File Penti
File Penti
Puji dan Syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT.
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan Judul “Efektifitas
Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan Mobilisasi Klien dengan Fraktur di
Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan” ini tepat pada waktunya.
Penyelesaian dan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Atas bantuan, dorongan dan
bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapakan terima kasih dan
penghormatan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed, selaku Ketua program studi S1 dan
profesi Keperawatan.
3. Ibu Riri Maria, S.Kp., MN, selaku koordinator Karya Ilmiah Akhir Ners
ini.
4. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., MN selaku pembimbing dalam pembuatan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dan juga selaku pembimbing KKMP di
Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan.
5. Ibu Ns. Nuraini, S.Kep, selaku penguji dalam sidang Karya Ilmiah Akhir
Ners dan pembimbing ruangan mata kuliah KKMP di Ruang Anggrek
Tengah Kanan RSUP Persahabatan yang telah memberikan masukan
untuk pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
6. Ibu Hening Pujasari S.Kp., M.Biomed., MANP selaku pembimbing
akademis penulis.
7. Bapak/Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan yang telah
banyak membantu penulis selama waktu perkuliahan.
iv
vi
Fraktur merupakan salah satu kejadian cedera yang paling sering terjadi pada
masyarakat perkotaan. Salah satu bentuk intervensi yang dapat diberikan untuk
mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik pada klien dengan fraktur adalah
latihan kekuatan otot. Latihan kekuatan otot bertujuan untuk mencegah atropi
otot, memelihara kekuatan otot sebelum operasi dan mempersiapkan ambulasi
dini pasca operasi. Pada kasus fraktur di ruangan Anggrek Tenggah Kanan RSUP
Persahabatan telah diterapkan penggunaaan latihan kekuatan otot dan dapat dilihat
adanya perkembangan kemampuan mobilisasi klien. Rekomendasi dari tulisan ini
adalah penggunaan latihan kekuatan otot dapat dijadikan sebagai latihan wajib
yang diterapkan di rumah sakit untuk klien dengan masalah fraktur agar dapat
meningkatkan kemampuan mobilisasi klien.
Fracture is one of the most common injury events occurred in urban communities.
One form of intervention that can be provided to overcome barriers to physical
mobility problems in clients with fracture is muscle strength exercise. Muscle
strength exercise have function to prevent muscle atrophy, maintain muscle
strength before surgery and preparing for early ambulation postoperative. From
the case of fracture in the room Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan has
implemented the use of muscle strength exercise and can be seen the development
of the ability to mobilize the client. Recommendation of this paper is the use of
muscle strength exercise can be applied as a mandatory practice in the hospital for
a client with a fracture problems in order to improve the client's ability to
mobilize.
ix Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 6
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 6
1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan ................................ 6
1.4.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan .......................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............ 8
2.2 Konsep Fraktur Humerus ........................................................... 10
2.2.1 Definisi ............................................................................ 10
2.2.2 Etiologi ............................................................................ 10
2.2.3 Manifestasi Klinik .......................................................... 11
2.2.4 Jenis Fraktur .................................................................... 12
2.2.5 Tahap Penyembuhan Fraktur ......................................... 14
2.2.6 Komplikasi ...................................................................... 15
2.2.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur ..................................... 17
2.3 Konsep Keperawatan Perioperatif & ORIF ................................ 17
2.3.1 Konsep Keperawatan Perioperatif .................................. 17
2.3.2 Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)............... 19
2.4 Latihan Kekuatan Otot ................................................................ 20
x Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 56
5.2 Saran ........................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari semua jenis fraktur, fraktur ekstrimitas memiliki insiden yang cukup tinggi
(Amrizal,2007). Dengan banyaknya kasus fraktur, peran Rumah Sakit juga sangat
diperlukan untuk menangani kasus tersebut. Pasien dengan fraktur perlu
mendapatkan pertolongan dan pelayanan kesehatan untuk meminimalkan resiko
ataupun komplikasi lanjut dari fraktur. Menurut Handayani (1998 dalam Hariana,
2007) fraktur memerlukan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.
Asuhan terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien yang
terganggu dan mencegah/mengurangi komplikasi terutama immobilisasi.
Pendidikan kesehatan juga dapat diberikan untuk mencegah cedera lebih lanjut
sehingga klien secara bertahap dapat mengoptimalkan fungsi bio-psikososio-
spiritualnya.
Dalam tatanan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit ada dua cara penanganan
fraktur, yaitu dengan pembedahan (operatif) atau tanpa pembedahan yang
meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Metode operatif dilakukan dengan
reduksi terbuka. Reduksi merupakan prosedur yang sering dilakukan untuk
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Latihan pre operasi ini perlu dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan di
rumah sakit. Rumah Sakit Persahabatan sebagai salah satu rumah sakit umum
pusat pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada klien. Selain itu, Rumah Sakit Persahabatan
juga merupakan rumah sakit rujukan nasional yang memiliki jumlah pasien
melebihi rumah sakit lainnya. Data rumah sakit terutama ruang Bedah Kelas
Anggrek Tengah Kanan menunjukkan bahwa kasus fraktur merupakan kasus
dengan presentase terbanyak kedua yang ditangani di ruangan Bedah Kelas
setelah kasus kanker setiap bulannya. Berdasarkan permasalahan diatas, maka
penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah mengenai penerapan latihan
kekuatan otot pada Ny. S dengan closed fraktur humerus dextra di RSUP
Persahabatan. Hal ini didasarkan pada fakta, bahwa masih tingginya tingkat
ketergantungan pasien dengan fraktur, ketidaksiapan pasien untuk segera
melakukan ambulasi dini, karena kelemahan pada otot akibat immobilisasi yang
lama, atau ketakutan pasien untuk melakukan pergerakkan setelah operasi, karena
kurang pengetahuan tentang cara melakukan latihan sebelum operasi.
Berdasarkan hasil observasi penulis saat praktik dan juga diskusi dengan perawat
ruanngan didapatkan data bahwa latihan kekuatan otot jarang dilakukan oleh
perawat dan belum menjadi prioritas karena perawat masih berfokus pada
persiapan pengosongan saluran pencernaan dan juga kelengkapan administrasi
pasien sebelum operasi. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk mempelajari
mengenai penerapan latihan kekuatan otot terhadap kemampuan mobilisasi
sebagai bentuk asuhan keperawatan pada Ny. S yang mengalami closed fraktur
humerus dextra di ruangan Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan diuraikan kajian kepustakaan yang melandasi penulisan karya
ilmiah ini, sebagai bahan rujukan dalam melakukan bahasan meliputi konsep
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, konsep fraktur, keperawatan
perioperatif dan Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) dan latihan
kekuatan otot.
8 Universitas Indonesia
Masyarakat urban adalah massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Perawatan kesehatan masyarakat
ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang
mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan
keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh
terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan masyarakat perkotaan
memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan
praktik (Allender, 2001) yaitu:
a. Merupakan lahan keperawatan
b. Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik
c. Berfokus pada populasi
d. Menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi
kesehatan dan kesejahteraan diri
e. Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care
f. Menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa
g. Menggunakan prinsip teori organisasi
h. Melibatkan kolaborasi interprofesional
Universitas Indonesia
2.2.2 Etiologi
Fraktur merupakan hasil dari terjadinya gerakan mekanis yang keras pada tulang.
Kekuatan yang terjadi menyebabkan fraktur yang besarnya bervariasi tergantung
pada bagian dan karakteristik tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh kekuatan
langsung atau tidak langsung. Kekuatan langsung (direct force), diantaranya
disebabkan oleh trauma baik kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari tempat
ketinggian, serta kekuatan tidak langsung (indirect force) contohnya adalah
penyakit metabolik seperti osteoporosis yang dapat menyebabkan fraktur
patologis dan adanya keletihan (fatique) pada tulang akibat aktivitas yang
berlebihan (Waher, Salmond & Pellino, 2002).
Universitas Indonesia
Eldawati (2011) menjelaskan bahwa manifestasi klinik ini dapat dikaji dengan
penggunakan metode look, feel dan move:
a. Look, melihat adanya deformitas berupa penonjolan yang abnormal, bengkak,
warna kulit merah, adanya ekimosis, angulasi,rotasi, dan pemendekan dengan
membandingkan ukuran ekstremitas dengan yang sehat dan adanya perubahan
warna pada ekstremitas seperti pucat atau sianosis. Perubahan warna ini,
Universitas Indonesia
kemungkinan bisa disebabkan oleh aliran darah ke bagian distal yang tidak
lancar, karena adanya pembengkakan.
b. Feel, adanya nyeri yang dirasakan oleh pasien atau spasme/ketegangan otot
dan temperatur bagian sekitar yang terkena fraktur.
c. Move, saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
yang dinamakan krepitus dan terasa nyeri bila fraktur digerakkan, gangguan
fungsi pergerakan, range of motion (ROM) terbatas, dan kekuatan otot
berkurang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Fraktur kompresi: Fraktur yang terjadi ketika kedua tulang menumbuk (akibat
tubrukan) tulang ketiga yang berada di antaranya, contoh fraktur jenis ini
adalah tumbukan antara tulang belakang dengan tulang belakang lainnya.
f. Fraktur greenstick: Fraktur di mana garis fraktur pada tulang tersebut hanya
parsial (tidak lengkap) pada sisi konveks bagian tulang yang tertekuk, seperti
ranting pohon yang lentur. Fraktur jenis ini hanya terjadi pada anak-anak.\
g. Fraktur patologik: Fraktur yang terjadi pada tulang yang sudah mengalami
kelainan misalnya metastase tumor.
Universitas Indonesia
sebagai matriks kolagen pada patahan tulang, terbentuk jaringan ikat fibrus
dan tulang rawan (osteoid) berlangsung setelah hari ke lima.
c. Fase Pembentukan Kalus, Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubungkan.Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus,
tulang rawan dan tulang serat imatur. Waktu yang dibutuhkan agar fragmen
tulang tergabung adalah 3-4 minggu. Pada fase ini, penting sekali
dilakukannya pelurusan tulang secara tepat.
d. Fase penulangan kalus/Ossifikasi, adalah pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses
penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang
benar-benar bersatu. Selama minggu ketiga sampai kesepuluh, kalus berubah
menjadi tulang dan menyatukan patahan tulang dengan sempurna sehingga
tahap ini sering disebut tahap penyatuan Pada patah tulang panjang orang
dewasa normal,penulangan tersebut memerlukan waktu 3-4 bulan.
e. Fase Remodeling/konsolidasi, merupakan tahap akhir perbaikan patah tulang
meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan
struktural sebelumnya. Pada tahap ini osifikasi terus berlanjut dan jarak antara
patahan tulang semakin hilang dan akhirnya menutup. Bersamaan dengan
terbentuknya tulang sejati melalui osifikasi, terjadi remodeling kalus oleh
aktivitas osteoblas dan osteoklas. Jaringan tulang berlebih akan direabsorpsi
dari kalus. Jumlah dan jangka waktu remodeling tulang tergantung pada
tekanan yang dialami tulang, beban tulang, dan usia penderita. Pasien dapat
mulai untuk mengangkat beban pada tahap ini.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi fraktur terbagi menjadi dua tahap yaitu komplikasi tahap awal dan
komplikasi tahap lanjut. Adapun komlikasi tahap awal adalah sebagai berikut:
a. Syok hipovolemik, Tulang merupakan organ yang sangat vaskuler sehingga
kehilangan darah dalam jumlah besar dapat menyebabkan terjadinya syok
hipovolemik dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak (Smeltzer
& Bare, 2002).
Universitas Indonesia
b. Sindrom emboli lemak, hal ini dapat terjadi pada fraktur tulang panjang.
Awitan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dalam beberapa sampai satu
minggu setelah cedera. Pada saat terjadi fraktur, globula lemakdapat masuk
aliran darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler
atau karena katekolamin yang dilepas akibat stres, globula lemak dalam aliran
darah akan bergabung dengan trombosit untuk membentuk emboli yang dapat
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah kecil. Gejala yang muncul
berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari kebutuhan jaringan karena edema atau perdarahan.
Pasien dapat mengeluh nyeri dalam, berdenyut dan tidak dapat diatasi dengan
opioid. Palpasi pada otot akan terasa pembengkakan dan keras. Parestesia
(mati rasa dan geli) timbul sebelum terjadi paralisis (Smeltzer & Bare, 2002)
d. Komplikasi lainnya yang mungkin muncul seperti tromboemboli, infeksi, dan
koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Komplikasi tahap lanjut pada klien fraktur dapat berupa malunion,yaitu suatu
keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya, membentuk sudut, atau miring; delayed union , yaitu proses
penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal; nonunion merupakan kegagalan fragmen tulang yang patah
untuk menyatu kembali yang dapat terjadi karena reduksi yang tidak benar,
imobilisasi yang kurang tepat, cedera jaringan lunak yang sangat berat, infeksi
(Price & Wilson, 2006). Selain itu nekrosis avaskuler tulang juga dapat terjadi bila
tulang kehilangan asupan darah dan mati. Pasien mengalami nyeri dan
keterbatasan gerak.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko operasi
dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Berbagai latihan sangat diperlukan
pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien
dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lendir pada tenggorokan. Menurut Smeltzer & Bare (2009), latihan yang
diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum (Potter & Perry, 2005).
Universitas Indonesia
Fase pascaoperatif dimulai saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut selama periode pascaoperatif, proses keperawatan
diarahkan untuk menstabilkan fisiologi klien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi (Smeltzer & Bare, 2009; Potter & Perry, 2005). Peran
perawat selama masa pascaoperatif berfokus pada peningkatan penyembuhan
klien, memberikan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan program rehabilitasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Perry, 2005). Menurut Suratun, dkk (2008) Range of motion adalah gerakan
dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.
Ada beberapa jenis latihan kekuatan otot/latihan gerak sendi (Waher,Salmond &
Pellino, 2002 dalam Eldwati, 2011) diantaranya:
a. Aktif Asistif Range of Motion (AAROM) adalah kontraksi aktif dari otot
dengan bantuan kekuatan ekternal seperti terapis, alat mekanik atau
ekstremitas yang tidak sakit.AAROM meningkatkan fleksibilitas, kekuatan
otot, meningkatkan koordinasi otot dan mengurangi ketegangan pada otot
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
b. Aktif Resistif ROM (ARROM) kontraksi aktif dari otot melawan tahanan
yang diberikan, tahanan dari otot dapat diberikan dengan berat/beban, alat,
tahanan manual atau berat badan.Tujuannya meningkatkan kekuatan otot dan
stabilitas.
c. Isometric Exercise adalah kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan
persendian atau fungsi pergerakan. Isometrik exercise digunakan jika ROM
persendian dibatasi karena injuri atau immobilisasi.
d. Isotonic Exercise (Aktif ROM dan Pasif ROM) adalah kontraksi terjadi jika
otot dan yang lainnya memendek (konsentrik) atau memanjang (ensentrik)
melawan tahanan tertentu atau hasil dari pergerakan sendi.contoh isotonic
exercise fleksi atau ekstensi ekstremitas, Isotonic exercise tetap menyebabkan
ketegangan pada otot yang menimbulkan rasa nyeri pada otot. Cara
melakukan Aktif ROM (Black, 2005)
Universitas Indonesia
Ada beberapa prinsip pelaksanaan latihan kekuatan otot dan range of motion
menurut Potter & Perry (2006), yaitu:
a. Harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
b. Dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
c. Dalam merencanakan program latihan kekuatan otot, perhatikan umur,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
d. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan adalah ekstrimitas dan
leher.
e. Range of Motion dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
f. Latihan dilakukan sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini akan menguraikan asuhan keperawatan pada klien kelolaan utama sesuai
dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi. Bab ini juga
akan memaparkan laporan intra operasi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama klien
menjalani prosedur operasi.
24 Universitas Indonesia
pergerakan. Klien juga mengeluh kepala kadang terasa pusing serta mual dan
muntah semenjak sore hari.
Universitas Indonesia
f. Mulut
Klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada bau mulut, tidak ada sariawan,
kebiasaan membersihkan gigi dan mulut 2x/hari.
g. Leher
Tidk terlihat peningkatan JVP, tidak ada keluhan sakit menelan, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.
h. Dada
- Paru-paru: dada terlihat simetris, terlihat penggunaan otot bantu
pernapasan ketika klien bernapas biasa, lapang kanan dan kiri dada klien
sama, Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+),
Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-.
- Jantung: BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)
i. Abdomen
Abdomen klien datar, BU (+) pada keempat kuadran, distensi tidak ada, tidak
ada nyeri tekan
j. Ektrimitas
Akral teraba hangan. Hasil pemeriksaan status lokalis pada lengan kanan
(Humerus dextra) menunjukkan:
Look : edema (+) pada lengan kanan, deformitas (+), sianosis/pucat (-),
ekimosis (-)
Feel : nyeri tekan (+), tidak teraba hangat
Move : nyeri (+) bila digerakkan, kemampuan ROM pada tangan kanan
menurun
Universitas Indonesia
waktunya untuk tidur. Klien kadang-kadang merasa sulit tidur apabila timbul
nyeri pada tangan kanannya. Klien mengatakan mempunya keterbatasan karena
penyakit terutama karena fraktur di tangan kanannya sehingga aktifitas yang klien
lakukan hanya di tempat tidur saja, klien sangat berhati-hati dalam melakukan
pergerakan.
Tanda
Respon terhadap aktivitas yang teramati pada saat pengkajian terlihat bahwa klien
berada pada tingkat kesadaran compos mentis, keadaan umum sedang, saat ini
tirah baring di atas tempat tidur, kegiatan lebih banyak berbaring di tempat tidur
dengan menaikkan bagian atas tempat tidur. Selain itu, tampak klien lebih banyak
melakukan aktivitas di tempat tidur termasuk makan, minum, berhias. Mobilisasi
klien masih terbatas, ia hanya mampu duduk kira-kira 15 menit. Jika terlalu lama,
maka klien merasa pusing. Pengkajian terkait muskuloskeletal diperoleh data
kekuatan otot:
43-- 5555
5555 5555
Massa dan tonus otot masih mampu menahan tahanan, tidak terdapat tremor,
rentang gerak masih terbatas pada humerus dextra, ditemukan deformitas di
sekitar fraktur.
b. Sirkulasi
Gejala
Klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat hipertensi, masalah
jantung. Tidak tampak adanya edema mata, flebitis, dan klaudikasi, namun
terdapat edema pada tangan kanan. Klien juga mengatakan tidak mengalami
kesemutan dan kebas pada ekstrimitas. Klien saat ini tidak mengalami demam.
Klien mengatakan dalam sehari klien dapat BAK 6-7 kali dalam sehari, tidak ada
perubahan frekuensi berkemih sejak sakit.
Tanda
Tanda – tanda vital klien, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82 x/menit, RR 20
x/menit dan suhu 37,30 C. Hasil pemeriksaan fisik dada Paru-paru: dada terlihat
simetris, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan ketika klien bernapas biasa,
Universitas Indonesia
lapang kanan dan kiri dada klien sama, Auskultasi : bronkhial (+),
bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-. Jantung: BJ1
dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-). Capillary Revil Time < 3”, tidak ada
tanda homans. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bibir tampak
sedikit kering, dan tidak ada diaforesis. Turgor kulit klien normal, membran
mukosa lembab dan terdapat edema pada lengan kanan di daerah sekitar fraktur.
c. Integritas Ego
Gejala
Klien mengatakan saat ini yang menjadi pikiran adalah kondisi kesehatannya yang
membuat aktivitasnya terbatas dan tidak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa
sehingga pendapatan dalam keluarga menjadi berkurang. Klien mengatakan untuk
mengatasi beban pikiran yang dirasakan adalah dengan berdoa kepada Allah
SWT. Terkait dengan masalah finansial, klien mengatakan saat ini beliau dan
suami yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk biaya
kesehatan klien menggunakan jaminan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Klien beragama
islam dan masih rajin menjalankan sholat lima waktu.
Tanda
Status emosional klien saat pengkajian dilaksanakan adalah gelisah. Klien tidak
terlihat cemas ketika diajak berkomunikasi maupun ketika dilakukan pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatan, kooperatif dan kontak mata saat berinteraksi dengan
perawat baik. Klien tampak khawatir mengenai penyembuhan fraktur yang
dialaminya.
d. Eliminasi
Gejala
Klien mngatakan memiliki pola BAB dengan frekuensi 1x/hari. Klien mengatakan
konsistensi BAB terkadang padat dan berwarna kuning. Klien saat ini tidak
diberikan obat laksatif. Pola BAK klien adalah 6-7 kali dalam satu hari. Saat ini
BAK klien dilakukan dengan dibantu oleh keluarga ke kamar mandi. Klien
mengatakan tidak ada keluhan nyeri ketika sedang BAK.
Universitas Indonesia
Tanda
Pengkajian fisik abdomen dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa perut klien datar. Pada palpasi ditemukan
bahwa perut klien teraba lembek terutama pada bagian kuadran kiri atas dan
bawah. Auskultasi dilakukan pada semua kuadran, terdengar bising usus. Klien
mengatakan tidak ada nyeri saat dilakukan palpasi pada abdomen.
f. Higiene
Gejala
Klien dan keluarga mengatakan sebelum sakit, aktivitas klien dilakukan secara
mandiri termasuk melakukan perawatan diri seperti mandi dan berhias. Selama
dirawat, kegaitan pemenuhan kebutuhan dasar dan perawatan diri serta berhias
dibantu oleh keluarga dengan tingkat ketergantungan minimal care. Berdasarkan
observasi saat pengkajian klien melakukan kegiatan kebersihan diridiatas tempat
tidur dengan dibantu oleh suami.
Universitas Indonesia
Tanda
Penampilan umum klien tampak klien mempunyai rambut pendek, bersih,
terdapat lesi pada area frontal sinistra akibat benturan saat klien jatuh dari tangga.
Ketika berintraksi, tidak tercium bau badan maupun bau mulut atau bau pesing.
Kondisi kulit klien bersih dan lembab. Klien mengatakan belum mandi sejak
dirawat di RS. Kuku klien terlihat pendek dan bersih dengan lapisan kuku sedikit
tebal.
g. Neurosensori
Gejala
Klien mengatakan mengatakan pusing jika duduk terlalu lama. Karakteristik
pusing/ sakit kepala yang dirasakan adalah seperti berdenyut. Klien tidak
mengeluhkan adanya kebas pada kaki dan tangan. Klien mengatakan penglihatan
dan pendengaran tidak ada masalah.
Tanda
Status mental/ tingkat kesadaran klien adalah compos mentis.Klien masih
terorientasi waktu, tempat dan orang. Klien kooperatif ketika diajak berkomuniksi
maupun ketika pemeriksaan fisik dilakukan. Memori jangka pendek dan panjang
klien masih baik. Bicara klien jelas dan koheren. Genggaman tangan klien juga
terasa kuat pada tangan kiri namun agak lemah di tangan kanan.
h. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala
Klien mengatakan ada keluhan nyeri dengan skala 6 pada saat dilakukan palpasi
pada lengan kanan. Klien juga mengatakan nyeri juga dirasakan saat klien
berusaha melakukan mobilisasi. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan tidak
menjalar. Nyeri juga disertai dengan pusing kepala yang dialami seperti
berdenyut. Sakit kepala yang dialami terasa dengan skala 4 dan muncul jika klien
terlalu lama duduk.
Tanda
Tanda umum yang terlihat ketika klien merasakan nyeri adalah klien tampak
meringis dan menyentuh serta melindungi bagian yang sakit yaitu di daerah
Universitas Indonesia
lengan kanan. Klien melakukan teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan, selain istirahat sebagai salah satu alternatif yang dilakukan klien.
i. Pernapasan
Gejala
Klien mengatakan tidak ada batuk, tidak ada sesak dada. Klien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit paru.
Tanda
Pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien terutama untuk frekuensi pernapasan
(respiration rate) diperoleh hasil bahwa RR klien adalah 20 kali/menit. Ketika
klien bernapas, tidak terlihat adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan dan
napas cuping hidung. Pemeriksaan dada juga dilakukan dengan teknik inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa dada klien simetris,
tidak terlihat salah satu sisi dada lebih besar dari sisi yang lainnya. Palpasi
dilakukan dengan meminta klien mengucapkan kata”tujuh-tujuh” bersamaan
dengan pemeriksa meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lapang paru
klien depan maupun belakang. Hasil palpasi diperoleh bahwa getaran yang
diterima telapak tangan pada dada kiri dan kanan sadalah sama. Auskultasi
dilakukan dengan mendengarkan suara pernapasan dengan menggnakan
Stetoscope an diperoleh hasil bahwa bunyi bronkhial (+), bronkovesikuler (+),
vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi-/-. Tanda sianosis tidak terlihat.
j. Keamanaan
Gejala
Klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat alergi baik makanan, debu/ asap,
maupun jenis obat-obatan. Klien terlihat lemas dan melakukan sebagian besar
aktivitasnya ditempat tidur seperti makan, minum, kebersihan diri dan berhias.
Klien mengatakan aktivitasnya terhambat dan kesulitan karena fraktur yang
dialaminya.
Tanda
Pemeriksaan TTV khususnya suhu adalah 37,3 0C, tidak ada diaforesis. Klien
terlihat masih lemas dan belum dapat beraktivitas berat termasuk berjalan dari
Universitas Indonesia
tempat tidur ke kamar mandi. Fraktur/ dislokasi: close fraktur humerus dextra.
Klien dan keluarga diedukasi untuk mengurangi aktivitas berpindah tempat
apabila tubuh masih lemas dan pusing, menganjurkan untuk istirahat,
menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas di tempat tidur dan memotivasi
keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien di tempat tidur.
k. Interaksi Sosial
Gejala
Keluarga mengatakan bahwa klien merupakan termasuk orang yang supel dan
mudah bergaul. Klien mengatakan bahwa klien dan keluarga tinggal di Ciracas
Jakarta Timur. Semenjak klien di rumah sakit, klien mengatakan sering dibesuk
oleh tetangga-tetangganya.
Tanda
Ketika pemeriksa melakukan kegiatan BHSP dan pengkajian, klien terlihat
mampu berinteraksi dan kooperatif dengan baik meskipun dengan orang yang
baru dikenalnya. Klien juga terlihat akrab dengan beberapa pasien yang berada
dalam satu ruangan. Klien mampu mengawali perbincangan dengan orang lain
seperti pasien yang ada dalam satu ruang dengan klien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari tabel diatas ada empat diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan. Dari
keempat diagnosa tersebut dilakukan pemilihan tiga diagnosa utama yang harus
diselesaikan oleh perawat yaitu nyeri akut berhubungan dengan spasme otot,
edema, dan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi; hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan fraktur; dan risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d mual, muntah.
Universitas Indonesia
Adapun rencana intervensi untuk mengatasi masalah nyeri akut yang berhubungan
dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan
lunak, imobilisasi adalah mempertahankan imobilisasi bagian lengan yang sakit
dengan armsling; meninggikan dan dukung ekstremitas yang terkena;
menghindari penggunaan sprei/bantal plastik di bawah ekstrimitas yang cedera,
mengevaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan karakteristik, lokasi,
termasuk intensitasnya (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal
(perubahan tanda-tanda vital dan emosi/perilaku); membantu klien melakukan dan
mengawasi rentang gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak cedera dan aktif asistif
/pasif pada ekstrimitas yang cedera; mendorong menggunakan teknik manajemen
nyeri (relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik,
distraksi). Selain itu juga disusun rencana kolaborasi yaitu membantu memberikan
kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan, serta memberikan obat
analgesik sesuai indikasi, pada Ny. S diberikan ketorolac 30 mg.
Rencana intervensi yang disusun untuk diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan fraktur, immobilisasi adalah mengkaji derajat
imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi; mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas;
membantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang
tak sakit; mendorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang
tak sakit; memberikan bebat pergelangan/armsling yang sesuai; menempatkan
Universitas Indonesia
Setelah dilakukan intervensi tersebut Ny. S mengatakan masih nyeri pada lengan
kanan saat berusaha melakukan mobilisasi dan juga sakit kepala. Keadaan umum
Universitas Indonesia
Ny. S tampak sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 100/70 mmHg,
nadi: 80 x/menit, suhu: 37,1ºC, dan ekspresi klien tampak meringis saat terasa
nyeri. Skala nyeri 6-7 (0-10) dengan nyeri terasa hilang timbul dan kadang terasa
menjalar hingga ke bahu. Nyeri dirasakan berkurang jika klien istirahat di tempat
tidur dan tidak melakukan mobilisasi. Klien tampak lebih rileks setelah
melakukan relaksasi napas dalam. Untuk rencana keperawatan selanjutnya klien
terus dimotivasi dalam penggunaan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi
nyeri, monitor tanda-tanda vital dan keluhan nyeri, anjurkan klien mengambil
posisi yang nyaman dan istirahat serta immobilisasi bagian lengan yang sakit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Nafsu makan klien pada tanggal 1 Juni 2013 sudah membaik, klien tampak sudah
menghabiskan makanannya. Klien juga tidak lagi mengalami mual dan muntah.
Universitas Indonesia
Klien tampak lebih segar dan bersemangat. Hal ini menunjukkan risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Sehingga
diagnosa ini sudah teratasi dan tidak perlu dilakukan intervensi lanjutan.
Intervensi untuk hambatan mobilitas fisik terus dilanjutkan sampai pada hari
ketiga, tanggal 1 Juni 2013. Seelah dilakukan intervensi, klien mengatakan sudah
melakukan mobilisasi duduk-jalan. Klien tampak mampu melakukan pergerakan
dan aktivitas dengan dibantu oleh perawat dan keluarga , klien juga tampak
mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang pergerakan sendi
dan berusaha melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari.
Kemampuan mobilisasi klien sudah mulai meningkat, klien sudah mampu
melakukan personal hygiene secara mandi walaupun kadang masih dibantu oleh
perawat. Tingkat kemandirian klien mulai meningkat. Selain itu juga klien juga
dilatih untuk melakukan latihan isometric. Hal ini dilakukan karena Ny. S akan
menjalani prosedur operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) pada
hari senin, tanggal 03 Juni 2013 untuk membantu peregangan otot-otot klien.
3.2.1 Pengkajian
Klien diantar dari ruang anggrek tengah kanan pada pukul 08.30 WIB. Sebelum
dibawa ke kamar operasi, klien tampak lebih banyak diam dan sesekali bertanya
tentang prosedur pembedahan. Sekitar pukul 09.00 WIB klien dibawa ke ruang
operasi dan dipindahkan dari tempat tidur biasa ke meja operasi. Sesaat setelah
dipindahkan, perawat memastikan posisi klien apakah sudah tepat dan aman.
Kemudian dilakukan pengecekan izin operasi, mesin anastesi, suction dan obat-
obatan. Sebelum operasi dimulai klien terpasang IVFD dengan cairan asering
500cc, TD 112/89, Nadi: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt. Klien diberikan anestesi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada tanggal 3 Juni 2013 pukul 14.50 klien mengeluh nyeri pada luka post operasi
dengan skala nyeri 6-7 (0-10) dan tampak klien meringis. Perawat melakukan
intervensi keperawatan dengan memantau keluhan nyeri, memotivasi penggunaan
teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri, mendorong
klien untuk mrngambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit,
menganjurkan klien untuk istirahat dan kolaborasi pemberian analgesic: ketorolac
30 mg. setelah dilakukan intervensi tampak ekspresi klien tampak menahan sakit,
keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 90/60 mmHg,
nadi: 88 x/menit. Klien tampak berhati-hati dalam melakukan mobilisasi. Klien
mulai merasa nyeri berkurang setelah diberikan analgesic ketorolac 30 mg.
Universitas Indonesia
Intervensi untuk nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik terus dilanjutkan selama
klien dirawat di rumah sakit sampai tanggal 5 Juni 2013. Masalah nyeri akut yang
dialami Ny. S selama dirawat terus dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
terjadi penurunan skala nyeri setelah klien diberikan intervensi keperawatan.
Klien juga melakukan sesuai dengan yang dianjurkan oleh perawat. Klien
melakukan teknik relaksasi secara mandiri untuk mengatasi nyeri yang
dialaminya. Pada tanggal 5 Juni 2013 klien mengatakan nyeri sudah jarang timbul
dan berkurang. Klien tampak tenang dan ekspresi klien tampak rileks, keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 82
x/menit.
Universitas Indonesia
Selain masalah nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik yang muncul pasca
operasi, ada masalah keperawatan lain yang dialami klien yaitu hipertermi pada
tanggal 4 Juni 2013. Untuk mengatasi masalah hipertermi dilakukan tindakan
keperawatan berupa memonitor TTV, mengkaji keluhan demam dan pusing,
menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, memberikan kompres hangat,
membantu klien mengganti pakaian dan kolaborasi pemberian antipiretik:
paracetamol 150 mg. Respon yang ditunjukkan setelah diberikan intervensi adalah
demam klien mulai menurun dan klien tampak mulai membaik. Kemudian
sebelum klien pulang juga dilakukan tindakan perawatan luka dan penggantian
balutan serta memberikan klien pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka di
rumah.
Beberapa hal sangat perlu diperhatikan klien selama dirumah untuk mencegah
kejadian jatuh. Adapun hal tersebut adalah tidak mengkonsumsi obat yang dapat
menyebabkan kantuk pada saat akan melakukan aktivitas; memperhatikan kondisi
lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh saat melakukan aktivitas.
Universitas Indonesia
Pencegahan kejadian jatuh dan fraktur berulang di rumah yang dapat dilakukan
klien adalah sebagai berikut (NPSA, 2007: NHS, 2009):
o Memastikan dan meningkatkan pencahayaan (terang)
o Menghindari berjalan di lantai yang licin, karpet yang mudah selip, kabel
o Berhati-hati dalam menuruni tangga
o Meminta bantuan jika kesulitan melakukan aktivitas
Selain hal tersebut diatas, klien diharapkan kembali segera jika demam lebih dari
38,5ºC, terjadi nyeri yang sangat hebat pada bagian yang patah, ekstrimitas yang
patah terasa dingin, pucat dan kaku, dan terjadi perdarahan pada luka bekas
operasi.
Universitas Indonesia
Bab ini akan membahas tentang profil lahan praktik, analisis masalah
keperawatan dengan konsep terkait keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
dan konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep dan
penelitian terkait.
Visi dari RSUP Persahabatan adalah menjadi rumah sakit terdepan dalam
menyehatkan dengan unggulan keseharan respirasi kelas dunia. Sedangkan
misinya adalah menyelenggarakan pelayanan keperawatan berorientasi
padakebutuhan costumer care, memfasilitasi terlaksanya pelayanan keperawatan
profesional dengan unggulan keperawatan respirasi, membina hubungan perawat
klien terapeutik, koordinasi penyelenggaraan kegiatan pendidikan berkelanjutan
secara formal dan informal di dalam negri maupun diluar negri khususnya dalam
pencapaian visi RS, memfasilitasi pelaksanaan penelitian dalam bidang pelayanan
asuhan keperawatan di RSP, dan menyelenggarakan pengembangan SDM
Keperawatan melalui pelatihan in house training khususnya dalam bidang
pelayanan unggulan maupun pelatihan diluar RSP agar SDM keperawatan
mendapatkan pelatihan 20 jam sampai 40 jam setahun perorang. Motto dari RSUP
Persahabatan adalah “Caring with Frienship (melayani secara bersahabat)”.
Adapun nilai-nilai yang dianut adalah jujur, kompeten, kerjasama tim, layanan
47 Universitas Indonesia
yang tulus dan loyal. RSUP Persahabatan juga merupakan rumah sakit pendidikan
baik untuk pendidikan dokter, perawat, petugas laboratorium, rekam medis dan
tenaga kesehatan lainnya.
Ruang rawat Anggrek Tengah Kanan merupakan salah satu ruang rawat yang ada
di RSUP Persahabatan dengan kekhususan bedah, yakni bedah umum, bedah
digestif, bedah onkologi, bedah urologi, bedah ortopedi, serta bedah saraf. Ruang
Anggrek tengah kanan ini merupakan ruang kelas III untuk pasien laki-laki dan
perempuan. Ruangan tersebut memiliki 10 kamar dengan kapasitas 30 tempat
tidur dan sebuah kamar isolasi dengan kapasitas dua buah tempat tidur. Ruang
rawat dilengkapi dengan satu nurse station dan ruangan kepala ruangan, satu
ruang tindakan dan penyimpanan alat, satu kamar ganti perawat, satu kamar
dokter muda, satu ruang dapur, satu spoel hoek dan satu gudang serta kamar
mandi untuk pasien
Sebagai ruang rawat dengan kekhususan bedah, terdapat berbagai macam kasus
yang ditangani. Salah satunya adalah kasus fraktur, yan merupakan kasus
terbanyak kedua setelah kasus bedah onkologi. Selama praktik di ruang rawat
Anggrek Tengah Kanan ini, hampir setiap hari mahasiswa menemukan klien
dengan masalah fraktur. Adapun penyebab fraktur yang paling banyak terjadi
adalah akibat dari kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan dalam rumah tangga.
Selain itu, juga terdapat fraktur akibat adanya kecelakaan kerja dan juga fraktur
patologis karena penyakit.
Universitas Indonesia
dengan tangan kanan menahan berat tubuh. Akibat tekanan besar pada tangan
kanan klien maka klien mengalami fraktur tertutup di area humerus dextra.
Kejadian jatuh yang dialami oleh Ny. S ini merupakan salah satu masalah yang
sering terjadi dan dapat menyebabkan cedera dalam hal ini adalah fraktur.
Sesaat setelah kejadian jatuh, Ny. S dilarikan ke klinik terdekat untuk dilakukan
pertolongan pertama, yaitu pemakaian armsling untuk fiksasi sementara posisi
lengan klien. Klien mengatakan bahwa setelah jatuh, tangan klien membengkak
dan terasa sangat nyeri. Setelah diberikan pertolongan pertama di klinik
kesehatan, klien diantarkan ke RSUP Persahabatan untuk ditangani lebih lanjut.
Sesampainya di RSUP Persahabatan klien dibawa ke IGD dan dilakukan
pemeriksaan awal. Klien dilakukan rekognisi dengan dilakukan anamnesa
mengenai kronologis terjadinya kecelakaan. Klien juga menjalani pemeriksaan
fisik, pengkajian nyeri untuk menentukan kadar keparahan cedera klien.
Selanjutnya klien juga menjalani pemeriksaan rontgen ekstrimitas untuk
mengetahui letak dan jenis fraktur yang dialami klien. Berdasarkan hasil rontgen,
klien mengalami fraktur pada area humerus proximal dextra. Tindakan
pertolongan pertama yang telah dilakukan pada Ny. S ini merupakan tindakan
yang sesuai dengan tahapan pertama dari empat tahapan dalam penanganan
Universitas Indonesia
Sebelum klien dilakukan latihan kekuatan otot dan pergerakan sendi, klien
menyatakan bahwa tangan sempat terasa kaku dan sulit digerakkan. Hal ini bisa
jadi akibat dari kurangnya mobilisasi klien. Klien mengatakan bahwa ia takut
melakukan mobilisasi karena akan menimbulkan nyeri dan takut fraktur semakin
parah. Tampak klien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Selain itu, klien mengatakan sudah tidak betah di rumah
Universitas Indonesia
sakit, ingin cepat pulang, dan terus menerus menanyakan kapan klien akan
dioperasi. Klien mengatakan klien tidak bisa berada lama-lama di rumah sakit
karena harus bekerja dan ada banyak hal lainnya yang perlu diurus. Dari kasus ini
terlihat bahwa dampak dari kecelakaan antara lain menurunnya produktivitas
seseorang dikarenakan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Kerugian fisik
akibat kecelakaan jelas terlihat karena sebagian aktivitas klien perlu dibantu
akibat tangan kanannya yang masih belum bisa digerakkan karena sakit.
Salah satu asuhan keperawatan yang diberikan kepada Ny. S selama dirawat di
ruang Anggrek Tengah Kanan adalah asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah hambatan mobilitas fisik. Dalam hal ini salah satu intervensi yang
diberikan adalah berupa latihan kekuatan otot/latihan gerak sendi (Range of
Motion) dan latihan isometrik. Latihan yang diberikan ini tidak hanya diberikan
sebelum klien menjalani operasi, akan tetapi terus dilanjutkan hingga hari terakhir
klien dirawat. Berdasarkan hasil observasi perawat, klien tampak mengalami
kemajuan dalam melakukan mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(Activity Daily Living). Awal klien dirawat di rumah sakit, tampak klien masih
Universitas Indonesia
takut dan tidak berani untuk melakukan mobilisasi. Selain itu, klien juga sempat
mengeluh kaku pada kedua tangannya. Setelah diberikan intervensi berupa latihan
kekuatan otot / rentang gerak sendi, klien sudah tidak lagi mengeluh mengalami
kekakuan pada ekstrimitasnya.
Latihan isometrik diberikan pada ekstrimitas klien yang diimobilisasi yaitu pada
ekstrimitas atas sebelah kanan Ny. S yang mengalami fraktur humerus dextra. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan Black & Hawks (2009) bahwa latihan
isometrik merupakan kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan persendian atau
fungsi pergerakan dan digunakan jika ROM persendian dibatasi karena injuri atau
immobilisasi. Sedangkan untuk ektrimitas Ny. S yang tidak cedera diberikan
latihan pergerakan sendi aktif dan pasif. Latihan ini dikenal juga dengan latihan
isotonik dimana latihan yang dilakukan tetap menyebabkan ketegangan pada otot
yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot. Selama memberikan dan
mengajarkan latihan kekuatan otot ini, perawat berusaha untuk memberikan
pemahaman kepada klien bahwa latihan yang dilakukan perlu untuk
mempertahankan kekuatan otot, mencegah kekakuan otot dan mempertahankan
sirkulasi ke bagian distal ektrimitas. Latihan yang diberikan ini dapat dilihat pada
lampiran 4.
Pada saat Ny. S akan menjalani prosedur operasi, klien tampak cemas dan banyak
bertanya mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan. Sebagai seorang tenaga
keperawatan, mempunyai tanggung jawab untuk memberikan edukasi, membantu
klien mengurangi kecemasan dan mengajarkan berbagai latihan sebelum operasi.
Edukasi merupakan salah satu peran tenaga keperawatan yang sangat penting dan
dilakukan sejak 1 atau 2 hari sebelum pembedahan, karena klien akan dapat
mempelajarinya dengan baik (Potter & Perry, 2006). Edukasi yang diberikan
kepada klien terkait dengan tujuan/alasan tindakan operasi, persiapan operasi baik
fisik maupun penunjang, kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi,
prosedur operasi, dan latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan
harus dijalankan setalah operasi. Adapun latihan yang diajarkan adalah berupa
teknik relaksasi napas dalam, teknik batuk efektif, dan latihan gerak sendi..
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Waher, Salmod & Pellino
(2002), diketahui bahwa klien dengan masalah fraktur seringkali kemampuan
mobilisasinya mengalami penurunan karena ketidakadekuatan informasi yang
diterima oleh klien. Selain itu, beberapa klien yang pernah mengalami fraktur juga
mengatakan bahwa saat melakukan mobilisasi dapat menimbulkan nyeri. Kondisi
immoblisasi yang cukup lama, akan berdampak pada lama hari rawat/length of
stay. Immobilisasi pada klien fraktur
Universitas Indonesia
dengan tidak tergantung pada bantuan orang lain. Salah satu cara yang harus
dipertimbangkan diantaranya adalah dengan melakukan latihan kekuatan otot.
Universitas Indonesia
Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian penulisan
yang telah dilakukan. Penulis menyimpulkan hasil pemaparan secara keseluruhan
dan memberikan saran terkait hasil analisis. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu
kesimpulan dan saran.
5.1 Simpulan
5.1.1 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke
arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju terutama di daerah
perkotaan. Hasil dari adanya perkembangan dan kemajuan IPTEK ini
salah satunya adalah terjadi peningkatan arus urbanisasi yang
mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan.
Lahan yang sempit di wilayah perkotaan mendorong masyarakat untuk
membuat bangunan tempat tinggal yang bertingkat. Hal ini merupakan
salah satu pemicu atau faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya
kecelakaan dalam rumah tangga berupa kejadian jatuh.
5.1.2 Kecelakaan atau kejadian jatuh yang terjadi seringkali menyebabkan
cedera, salah satunya adalah berupa fraktur (patah tulang). Seringkali klien
yang mengalami fraktur memiliki ketakutan untuk melakukan mobilisasi
akibat kurang pengetahuan ataupun karena takut merasa nyeri saat
bergerak. Sehingga perawat memiliki tanggung jawab untuk memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif agar dapat mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi.
5.1.3 Latihan kekuatan otot perlu dilakukan agar proses penyembuhan fraktur
berlangsung baik dan tidak menimbulkan komplikasi.
56 Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan diharapkan menerapkan latihan kekuatan otot selama
melakukan praktik di lapangan guna memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif kepada klien dengan fraktur.
Universitas Indonesia
Boykin, R. E., Jawa, A., O'Brien, T., Higgins, L. D., & Warner, J. P. (2011).
Variability in operative management of proximal humerus
fractures. Shoulder & Elbow, 3(4), 197-201. Diunduh dari:
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a9h&AN=702499
31&site=ehost-live pada 16 Juni 2013 pukul 15.18 WIB
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/isometric+exercise
http://www.orthoseek.com/articles/carpalts.html
http://helid.digicollection.org/en/d/Jwho43e/7.2.1.1.html
58
Kime, R., Hamaoka, T., Sako, T., Murakami, M., Homma, T., Katsumura, T., &
Chance, B. (2003). Delayed reoxygenation after maximal isometric
handgrip exercise in high oxidative capacity muscle. European Journal of
Applied Physiology, 89(1), 34-41. Diunduh dari
http://dx.doi.org/10.1007/s00421-002-0757-3. pada tanggal 9 Juli 2013,
pukul 13.01 WIB
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Fundamental of nursing,
concept, process, and practice. 8th. California: Addison - Wesley
NHS. (2009). The Prevention of falls in the community hospital and intermediate
care setting information pack. Diunduh
darihttp://www.bhps.org.uk/falls/healthprofinfo.htm pada 11 Juli 2013.
Novita, Dian. (2012). Pengaruh terapi music terhadap nyeri post operasi Open
Reduction and Internal Fixation di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi
Lampung. Tesis UI: Tidak dipublikasikan.
Potter, P.A & Perry, A. G (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses dan praktik. Alih bahasa: Komalasari, R., Evriyeni D., Novieastari,
E. Hanny, A. Kurnianingsih, S. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC
Price, A.S., & & Wilson, M. L. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Young-Hoo, K., Sohn, K., & Jun-Shik, K. (2005). Range of motion of standard
and high-flexion posterior stabilized total knee prostheses: a prospective,
randomized study. Journal of Bone and Joint Surgery, 87(7), 1470-5.
Diunduh dari
http://search.proquest.com/docview/205180225?accountid=17242. pada
tanggal 2 Juli 2013 pukul 13.13 WIB
Rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Closed Fraktur Humerus Proximal Dextra
No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri berhubungan TUM: Nyeri berkurang Mandiri:
dengan spasme otot; atau terkontrol Pertahankan imobilisasi Menghilangkan nyeri dan mencegah
gerakan fragmen bagian lengan yang sakit kesalahan posisi tulang yang cedera.
tulang, edema, dan TUK : dengan armsling.
cedera pada jaringan 1. Klien menunjukkan Tinggikan dan dukung Meningkatkan aliran balik vena,
lunak; imobilisasi ekspresi wajah tenang ekstremitas yang terkena. menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
2. Klien menunjukkan Hindari penggunaan Dapat meningkatkan ketidaknyamanan
pengendalian nyeri sprei/bantal plastik di bawah karena peningkatan produksi panas.
3. Klien mampu ekstrimitas yang cedera
beraktifitas dan Tinggikan penutup tempat Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa
istirahat dengan tepat tidur ketidaknyamanan karena tekanan pada
bagian yang sakit.
Evaluasi keluhan Mempengaruhi pilihan keefektifan
nyeri/ketidaknyamanan, intervensi. Tingkat intensitas dapat
perhatikan karakteristik, mempengaruhi persepsi reaksi terhadap
lokasi, termasuk nyeri
intensitasnya (skala 0-10).
Perhatikan petunjuk nyeri
non verbal (perubahan
Kolaborasi
1. Konsul dengan ahli terapi Berguna dalam membuat aktivitas
fisik/okupasi dan/atau individual/program latihan. Pasien dapat
rehabilitasi spesialis memerlukan bantuan jangka panjang dengan
gerakan, kekuatan, dan aktivitas yang
mengandalkan berat badan, juga penggunaan
alat, contoh walker, kruk, tongkat,
meninggikan tempat duduk di toilet, tongkat
pengambil/penggapai, khususnya alat makan.
3 Risiko TUM: Nutrisi adekuat Timbang BB setiap hari atau Mengkaji pemasukan makanan yang
ketidakseimbangan TUK: sesuai indikasi adekuat
nutrisi kurang dari Klien makan sesuai Tentukan program diet dan Mengidentifikasi kekurangan dan
kebutuhan tubuh b.d dengan kebutuhan pola makan pasien dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
mual, muntah, kalori dan gizinya bandingkan dengan makanan
penurunan nafsu makan Klien menunjukkan yang dapat dihabiskan pasien
tingkat energi yang Auskultasi bising usus, catat Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan
biasanya sebelum sakit adanya nyeri abdomen/ perut cairan dan elektrolit dapat menurunkan
BB stabil/ bertambah kembung, mual, muntah, motilitas/ fungsi lambung yang akan
kearah BB normal pertahankan keadaan puasa mempengaruhi pilihan intervensi.
Tonus otot baik sesuai indikasi
Identifikasi makanan yang Jika makanan yang disukai pasien dapat
Pre Operasi
Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 29 Mei 2013
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut Mengkaji skala nyeri yang S:
Data Subyektif: dirasakan oleh klien Klien mengatakan nyeri pada
Klien mengatakan Mengajarkan teknik lengan kanan saat klien
nyeri pada tangan relaksasi napas dalam berusaha melakukan
kanan jika klien untuk mengurangi nyeri mobilisasi
melakukan Menganjurkan klien Klien mengatakan sakit
pergerakkan mengambil posisi yang kepala
Klien mengatakan nyaman O:
sakit kepala Menganjurkan klien untuk Keadaan umum: sedang,
immobilisasi lengan yang kesadaran CM
Data Obyektif: sakit Tekanan Darah: 100/70
Ekspersi wajah Meninggikan bagian mmHg
tampak meringis ekstrimitas yang fraktur Nadi: 80 x/menit
kesakitan saat klien Menganjurkan klien untuk Suhu: 37,1ºC
mencoba bergerak istirahat Skala nyeri 6-7 (0-10)
Klien tampak Kolaborasi pemberian dengan nyeri terasa hilang
melindungi area analgesik: ketorolac 30 mg timbul dan kadang terasa
yang sakit menjalar hingga ke bahu.
Skala Nyeri 6 pada Nyeri dirasakan berkurang
lengan kanan, nyeri jika klien istirahat di tempat
tidak menjalar dan tidur dan tidak melakukan
hilang timbul mobilisasi.
Skala sakit kepala 4, Klien tampak lebih rileks
gilang timbul dan setelah melakukan relaksasi
terasa berdenyut napas dalam
Hasil radiologi Ekspresi klien tampak
menunjukkan bahwa meringis saat terasa nyeri
klien mengalami A:
closed fraktur masalah nyeri belum teratasi
humerus dextra P:
Motivasi penggunaan teknik
relaksasi napas dalam
Monitor tanda-tanda vital
Monitor keluhan nyeri
Anjurkan klien mengambil
Jangan melakukan
Banyak mengkonsumsi aktivitas yang berat
makanan yang Menjaga kebersihan luka dan hindari
mengandung kalsium dan lindungi dari terkena membawa beban
dan vitamin D air pada bagian yang
patah
Kembali jika....
Demam lebih dari 38,5 C
Lanjutkan minum obat Nyeri yang sangat hebat pada bagian yang patah
sesuai dengan yang Kaki/tangan bagian yang patah terasa dingin, pucat dan kaku
diresepkan Terjadi perdarahan pada luka operasi
Sumber:
NHS. (2009). The Prevention of Falls in the Community Hospital and Intermediate Care Setting Information Pack. Diunduh dari
http://www.bhps.org.uk/falls/healthprofinfo.htm pada 11 Juli 2013.
Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013
LATIHAN KEKUATAN OTOT PRE OPERASI:
LATIHAN ISOMETRIK PADA TANGAN YANG FRAKTUR
Hal yang perlu diperhatikan:
Diberikan semenjak sebelum prosedur operasi diberikan
Penyangga tangan (Arm sling) harus dipakai untuk mempertahankan immobilisasi.
Selama melakukan latihan, postur tubuh harus dalam keadaan tegap.
Lakukan latihan 3 kali sehari
Gerakkan dagu ke leher
Angkat lengan dari sisi ke atas kepala klien dan Angkat len-
Miringkan kepala ke arah masing-masing bahu
gan ke atas kepala dengan telapak menghadap atas
Putar kepala dengan gerakan memutar Gerakkan tangan menjauhi tubuh sejauh mungkin
Posisi kepala kembali dalam posisi tegak Rotasi bahu secara internal dan eksternal dengan melakukan
fleksi siku dan menggerakkan lengan bawah sehingga telapak
tangan menyentuh tempat tidur, kemudian gerakkan sebali-
Tekuk siku sehingga lengan knya sehingga punggung tangan klien menyentuh tempat
bawah menyentuh bahu tidur
Gerakkan bahu dengan gerakkan memutar penuh
Sumber gambar:
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/isometric+exercise
http://helid.digicollection.org/en/d/Jwho43e/7.2.1.1.html
1. Miringkan kepala ke arah salah 2. Tekuk dan luruskan siku tangan 3. Tekuk permukaan punggung
satu bahu sampai terasa pere- secara bergantian hingga lengan tangan kebelakang kemudian
gangan pada bagian bahu bawah bersentuhan dengan luruskan kembali dan lanjutkan
yang berlawanan. Tahan sam-
bahu. Ulangi sebanyak 10 kali dengan menekuk kearah depan.
pai 15-20 detik. Ulangi sampai
3 kali ulangi sebanyak 10 kali
4. Gerakkan tangan menghadap 5. Gerakkan ibu jari dari satu jari 6. Buka dan tutup pergelangan
sisi kanan dalam lengan bawah ke jari lain, ulangi sebanyak 5 tangan. Ulangi sebanyak 10 kali
dan kemudian balikkan kali
menghadap ke arah atas, ulangi
sebanyak 10 kali
7. Lakukan saat posisi duduk ataupun berdiri, tarik lengan atas
ke arah sisi tubuh dengan siku mengarah keluar sisi tubuh.
Ulangi sebanyak 10 kali. Hentikan bila terasa nyeri.
Sumber:
Babst, R., & Brunner, F. (2007). Plating in proximal humeral fractures. European
Journal of Trauma and Emergency Surgery,33(4), 345-356. doi:http://
dx.doi.org/10.1007/s00068-007-7087-4
Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013
Lampiran 6
I. Biodata