Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

1. Liabilitas
1.1 Definisi
1.2 Pengakuan
1.3 Pengukuran
Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk
kewajiban adalah biaya historis. Pada transaksi sewa guna usaha kewajiban diakui
pada awal berdasarkan nilai wajar sewa atau nilai kini dari pembayaran sewa
minimum jika lebih rendah (IAS 17, ayat 20). Pada tahun-tahun berikutnya,
kewajiban diukur berdasarkan metode biaya diamortisasi, yaitu biaya dari kewajiban
pada awal (nilai wajar atau nilai tunai pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah)
disesuaikan dengan dasar tahunan untuk mencerminkan estimasi nilai saat ini.
Amortisasi sesuai dengan penyelesaian dengan utangnya. Pengalokasian biaya sesuai
dengan tahun yang menikmati. Utang tersebut harus dapat diukur secara reliable.
Biaya Pensiun
Di banyak negara pensiun ditetapkan oleh pemberi kerja untuk memberikan
manfaat pensiun untuk karyawannya. Pensiun adalah pembayaran oleh pemberi kerja
setelah karyawan tidak aktif lagi, diberikan sampai pegawai tersebut meninggal. Ada
unsur ketidakpastian sampai kapan kewajiban membayar pensiun itu masih ada.
Provisi dan Contingency
IAS 37 atau AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai:
1) Kemungkinan kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang
keberadaannya akan dikonfirmasi jika sudah terjadi atau tidak terjadinya satu
atau lebih peristiwa masa depan secara pasti tidak sepenuhnya dalam kendali
entitas, atau
2) Kewajiban masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui
karena:
a. tidak tahan kemungkinan arus keluar sumber daya dan manfaat ekonomi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut; atau
b. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang
cukup.
Jadi, utang contingency adalah utang yang timbul karena adanya peristiwa
yang akan datang mengenai apa yang terjadi dan tidak terjadi. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan dapat mempertimbangkan kebijakan untuk membuat provosion kerugian
yang tidak diasuransikan. Namun, kewajiban tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37
sampai terjadinya suatu peristiwa yang memerlukan pengorbanan aset oleh entitas
pelaporan. Seperti halnya utang garansi adalah utang yang timbul jika ada komplain
dari pelanggan mengenai produk perusahaan yang disertai dengan kartu garansi.
Kedua utang ini disusun berdasarkan fair value (berapa kemungkinan utang dari
komplain penjualan)

1.4 Penyajian
Pengakuan Liabilitas berdasarkan KDPPLK paragraf 91 yaitu liabilitas diakui
dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban saat
ini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal . dalam praktik,
kewajiban menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah pihak
(misalnya, liabilitas atas persediaan yang belum diterima) pada umunya tidak diakui
sebagai liabilitas dalam laporan keuangan. Namun demikian, kewajiban semacam itu
dapat memenuhi definisi liabilitas dan, kalau dalam keadaan tertentu criteria
pengakuan terpenuhi, maka kewajiban tersebut dapat dianggap memenuhi syarat
pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan liabilitas mengakibatkan pengakuan aset atau
beban yang bersangkutan
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan
kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan
jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada
kewajiban jangka panjang. hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk
mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua
kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah :
a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan, atau
b) Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca

1
Penyajian akun kewajiban lancar biasanya disajikan sbagai klasifikasi pertama
dalam kelompokkewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca.Dalam kelompok
kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam
jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya.
Penyajian akun kewajiban jangka panjang perusahaan yang mempunyai
banyak terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya
melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul
dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari
kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang
dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.

2. Ekuitas
2.1 Definisi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), menyebutkan ekuitas merupakan hak
residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Godfrey, Hodgson,
dan Holmes (1997) membedakan ekuitas dan kewajiban atas dasar kriteria, yaitu hak-hak
masing-masing pihak atas penyelesaian klaim, hak penggunaan aset dalam operasi,
substansi ekonomik perjanjian.
Hak kreditor berbeda dengan pemegang saham, kreditor berhak atas pelunasan
sedangkan pemegang saham berhak atas pembagian laba. Secara substansi ekonomik,
kreditor menanggung risiko lebih kecil sehingga mendapat imbalan tetap berupa bunga
dan pokok pinjaman sedangkan pemegang saham menanggung risiko lebih besar sehingga
berhak atas kembalian (rate of return) yang bervariasi melalui pembagian laba.
2.2 Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas pemegang saham diklasifikasikan menjadi dua komponen yaitu modal setoran
dan laba ditahan. Modal setoran dapat dipecah menjadi modal saham sebagai modal
yuridis, modal setoran tambahan, dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik
seperti saham treasuri atau modal sumbangan. Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos
yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen modal setoran lainnya atau laba ditahan
tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas pemegang saham.
2.3 Tujuan Penyajian Ekuitas
Tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham, yaitu menyediakan informasi
kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Tujuan
lainnya, yaitu menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan
2
pemegang ekuitas lainnya. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi harus disampaikan
tentang ekuitas pemegang saham, minimal: (1) sumber ekuitas pemegang saham beserta
riwayatnya, (2) peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengembalian
modal setoran kepada pemegang saham, dan (3) prioritas beberapa golongan pemegang
saham atau pemegang ekuitas lainnya.
2.4 Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Ditinjau dari beberapa sumber, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas
pemegang saham, yaitu:
1) Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham.
2) Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen.
3) Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/revaluasi aset fisis tertentu.
4) Jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham.
5) Sumber lainnya.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting dilakukan.
Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga
laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya
ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Secara yuridis karena modal setoran
merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan
bagi pihak lain. Dana hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar
biasa lainnya. Sementara, laba ditahan merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis dapat
digunakan untuk pembagian dividen.
2.5 Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan terdapat sejumlah
rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Modal
yuridis merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor oleh investor sehingga
membentuk modal yuridis. Tujuan penyajian modal yuridis adalah untuk memberikan
informasi kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya.
Modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang dikenal dengan nama modal saham.
Modal saham menunjuk jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai
nominal per saham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak
pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor
melebihi modal yuridis tersebut.
2.6 Modal Setoran Lain

3
Modal saham yuridis dapat saja disajikan sebagai suatu rincian dibawah judul “modal
setoran total”. Maka, neraca akan menjadi kurang informatif jika komponen-komponen
modal setoran dipisahkan tetapi tidak ditunjukkan totalnya. Transfer dari modal setoran ke
laba ditahan tanpa alasan yang kuat merupakan penyimpangan dari penalaran yang valid.
Berarti modal tidak dapat digunakan sebagai sumber laba ditahan. Begitupula tidak
sebagianpun dari jumlah rupiah telah diubah menjadi modal dengan proses kapitalisasi
yuridis.
2.7 Perubahan Modal Setoran
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran adalah untuk membedakan
secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi
modal. Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan
adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen. Adapun sumber yang dapat
mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoritisnya, yaitu:
a) Pemesanan Saham
Pada saat perseroan didirikan, perusahaan telah menetapkan apa yang disebut modal
dasar. Dengan autorisasi, perusahaan akan mencetak sertifikat saham. Bila saham terjual
dan pembeli telah membayar penuh kesepakatannya, sertifikat saham diserahkan kepada
pembeli sehingga secara fisis saham dalam portepel akan berkurang. Atas dasar konsep
kesatuan uasaha, jumlah rupiah yang diterima perusahaan akan menimbulkan atau
diimbangi dengan modal setoran.
b) Obligasi terkonversi atau berhak-tukar
Perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi dapat
ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak pemegang obligasi dalam periode konversi
tertentu. Obligasi mengandung sifat ekuitas dan kewajiban sehingga menimbulkan
masalah apakah perlu dipisahkan jumlah rupiah yang merepresentasi ekuitas dan yang
merepresentasi kewajiban. Jika hak tukar tersebut diambil, yang terjadi adalah perubahan
status kewajiban menjadi modal setoran.
c) Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar
Dengan pendekatan pertama, nilai nominal saham prioritas plus porsi premium/diskun
ditransfer ke modal pemegang saham dan premium/diskun modal pemegang saham biasa.
Tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut. Ini berarti jumlah
rupiah yang mula-mula diterima pada saat menerbitkan saham prioritas dianggap sebagai
modal setoran mula-mula untuk saham biasa.
4
d) Dividen saham
Dividen saham merupakan distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis
dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen saham tidak disertai
dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham
(stock split)
e) Hak beli saham, opsi, dan waran
Hak beli saham merupakan hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk
membeli sejumlah saham untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham yang lama.
Opsi saham merupakan instrument yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham
atau derivatif-saham yang digunakan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham
tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), waran merupakan efek yang diterbitkan
oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham
dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu.
f) Saham treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran merupakan penarikan kembali
saham untuk sementara menjadi saham treasuri. Adapun masalah teoritis pada saham
treasuri, yaitu: (1) penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan
modal setoran dan laba ditahan, dan (2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal
yuridis bila saham treasuri dijual kembali.
2.8 Perubahan Laba Ditahan
Jika pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap
dipertahankan, hanya terdapat dua faktor utama yang memengaruhi besarnya laba ditahan
yaitu laba atau rugi periodik dan pembagian dividen. Namun demikian, terdapat beberapa
hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu periode berubah selain karena
transaksi modal tetapi karena transaksi khusus, yaitu:
a) Penyesuaian periode lalu
Penyesuaian periode lalu merupakan perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang
memengaruhi operasi periode masa lalu bukan sebagai pengurang atau penambah
perhitungan laba tahun skearang tetapi sebagai penyesuai terhadap laba ditahan awal
periode sekarang.
b) Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
Kesalahan tidak segera diketahui dan akan ketahuan beberapa waktu atau bahkan
beberapa periode setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan. Untuk dapat disebut
5
kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari kesalahan hitung, kesalahan aplikasi atau
penerapan prinsip akuntansi, atau kekhilafan atau kekeliruan menggunakan fakta yang
tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan.
c) Pengaruh perubahan akuntansi
Karena alasan tertentu suatu perubahan mungkin melakukan kebijakan yang
mempunyai pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan
keuangan yang disebut dengan perubahan akuntansi. Terdapat tiga macam perubahan
akuntansi, yaitu:
1) Perubahan prinsip atau metode akuntansi.
2) Perubahan taksiran akuntansi.
3) Perubahan kesatuan pelaporan.
d) Kuasi-reorganisasi
Kuasi-reorganisasi biasanya dilakukan ketika terjadinya suatu defisit. Kuasi-
reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk
merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh
aset dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum.

6
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. (2014). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi Ketiga).


Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai