Anda di halaman 1dari 6

2.

2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Ikterus Neonatorum

2.2.1 Pengkajian Data

1. Anamnese Orang Tua/Keluarga

Ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal ikterus yang dini,
kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis (Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah). Ada saudara
yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter
kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu, ikterus kemungkinan karena pengaruh pregnanediol.

2. Riwayat Prenatal, Natal dan Post Natal

Riwayat Prenatal:

1) Komplikasi kehamilan (Infeksi seperti toxoplasmosis, sipilis, hepatitis, rubela, sitomegalovirus dan
herpes yang mana ditransmisikan secara silang ke plasenta selama kehamilan)

2) Konsumsi obat-obatan seperti sulfonamid, nitrofurantoin dan anti malaria

Riwayat Natal:

1) Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakan predisposisi
terjadinya infeksi

2) Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) ,
acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.

3) Bayi dengan apgar score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia) , acidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubn.

4) Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).

Riwayat Post Natal:

1) Kelainan kongenital

2) Virus (Hepatitis)

3) Trauma dengan hematoma atau injuri

4) Oral feeding yang buruk

3. Pola-pola Fungsi Kesehatan

1) Nutrisi : frekuensi bayi diberikan ASI agak jarang karena bayi tidak mau menghisap.

2) Eliminasi alvi (buang air besar): BAB kurang lebih 3-4 kali sehari, konsistensi lembek, dan berwarna
kuning agak pucat, bau khas (seperti dempul).
3) Eliminasi urin (buang air kecil): BAK kurang lebih 4-5 kali perhari, berwarna gelap, bau khas

4) Tidur dan istirahat: bayi lebih sering tertidur, dan sulit dibangunkan.

4. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun

2) Kepala leher

1. Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput/mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi
ikterus dengan melakukan tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih
(kuning)

2. Dapat juga dijumpai sianosis pada bayi yang hypoksia

3) Dada

1. Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas.

2. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya
infeksi

4) Perut

1. Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni berhubungan dengan
indikasi penatalaksanaan photo terapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.

2. Perut membuncit, muntah, mencret merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubun


enterohepatik

3. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella

5) Urogenital

1. Urine kuning dan pekat.

2. Adanya faeces yang pucat/acholis/seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari
gangguan/atresia saluran empedu

6) Ekstremitas

Menunjukkan tonus otot yang lemah

7) Kulit

1. Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas menurun.

2. Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.


8) Pemeriksaan Neurologis

Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain-lain menunjukkan adanya tanda-tanda kern ikterus

5. Pemer i ksaan Penunjang

1) Darah: DL, Bilirubin > 10 mg %

2) Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi

3) Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan

4) Screnning Ikterus melalui metode Kramer

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi

2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan jaundace

3) Perubahan temperatur tubuh berhubungan dengan phototerapi

4) Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan kemampuan menghisap menurun

5) Kecemasan meningkat berhubungan dengan terapi yang diberikan pada bayi

2.2.3 Perencanaan

a. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati

Tujuan: Tidak mengalami komplikasi dari phototerapi

Kriteria hasil:

1. Tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan temperatur, dan kerusakan kulit

2. Bayi terlindung dari sumber cahaya

Intervensi:

1) Lindungi mata bayi dengan penutup mata khusus

R/ menghindari kontak langsung mata dengan sinar

2) Cek mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi)

R/ mencegah keterlambatan penanganan

3) Letakkan bayi telanjang dibawah lampu dengan perlindungan mata dan kemaluan
R/ Pencahayaan maksimum dan merata serta organ vital terlindungi dari kerusakan

4) Monitor temperatur aksila

R/ pemaparan panas dengan sinar memungkinkan terjadinya ketidakstabilan suhu badan

5) Pastikan intake cairan adekuat

R/ Pemaparan panas meningkatkan penguapan yang harus segera diganti dengan intake cairan

6) Jaga bersihan perianal

R/ Menekan resiko iritasi kulit

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek dari phototerapi.

Tujuan: Klien tidak menunjukan gangguan integritas kulit

Kriteria Hasil:

1. Monitor adanya kerusakan integritas kulit

R/ Deteksi dini kerusakjan integritas kulit

2. Bersihkan kulit bayi dari kotoran setelah BAB dan BAK

R/ Faeces dan urine yang bersifat asam dapat mengiritasi kulit.

3. Pertahankan suhu lingkungan netral dan suhu axial normal

R/ Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering sehingga kulit mudah pecah

4. Lakukan perubahan posisi setiap 6 jam

R/ Perubahab posisi mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan mencegah penekanan yang berlebihan
pada satu sisi.

c. Resiko perubahan suhu tubuh (peningkatan suhu badan) berhubungan dengan pemajanan panas yang
lama sekunder foto terapi

Tujuan: Perubahan suhu dalam batas normal

Kriteria hasil:

Suhu badan dalam batas 36.5 0 C – 37.5 0 C

Intervensi:
1) Kontrol / obsevasi suhu badan setiap jam selama foto terapi berlangsung

R/ Perubahan suhu dapat terjadi dengan cepat akibat pemaparan sinar yang juga sebagi sumber panas.

2) Ubah posisi bayi setiap 2 jam

R/ Pemajanan yang merata dan bergantian mengurangi resiko tidak efektifnya pusat suhu badan

3) Hentikan/istirahatkan foto terapi bila suhu diatas 380 C.

R/ Semakin lama pemajanan semakin tinggi kemungkinan perubahan suhu banan

4) Kompres basah bila suhu meningkat

R/ Pemberian kompres mengurangi/sebagai media konduksi pembuangan panas

5) Kolaborasi dokter bila panas tidak/sulit turun/terlalu tinggi untuk mendapatkan antipiretik

d. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan intake tidak adekuat, kemapuan menghisap turun

Tujuan: tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi

Kriteria hasil:

1. Porsi minum habis

2. BB naik

3. Menghisap kuat

Intervensi:

1) Berikan nutrisi secara adekuat

R/ memperbaiki keadaan umum

2) Berikan minum tepat waktu dan sesuai ukuran dan kebutuhan

R/ mengganti cairan dan nutrisi yang hilang akibat terapi sinar

3) observasi kemampuan menghisap

R/ pemasukan nutrisi adekuat bila kemampuan mengisap baik

4) Pasang Sonde bila kemampuan mengisap turun

R/ meningkatkan intake melalui sonde karena gagal melalui mulut


5) Timbang BB setiap hari

R/ memantau perkembangan kebutuhan nutrisi

6) Kolaborasi ahli gizi

R/ pemberian nutrisi yang sesuai dan adekuat

e. Kecemasan meningkat berhubungan dengan terapi yang diberikan pada bayi

Tujuan: Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk
menyampaikan pada tim kesehatan.

Kriteria hasil :

Orang tua tidak cemas dengan terapi yang akan diberikan

Intervensi:

1) Kaji pengetahuan keluarga klien

R/ memudahkan dalam pemberian KIE

2) Beri pendidikan kesehatan penyebab, proses terapi, dan perawatan ikterus.

R/ menambah pengetahuan orang tua tentang tindakan yang akan dilakukan

3) Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi

R/ meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai