Anda di halaman 1dari 4

Gerakan Non-Blok 

(GNB) (bahasa Inggris: Non-Aligned


Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri lebih
dari 100 negara-negara yang menganggap dirinya tidak beraliansi
dengan kekuatan besar apapun.
Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir, namun beberapa negara
terpecah menjadi dua blok yaitu Blok Barat (Liberalisme-Demokratis)
dan Blok Timur (Sosialis-Komunis).  Blok Barat dengan 8 negara
(Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg,
Norwegia, dan Kanada) sedangkan Blok Timur yang hanya terdiri dari 4
negara (Uni Soviet, Cekoslo Jvakan, Rumania). 
Diantara Blok Barat dan Blok Timur, ada beberapa negara yang
memilih netral. Negara-negara netral tersebut pun membentuk Gerakan
Non Blok (GNB).
Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat
Tinggi Asia-Afrika sebuah konferensi yang diadakan
di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955 dan menghasilkan Dasasila
Bandung. yang dihadiri oleh para pemimpin negara dari 29 negara
berkembang di Asia dan Afrika.[5][6] Di sana, negara-negara yang tidak
berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk
tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur.
 Pembentukan GNB ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno (Indonesia),
Presiden Gamal Abdul Nasser (Republik Persatuan Arab-Mesir), PM
Pandith Jawaharlal Nehru (India), Presiden Joseph Broz Tito
(Yugoslavia), dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana). 
GNB resmi didirikan pada 1 September 1961 di kota Beogard,
Yugoslavia bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Tingkat
Tinggi I (KTT I) yang dimulai dari 1-6 September 1961. Konferensi ini
dihadiri oleh 25 kepala negara
Dalam GNB, Indonesia memiliki peran penting sebab negara ini
memiliki prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, tidak mendukung
pakta miliiter atau aliansi militer manapun. Prinsip tersebut sesuai
dengan didirikannya GNB.
Pada tahun 1992, peran penting lain dari Indonesia bagi KTT GNB
adalah sebagai tuan rumah dan Presiden Soeharto sebagai ketua
GNB. Pada saat itu, Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di
beberapa bidang seperti pertanian dan kependudukan serta mencetuskan
upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.
tujuan Gerakan Non Blok
Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi
Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin kemerdekaan, kedaulatan,
integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok dalam
perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-
kolonialisme, apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi militer,
pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang
segala bentuk blok politik

Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok yakni tujuan ke
dalam dan ke luar. Tujuan Gerakan Non Blok ke dalam adalah
mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial serta
politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Sedangkan, tujuan
Gerakan Non Blok ke luar adalah berusaha meredakan ketegangan
antara Blok Timur dan Blok Barat. Tujuannya untuk menuju perdamaian
dan keamanan dunia.

Untuk bisa mewujudkan tujuan Gerakan Non Blok tersebut, negara


anggota menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).
Normalnya, Program GNB yaitu KTT ini berlangsung setiap tiga tahun
sekali. Biasanya setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau
kepala pemerintahan yang menjadi tuan rumah konferensi itu akan
dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga tahun.Pokok utama
pembicaraan mereka yakni membahas berbagai persoalan yang
berhubungan dengan tujuan Gerakan Non Blok itu sendiri. Selain itu
juga ikut mencari solusi terbaik atas peristiwa-peristiwa internasional
yang bisa membahayakan perdamaian serta keamanan dunia.

Setiap KTT GNB yang diselenggarakan memiliki tujuan yang berbeda


sesuai dengan masalah yang dilaporkan oleh negara-negara
anggota. Setiap negara bisa menjadi anggota GNB, namun negara
tersebut harus menganut politik bebas aktif, mampu hidup berdampingan
secara damai, mendukung gerakan kemerdekaan nasional, dan tidak
menjadi anggota salah satu pakta militer. 
Berikut adalah urutan KTT GNB yang pernah terlaksana:
KTT GNB I (1961), merupakan kelanjutan dari KAA 1955 di
Bandung. Pelaksanaan diadakan ini karena adanya krisis
Kuba. Konferensi yang dihadiri 25 negara ini menghasilkan Deklarasi
Beogard yang berisi laporan tentang perang dingin antara Amerika dan
Uni Soviet.
KTT GNB II (1964), diselenggarakan pada 5-10 Oktober di Kairo,
Mesir yang dipimpin oleh Presiden Gamal Abdul Naser.  dihadiri oleh
48 negara peserta dan 10 negara pengamat yang memberikan perhatian
dalam masalah ekonomi.
KTT GNB III (1970), diadakan di Lusaka, Zambia pada 8-10 September
yang dipimpin oleh Presiden Kenneth Kaunda dan dihadiri oleh 54
negara peserta dan 9 negara pengamat. Tema yang diambil adalah
permasalahan rezim minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
KTT GNB IV (1973), berlangsung pada 5 - 9 September di Algiers,
Aljazair dibawah kepepimpinan Presiden Houari Boumedienne.  Tema
yang diambil adalah mengenai masalah negara-negara miskin.  dihadiri
75 negara peserta beserta pengamat
KTT GNB V (1976), dilaksanakan pada 16 - 19 Agustus di Colombo,
Srilanka yang dipimpin oleh PM Ny. Sirimavo
Bandaranaike. Konferensi ini membahas tentang kepentingan negara
Non Blok yang dirugikan oleh tata ekonomi dunia secara tidak adil dan
mengancam dunia. 
KTT GNB VI (1979), diselenggarakan pada 3-7 September di Havana,
Cuba dipimpin oleh Presiden Fidel Castro. KTT ini dihadiri oleh 94
negara peserta peninjau dari 20 negara dan 18 organisasi. Konferensi
membahas tentang pertentangan antara kelompok moderat dan radikal,
Hingga
KTT GNB ke XVII (2016), digelar di Pulau Margarita, Venezuela pada
17-18 September yang dihadiri oleh 120 negara anggota. Tema
pokoknya adalah Kedaulatan Perdamaian dan Solidaritas untuk
Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai