubah- ubah.
2) Pergerakan Politik menjadi lebih banyak sehingga masing-masing berusaha menarik
masyarakat kedalam partainya tak jarang usaha-usaha nya menimbulkan persaingan
dampaknya terhadap koperasi sangat terasa karena keanggotaan koperasi yang tidak
mengenal perbedaan golongan,aliran,suku,agama menjadi terpengaruh oleh perbuatan
para pemimpin gerakan- gerakan politik.dan dalam rapat anggota musyawarah &
mufakat mengalami gangguan. Hal ini juga berdampak pada Undang-undang koperasi
yang baru berkali – kali disusun dan disempurnakan oleh koperasi tetapi hingga tahun
1958 belum pernah diajukan ke Parlemen sampai pada akhirnya berkat inisiatif
Soemardi anggota parlemen awal tahun berikutnya disahkan oleh parlemen dan
terkenal sebagai Undang-Undang Koperasi Tahun 1958 No.79. Walaupun hanya
membawa sedikit perubahan yakni:
a. Pemberian peranan yang lebih banyak pada pemerintah dalm tugas
membimbing koperasi.
b. Pengadaan Badan Musyawarah Koperasi
c. Pemberian / Pengaturan sanksi yang menyalahgunakan nama koperasi.
d. Hilangnya dualisme pengelolaan koperasi dengan dicabutnya peraturan
koperasi tahun 1949, no.79 dan Undang-Undang koperasi tahun 1933, no.108.

Ditinjau secara umum(makro) pertumbuhan dna pergerakan koperasi sejak tahun


1950-1958 mengalami beberapa kemajuan seperti Bidang pendidikan Koperasi :
1) peningkatan Refreshing courses bagi para karyawan koperasi.
2) pemberian kesempatan kepada petugas-petugas koperasi untuk meningkatkan
pengetahuan diluar negeri.

Perkembangan Fisik Koperasi Mengalami perkembangan pesat dalam kuantitas &


kualitas dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tentang pengertian koperasi menurut uu
koperasi tahun 1958 no.79 adalah sebagai berikut:
Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang- orang atau badab-badan
hukum yang tidak merupakan konsentrasi modal dengan ketentuan yaitu: Berazas
kekeluargaan(gotongroyong). Bertujuan memperkembangkan kesejahteraan
masyarakatnya dan daerah bekerjanya. Dengan Usaha:
1. Mewajibkan dan menggiatkan anggotanya untuk menyimpan secara teratur.
2. Mendidik anggotanya kearah kesadaran berkoperasi.
3. Menyelenggarakan salah satu atau beberapa usaha lain dalam lapangan
ekonomi.

Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi(1959-1965) Akibat dari Liberalisme


yang akarnya semakin kuat dari ke hari dan telah menimbulkan instabilitas pemerintahan
dan roda kehidupan masyarakat.bahkan konstituante pun yang ditugaskan membentuk
undang- undang dasar baru sama sekali macet total, sehingga pada akhirnya presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali pada UUD 1945. Yang cocok
dengan kepribadian bangsa Indonesia, suatu hal yang amat disayangkan dari Presiden
Soekarno karena beliau telah melakukan kebijakan – kebijakan diluar kemurnian UUD
1945.

Demokrasi terpimipin yang seharusnya terpimpin oleh Pancasila menjadi


terpimpin oleh garis- garis pemikiran pribadi bung Karno dan dalam hal ini berarti harus
tunduk kepada buah pemikiran seseorang bukan kepada hasil muyawarah & mufakat para
wakil rakyat yang menjunjung Tinggi Pancasila.

Khusus bagi Koperasi hal ini berarti pennyelewengan yang jauh dari jiwa
koperasi, urusan intern perkumpulan koperasi semakin banyak dicampuri oleh
pemerintah , kebebasan koperasi untuk mengambil keputusan menjadi sangat terbatas dan
hal ini terasa sekali mematikan inisiatif gerakan koperasi. Peraturan Pemerintah (PP)
no.60 Tahun 1959 Merupakan peralihan sebelum dicabutnya UU koperasi tahun 1985
no.79 dan agar gerakan koperasi dapat disesuaikan dengan irama revolusi pada saat itu.
Dan untuk merumuskan pola perkoperasian sehubungan dengan PP no.60 tahun 1959
pada tanggal 25 – 28 Mei 1960 di Jakarta dilangsungkan Musywarah Kerja Koperasi dan
diputusakn beberapa diktum yang berciri pada pola pemikiran Bung karno:
1. Menjadikan Manipol USDEK sebagai landasan Idiil koperasi denga demikian
koperasi harus mengikuti garis- garis yang dikehendaki oleh beliau yang condong
kepada koperasi di negara-negara Komunis.
2. Pelaksanaan ekonomi terpimpin merupakan fungsi koperasi yang berarti
dikuasainya secara ketat perkooperasian oleh pemerintah.

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960 Untuk mempercepat perkembangan


koperasi telah dibentuk BAPENGKOP(Badan Penggerak Koperasi). Yang beranggotakan
para petugas pemerintah untuk mengadakan pertimbangan dengan kecepatan laju
perkoperasian tersebut pemerintah menjadikannya sebagai penyalur bahan-bahan pokok
dengan harga jauh lebih rendah daripada harga di pasaran. Semua yang dilakukan oleh
pemerintah ini bermaksud baik tapi dari segi kemampuan usaha merupakan suatu
perjuangan maka perlakuan pemerintah akan mematikan inisiatif koperasi dan tidak
membawa perbaikan terhadap mentalitas berkoperasi.

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1960 Dengan Instruksi ini dilakukan hal-hal
sebagai berikut: Pendidikan koperasi untuk kader- kader masyarakat. Pemasukkan Mata
Pelajaran Koperasi ke sekolah-sekolah. Musyawarah Nasional Koperasi ke-
1(MUNASKOP I) Bertempat di Surabaya pada tanggal 21 April 1961 diselenggarakan
MUNASKOP 1 yang bertujuan untuk lebih menyempurnakan perkoperasian nasional.
Musyawarah Nasional koperasi Ke 2 (MUNASKOP II) Bertempat di Jakarta pada bulan
Agustus 1965 diselenggarakan MUNASKOP II, ternyata pada kenyataannya
MUNASKOP II malah lebih menghancurkan Ideologi koperasi Indonesia Murni.Dan
ternyata pada masa ini terjadi banyak penyalahgunaan kekuasaan baik Politis maupun
Materil yang dilakukan para petugas maupun pengurus koperasi sehingga bukan koperasi
yang sehat yang terwujud melainkan koperasi yang ingkar terhadap hakikinya.

E. Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan


Reformasi
Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya pemberontakan yang
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan yang kita kenal dengan sebutan
G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim Orde Lama yang dipimpin oleh Ir.
Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam politik termasuk sejarah hitam kehidupan
perkoperasian nasional mencoreng muka kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
telah diyakini kebenarannya.

Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan Soekarno


yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan Pancasila, maka
terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto yang melakukan
pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-badan kemasyarakatan.
Tampilnya Orde Baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru bagi
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan perkoperasian nasional.

Tentang Undang-Undang Koperasi yang baru yaitu Undang-undang nomor 12 tahun


1967 (tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan oleh Presiden pada tanggal 18
Desember 1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan adanya UU koperasi yang baru ini maka
terpenuhilah keinginan masyarakat khususnya para pecinta koperasi untuk memiliki landasan
pokok untuk mengatur perkoperasian yang sesuai dengan jiwa dan semangat orde baru,
berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945, terutama pasal 33 ayat 1.

Sejak saat Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan pemerintahan sesuai
dengan SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966), perbaikan demi perbaikan mulai
dilakukan. Tanpa terkecuali bidang perkoperasian untuk dikembalikan sesuai denga fungsinya
yang sesungguhnya.

Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian nasional,
dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian Perdagangan melalui
Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan yang terjadi di zaman Orde Lama,
yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu
dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan No.2 tahun 1966 oleh Deputi Mentri Perdagangan yang
membawahi Departemen Koperasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, yang mengatur
bahwa: koperasi harus bekerja berdasarkan asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi
sebagai alat demokrasi ekonomi harus menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi
pada Rapat Anggota, dan seterusnya.
Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:

 Landasn Idiil: Pancasila


 Landasan Struktural dan Landasan Gerak: UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945
serta penjelasannya
 Landasan mental koperasi Indonesia: setia kawan dan kesadaran berpribadi

Fungsi koperasi, antara lain:

 Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.


 Alat pendemokrasian nasional.
 Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
 Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa
Indonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana perekonomian rakyat.

Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sendi-sendi Dasar Koperasi,


yaitu:

 Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia.
 Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan demokrasi
dalam koperasi.
 Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
 Adanya pembatasan bunga atas modal.
 Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
 Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
 Swadaya,swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip dasar, yaitu
percaya pada diri sendiri.

Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:

 Masalah manajemen
 Masalah modal dan pemupukan modal
 Masalah pemasaran dan peningkatan produk

Pada jaman kemerdekaan sampai sekarang telah dikeluarkan UU koperasi, yaitu sebagai
berikut:

 Peraturan koperasi No.179 tahun 1949


 UU koperasi No.79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi
 PP No.60 tahun 1959 tentang perkembangan gerakan koperasi
 UU koperasi No.14 tahun 1965
 UU koperasi No.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian
 UU koperasi No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian

DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/25547686/RMK-SAP-2docx/

https://ekonomisajalah.blogspot.com/2015/03/kurun-waktu-mempertahankan-kemerdekaan.html

Anda mungkin juga menyukai