BAB 5
SATUAN UKURAN DAN PARAMETER UKUR TANAH
Terdapat dua satuan panjang yang lazim digunakan dalam ilmu ukur tanah,
yakni satuan metrik dan satuan britis. Di Indonesia, sebagai satuan jarak umumnya
digunakan metrik atau meter. Namun demikian, ada pula yang menggunakan satuan
lain yaitu feet atau kaki. Sebagai satuan luas umumnya digunakan meter persegi
(m²), untuk areal yang luas maka satuan luas yang digunakan adalah Ha ataupun
Km² di mana
1 Km² = 100 ha
1 Ha = 10.000 m²
Untuk satuan volume tanah dipakai meter kubik (m³), jarang yang menggunakan
feet kubik.
47
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
2. Centicimal
Sistem besaran sudut sentisimal disajikan dalam besaran grid, centigrid dan
centicentigrid. Cara sentisimal membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga
satu kwadran mempunyai 100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi
lagi dalam 100 centigrid dan 1 centigrid dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid.
Satu lingkaran dibagi menjadi 400 bagian atau grade (400g).
1g = 100 centigrade (100cg)
1cg = 100 centi centigrade (100ccg)
1g = 10000 centi centigrade (10000 ccg)
3. Radian
Sistem besaran sudut radian disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat
di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran
adalah sebesar satu radian. Karena keliling lingkaran ada 2 π r = 2 π rad.
Dalam satuan radian satu lingkaran dibagi menjadi 2 radian. Simbol radian
dinyatakan dengan (rho).
Dari ketiga sistem di atas, satuan tersebut dapat dihitung konversinya sebagai
berikut : Satu lingkaran = 360° = 400g = 2 rad
48
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Contoh 1
Diketahui XA = 100,21 m ; YA = 14,71 m
Dan XB = 150,28 m ; YB = 5,56 m
49
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Maka
DAB = √(XB − XA )2 + (YB − YA )2
Contoh 2
Diketahui XA = -10,21 m ; YA = 14,71 m
Dan XB = 150,28 m ; YB = -5,56 m
Maka
Contoh 3
Diketahui XA = -10,21 m ; YA = 0,71 m
Dan XB = -150,28 m ; YB = -5,56 m
Maka
DAB = √(XB − XA )2 + (YB − YA )2
5.2.2 Sudut
Bacaan sudut pada tedolit ada dua yaitu:
1. Bacaan lingkaran vertikal, digunakan untuk menentukan besanya sudut
vertikal.
2. Bacaan lingkaran horisontal, digunakan untuk menentukan besarnya sudut
horisontal.
50
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
1. Sudut vertikal
Sudut vertikal, yaitu sudut yang ditentukan dari garis tegak (vertikal). Jika
pembacaan sudutnya dari arah zenit (atas) maka disebut sudut zenit (z), jika dari
arah nadir (bawah) maka disebut sudut nadir (n).
Bacaan lingkaran vertikal pada teodolit bisa merupakan sudut vertikal (z) maupun
sudut miring ().
Pada kedudukan biasa θ = 90° − z
Pada kedudukan luar biasa θ = z − 270°
Sudut miring, yaitu sudut yang ditentukan dari garis mendatar (horisontal) ke arah
atas atau ke arah bawah. Jika pembacaan sudutnya ke arah atas, maka disebut sudut
elevasi (), jika ke arah bawah, maka disebut sudut depresi (). Sudut vertikal
maupun sudut miring digunakan untuk menghitung jarak datar.
51
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
2. Sudut horisontal
Bacaan horisontal biasanya didapatkan dari pengukuran teodolit. Bacaan piringan
horisontal pada teodolit merupakan arah horisontal teropong ke titik bidik tertentu.
Sudut horisontal pada ukur tanah pada dasarnya merupakan selisih antara dua
bacaan arah horisontal dari dua buah target di lapangan ((bacaan fore sight (FS) −
bacaan back sight (BS)) dan selisih dari dua azimut.
Pengukuran sudut merupakan salah satu aspek penting dalam pengukuran dan
pemetaan horisontal atau vertikal, baik untuk pengukuran dan pemetaan kerangka
maupun titik-titik detail. Sudut horisontal digunakan untuk menghitung azimut
sisi poligon.
52
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Prinsip pengukuran sudut akan dibahas pada bab berikutnya. Saat ini, pembahasan
terbatas pada penghitungan sudut dari dua bacaan horisontal dan dari selisih dua
azimut. Jika Bacaan horisontal atau azimut OA dan OB diketahui, sudut kanan AOB
dapat dengan mudah dihitung :
sudut AOB = azimut OB - azimut OA
atau
sudut AOB = bacaan horisontal OB - bacaan horisontal OA
Jika hasil hitungan negatif, hitungan ditambahkan 360°.
Contoh :
Diketahui 𝛼𝑂𝐴 = 60°30′ dan 𝛼𝑂𝐵 = 260°50′
maka ∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛽 = 𝛼𝑂𝐵 − 𝛼𝑂𝐴 = 260°50′ − 60°30′ = 200°20′
53
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Mengingat satu lingkaran = 360°, maka ’ juga dapat diperoleh dengan cara :
Dari gambar 5.6 + 𝛽 ′ = 360° atau 𝛽 ′ = 360° − 𝛽
𝛽 ′ = 360° − 200°20′ = 359°60′ − 200°20′ = 159°40′
5.2.3 Azimut
Azimut antar dua titik adalah besarnya sudut (bearing) yang dibentuk dari suatu
referensi (meridian atau utara) searah jarum jam sampai ke garis penghubung dua
titik itu. Karena berputar satu lingkaran penuh, besarnya azimut pada satuan derajat
mulai 0° – 360°. Arah utara ditunjukkan dengan azimut 0°, arah timur ditunjukkan
dengan azimut 90°, arah selatan ditunjukkan dengan azimut 180°, arah barat
ditunjukkan dengan azimut 270°.
54
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Dalam hal ini, azimut yang berputar berlawanan arah jarum jam bukanlah disebut
sebagai azimut. Azimut ditampilkan dari 0° – 360°. Azimut negatif atau lebih dari
360°, maka perlu diubah menjadi besaran positif antara 0° – 360°.
Contoh :
Azimut − 40° = −40° + 360° = 320°
Azimut − 140° = −140° + 360° = 220°
Azimut 380° = 380° − 360° = 20°
Azimut 780° = 780° − 2 𝑥 360° = 60°
Keterangan gambar
Bearing
OA = N 54° E
55
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
OB = S 47° E
OC = S 31° W
OD = N 26° W
Hubungan antara azimuth dan bearing dapat dijelaskan seperti pada gambar 5.9
berikut ini.
Contoh :
1. Hitunglah azimut dari bearing seperti pada gambar 5.9 di atas.
Jawab :
Bearing Azimut
N 37°30′ E 37°30′
S 67°15′ E (180° − 67°15′) = 112°45′
S 15° W (180° + 15°) = 195°
N 45° W (360° − 45°) = 315°
56
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Azimut Bearing
54° N 54° E
133° 180° - 133° = S 47° E
211° 211° - 180° = S 31° W
334° 360° - 334° = N 26°W
Latihan soal:
1. Hitunglah azimut dari bearing seperti pada gambar di bawah ini.
Jawab :
Bearing Azimut
N 54° E
S 47° E
S 31° W
N 26° W
57
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Tabel 5.1 menjelaskan perbedaan kwadran pada ukur tanah dan ukur sudut. Namun
rumus-rumus goneometri sepenuhnya dapat dipakai dalam ilmu ukur tanah.
Tabel 5.1 Kwadran pada Ilmu Ukur Sudut dan Ilmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur Sudut (Matematika) Ilmu Ukur Tanah
Kwadran I II III IV Kwadran I II III IV
Sb X + - - + Sb X + + - -
Sb Y + + - - Sb Y + - - +
Sin + + - - Sin + + - -
Cos + - - + Cos + - - +
Tg + - + - Tg + - + -
58
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Dari uraian di atas, dapat didefinisikan azimut adalah sudut yang dimulai dari arah
utara, berputar searah dengan jalannya jarum jam dan diakhiri pada jurusan yang
bersangkutan. Karena sudut ini menyatakan suatu jurusan, maka sudut ini dinama-
kan juga sudut jurusan.
Sudut, azimut dan jarak merupakan parameter pengukuran dalam pekerjaan ukur
tanah. Oleh karenanya pengertian ketiga parameter ini harus benar-benar dipahami
terlebih dahulu sebelum mempelajari lebih lanjut tentang ukur tanah.
Gambar 5.11 di atas adalah segitiga siku-siku AB dengan siku-siku di C. Sisi miring
= c, sisi tegak = a dan sisi datar = b
Sudut di A = , sudut di B =
59
Ilmu Ukur Tanah - Program Studi Teknik Sipil
Maka : + β = 90°
𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐 2
𝑎 𝑏
sin 𝛼 = sin 𝛽 =
𝑐 𝑐
𝑏 𝑎
cos 𝛼 = cos 𝛽 =
𝑐 𝑐
𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛽 𝑏
tg 𝛼 = = tg 𝛽 = =
𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑏 𝑐𝑜𝑠𝛽 𝑎
Untuk sembarang segitiga baik tumpul maupun lancip seperti pada gambar 5.12,
maka berlaku rumus seperti berikut.
Gambar 5.12
Segitiga sembarang ABC
𝛼 + 𝛽 + 𝛾 = 180°
𝑎 𝑏 𝑐
Rumus sinus : = =
𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑠𝑖𝑛𝛽 𝑠𝑖𝑛𝛾
1
Rumus luas : 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝐵𝐶 = 2 𝑎 𝑏 sin 𝛾
60