Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN PNEUMONIA

“dibuat untuk memenuhi praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1”

Dosen :

Epi Rustiawati,M.Kep.,Sp.Kep.MB

Disusun oleh :

Jumiyati (8801190005)

2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN AJARAN 2020/2021
I TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep penyakit
1. Pengertian phenemonia
Peneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kemampuan alveolus menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain
penyebaran infeksi dnegan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan
berbagai senyawa kimia maupun partikel. Pneumonia merupakan masalah
keseahaan di dunia karena angka kematiannya yang tinggi, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju seperti maerika Serikat, kanada, dan
negar-negara seperti Eropa.
2.Etiologi

Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus,


streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.

Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system


pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,


adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran
pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama
pada anak-anak.

Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini


berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang
tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.

Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans (Meadow, 2015)

3.Klasifikasi Pneumonia
Secara Garis Besar Pneumonia Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:

Aspirasi pneumonia

Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru.pada
bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.

Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri sepertistreptococcus


pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah
terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.

Pneumonia akibat faktor lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak
segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan Broncopneumonia dan
selanjutnya menjadi pneumonia.

4.Manifestasi Klinis

Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan
atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang
pendek, nyeri dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu
nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam atau batuk.

Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala
atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu
makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak
jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.

Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri


perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya
menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang
tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih
banyak gejala, tetapi pada banyak kasus, mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu
makan .
5.Pathway
6. Patofisiologi

Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh


mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari
seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit
dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling
sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan
infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit

Virus

Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk
kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan
hidung. setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering
menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui
suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.

Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.
Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang
membuat cairan masuk ke dalam alveoli.

Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi
pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses
kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan
fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap
infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan
komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.

Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus


syccytial respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes
simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang
dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang
disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).

Bakteri

Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika
ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.

Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti
hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah
memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara
alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk
mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju
paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka
juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.

Jamur

Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan
bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai
Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat
bagian barat daya.

Komplikasi menurut (fakultas kedokteran UI 2012) Dengan


pengunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak prnah dijumpai
komplikasi yang dapat di jumpai adalah : Epiema, Otitis media akut,
komplikasi lain seperti Meningitis, perikarditis, osteolitis, peritonitis
lebih jarang dilihat.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar,
bronchial: dapat juga menyatakan abses) luas/infiltrasi, empiema
(stapilacoccus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau
penyebatran /perluasan infiltrasi nodul ( lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA/ nadi oksimetris : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur, Sputum dan darah : Untuk dapat diambil
biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari
satu organisme ada : Bakteri yang umum meliputi diplococcus
pneumonia, stapilococcus, Aures A-hemolik streptococcus,
hemophlus influenza : CMV. Catatan: keluar sekutum tak dapat di
identifikasi semua organisme yang ada. Keluar darah dapat
menunjukan bakteremia sementaraa.
d. JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imum seperti AIDS,
Memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serelogi : mis, Titer virus atau legionella, aglutinin
dingin, membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun ( kongesti dan
kolaps alveolar): tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
g. Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah
h. Bilirubin : Mungkin meningkat
i. Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan
jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik ( CMP :
karakteristik sel rekayasa (rubela).

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra
vena) dekstrose 10 % : NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml
cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu,
dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan
entral bertahap memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transpormukossiller.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg
BB/ hari dalam 4 hari pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/
hari dalam 4 hari pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/
hari dalam 2 kali pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari
dalam 2 kali pemberian ( Arif mansjoer, dkk, 2001).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia
secara primer yaitu memberikan pendidikan kepada keluarga klien
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia
dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene
personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat
adalah memberikan fisioterapi dada, nebulasi, suction, dan
latihan nafas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak
kembali kambuh.

9.Konsep NCP(Nursing Care Planning)

10. Pengkajian

Menurut Brunner & suddarth (2012) Proses keperawatan


adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara
ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-
masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan
melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
a. Pengumpulan data
Identiatas klien : Lakukan pengkajian pada identitas pasien
dan isi identitasnya, yang meliputi : Nama, jenis kelamin,
suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian, keluhan utama ; keluhan dimulai dengan infeksi
saluran pernafasan, kemidian mendadak panas tinggi disertai
batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas sesak,

Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia yang


sering dijumpai pada waktu anamnese ada klien mengeluh
mendadak panas tinggi (380C - 410C) Disertai menggigil,
kadang- kadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan
terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan
sputum seperti karat dan purulen.

Riwayat penyakit dahulu : Pneumonia sering diikuti oleh


suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada penyakit PPOM,
tuberkulosis, DM, Pasca influenza dapat mendasari
timbulnya pneumonia, Riwayat penyakit keluarhga : Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit
ISPA lainnya.
1) Pemeriksaan fisik :

Tampilan, distress nyata, tingkat kesadaran : tanda-tanda vital, antara

lain suhu; warna aksesorius, pernapasan; suara paru. (LeMone. atal,

2016). Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai

dari kepala Sampai ujung kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan

pemeriksaan fisik perlu dibekali kemampuan dalam melakukan

pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional. Teknik pemeriksaan

fisik perlu modalitas dasar yang digunakan meliputi: inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mutaqqin, 2010)

a. Penampilan umum

Yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan klien

untuk pemeriksaan.
b. Kesadaran.

Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif

dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu

composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh

dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang

diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap

lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran

yang lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa

untuk, sopor mempunyai arti bahwa klien memberikan respon

dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya

tidak ada. sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif

dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale

dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan

respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz alimul, 2009).

c. Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin

dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling

sering dilakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi

pernafasan (Mutaqqin, 2010). Pada pasien pneumonia biasanya

mengalami demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat

(Tachypnea).
1. Kepala.

1) Rambut

Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe

tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut

hitam, kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan

tidak ada pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.

2) Mata

Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada

mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan

konjungtiva: anemis atau ananemis, sclera biasanya

putih, pupil: isokor atau anisokor dan kesimetrisan

mata: mata simetris kiri dan kanan dan ada atau

tidaknya massa atau nyeri tekan pada mata.

3) Telinga

Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik,

bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan

telinga.

4) Hidung

Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan

hidung, nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah

menggunakan otot bantu pernapasan.


5) Mulut dan Gigi

Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya

sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan

platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.

6) Leher.

Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas

atau tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer thyroid,

ada atau tidaknya pembesaran vena juguralis dan

kelenjer getah bening.

7) Thorak

a) Paru-paru

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada,

frekuensi napas cepat (tachipnea), irama,

kedalamannya pernapasan cuping hidung,

Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil

bergetar kiri dan kanan.

Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan

sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun

saat ekspirasi).

Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya

jaringan yang lebih padat atau konsolidasi paru-

paru seperti pneumonia.


b) Jantung

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus

cordis tampak atau tidak.

Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa

(pembengkakan) dan ada atau tidaknya nyeri tekan.

Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara

perkusi jaringan yang padat seperti pada daerah

jantung).

Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara

jantung II (terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam

rentang normal.

c) Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen,

ada atau tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch

mark.

Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5-

30 x/ menit).

Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi

cairan).

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pemberasan hepar.

8) Punggung

Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada terdapat

luka pada punggung.


9) Estremitas

Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak

pada ekstremitas atas.

Bawah: ada atau tidaknya gangguna terhadap

ekstremitas bawah seperti : kelemahan.

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang

umumnya dipakai untuk memeriksa penderita yang

mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status

kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada

kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan

atau sebaliknya apakah terjadiperburukan pada

penderita. (Suratun, dkk, 2008). Penilaian tersebut

meliputi :

1) Nilai 0: Paralisis total atau tidak ditemukan adanya


kontraksi pada otot,
2) Nilai 1: Kontaksi otot yang terjadi hanya berupa
perubahan dari tonus otot, dapat diketahui dengan
palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi,
3) Nilai 2: O tot hanya mampu mengerakkan
persendian tetapi kekuatannya tidak dapat
melawan pengaruh gravitasi,
4) Nilai 3: Dapat menggerakkan sendi, otot juga
dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak
kuat terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa,
5) Nilai 4: Kekuatan otot seperti pada derajat 3
disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan
yang ringan,
6) Nilai 5: Kekuatan otot normal.
10) Genetalia

Terpasang kateter atau tidak.

11) Integument.

Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis

pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang

diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam

kardiografi, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2010).

e. Therapy

Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian


dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain (Rohman &
Walid, 2010).
1. Analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Ds : Akumulasi sekret Bersihkan jalan
- Pasien mengatakan dada ↓ nafas tidak efektif
terasa nyeri dan batuk sudah
Obstruksi jalan nafas
lebih dari 4 hari

Do : tampak gelisah dan
tampak lemah. Gngguan ventilasi
*TD = 120/60mmHg ↓
*Nadi = 80/menit Bersihkan jalan nafas tidak
efektif
*RR = 28x/ menit
*Suhu = 39 °C

2. Ds: Pneumonia Hipertermi

16

Ibu Pasien mengatakan demam Terbentuknya eksudat serous
Do: ↓
Pasien terlihat pucat Proses inflamasi

Mukosa bibir kering ↓

Akral teraba hangat Hipotalamus



*TD = 120/60mmHg
SSP merespon dengan
*Nadi = 80/menit
meningkatkan suhu tubuh
*RR = 28x/ menit
*Suhu = 39 °C ↓
Demam

F. Masalah Keperawatan Berdasarkan Prioritas


1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mukus yang berlebihan
2. .Hipertermi berhubunggan dengan proses inflamasi alveoli

G. RencanaKeperawatan

No. Diagnosa Tujuan keperawatan dan Intervensi


Kepera kriteria hasil
watan
1. Bersihkan Ppaint control Manajemen jalan nafas
jalan nafas
tidak efekif setelah dilakukan Observasi:
Tindakan keperawatan a. Identifikasi kemungkinan alergi-alergi
selama 2x24 jam pasien ,infeksi dan konta indikasi obat
dapat meningat status b. Monitor ttv dan nilai lab sebelum
pernafasan yang ade pemberian obat
kuat atau skala ringan c. Monitor efek terapeutik
dengan kriteria hasil: d. Mengatur posisi semi fowler
e.mengatur posisi postural draigne
 1.irama Terapeutik:
pernafassan a. Melakukan fisioterapi dada

17
normal b. Membersihkan secret dengan cara suction
 2. tidak ada sura c. menganjurkan untuk minum hangat
nafas seperti d. Menganjurkan minum 2500cc/hari
(ronchi,wezhing, Edukasi:
mengi)tambahan a. Mengajarkan batuk efektif

2. Hipertermi setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


berhubunga Tindakan keperawatan
n dengan selama 2x24 jam Tindakan
proses diharapkan klien tidak Observasi
inflamasi demam - Identifikasi penyebab hipertermia
alveoli kriteria hasil: ( mis.dehidrasi,terpapar lingkungan
panas,penggunaan inkubator)
1. Tidak demam - monitor suhu tubuh
2. Suhu 36,5-37,5 - Monitor Kadar Elektrolit
derajat celcius - Monitor komplikasi akibat
3. Kulit tidak teraba hipertermia
hangat Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- longgarkan atau lepaskan pakaian
-Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit intravena,jika perlu

SOP Melakukan penghisapan Lendir (SUCTION)

Tujuan

18
- Mengeluarkan sputum dan mempertahankan kepatenan jalan napas

Indikasi

- Penumpukan secret di jalan napas

Kontraindikasi

- Peningkatan Tekanan Intra Kranial

- Fraktur basal/facial injury

- Broncospasme

- Pembedahan nasal atau esopgageal yang baru dilaksanakan

Pertimbangan Keperawatan

- Pantau tanda-tanda vital dan tanda penting lainnya seperti saturasi, nilai

AGD serta auskultasi bunyi napas sebelum melakukan suction

- Perhatikan ukuran selang suction yang akan digunakan, ukuran yang

terlalu besar dapat berisiko trauma dan iritasi saluran pernafasan

- Menerapkan prinsip steril

- Monitoring tanda-tanda vital pasien serta respon klinis saat melakukan

suction dan adanya hipoksia selama melakukan suction.

Alat

- Stetoskop

- Kateter suction sesuai ukuran dan mesin suction

- sarung tangan steril

- kom steril berisi aquades atau normal salin

- pinset steril pada tempatnya

- kom berisi cairan antiseptik

- Alas

- Oksigen

19
- tisue

LANGKAH KLINIK

1. Periksa rencana Keperawatan pasien terkait tindskan yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Berikan salam

4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

5. Jaga privacy

6. Kaji fungsi pernapsan: suara nafas, letak secret, kekentalan, kemampuan batuk

7. Cek program pengobatan, oksigen yang diberikan

8. Cek tekanan mesin suction, tentukan sesuai pasien (100-120 mmHg (Berman 2009),

70-150 mmHg (Hahn, 2010))

9. Letakkan alas di bawah dagu/dada klien

10. Tingkatkan oksigenasi dan minta pasien napas dalam, meninggikan oksigen pemberian

100% selama 1-2 menit.

11. pasang sarung tangan steril*

12. dengan tangan non dominan sambungkan katetr dengan mesin suction

13. dengan tangan dominan, jepit kateter dengan pinset anatomi cek suction dengan

menghisap cairan di kom steril

14. masukkan kateter ke dalam mulut sampai karina (adanya reflek batuk) tanpa menutup

tubing. Lakukan suction dengan menutup tubing kemudian Tarik selang keluar dengan

cara memutar. Jangan lakukan penghisapan lebih dari 10-15 detik

15. beri kesempatan pasien bernapas selama 3-5 kali dengan oksigen ditinggikan sebelum

penghisapan berikutnya

16. bersihkan selang kateter dengan aquads atau normal salin

17. bersihkan mulut pasien

20
18. kembalikan konsentrasi oksigen yang diberikan sesuai program pengobatan

19. lepas sarung tangan

20. rapikan alat dan cuci tangan

21. terminasi

22. dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan

Akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI .

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin ,Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik

Klinik.

Robinson & Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing (Medica-Bedah). Jilid

1. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Suratun, 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Seri Asuhan

Keperawatan. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai