Anda di halaman 1dari 9

.

[2] Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Negara-
negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok
termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri
Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.
Anggota-anggota penting di
antaranya Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan, Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika
Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu masa, Republik Rakyat Tiongkok. Meskipun organisasi ini
dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara
anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang
akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai
hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu
dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa
anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India
dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat Uni
Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979.[3] Ketika itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi
sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal
yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.

Sejarah
Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali[butuh rujukan] oleh Perdana Menteri India Nehru dalam
pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima pilar yang
dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut
dengan Panchsheel (lima pengendali).[4] Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan
Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:

1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.


2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian
Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: Josip Broz
Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit
Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.[7]
Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-anggotanya
mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur. Muncul pertanyaan
bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa mengklaim dirinya
sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada masa invasi Soviet
terhadap Afghanistan pada Desember 1979.[3]

Awal Terbentuknya Gerakan Non Blok


Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan,
Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo (Sri lanka) diselenggarakan
pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor
pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya
Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tanggal 18 April – 25 April 1955. Dalam
konferensi ini dihadiri oleh wakil setidaknya dari 29 negara Asia dan Afrika.

Konferensi Asia-Afrika inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Gerakan Non Blok
(GNB). Sebenarnya, tujuan KAA adalah untuk mengidentifikasi serta mendalami
berbagai masalah dunia saat itu. Selain itu juga berusaha memformulasikan kebijakan
bersama negara-negara yang baru merdeka dalam tataran hubungan internasional.
Sejak saat itu, proses pendirian Gerakan Non Blok kian mendekati kenyataan. Pada
proses tersebut terdapat tokoh-tokoh pemegang kunci sejak awal yakni Presiden Mesir
Ghamal Abdul Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India
Jawalharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz
Tito. Kemudian, lima tokoh ini dikenal sebagai pendiri Gerakan Non Blok.

Tujuan
Tujuan utama dari Gerakan Non-Blok adalah mengupayakan hak untuk menentukan nasib sendiri,
kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas negara anggota. Selain itu Gerakan Non-Blok
juga menentang apartheid, dan tidak memihak pakta militer manapun. Gerakan ini juga menolak
segala macam bentuk imperialisme dan kolonialisme serta mendukung pelucutan senjata dan tidak
mencampuri urusan negara lain. Dibidang ekonomi, gerakan ini berkomitmen dalam pembangunan
ekonomi-sosial, restrukturisasi perekonomian internasional, serta kerjasama atas dasar persamaan
hak.[8]

Pertemuan GNB
Artikel utama: KTT Non-Blok

Negara yang pernah menjadi tuan rumah KTT GNB di


antaranya Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri
Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan MalaysiaPertemuan
berikutnya diadakan di Kairo pada 1964. Pertemuan tersebut dihadiri 56 negara anggota di mana
anggota-anggota barunya datang dari negara-negara merdeka baru di Afrika. Kebanyakan dari
pertemuan itu digunakan untuk mendiskusikan konflik Arab-Israel dan Perang India-Pakistan.
Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh 25 anggota,
masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama dengan Yugoslavia, Kuba dan Siprus. Kelompok ini
mendedikasikan dirinya untuk melawan kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme.
Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah satu yang
paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen untuk
menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang penting
dalam even-even tersebut.
Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003. Namun, GNB kini
tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang Dingin.

Prinsip dasar Non-Blok


Artikel utama: Dasasila Bandung

Non-Blok didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Tingkat


Tinggi Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung [9] [10] [11]
Tempat dan tanggal KTT GNB

No Tanggal Negara tuan rumah Kota penyelenggaraan

1 1–6 September 1961  Yugoslavia Beograd

2 5–10 Oktober 1964  Republik Arab Bersatu Kairo

3 8–10 September 1970  Zambia Lusaka

4 5–9 September 1973  Aljazair Algiers

5 16–19 Agustus 1976  Sri Lanka Kolombo

6 3–9 September 1979  Kuba Havana

7 7–12 Maret 1983  India New Delhi

8 1–6 September 1986  Zimbabwe Harare

9 4–7 September 1989  Yugoslavia Beograd


10 1–6 September 1992  Indonesia Jakarta

11 18–20 Oktober 1995  Kolombia Cartagena de Indias

12 2–3 September 1998  Afrika Selatan Durban

13 20–25 Februari 2003  Malaysia Kuala Lumpur

15–16 September
14  Kuba Havana
2006

15 11–16 Juli 2009  Mesir Sharm el-Sheikh

16 26–31 Agustus 2012  Iran Teheran

17–18 September
17  Venezuela Karakas
2016

Gerakan Non-Blok (GNB)


Non-Aligned Movement

Negara-negara anggota Gerakan Non-Blok (2005). Warna biru


muda merupakan negara peninjau.

