Ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal ikterus yang dini,
kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis (Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah). Ada saudara
yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter
kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu, ikterus kemungkinan karena pengaruh pregnanediol.
Riwayat Prenatal:
1) Komplikasi kehamilan (Infeksi seperti toxoplasmosis, sipilis, hepatitis, rubela, sitomegalovirus dan
herpes yang mana ditransmisikan secara silang ke plasenta selama kehamilan)
Riwayat Natal:
1) Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakan predisposisi
terjadinya infeksi
2) Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) ,
acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.
3) Bayi dengan apgar score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia) , acidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubn.
1) Kelainan kongenital
2) Virus (Hepatitis)
1) Nutrisi : frekuensi bayi diberikan ASI agak jarang karena bayi tidak mau menghisap.
2) Eliminasi alvi (buang air besar): BAB kurang lebih 3-4 kali sehari, konsistensi lembek, dan berwarna
kuning agak pucat, bau khas (seperti dempul).
3) Eliminasi urin (buang air kecil): BAK kurang lebih 4-5 kali perhari, berwarna gelap, bau khas
4) Tidur dan istirahat: bayi lebih sering tertidur, dan sulit dibangunkan.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
2) Kepala leher
1. Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput/mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi
ikterus dengan melakukan tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih
(kuning)
3) Dada
1. Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas.
2. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya
infeksi
4) Perut
1. Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni berhubungan dengan
indikasi penatalaksanaan photo terapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.
3. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
5) Urogenital
2. Adanya faeces yang pucat/acholis/seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari
gangguan/atresia saluran empedu
6) Ekstremitas
7) Kulit
Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain-lain menunjukkan adanya tanda-tanda kern ikterus
2.2.3 Perencanaan
Kriteria hasil:
1. Tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan temperatur, dan kerusakan kulit
Intervensi:
3) Letakkan bayi telanjang dibawah lampu dengan perlindungan mata dan kemaluan
R/ Pencahayaan maksimum dan merata serta organ vital terlindungi dari kerusakan
R/ Pemaparan panas meningkatkan penguapan yang harus segera diganti dengan intake cairan
Kriteria Hasil:
R/ Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering sehingga kulit mudah pecah
R/ Perubahab posisi mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan mencegah penekanan yang berlebihan
pada satu sisi.
c. Resiko perubahan suhu tubuh (peningkatan suhu badan) berhubungan dengan pemajanan panas yang
lama sekunder foto terapi
Kriteria hasil:
Intervensi:
1) Kontrol / obsevasi suhu badan setiap jam selama foto terapi berlangsung
R/ Perubahan suhu dapat terjadi dengan cepat akibat pemaparan sinar yang juga sebagi sumber panas.
R/ Pemajanan yang merata dan bergantian mengurangi resiko tidak efektifnya pusat suhu badan
5) Kolaborasi dokter bila panas tidak/sulit turun/terlalu tinggi untuk mendapatkan antipiretik
d. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan intake tidak adekuat, kemapuan menghisap turun
Kriteria hasil:
2. BB naik
3. Menghisap kuat
Intervensi:
Tujuan: Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk
menyampaikan pada tim kesehatan.
Kriteria hasil :
Intervensi: