Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 237-243, Agustus 2016 Isnaini Novi H. et. al.

PERBEDAAN SISTEM BROODING KONVENSIONAL DAN SISTEM BROODING THERMOS


TERHADAP RESPON FISIOLOGIS BROILER

The Difference of Conventional Brooding and Thermos System to Physiology Responses of Broiler

Isnaini Novi Hapsarib, Purnama Edy Santosab, Riyantib


a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Departement of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Bojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
e-mail : isnainihapsari92@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of the research was knowing of difference between conventional and thermos system
brooding to respiration rate, heart beat rate, rectal temperature of broiler. This research was hold on 2015
December in Jati Agung, South Lampung. Two thousand DOC of broiler was used in that brooding system,
and was taked 3,5 % as sample. Result of data apllying t-student test in real standart 5 %. The result of
research refers to conventional brooding and thermos system give not significant effect to respiration rate,
heart beat rate, and rectal temperature of broiler on 10 and 20 days.

Keywords : Broiler, Physiology Response, Brooding Conventional System, Brooding Thermos System

PENDAHULUAN fisiologis broiler seperti frekuensi denyut


jantung, frekuensi pernapasan, dan suhu rektal.
Broiler atau yang biasa disebut dengan Respon fisiologis yang tinggi akan menyebabkan
ayam ras pedaging merupakan bangsa ayam yang terganggunya pertumbuhan dan bahkan
memiliki pertumbuhan yang cepat serta kematian. Untuk menghindari permasalahan
penghasil daging dengan konversi pakan yang tersebut diatas diperlukan sistem brooding yang
efisien oleh sebab itu broiler banyak tepat dalam upaya menjaga kestabilan suhu
diternakkan di Indonesia. Hardjoswaro dan tubuh broiler.
Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam Sistem brooding konvensional banyak
broiler dapat digolongkan ke dalam kelompok digunakan oleh peternak namun akhir-akhir ini
unggas penghasil daging artinya dipelihara dikembangkan sistem brooding thermos. Kedua
khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya sistem brooding mempunyai perbedaan pada
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka sistem ventilasi dan penggunaan tirai. Sistem
tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, brooding thermos menggunakan tirai ganda yaitu
pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien pada sisi dinding dan atap, sedangkan sistem
dalam mengubah ransum menjadi daging. brooding konvensional menggunakan tirai
Broiler memiliki 2 fase hidup yaitu fase tunggal yaitu hanya sisi samping kandang.
starter dan finisher. Fase starter merupakan fase Penggunaan sistem brooding konvensional dan
kritis dalam kehidupannya karena pada fase ini thermos belum diketahui secara pasti perbedaan
broiler belum mempunyai sistem thermoregulasi pengaruhnya terhadap kondisi fisiologis broiler
yang baik untuk menjaga suhu tubuhnya agar sehingga permasalahan tersebut perlu diteliti.
tetap normal, sehingga diperlukan pemanas
sebagai pengganti dari induk ayam yaitu MATERI DAN METODE
brooder. Brooding yang sesuai kebutuhan
broiler akan memengaruhi kesuksesan pada fase Materi
berikutnya. Faktor yang memengaruhi Alat yang digunakan pada penelitian ini
keberhasilan dari brooding adalah suhu dan adalah 1 kandang panggung dengan ukuran 30x8
kelembaban yang sesuai kebutuhan dari broiler. m yang dibagi menjadi 2 (sistem brooding
suhu dan kelembaban dapat memengaruhi respon konvensional dan thermos), 1 chick guard, 2

237
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 237-243, Agustus 2016 Isnaini Novi H. et. al.

thermohygrometer untuk mengukur suhu dan Peubah yang diamati


kelembaban, 1 brooder sebagai induk buatan Peubah yang diamati adalah frekuensi
DOC, 2 buah stetoscope untuk memeriksa pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan suhu
denyut jantung broiler, 5 buah thermometer rektal broiler.
digital untuk mengukur suhu rektal broiler, hand
sprayer, 10 tempat makan dan minum ayam, alat Frekuensi pernapasan
tulis dan kertas untuk mencatat data yang Frekuensi pernapasan dihitung dengan
diperoleh. Bahan yang digunakan adalah Broiler cara menghitung pergerakan thorax selama 30
strain New Lohmann umur 1 hari sebanyak 2000 detik (Yousef, 1985).
ekor dengan bobot seragam yaitu 52  1,7 gr,
sekam padi sebagai alas/litter dalam kandang. Frekuensi denyut jantung
Pakan yang digunakan adalah pakan broiler fase Frekuensi denyut jantung diperoleh
starter bentuk fine crumble yaitu komersil 8201 dengan cara menempelkan stetoscope pada
yang diproduksi dari PT. Malindo Feedmill bagian dada kiri broiler, sehingga terdengar
dengan bahan pakan : jagung, bungkil kacang denyut jantungnya selama satu menit (Hartono
kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, et.al., 2002).
tepung daging dan tulang, dedak padi, dedak
gandum, minyak nabati, tepung batu, vitamin, Suhu rektal
mineral, dan antioksidan. Air minum yang Temperatur rektal diperoleh dengan cara
digunakan dalam penelitian berupa air minum memasukkan thermometer digital ke dalam
sumur yang diberikan secara adlibitum. rektal broiler (Hartono et.al., 2002).
Termometer dimasukkan kedalam rektal
Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum sedalam 1/3 bagian termometer dan hingga
Kandungan Persentase (%) berbunyi.
Protein min 21,0
Serat max 4,0 Analisis data
Lemak min 4,0 Data diambil pada saat umur 10 dan 20
Air max 14 hari dan dianalisis menggunakan uji t-student
Abu max 6,5 pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993).
Kalsium 0,9-1,1
Posfor 0,7-0,9 HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber : PT. Malindo, 2015
Frekuensi Pernapasan
Metode Frekuensi pernapasan broiler umur 10 dan 20
Penelitian ini membandingkan sistem hari pada sistem brooding konvensional dan
brooding konvensional dan sistem brooding thermos masing-masing adalah 26,43 ; 26,54
thermos. Broiler yang digunakan untuk masing- kali/menit dan 22,51 ; 21,23 kali/menit, seperti
masing perlakuan sebanyak 1000 ekor yang ditampilkan pada Tabel 2.
berasal dari penetasan yang sama yaitu PT. Japfa
Comfeed. Data diambil masing-masing Tabel 2. Rata-rata frekuensi pernapasan broiler
perlakuan sebanyak 35 ekor. Data yang umur 10 dan 20 hari
diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan Umur Konvensional Thermos
menggunakan uji t-student pada taraf nyata 5% (hari) -------------kali/menit-------------
(Steel dan Torrie, 1993). 10 26,43 26,54
20 22,51 21,23

Hasil uji t menunjukkan bahwa sistem


brooding konvensional dan thermos tidak
berbeda nyata (P>0,05) terhadap frekuensi
pernapasan broiler umur 10 dan 20 hari. Hal ini
Sistem Sistem menunjukkan bahwa frekuensi pernapasan
brooding konvensional brooding thermos broiler pada kedua sistem brooding relatif sama,
berkisar antara 21,23-26,54 kali/menit, kisaran

238
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 237-243, Agustus 2016 Isnaini Novi H. et. al.

suhu tersebut masih dalam kisaran normal sesuai ditandai dengan peningkatan tekanan darah,
pendapat Abioja et. al., (2012), frekuensi kandungan glukosa darah, kontraksi otot dan
pernapasan ayam normalnya sebanyak 20-30 kali percepatan respirasi.
per menit. Frekuensi pernapasan yang relatif Kelembaban pada brooding konvensional
sama tersebut diduga karena faktor-faktor yang saat penelitian yaitu 60-67 %, sedangkan pada
memengaruhi yaitu suhu, kelembaban, umur, sistem brooding thermos kelembaban yaitu 57-
dan kegiatan tubuh. 66 %, kelembaban dari kedua brooding masih
Suhu pada saat penelitian pada sistem dalam taraf normal, karena menurut Ross
brooding konvensional broiler umur 10 hari, Manual Management (2009) bahwa kelembaban
yaitu pada kisaran 28-30 ºC. Umur broiler 10 udara yang nyaman bagi ayam pedaging umur 1
hari pada suhu tersebut masih dalam standar sampai ≥15 hari adalah 60-70 %.
normal, karena menurut Lohmann (2004) bahwa Umur memengaruhi frekuensi pernapasan
suhu kandang brooder umur 8-14 hari yaitu 30- broiler. Frekuensi pernapasan broiler umur 10
28 ºC. Sedangkan kisaran suhu pada sistem hari pada sistem brooding konvensional dan
brooding thermos yaitu 28-31 ºC, suhu tersebut thermos relatif sama, begitu pula pada frekuensi
lebih tinggi dari standar normal kebutuhan pernapasan broiler umur 20 hari. Frekuensi
broiler umur 10 hari. pernapasan broiler umur 10 hari pada saat
Suhu kandang pada broiler umur 20 hari penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem brooding konvensional tidak jauh berbeda umur 20 hari yaitu sistem broodingkonvensional
dari sistem brooding thermos yaitu 28-30 ºC, dan thermos masing-masing adalah 26,43 ; 26,54
sedangkan suhu pada sistem broodingthermos kali/menit dan 22,51 ; 21,23 kali/menit, hal ini
yaitu 28-31 ºC, suhu dari kedua brooding disebabkan oleh sistem thermoregulasi. Broiler
tersebut masih dikatakan tinggi karena diatas umur 20 hari sistem thermoregulasinya telah
standar normal kebutuhan broiler umur 20 hari. berfungsi dengan baik dibandingkan dengan
Menurut Lohmann (2004), suhu kandang broiler umur 10 hari. Broiler pada umur 20 hari
brooder broiler umur 15 -21 hari yaitu 28-26 ºC. telah mampu untuk mengendalikan suhu
Walaupun suhu kandang lebih tinggi dari tubuhnya dengan baik sehingga diperoleh
kebutuhan broiler, tetapi suhu tersebut masih frekuensi pernapasan lebih rendah dibandingkan
bisa ditolerir, karena broiler mampu beradaptasi broiler umur 10 hari.
dengan suhu lingkungan dengan Data yang didapat pada broilerumur 10
menyeimbangkan panas tubuhnya. dan 20 hari diambil dalam keadaan istirahat.
Broiler menyeimbangkan panas tubuh Menurut Sugeng ( 1998), frekuensi pernapasan
melalui sensible heat loss (SHL). Sensible heat yang sebenarnya dapat dihitung bila ternak
loss merupakan pengeluaran panas dengan cara dalam keadaan istirahat dan tenang. Aktivitas
radiasi, konduksi, dan konveksi. Frekuensi seperti gerak yang berlebihan pada broiler akan
pernapasan yang normal disebabkan oleh peran menyebabkan tingginya frekuensi pernapasan.
hormon dalam tubuh. Hormonal berperan dalam
mengatur suhu tubuh. Sistem hormonal dalam Denyut jantung
tubuh dikendalikan oleh hipothalamus. Frekuensi denyut jantung broiler umur
Hipothalamus mensekresikan hormon tiroksin 10 dan 20 hari pada sistem brooding
dan adrenalin yang berperan dalam pengaturan konvensional dan thermos masing-masing adalah
suhu tubuh. Menurut Guyton (1983) bahwa 444,34 ; 432 kali/menit dan 393,14 ; 362,05
hormon tiroksin dan adrenalin sangat berperan kali/menit, data ditampilkan pada Tabel 3.
dalam pengaturan suhu tubuh. Hasil uji t menunjukkan bahwa frekuensi
Aktifitas hormon tiroksin dan adrenalin denyut jantung pada sistem brooding
akan menurun apabila suhu lingkungan tinggi, konvensional dan thermos tidak berbeda nyata
sehingga apabila suhu kandang normal maka (P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa
kerja hormon tiroksin dan adrenalin akan frekuensi denyut jantung broiler pada kedua
berjalan dengan baik dan frekuensi pernapasan sistem brooding relatif sama, yaitu berkisar
menjadi normal, sedangkan sebaliknya pada antara 362 – 444,34 kali/menit. Menurut
suhu lingkungan yang tinggi akan membuat Frandson (1992), kisaran normal denyut jantung
broiler stress dan kerja hormonal menjadi broiler yaitu 250-470 kali/menit. Frekuensi
terganggu sehingga broiler akan mengalami fase denyut jantung yang relatif sama dari kedua
alarm. Menurut Guyton, (1983) fase alarm ini sistem brooding dipengaruhi oleh berbagai

239
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 237-243, Agustus 2016 Isnaini Novi H. et. al.

faktor, yaitu temperatur lingkungan, pakan, berfungsi dengan baik, selain itu pada umur 20
aktivitas latihan otot (Zurriyati dan Dahono, hari broiler telah mencapai ukuran yang lebih
2013). besar dibandingkan dengan umur 10 hari
sehingga denyut jantungnya akan semakin
Tabel 3. Rata-rata frekuensi denyut jantung melambat, hal ini sesuai dengan pendapat
broiler umur 10 dan 20 hari Nasheim (1979) bahwa secara umum, kecepatan
Umur Konvensional Thermos denyut jantung yang normal cenderung besar
(hari) ------------kali/menit----------- pada hewan kecil dan kemudian semakin lambat
10 444,34 432 dengan besarnya ukuran hewan.
20 393,14 362,05 Suhu udara pada sistem brooding
konvensional dan thermos yang relatif sama
Frekuensi denyut jantung pada sistem terhadap frekuensi denyut jantung membuat
brooding konvensional dan thermos umur 10 kerja sistem thermoregulasi tidak jauh berbeda.
hari saat penelitian dipengaruhi oleh suhu. Sistem thermoregulasi yaitu sistem pengaturan
Kisaran suhu dan kelembaban masing-masing suhu tubuh, apabila suhu lingkungan lebih tinggi
brooding adalah 28--30 ºC;60--67% dan 28-31 dibandingkan suhu tubuh broiler, maka broiler
ºC; 57-66%. Menurut Lohmann (2004), suhu menjaga suhu tubuhnya agar tetap konstan atau
kandang brooder broiler umur 8-14 hari yaitu disebut dengan homeostasis. Menurut Santoso
30-28 ºC Ditambahkan oleh Anonim (2009), (2009), hewan homoiterm memiliki suhu tubuh
kelembaban udara yang nyaman bagi ayam yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh
pedaging umur 1 sampai ≥15 hari adalah 60-70 lingkungan. Homeostatis dipertahankan oleh
%, meskipun suhu brooding thermos lebih tinggi mekanisme fisiologis yang sebagian besar
dibandingkan dengan standar normal kebutuhan mekanismenya dikontrol oleh sistem syaraf dan
broiler, tetapi suhu tersebut masih ditolerir oleh endokrin. Saat suhu lingkungan tinggi broiler
broiler karena broiler mampu beradaptasi akan mengaktifkan sistem syaraf dan hormon
dengan suhu lingkungan dan hal tersebut diduga agar homeostasis dalam tubuh tetap terjaga dan
karena suhu dan kelembaban pada kedua sistem sistem fisiologis broiler dapat bekerja.
brooding yang relatif sama sehingga Pengaruh suhu lingkungan yang tinggi
menghasilkan frekuensi denyut jantung yang akan memberikan sinyal ke hipothalamus dan
relatif sama pula. merangsang sistem syaraf simpatis untuk
Frekuensi denyut jantung pada sistem mengirimkan sinyal langsung dari otak ke
brooding konvensional dan thermos pada broiler medulla adrenal untuk mengeluarkan hormon
umur 20 hari relatif sama, hal tersebut epinefrin. Hormon epinefrin akan mengikat alfa
disebabkan oleh suhu kandang pada saat reseptor yang ada di sel-sel otot jantung sehingga
penelitian yang juga relatif sama, akan tetapi denyut jantung meningkat. Menurut Wiwi
suhu pada sistem brooding konvensional dan (2006), kecepatan jantung dikendalikan oleh
thermos lebih tinggi dibandingkan dengan suhu sistem syaraf simpatis dan parasimpatis. Saraf
kandang brooder broiler umur 15 -21 hari yaitu simpatis bekerja mempercepat denyut jantung,
28-26 ºC. Suhu tersebut masih dapat ditolerir sedangkan saraf parasimpatis bekerja
oleh broiler karena broiler merupakan hewan memperlambat denyut jantung.
homoiterm yang mampu menyeimbangkan suhu Relatif samanya frekuensi denyut jantung
tubuhnya sehingga perbedaan suhu kandang pada broiler pada sistem brooding konvensional dan
saat penelitian yang tidak terlalu tinggi dengan thermos diduga karena peran hormonal yang
kebutuhan suhu broiler dapat diatasi melalui juga mampu mengatur suhu tubuh. Sistem
sistem thermoregulasi broiler. hormonal dalam tubuh dikendalikan oleh
Data yang didapatkan frekuensi denyut hipothalamus. Hipothalamus akan
jantung broiler umur 10 dan 20 hari mengalami mensekresikan hormon-hormon untuk
penurunan pada brooding konvensional dan menstabilkan suhu tubuh broiler. Menurut
thermos yaitu masing –masing sebesar 444,34 Guyton (1983), Selain hormon kortikosteron dan
dan 432 kali/menit dan 393,14 dan 362,05 kortisol, temyata hormon tiroksin dan adrenalin
kali/menit. Hal tersebut karena broiler umur 20 sangat berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
hari telah mampu mengendalikan suhu tubuhnya Aktifitas kedua hormon tersebut akan menurun
sendiri karena sistem termoregulasinya telah apabila suhu lingkungan tinggi.

240
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 237-243, Agustus 2016 Isnaini Novi H. et. al.

Menurut Fadilah (2013) bahwa Suhu rektal pada saat penelitian


temperatur tinggi di dalam kandang akan dipengaruhi oleh suhu. Pada sistem brooding
berpengaruh negatif terhadap ayam diantaranya konvensional dan thermos umur 10 hari
konsumsi air meningkat, konsumsi pakan memiliki suhu kandang yaitu masing-masing 28-
menurun dan frekuensi pernapasan meningkat. -30 ºC dan 28—31 ºC, suhu rektal yang normal
Selain itu sistem neurohormonal terganggu disebabkan kedua sistem brooding tersebut
terutama kandungan hormon memiliki suhu rektal yang relatif sama.
Adenocorticothropic Hormone (ACTH) didalam Walaupun suhu pada sistem brooding thermos
darah tinggi akibatnya konsentrasi kortikosteron lebih tinggi dibandingkan standar normal
tinggi. Konsentrasi kortikosteron yang tinggi kebutuhan suhu brooder, tetapi masih dapat
dalam darah ayam akan berpengaruh terhadap ditolerir oleh broiler. Sama halnya pada broiler
beberapa hal yaitu denyut jantung meningkat, umur 20 hari suhu rektal broiler relatif sama,
tekanan darah meningkat, nafsu makan menurun, karena suhu yang relatif sama pula, akan tetapi
antibodi yang diproduksi menurun, rataan bobot suhu pada sistem brooding konvensional dan
badan harian rendah, dan daya tahan tubuh thermos lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
rapuh. kandang brooder broiler. Menurut Lohmann
Faktor aktivitas ternak juga memengaruhi (2004) bahwa suhu kandang brooder broiler
denyut jantung. Frekuensi denyut jantung yang umur 8-14 hari yaitu 30-28 ºC, dan umur 15 -21
relatif sama dari kedua brooding disebabkan hari yaitu 28-26 ºC.
oleh pengambilan data broiler pada kedua sistem Suhu pada kedua sistem brooding broiler
brooding yang dalam kondisi istirahat, sehingga umur 20 hari masih dapat ditolerir oleh broiler
berdampak pada relatif samanya frekuensi karena broiler mampu menyeimbangkan suhu
denyut jantung. tubuhnya sehingga perbedaan suhu kandang
pada saat penelitian yang tidak terlalu tinggi
Suhu Rektal dengan kebutuhan suhu broiler dapat diatasi
Suhu rektal broiler umur 10 dan 20 hari melalui sistem thermoregulasi broiler.
dengan sistem brooding konvensional dan Penurunan suhu rektal pada umur 20 hari
thermos masing-masing adalah 41,21; 41,30 ºC karena sistem termoregulasi broiler telah
dan 41,23 ; 41,23 ºC ,data ditampilkan pada berfungsi dengan baik sehingga lebih dapat
Tabel 4. mengendalikan suhu tubuhnya sendiri, selain itu
broiler merupakan hewan homeotermik yang
Tabel 4. Rata-rata suhu rektal broiler umur 10- mampu beradaptasi terhadap lingkungan sekitar.
20 hari Disamping itu pada umur 20 hari bulu primer
Umur Konvensional Thermos dari broiler telah tumbuh sehingga dapat
(hari) ----------kali/menit------------ menjaga kehangatan tubuhnya sendiri. Menurut
Nasrul (2012) bahwa fungsi bulu bagi unggas
10 41,21 41,30 adalah sebagai isolator, menjaga panas tubuh.
20 41,23 41,23 Suhu kandang pada saat penelitian yang
masih dapat ditolerir oleh broiler disebabkan
Hasil uji tmenunjukkan bahwa suhu rektal oleh kerja hormon dalam tubuh. Hipothalamus
broiler umur 10 dan 20 hari pada sistem dapat menyesuaikan suhu lingkungan dengan
brooding konvensional dan thermos tidak baik. Menurut Isnaeni (2006), tingkat respon
berbeda nyata (P>0,05). Hal ini menunjukkan hipothalamus terhadap penyimpangan suhu
bahwa suhu rektal broiler pada kedua sistem tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas
brooding relatif sama yaitu berkisar 41,23 – yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai
41,30 ºC, kisaran suhu tersebut berada pada dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke
batas bawah standar, sehingga masih dikatakan normal. sistem hormonal akan mengeluarkan
normal. Menurut Smith (1988), kisaran hormon tiroksin dan adrenalin, karena menurut
temperatur rektal broiler adalah 41,5-41,9 ºC. Guyton (1983) bahwa hormon tiroksin dan
Suhu rektal broiler dari kedua sistem brooding adrenalin sangat berperan dalam pengaturan suhu
yang relatif sama diduga disebabkan oleh tubuh.
beberapa faktor antara lain temperatur Pada saat pengambilan data baik sistem
lingkungan, aktivitas, dan pakan yang relatif brooding konvensional dan thermos broiler
sama. dalam keadaan istirahat, hal tersebut karena suhu

241
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 237-243, Agustus 2016 Isnaini Novi H. et. al.

pada sistem brooding konvensional danthermos Guyton, A.C . 1983 . Fisiologi Kedokteran. Ed.
relatif sama yaitu masing-masing berkisar 28-30 5. CV. EGC. Penerbit Buku
ºC dan 28-31 ºC, dan suhu tersebut masih dalam Kedokteran, Jakarta
standar normal dan ditolerir oleh broiler. Hardjosworo, P.S. dan Rukmiasih, M.S., 2000.
Menurut Lohmann (2004), suhu kandang Meningkatkan Produksi Daging
brooder broiler umur 8-14 yaitu 28-30ºC dan Unggas. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
umur 15-21 hari yaitu 28-26 ºC. Hartono, M., S. Suharyati, P.E. Santosa. 2002.
Aktivitas ternak merupakan penyumbang Dasar Fisiologi Ternak. Buku Ajar
dalam produksi panas tubuh, sehingga akan Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
memengaruhi pula suhu rektal broiler. Menurut Universitas lampung. Bandar Lampung
Indrowati (2012), aktivitas otot juga merupakan Indrowati, M., 2012. Modul Praktikum
salah satu usaha di dalam penambahan produksi Fisiologi Hewan. Pendidikan Biologi
panas, dimana lebih dari 80 % panas tubuh Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
diproduksi didalam otot skelet selama terjadi Universitas Sebelas Maret
aktivitas otot, tetapi gambaran tersebut jauh lebih Isnaeni, W., 2006. Fisiologi Hewan. Bandung
rendah apabila sedang istirahat. : PT. Rineka Cipta
Lohmann. 2004. Manual Guide Lohmann
SIMPULAN DAN SARAN LayerJapfaComfeedTbk, Jakarta
Nasheim. 1979. Pedoman Pemeliharaan Ayam
Simpulan Ras Petelur. Penerbit Kanisius.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Yogyakarta
dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem Nasrul, L. 2012. Anatomi dan Fisiologi Ternak
brooding konvensional dan thermos tidak Unggas.
berbeda nyata (P>0,05) terhadap respon Http://lalat_langau.blogspot.co.id/2012_
fisiologis yang ditunjukkan oleh frekuensi 05_01_archive.html?m=1/ Diakses pada
pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan suhu 26 Juni 2016
rektal broiler yang relatif sama Anonim. 2009. Tata Laksana Suhu dan
Kelembaban. Ross Manual
Saran Management. http://info. medion.co.id
Pengambilan data respon fisiologis harus /index.php/artikel/layer/ tata-
dilakukan pada suhu ekstrim atau suhu tinggi, laksana/suhu-dan-kelembapan. Diakses
sehingga penting mengadakan penelitian pada pada 24 Juli 2016
cuaca panas yang diharapkan adanya perbedaan Santoso, P. 2009. Fisiologi Hewan.. Fakultas
sistem brooding konvensional dan thermos. Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Andalas, Padang
DAFTAR PUSTAKA Sirat. D., 2014. Manajemen Kandang Unggas
pada Suhu Lingkungan Tinggi.
Abioja, M.O., K.B. Ogundimu, T.E. Akibo, K.E. Magister Ilmu Peternakan Fakultas
Odukoya, O.O. Ajiboya, J.A. Abiona, Peternakan Universitas Jenderal
T.J. Williams, E.O. Oke, dan O.O. SoedirmanPurwokerto.http:
Osinowo. 2012. Journal: Growth, nurusyamsiafduha.blogspot.co.id.
Mineral Deposition, Responses of Diakses pada 25 Juli 2016
Broiler Chickens Offered Honey in Smith, J.J., dan J. P. Kamping. 1988. Sirkulatory
Drinking Water During Hot-dry Season, Physology 2nd Edition.
Int. J. Zoo. 2012:403-502 Sugeng, Y.B. 1998. Sapi Potong. Penebar
Fadilah,R., 2013. Super Lengkap Beternak Swadaya. Jakarta
Ayam Broiler. Http://digilib. unila. Steel R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan
ac.id/?3822/12/BAB%2501.pdf&sa=u& Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan
ved=OAHUkewj8yNzeskp. Diakses Biometrik. PT. Gramedia Pustaka
pada 13 Juni 2016 Utama. Jakarta.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Wiwi, I., 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius.
Edisi IV. Gadjah Mada University Jakarta
Press, Yogyakarta.

242
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 237-243, Agustus 2016 Isnaini Novi H. et. al.

Yousef, M.K. 1985. Stress Physiology in


Livestock Basic Principles. Vol 1.CRC
Press Inc. Boca Raton. Florida
Zurriyati, Y. dan Dahono, 2013. Pemeliharaan
Ternak Potong Secara Terintegrasi
dengan Tanaman di Provinsi Kepulauan
Riau. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kepulauan
Riau.Melaluiwww.litbang.deptan.go.id
Diakses pada 26 Juni 2016

243

Anda mungkin juga menyukai