Biro Koordinasi Jakarta, Indonesia


120 anggota
Keanggotaan
17 peninjau

Pemimpin

• Kepala bagian Konferensi Kepala Negara atau


pengambilan Pemerintah Negara-negara Non-Blok[1]
keputusan
• Sekretaris jenderal Nicolás Maduro

Pendirian 1961, di Belgrade


sebagai Conference of Heads of State
of Government of Non-Aligned
Countries

TOKOH PELOPOR GERAKAN NON BLOK (GNB)


Doni Setyawan | Januari 4, 2020 | Soal OSN IPS | Tidak ada Komentar

Berikut  ini adalah tokoh yang mempelopori Gerakan Non  Blok:


A. Gamal Abdul Naser,  Kwame  Nkrumah,  Aung  San,  Sukarno

B. Josel  Broz,  Sukarno,  Kwame  Nkrumah,  Gamal  Abdul  Naser

C, Jawaharlal Nehru,  Lee Kuan  Yew, Sukamo,  Mahatma Gandhi

D, Sukarno,  U Nu, Jawaharlal  Nehru,  Nelson Mandela

Pembahasan:

Gerakan Non Blok merupakan organisasi global yang dibentuk akibat dampak adanya Perang


Dingin. Negara negara yang tidak tergabung baik dalam blok barat maupun blok timur menginginkan
lepas dari kedua blok tersebut.
Gerakan Non Blok terpengaruh dari adanya Konferensi Asia Afrika (KAA)
 Adapun pelopor GNB yaitu:
J.B Tito

Soekarno

Gamal Abdul Naser


Kwame Nkrumah

Pandit Jawarhalal Nehru

KTT GNB VII (1983), diselenggarakan di Bagdad pada September, tapi


batal karena terjadi perang Irak - iran. Akhirnya diselenggarakan di India
pada 7 - 12 Maret yang dipimpin oleh PM. Ny. Indira Gandhi. KTT
yang dihadiri oleh 101 negara dan memutuskan untuk memberikan
dukungan penuh bagi rakyat Afganistan dalam menentukan nasibnya
sendiri dengan sistem sosial ekonomi yang bebas dari campur tangan
asing.
KTT GNB VIII (1986), diselenggarakan di Harare, Zimbabwe dipimpin
oleh PM Robert Mugabe, pada 1-6 September 1986 yang dihadiri oleh
101 negara. Dalam waktu ini adalah tetap mendukung Afganistan dalam
menentukan nasibnya sendiri.
KTT GNB IX (1989), diselenggarakan pada 4 - 7 September di bawah
pimpinan Presiden Dr. Janes Drnovsek. KTT yang dihadiri 102
negara. Konferensi ini menyatakan bahwa adanya keharusan dan
perlunya Selatan bagi pembangunan dalam peduli setia kawan
internasional Dialog dan kerjasama. Pembahasan lainnya adalah
mengenai pelestarian lingkungan hidup
KTT GNB X (1992), diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada 1-7
September, dipimpin oleh presiden Soeharto. KTT yang dihadiri lebih
dari 140 delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini menghasilkan “Pesan
Jakarta” yang mengungkapkan sikap GNB tentang berbagai masalah,
seperti hak asasi manusia (HAM), demokrasi, dan kerjasama utara
selatan dalam era pasca perang dingin.
KTT GNB XI (1995), diadakan di Cartagena, Kolumbia pada 18--20
Oktober. Pada waktu pembukaan KTT, dilakukan serah terima
kepemimpinan ketua KTT dari Presiden Indonesia ke Presiden
Kolumbia. Konferensi ini dihadiri oleh 113 Negara yang bertujuan untuk
memperjuangkan restrukturisasi dan demokratisasi di PBB.
KTT GNB XII (1998), diselenggarakan di Kairo, Mesir pada 2--3
September. Konferensi yang dihadiri oleh 113 negara dan bertujuan
memperjuangkan demokratisasi dalam hubungan internasional.
KTT GNB XIII (2003), diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia
pada 20-25 Februari. Resolusi KTT GNB Kuala Lumpur antara lain
berisi laporan tiga negara yaitu, Iran, Irak dan Korea Utara atas sebutan
sebagai poros kejahatan oleh Washington.
KTT GNB XIV (2006), yang diselenggarakan di Havana, Kuba 11--16
September ini menghasilkan deklarasi yang mengutuk serangan Israel
atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengritik kebijakan
negara Amerika Serikat, dan menyerukan berk lepada PadaB agepha dan
menyerukan kepada.
KTT GNB XV (2009), KTT XV diadakan di Sharm El-Sheikh, Mesir
pada 11-16 Juli dan menghasilkan sebuah Dokumen Akhir berupa sikap,
pandangan dan posisi GNB tentang semua masalah dan permasalahan
internasional dewasa ini. Ktt
KTT GNB XVI (2012), digelar di Teheran pada 26 -31
Agustus. Pertemuan tersebut berlangsung dalam tiga tahap yaitu dari
tingkat pakar, Menteri Luar Negeri hingga Kepala Negara dari 120
negara anggota dan sejumlah negara peninjau. Konferensi kali ini juga
dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-moon

Anda mungkin juga menyukai