Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.1. Latar Belakang


Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja
sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan sosial dengan batas-
batas tertentu.
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat
dipastikan akan mengalami apa yag dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya
perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan sutu perbandingan
dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian dibandingkan
dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat, pada intinya merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus, ini arinya
bahwa masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi
perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama.
Perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi
tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana
perubahan memengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena
adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat
seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian, yaitu meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan
lainnya. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak memengaruhi organisasi sosial
masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan
sosial. Namun demikian, dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan tersebut
sangat sulit untuk dipisahkan.
Dalam setiap prakteknya di lapangan, perubahan sosial dapat terjadi sangat lambat maupun
sangat cepat. Hal ini tergantung pada faktor-faktor yang menunjang perubahan sosial dalam
masyarakat tersebut. Pada konsep-konsep yang ada, faktor-faktor ini dibagi menjadi 2,
yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor-faktor ini lah yang menentukan
bagaimana laju perubahan sosial dalam masyarakat. Untuk pembahasan lebih lanjut, kedua
faktor ini akan penulis jelaskan pada bab Tinjauan Pustaka.

2. perumusan masalah
Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas, antara lain:
1. Apa tujuan dari pembangunan masyarakat ?
2. Apa nilai-nilai fisiologisnya ?
3. Sebutkan hal-hal apa sajakah yang termasuk dalam faktor pendukung dan penghambat?
4. Apa tujuan masyarakat dalam kesehatan ?

3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari pembangunan masyarakat dan tujuan masyarakat
dalam kesehatan .
2. Untuk mengetahui pengertian faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan
sosial masyarakat.
3. Untuk memaparkan nilai-nilai fisiologis dari pembangunan masyarakat.
BAB II
PEM BGNAN MASYARAKAT

1. Pengertian
Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah ber¬kembang, mulai dari
perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi
oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pen¬dahuluan
pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelan¬jutan. Namun, ada tema-tema pokok
yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai
`suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah
kepada setiap warga negara untuk me¬menuhi dan mencapai aspirasinya yang paling
manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang
berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas
sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini
dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam
seluruh aspek kehi¬dupan.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam
seperti halnya peren¬canaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan
Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba¬ngunan
merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah,
2005).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan per¬ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building)”.
Ginanjar Kartasas¬mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai
“suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan
yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi
menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat
melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa,
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Pembangunan adalah seluruh aktivitas yang berjala simultan, meliputi
perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi guna mencapai tujuan kea rah kesejahteraan
masyrakat ang lebih baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan
terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya
pembangun¬an. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/per¬luasan
(expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu
komunitas masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses
perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan.
Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan.
Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah ber-kembang, mulai dari
perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi
oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pen¬dahuluan
pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelan¬jutan. Tema pertama adalah
koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara
sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada
keberagaman dalam seluruh aspek kehi¬dupan.

5 Prinsip PM:

1. PM merupakan proses perubahan yang disengaja dan terarah


2. PM bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup warga masyarakat
– individu
– seluruh
ex. Pendapatan warga dengan jumlah 100 orang
1 orang è 22 jt/bln è 2,2 jt/bln
99 orang è 100 rb/bln è9,9 jt/bln
75,9 jt/bln
Pendapatan rata-rata= 75,9 jt : 100 warga = 7,5 jt/bln.
è ini merupakan perhitungan secara global /gebyah uyah
è tidak relevan
3.PM mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumbersumbersetempat
4. PM mengutamkan kreativitas dan inisiatif masyarakat
5. PM mengutamakan partisipasi masyarakat

2. Arah Timbulnya Faktor Perubahan Sosial atau proses pembangunan masyarakat


Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan
sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Dalam kehidupan nyata, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, pasti akan terjadi.
Setiap segmen masyarakat hendaknya fleksibel terhadap perubahan yang akan terjadi baik
cepat maupun lambat. Dengan keunggulan seperti itu, masyarakat akan mengurangi tingkat
pengaruh negatif dari perubahan ini. Arah timbulnya pengaruh pun dapat berasal dari dalam
maupun luar. Berikut adalah penjelasan faktor-faktor perubahan sosial berdasarkan arah
timbulnya pengaruh.
a. Internal Factor
Internal factor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu
yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri baik secara individu,
kelompok ataupun organisasi. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber
dari dalam masyarakat (sebab intern).
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
Pertambahan penduduk yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur
masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya. Salah satu contohnya disini
adalah orang akan mengenal hak milik atas tanah, mengenal system bagi hasil, dan yang
lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah mengenal. Sedangkan berkurangnya jumlah
penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan baik dalam pembagian kerja, maupun
stratifikasi social, hal tersebut akan mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
ada.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan
yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari
bentuk penemuan lama (invention). Suatu proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi
terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi. Proses tersebut
meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaanbaru yang tersebar ke lain-lain
bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan
akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat
terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat
ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian
ciptaan para individu. Discovery sendiri akan berubah menjadi invention, jika masyarakat
sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru tersebut.
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Pertentangan ini
bisa terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok.
Mmisalnya saja pertentangan antara generasi muda dengan generasi tua. Generasi muda
pada umumnya lebih senang menerima unsur-unsur kebudayaan asing, dan sebaliknya
generasi tua tidak menyenangi hal tersebut. Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan
perubahan dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akanm
membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berflaku pada lembaga-lembaga
kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau ide-ide
yang berbeda. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan
pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang
dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang
mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
b. External Factor
Selain internal factor, pada masyarakat juga dikenal external factor. External factor atau
faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang menyebabkan
timbulnya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang
bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu
daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut
mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan
alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat
memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat
menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan
ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Misalnya, terjadinya perang
antarsuku ataupun negara akan berakibat munculnya perubahan-perubahan, pada suku
atau negara yang kalah. Pada umunya mereka yang menang akan memaksakan kebiasaan-
kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya, atau kebudayaan yang dimilikinya
kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan. Contohnya, jepang yang kalah perang
dalam Perang Dunia II, masyarakatnya mengalami perubahan-perubahan yang sangat
berarti.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima
tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling
menolak, maka disebut cultural animosity. Adanya proses penerimaan pengaruh
kebudayaan asing ini disebut dengan akulturasi. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf
yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun
unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru
tersebut. Pengaruh-pengaruh itu dapat timbul melalui proses perdagangan dan penyebaran
agama.

3. Faktor Pendukung dan Penghalang Proses Perubahan

1. Faktor Pendukung Proses Perubahan pembangunan masyarakat

Terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, diakibatkan adanya faktor yang
mendorongnya, sehingga menyebabkan timbulnya perubahan. Faktor pendorong tersebut
menurut Soerjono Soekanto antara lain:
Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi adalah proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dengan proses
tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah
dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua masyarakat, hingga seluruh
masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Proses difusi dapat menyebabkan lancarnya proses perubahan, karena difusi memperkaya
dan menambah unsur-unsur kebudayaan yang seringkali memerlukan perubahan-
perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang lama dengan yang baru.
Sistem pendidikan formal yang maju
Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk memberikan
wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana caranya dapat berfikir
secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berfikir secara
obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap manusia untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuh kebutuhan zaman atau tidak.
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan dapat
menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya hadiah nobel,
menjadi pendorong untuk melahirkan karya-karya yang belum pernah dibuat.
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu akan
melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan oleh
masyarakat.
Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
Adanya system yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat menimbulkan
terdapatnya gerak social vertical yang luas atau berarti member kesempatan kepada para
individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan berakibat seseorang
mengadakan identifikasi dengan orang-orang yang memiliki status yang lebih tinggi.
Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga orang tersebut merasa memiliki
kedudukan yang sama dengan orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi.
Hal ini dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya
memiliki status yang tinggi tersebut.
Adanya penduduk yang heterogen
Terdapatnya penduduk yang memiliki latar belakang kelompok-kelompok social yang
berbeda-beda, misalnya ideology, ras yang berbeda akan mudah menyulut terjadinya
konflik. Terjdinya konflik ini akan dapat menjadi pendorong perubahan-perubahan sosial di
dalam masyarakat.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang panjang,
juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.
Adanya orientasi ke masa depan
Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan datang, dapat
berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam system social yang ada. Karena apa
yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa yang akan datang.
2. Faktor penghalang/penghambat perubahan pembangunan masyarakat
Di dalam proses perubhan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendorong saja, tetapi
juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor penghalang
tersebut antara lain:
Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat tersebut hidup
dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh masyarakat lain.
Sikap masyarakat yang tradisional
Adanya suatu sikap yang membanggakan dan
memperthankan tradisi-tradisi lama dari suatu
masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses
perubahan. Karena adanya anggapan bahwa perubahan
yang akan terjadi belum tentu lebih baik dari yang
sudah ada.
Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan
kuatnya.
Organisasi sosial yang telah mengenal system lapisan
dapat dipastikan aka nada sekelompok individu yang
memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan
tersebut. Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga
pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Pada
masyarakat yang mengalami transisi, tentunya ada
golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap
sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu
mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-
jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan
kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
Hal ini biasanya terjadi dalam suatu masyarakat yang
kehidupannya terasing, yang membawa akibat suatu
masyarakat tidak akan mengetahui terjadinya
perkenmbangan-perkembangan yang ada pada
masyarakat yang lainnya. Jadi masyarakat tersebut
tidak mendapatkan bahan perbandingan yang lebih
baik untuk dapat dibandingkan dengan pola-pola yang
telah ada pada masyarakat tersebut.
Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Anggapan seperti inibiasanya terjadi pada masyarakat
yang pernah mengalami hal yang pahit dari suatu
masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal yang baru dan
berasal dari masyarakat-masyarakat yang pernah
membuat suatu masyarakat tersebut menderita, maka
masyarakat ituakan memiliki prasangka buruk
terhadap hal yang baru tersebut. Karena adanya
kekhawatiran kalau hal yang baru tersebut diikuti
dapat menimbulkan kepahitan atau penderitaan lagi.
Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya usaha-
usaha untuk merubah unsur-unsur kebudayaan
rohaniah. Karena akan diartikan sebagai usaha yang
bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah
menjadi dasar yang kokoh bagi masyarakat tersebut.
Adat atau kebiasaan
Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi
suatu masyarakat akan selalu dipatuhi dan dijalankan
dengan baik. Dan apabila pola perilaku yang sudah
menjadi adat tersebut sudah tidak dapat lagi
digunakan, maka akan sulit untuk merubahnya, karena
masyarakat tersebut akan mempertahankan alat, yang
dianggapnya telah membawa sesuatu yang baik bagi
pendahulu-pendahulunya.
Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya proses
perubahan tersebut, secara umum memang akan
merugikan masyarakat itu sendiri. Karena setiap
anggota dari suatu masyarakat umumnya memiliki
keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih
daripada yang sudah didapatnya. Hal tersebut tidak
akan diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak
mendapatkan adanya perubahan-perubahan dan hal-
hal yang baru.
Faktor penghambat dari proses perubahan social ini,
oleh Margono Slamet dikatakannya sebagai kekuatan
pengganggu atau kekuatan bertahan yang ada di dalam
masyarakat. kekuatan bertahan adalah kekuatan yang
bersumber dari bagian-bagian masyarakat yang:
1. Menentang segala macam bentuk perubahan.
Biasanya golongan yang paling rendah dalam
masyarakat selalu menolak perubahan, karena mereka
memerlukan kepastian untuk hari esok. Mereka tidak
yakin bahwa perubahan akan membawa perubahan
untuk hari esok.
2. Menentang tipe perubahan tertentu saja, misalnya
ada golongan yang menentang pelaksanaan keluarga
berencanasaja, akan tetapi tidak menentang
pembangunan-pembangunan lainnya.
3. Sudah puas dengan keadaan yang ada.
4. Beranggapan bahwa sumber perubahan tersebut
tidak tepat. Golongan ini pada dasarnya tidak
menentang perubahan itu sendiri, akan tetapi tidak
menerima perubahan tersebut oleh karena orang yang
menimbulkan gagasan perubahan tidak dapat mereka
terima. Hal ini dapat dihindari dengan jalan
menggunakan pihak ketiga sebagai penyampai gagasan
tersebut kepada masyarakat.
5. Kekurangan atau tidak tersedianya sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan perubahan
diinginkan.
Hambatan tersebut selain dari kekuatan yang bertahan,
juga terdapat kekuatan pengganggu. Kekuatan
pengganggu ini bersumber dari:
1. Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat yang
bersaing untuk memperoleh dukungan seluruh
masyarakat dalam proses pembangunan. Hal ini dapat
menimbulkan perpecahan, yang dapat mengganggu
pelaksanaan pembangunan.
2. Kesulitan atau kekomplekkan perubahan yang
berakibat lambatnya penerimaan masyarakat terhadap
perubahan yang akan dilakukan. Perbaikan gizi,
keluarga berencana, konservasi hutan dan lain-lain,
adalah beberapa contoh dari bagian itu.
3. Kekurangan sumber daya yang diperlukan dalam
bentuk kekurangan pengetahuan, tenaga ahli,
keterampilan, pengertian, biaya dan sarana serta yang
lainnya.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Suatu perubahan social dalam kehidupan masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bertindak
sebagai pendukung dan penghambat jalannya proses
perubahan social tersebut. Faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri
(internal factor) serta juga dapat berasal dari luar
lingkupan masyarakat (External factor). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan perubahan masyarakat
berdasarkan arah antara lain, Internal Factor yang
didalamnya terdapat pelbagai faktor, Dinamika
Penduduk, Penemuan-penemuan baru, Munculnya
pertentangan, dan Terjadinya Pemberontakan.
Sedangkan faktor yang kedua adalah External Factor,
terdiri dari Bencana Alam, Perang dan Kebudayaan
masyarakat lain.
Faktor pendukung perubahan social antara lain, kontak
dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan formal
yang maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan
keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-
perbuatan yang menyimpang (deviation), sistem
terbuka pada lapisan masyarakat, adanya penduduk
yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu dan adanya
orientasi ke masa depan.
Faktor penghambat perubahan social antara lain,
perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat, sikap
masyarakat yang tradisional, adanya kepentingan yang
telah tertanam dengan kuatnya, kurangnya hubungan
dengan masyarakat lain, adanya prasangka buruk
terhadap hal-hal baru, adanya hambatan yang bersifat
ideologis dan adat atau kebiasaan.

3.2. Saran
Kita sebagai bidan sudah seharusnya dapat mengatasi
dan membantu masalah-masalah yang terjadi pada
masyarakat Indonesia yakni masyarakat pedesaan
maupun masyarakat perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta:


Rineke Cipta
Aryandini S, Woro. 2000. Manusia Dalam Tinjauan
Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-
Press)
Badrujaman, Aip. 2008. Sosiologi. Jakarta : Trans Info
Media
DepKes. 1995 Sosial Budaya DasarMA.103. Jakarta :
DepKes
 http://www.gudangmateri.com/2010/04/masyarak
at-desa-dan-masyarakat-kota.html

Anda mungkin juga menyukai