Anda di halaman 1dari 14

Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

BAB 5
SATUAN UKURAN DAN PARAMETER UKUR TANAH

Parameter ukur tanah adalah :


1. Jarak : jarak horisontal dan jarak vertikal (beda tinggi)
2. Sudut : sudut horisontal dan sudut vertikal
3. Azimut (sudut arah)
Besaran-besaran di atas mempunyai satuan yang berbeda-beda.

5.1 Satuan Ukuran


5.1.1 Satuan Jarak
Jarak antara dua buah titik dimuka bumi dalam ukur tanah adalah merupakan jarak
terpendek antara kedua titik tersebut terletak pada bidang datar, bidang miring atau
bidang tegak. Pada bidang datar disebut jarak datar, pada bidang miring disebut
jarak miring sedang pada bidang tegak disebut jarak tegak/tinggi.

Terdapat dua satuan panjang yang lazim digunakan dalam ilmu ukur tanah,
yakni satuan metrik dan satuan britis. Di Indonesia, sebagai satuan jarak umumnya
digunakan metrik atau meter. Namun demikian, ada pula yang menggunakan satuan
lain yaitu feet atau kaki. Sebagai satuan luas umumnya digunakan meter persegi
(m²), untuk areal yang luas maka satuan luas yang digunakan adalah Ha ataupun
Km² di mana
 1 Km² = 100 ha
 1 Ha = 10.000 m²

Untuk satuan volume tanah dipakai meter kubik (m³), jarang yang menggunakan
feet kubik.

47
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

5.1.2 Satuan Sudut


Dasar untuk menyatakan besarnya sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat
bagian, yang dinamakan kwadran, yaitu Kwadran I, II, III dan kwadran IV.
Sistem besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
1. Sexagesimal
Sistem Sexagesimal lingkaran dibagi atas 360 bagian yang sama dan tiap
bagian disebut derajat, maka 1 kwadran = 90°.
1° = 60 menit (60'),
1' = 60 secon (60")
1° = 3600 secon (3600")
Cara menuliskannya 31°10'30"

2. Centicimal
Sistem besaran sudut sentisimal disajikan dalam besaran grid, centigrid dan
centicentigrid. Cara sentisimal membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga
satu kwadran mempunyai 100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi
lagi dalam 100 centigrid dan 1 centigrid dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid.
Satu lingkaran dibagi menjadi 400 bagian atau grade (400g).
1g = 100 centigrade (100cg)
1cg = 100 centi centigrade (100ccg)
1g = 10000 centi centigrade (10000 ccg)

3. Radian
Sistem besaran sudut radian disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat
di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran
adalah sebesar satu radian. Karena keliling lingkaran ada 2 π r = 2 π rad.
Dalam satuan radian satu lingkaran dibagi menjadi 2  radian. Simbol radian
dinyatakan dengan  (rho).

Dari ketiga sistem di atas, satuan tersebut dapat dihitung konversinya sebagai
berikut : Satu lingkaran = 360° = 400g = 2 rad

48
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

5.2 Parameter Ukur Tanah


5.2.1 Jarak
Secara sederhana, pada bidang datar jarak antar dua titik A yang memiliki koordinat
(XA ; YA) dan B yang memiliki koordinat (XB ; YB) adalah jarak (D) bisa dihitung
dari dua titik yang telah diketahui koordinatnya:

Gambar 5.1 Jarak antar dua titik


Keterangan
XA : Absis titik A
YA : Ordinat titik A
XB : Absis titik B
YB : Ordinat titik B
DAB : Jarak titik A ke titik B

DAB = √(XB − XA )2 + (YB − YA )2

Gambar 5.2 Garis lengkung bukan jarak antara titik A ke B

Contoh 1
Diketahui XA = 100,21 m ; YA = 14,71 m
Dan XB = 150,28 m ; YB = 5,56 m
49
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

Maka
DAB = √(XB − XA )2 + (YB − YA )2

DAB = √(150,28 − 100,21)2 + (5,56 − 14,71)2 = 50,9 m

Contoh 2
Diketahui XA = -10,21 m ; YA = 14,71 m
Dan XB = 150,28 m ; YB = -5,56 m
Maka

DAB = √(XB − XA )2 + (YB − YA )2

DAB = √(150,28 − (−10,21))2 + (−5,56 − 14,71)2 = 161,8 m

Contoh 3
Diketahui XA = -10,21 m ; YA = 0,71 m
Dan XB = -150,28 m ; YB = -5,56 m
Maka
DAB = √(XB − XA )2 + (YB − YA )2

DAB = √(−150,28 − (−10,21))2 + (−5,56 − 0,71)2 = 140,2 m

5.2.2 Sudut
Bacaan sudut pada tedolit ada dua yaitu:
1. Bacaan lingkaran vertikal, digunakan untuk menentukan besanya sudut
vertikal.
2. Bacaan lingkaran horisontal, digunakan untuk menentukan besarnya sudut
horisontal.

50
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

5.3 Pengukuran sudut dengan teodolit

1. Sudut vertikal
Sudut vertikal, yaitu sudut yang ditentukan dari garis tegak (vertikal). Jika
pembacaan sudutnya dari arah zenit (atas) maka disebut sudut zenit (z), jika dari
arah nadir (bawah) maka disebut sudut nadir (n).
Bacaan lingkaran vertikal pada teodolit bisa merupakan sudut vertikal (z) maupun
sudut miring ().
 Pada kedudukan biasa θ = 90° − z
 Pada kedudukan luar biasa θ = z − 270°

Sudut miring, yaitu sudut yang ditentukan dari garis mendatar (horisontal) ke arah
atas atau ke arah bawah. Jika pembacaan sudutnya ke arah atas, maka disebut sudut
elevasi (), jika ke arah bawah, maka disebut sudut depresi (). Sudut vertikal
maupun sudut miring digunakan untuk menghitung jarak datar.

51
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

Gambar 5.4 Sudut vertikal

2. Sudut horisontal
Bacaan horisontal biasanya didapatkan dari pengukuran teodolit. Bacaan piringan
horisontal pada teodolit merupakan arah horisontal teropong ke titik bidik tertentu.
Sudut horisontal pada ukur tanah pada dasarnya merupakan selisih antara dua
bacaan arah horisontal dari dua buah target di lapangan ((bacaan fore sight (FS) −
bacaan back sight (BS)) dan selisih dari dua azimut.

Pengukuran sudut merupakan salah satu aspek penting dalam pengukuran dan
pemetaan horisontal atau vertikal, baik untuk pengukuran dan pemetaan kerangka
maupun titik-titik detail. Sudut horisontal digunakan untuk menghitung azimut
sisi poligon.

Sudut horisontal dibedakan menjadi:


1. Sudut dalam (interior angle) adalah sudut yang terletak di bagian dalam
poligon tertutup.
2. Sudut luar (eksterior angle) adalah pelingkar sudut dalam pada poligon
tertutup.

52
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

Gambar 5.5. Sudut horisontal

Prinsip pengukuran sudut akan dibahas pada bab berikutnya. Saat ini, pembahasan
terbatas pada penghitungan sudut dari dua bacaan horisontal dan dari selisih dua
azimut. Jika Bacaan horisontal atau azimut OA dan OB diketahui, sudut kanan AOB
dapat dengan mudah dihitung :
sudut AOB = azimut OB - azimut OA
atau
sudut AOB = bacaan horisontal OB - bacaan horisontal OA
Jika hasil hitungan negatif, hitungan ditambahkan 360°.

Gambar 5.6 Perhitungan sudut horisontal

Contoh :
Diketahui 𝛼𝑂𝐴 = 60°30′ dan 𝛼𝑂𝐵 = 260°50′
maka ∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛽 = 𝛼𝑂𝐵 − 𝛼𝑂𝐴 = 260°50′ − 60°30′ = 200°20′

53
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

Jika terbalik, 𝛼𝑂𝐴 − 𝛼𝑂𝐵 = 60°30′ − 260°50′ = −200°20′


Diperoleh ∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛽′ − 200°20′ + 360° = 159°40′

Mengingat satu lingkaran = 360°, maka ’ juga dapat diperoleh dengan cara :
Dari gambar 5.6  + 𝛽 ′ = 360° atau 𝛽 ′ = 360° − 𝛽
𝛽 ′ = 360° − 200°20′ = 359°60′ − 200°20′ = 159°40′
5.2.3 Azimut
Azimut antar dua titik adalah besarnya sudut (bearing) yang dibentuk dari suatu
referensi (meridian atau utara) searah jarum jam sampai ke garis penghubung dua
titik itu. Karena berputar satu lingkaran penuh, besarnya azimut pada satuan derajat
mulai 0° – 360°. Arah utara ditunjukkan dengan azimut 0°, arah timur ditunjukkan
dengan azimut 90°, arah selatan ditunjukkan dengan azimut 180°, arah barat
ditunjukkan dengan azimut 270°.

Gambar 5.7 Azimut


Keterangan gambar :
Azimut OA = 54°
Azimut OB = 133°
Azimut OC = 211°
Azimut OD = 334°

54
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

Dalam hal ini, azimut yang berputar berlawanan arah jarum jam bukanlah disebut
sebagai azimut. Azimut ditampilkan dari 0° – 360°. Azimut negatif atau lebih dari
360°, maka perlu diubah menjadi besaran positif antara 0° – 360°.

Contoh :
Azimut − 40° = −40° + 360° = 320°
Azimut − 140° = −140° + 360° = 220°
Azimut 380° = 380° − 360° = 20°
Azimut 780° = 780° − 2 𝑥 360° = 60°

5.2.4 Hubungan Azimut dan Bearing


Bearing adalah sudut yang ukur dari utara maupun selatan berputar searah jarum
jam ataupun berlawanan jarum jam ke titik yang dituju. Besarnya bearing antara 0°
– 90° dan ditulis dengan dua huruf arahnya. Back bearing (BBr) adalah besar sudut
kebalikan dari fore bearing (FBr). BBr diperoleh dari FBr dengan cara mengganti
huruf awal arah N menjadi S (atau S menjadi N), dan huruf akhir E menjadi W (atau
W menjadi E), sedangkan besar sudutnya tetap.

Gambar 5.8 Bearing

Keterangan gambar
Bearing
OA = N 54° E
55
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

OB = S 47° E
OC = S 31° W
OD = N 26° W

Hubungan antara azimuth dan bearing dapat dijelaskan seperti pada gambar 5.9
berikut ini.

Gambar 5.9 Hubungan antara azimut dan bearing

Jika azimut ≤ 90°, maka azimut = Bearing N − E


Jika 90° < azimut ≤ 180°, maka (180° − azimut) = Bearing S − E
Jika 180° < azimut ≤ 270°, maka (azimut − 180°) = Bearing S − W
Jika 270° < azimut ≤ 360°, maka (360° − azimut) = Bearing N − W

Contoh :
1. Hitunglah azimut dari bearing seperti pada gambar 5.9 di atas.
Jawab :
Bearing Azimut
N 37°30′ E 37°30′
S 67°15′ E (180° − 67°15′) = 112°45′
S 15° W (180° + 15°) = 195°
N 45° W (360° − 45°) = 315°

56
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

2. Hitunglah bearing dari azimut berikut ini.


Jawab :

Azimut Bearing
54° N 54° E
133° 180° - 133° = S 47° E
211° 211° - 180° = S 31° W
334° 360° - 334° = N 26°W

Latihan soal:
1. Hitunglah azimut dari bearing seperti pada gambar di bawah ini.

Jawab :
Bearing Azimut
N 54° E
S 47° E
S 31° W
N 26° W

2. Hitunglah bearing dari azimut berikut ini.


Azimut Bearing
34°50’ N ….. E
103°20’ S ….. E
210°30’ S ….. W
325°10 N …..W

57
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

5.2.5 Azimut dan Kwadran


Pada salib sumbu kartesian dengan pusat salib sumbu O, terdapat perbedaan antara
ukur tanah dengan matematika dalam hal putaran dan kwadran. Sudut pada
matematika dihitung dari sumbu X positif berlawanan arah dengan jarum jam.
Sedangkan sudut (dalam hal ini azimut) dihitung dari sumbu Y positif searah
dengan jarum jam. Perbedaan kwadran pada ukur tanah dan matematika seperti
yang tergambar pada gambar 5.10. Angka I, II, III, IV masing-masing adalah
kwadran. Dalam ukur tanah, sudut arah sering disebut juga sebagai azimut.

Gambar 5.10 Perbedaan kwadran pada matematika dan ukur tanah

Tabel 5.1 menjelaskan perbedaan kwadran pada ukur tanah dan ukur sudut. Namun
rumus-rumus goneometri sepenuhnya dapat dipakai dalam ilmu ukur tanah.

Tabel 5.1 Kwadran pada Ilmu Ukur Sudut dan Ilmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur Sudut (Matematika) Ilmu Ukur Tanah
Kwadran I II III IV Kwadran I II III IV
Sb X + - - + Sb X + + - -
Sb Y + + - - Sb Y + - - +
Sin  + + - - Sin  + + - -
Cos  + - - + Cos  + - - +
Tg  + - + - Tg  + - + -

58
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

Dari uraian di atas, dapat didefinisikan azimut adalah sudut yang dimulai dari arah
utara, berputar searah dengan jalannya jarum jam dan diakhiri pada jurusan yang
bersangkutan. Karena sudut ini menyatakan suatu jurusan, maka sudut ini dinama-
kan juga sudut jurusan.

Sudut, azimut dan jarak merupakan parameter pengukuran dalam pekerjaan ukur
tanah. Oleh karenanya pengertian ketiga parameter ini harus benar-benar dipahami
terlebih dahulu sebelum mempelajari lebih lanjut tentang ukur tanah.

5.3 Matematika Dalam Ukur Tanah


Cabang matematika yang paling dominan pemakaiannya dalam ukur tanah adalah
trigonometri. Perhitungan untuk mendapatkan koordinat-koordinat titik yang belum
diketahui dari hasil pengukuran (pembacaan jarak dan sudut), pada dasarnya
dengan menggunakan metode trigonometri. Pada hakekatnya fungsi trigonometri
memberikan hubungan antara sudut dan sisi-sisi sebuah segitiga seperti sinus,
cosinus, tangen, cosecan, secan dan cotangen.

Pada segitiga siku-siku ABC seperti gambar berikut, sisi-sisi a, b, c terletak


berhadapan dengan sudut  dan .

Gambar 5.11 Segitiga siku-siku

Gambar 5.11 di atas adalah segitiga siku-siku AB dengan siku-siku di C. Sisi miring
= c, sisi tegak = a dan sisi datar = b
Sudut di A = , sudut di B = 

59
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil

Maka :  + β = 90°
𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐 2
𝑎 𝑏
sin 𝛼 = sin 𝛽 =
𝑐 𝑐
𝑏 𝑎
cos 𝛼 = cos 𝛽 =
𝑐 𝑐
𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛽 𝑏
tg 𝛼 = = tg 𝛽 = =
𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑏 𝑐𝑜𝑠𝛽 𝑎

𝑠𝑖𝑛2𝛼 = 2𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠𝛼


𝑠𝑖𝑛2 𝛼 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 = 1

Untuk sembarang segitiga baik tumpul maupun lancip seperti pada gambar 5.12,
maka berlaku rumus seperti berikut.

Gambar 5.12
Segitiga sembarang ABC

𝛼 + 𝛽 + 𝛾 = 180°
𝑎 𝑏 𝑐
Rumus sinus : = =
𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑠𝑖𝑛𝛽 𝑠𝑖𝑛𝛾

Rumus cosinus : 𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑏𝑐 𝑐𝑜𝑠


𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑐 2 − 2𝑏𝑐 cos 
𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑏𝑐 𝑐𝑜𝑠
Catatan :  adalah harga absolut dari cos 𝛼 = −cos(180° − 𝛼)

1
Rumus luas : 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝐵𝐶 = 2 𝑎 𝑏 sin 𝛾

60

Anda mungkin juga menyukai