Proposal Tak Revisi Kelompok 1 Kelas 6

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI SOSIALISASI PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu : Endang Nurul Syafitri, S.Kep., Ns., MSN.

Disusun Oleh :
Kelompok 1 (Kelas 06)
1. Adrianie Moesnaningsih (20160124)
2. Christine Phatalo (20160122)
3. Desak Putu Ari Safitri (20160054)
4. Gusti Ayu Saraswati (20160106)
5. Hokpitasari Sumartiani (20160062)
6. Jeni Andrelyanis (20160001)
7. Jumratul Islam (20160111)
8. Kevin Richard Pratama (20160070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2021
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SOSIALISASI SESI I
KEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRI

A. Topik
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sosialisasi dengan memperkenalkan diri
pada pasien dengan isolasi sosial.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu memperkenalkan diri dan bersosialisasi dengan orang lain.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyebutkan nama lengkap.
b. Klien mampu mampu menyebutkan nama panggilan.
c. Klien mampu mampu menyebutkan alamat asal.
d. Klien mampu menyebutkan hobinya.

C. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, gangguan
tersebut mempengaruhi hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat
(Maramis, 2010). Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak
terjadi, gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi
kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan individu berinteraksi dengan
kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami skizofrenia
dalam hidup mereka, ditemukan terbanyak pada usia 15-35, dan dari 1000
orang dewasa 7 diantaranya mengalami skizofrenia (Elvira & Hadisukanto,
2010). Sementara hasil analisis terbaru yang dilakukan oleh World Health
Organization (WHO, 2013) menunjukkan terdapat sekitar 450 juta orang
menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia.
Menurut WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia
mencapai sekitar 400.000 orang atau 1,7 per 1000 penduduk. Prevalensi
gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0%. Provinsi dengan
prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur.
Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali
dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang memasung Anggota
Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat (14,3%) dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok yang
penduduk dengan kuintal indeks kepemilihan terbawah (19,5%) (Kemenkes RI,
2013). Menurut Dinas Kesehatan DIY tahun 2016, dari total penduduk DIY
sekitar 3.594 juta terdapat 12.322 merupakan orang dengan gangguan jiwa.
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami
penurunan atau sama sekali tidakmampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Yosep, 2011). Gangguan jiwa berdasarkan banyaknya fenomena
yang saat ini sering terjadi adalah dampak negatif dari isolasi sosial yang sering
dikenal dengan Skizofrenia. Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor
predisposisi diantaranyaperkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidakpercaya pada diri sendiri, tidak percaya pada
orang lain, ragu, takut salah, pesimis,putus asa terhadap orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, dan merasatertekan. Keadaan ini menurut
Kusumawati dan Hartono (2011) dapat menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebihmenyukai berdiam diri, menghindar
dari orang lain, dan kegiatan sehari-hariterabaikan dalam jurnal
(Efendi.S,Atih.R,2012). Selain itu, isolasi sosial menurut Fortinash (2011)
merupakan kondisi dimanapasien selalu merasa sendiri dengan merasa
kehadiran orang lain sebagai ancamandalam jurnal (Kirana Sukma Ayu
Candra, 2015). Menurut Damayanti (2012)Isolasi sosial dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu faktor predisposisi dan faktorpresipitasi. Pada faktor predisposisi
meliputi faktor perkembangan, faktor biologi,dan faktor sosial budaya.
Sedangkan pada faktor presipitasi terjadinya isolasisosial meliputi factor
internal maupun eksternal seperti stressor sosial budaya danstressor biokimia
dalam jurnal (Pandeirot,2015).
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain. Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang
menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
Dimana individu yang memiliki mekanisme koping adaptif, maka peningkatan
sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan individu yang mempunyai
mekanisme koping maladaptif, bila tidak segera mendapatkan terapi atau
penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak
dan lebih buruk. Menjelaskan bahwa untuk peningkatan sosialisasi pada klien
bisa dilakukan dengan pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(Prabowo, 2014: 239). Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri
dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi terapi aktivitas
kelompok sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan
jiwa dalam sebuah aktivitas secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi berupaya memfaslitasi kemampuan klien
dalam meningkatkan sosialisasi (Prabowo, 2014: 240). Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial
(Purwaningsih, 2012: 39).
Penatalaksanaan isolasi sosial salah satunya yaitu pemberian Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah
upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi pada klien yang mengalami
masalah hubungan sosial. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dilakukan
agar klien dapat melakukan dan berlatih sosialisasi dengan individu sekitar
secara bertahap mulai dari sesi I-VII. Salah satu sesi tersebut ialah sesi I :
memperkenalkan diri yang bertujuan melatih klien untuk dapat bersosialisasi
dengan orang lain (Beni Hermawan, 2015). Dari hasil observasi di wisma
melati, didapatkan sebanyak 6 orang pasien memiliki masalah keperawatan
isolasi sosial.
D. Seleksi Pasien
1. Kriteria Peserta Anggota Kelompok
a. Klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial dengan kondisi mulai
menunjukkan kemauan untuk melakukan interaksi sosial.
b. Klien yang bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok.
c. Klien yang kooperatif.
d. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal.
e. Jumlah pasien 6 – 8 orang.
2. Proses Seleksi
a. Berdasarkan observasi perilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh
perawat dengan menyeleksi sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
b. Berdasarkan informasi dari catatan medis.
c. Berdasarkan diskusi dengan perawat ruangan mengenai perilaku klien
sehari-hari serta kemungkinan dilakukan terapi kelompok pada klien.
d. Membuat kontrak waktu dan tempat dengan klien.

Daftar Nama Pasien:


No Nama Diagnosa
1 Ny. A Isolasi Sosial
2 Ny. C Isolasi Sosial
3 Ny. H Isolasi Sosial
4 Ny. N Isolasi Sosial
5 Ny. O Isolasi Sosial
6 Tn. M Isolasi Sosial

E. Jadwal Kegiatan
1. Tempat : Ruang Kegiatan di Wisma Tulip RSJ Respati
2. Lama Pelaksanaan : 30 menit
3. Waktu Pelaksanaan
a. Hari/ Tanggal : Rabu, 10 Maret 2021
b. Jam : 10.00 – 10.30 WIB
F. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan yaitu dinamika/diskusi kelompok serta
tanya jawab/sharring antar peserta.

G. Media dan Alat


1. Bola plastik
2. Laptop
3. Speaker
4. Lagu pengiring
5. Kertas
6. Spidol/pulpen

H. Pengorganisasian
1. Leader : Kevin Richard Pratama
Uraian Tugas :
a. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
b. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
c. Merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengembangkan jalannya
terapi aktivitas kelompok
d. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
e. Memimpin diskusi kelompok
f. Memberikan informasi.
g. Menetapkan tata tertib
h. Menutup acara
2. Co-Leader : Jumratul Islam
Uraian Tugas:
a. Mendampingi leader.
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke pemimpin tentang aktivitas
klien
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah dibuat.
d. Mengambil alih posisi leader jika kegiatan menyimpang dari tujuan
TAK atau blocking dalam proses terapi.
e. Mengingatkan leader tentang waktu
f. Bersama leader menjadi contoh bentuk kerjasama yang baik
g. Membantu leader mengorganisir kegiatan.
3. Fasilitator : Adrianie Moesnaningsih dan Jeni Andrelyanis
Uraian Tugas:
a. Memfasilitasi dan memberikan stimulus serta memotivasi klien yang
kurang aktif
b. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung
c. Mempertahankan kehadiran peserta
4. Observer : Desak Putu Ari Safitri
Uraian Tugas :
a. Mengobservasi jalannya atau proses kegiatan.
b. Mengamati dan mencatat perilaku verbal dan non verbal klien dan tim
terapis selama kegiatan TAK berlangsung.
c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok mulai dari persiapan, proses,
hingga penutupan.

I. Setting Tempat
Keterangan :

= Leader

= Co Leader

= Fasilitator

= Observer

= Peserta TAK

J. Program Antisipasi
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas :
a. Memanggil klien.
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain.
c. Mengajak klien bergabung.
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin :
a. Panggil nama klien.
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan.
3. Bila klien lain ingin ikut kegiatan TAK :
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih.
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti
oleh klien tersebut.
c. Jika ada klien yang ingin mengikuti kegiatan di harapkan untuk
memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
d. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini.
4. Bila ada klien yang tiba-tiba marah dan menggangu kegiatan terapi
a. Berikan teguran.
b. Tanyakan alasan mengapa klien marah.
c. Jika terlalu mengganggu pasien diberi hukuman atau disuruh untuk
meninggalkan tempat kegiatan dan tidak boleh lagi mengikuti
kegiatan terapi.

K. Langkah Kegiatan
1. Persiapan (5 menit)
a. Memilih klien sesuai dengan kriteria
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mengingatkan pasien terkait kontrak kegiatan sehari sebelum kegiatan.
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi (10 menit)
a. Salam teurapetik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
b. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan keluhan klien saat ini
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mampu memperkenal diri
dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, alamat asal,
dan hobi.
2) Menjelaskan aturan main:
a) Membacakan peraturan
b) Lama kegiatan 30 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Kerja (20 menit)
a. Menjelaskan kegiatan, yaitu lagu akan dihidupkan serta bola diedarkan
ke arah kanan dan pada saat lagu dihentikan maka anggota kelompok
yang memegang bola harus memperkenalkan dirinya dengan
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
b. Menghidupkan lagu dan mengedarkan bola ke arah kanan kepada
anggota lainnya.
c. Menghentikan lagu. Pada saat lagu dihentikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk memperkenalkan diri dengan
menyebutkan: salam, nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
d. Menulis nama panggilan pada papan nama.
e. Hidupkan kembali lagu dan edarkan bola ke arah kanan.
f. Ulangi poin b, c, dan d hingga semua anggota kelompok mendapatkan
giliran.
g. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
4. Terminasi (5 menit)
a. Evaluasi
1) Leader melakukan evaluasi subyektif (perasaan pasien setelah
terapi aktivitas kelompok)
a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
2) Leader melakukan evaluasi objektif (menanyakan hal-hal terkait
dengan topic TAK yang sudah dilakukan)
a) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan
nama salah satu anggota kelompok timnya.
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok berlatih memperkenalkan
diri dikehidupan sehari-hari.
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Menyepakati kegiatan selanjutnya yaitu melatih kemampuan
berkenalan dengan anggota kelompok.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
5. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
1. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
2. Fasilitator menempatkan diri ditengah-tengah klien
3. Observer menempatkan diri ditempat yang memungkinkan untuk
dapat mengawasi jalannya kegiatan
4. 100% klien yang mengikuti kegiatan dapat mengikutinya dengan
aktif dari awal sampai selesai .
b. Evaluasi Hasil
Setelah mengadakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi, hasil yang
diharapkan antara lain:
1. 100% klien mampu menyebutkan nama lengkapnya.
2. 100% klien mampu menyebutkan nama panggilannya.
3. 100% klien mampu menyebutkan asalnya.
4. 100% klien mampu menyebutkan hobinya.
c. Menggunakan format evaluasi standar

L. Tata Tertib
a. Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
b. Peserta berpakaian rapi dan bersih
c. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti
terapi aktivitas kelompok
d. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
e. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas
kelompok berlangsung
f. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh leader
g. Jika peserta ingin ke kamar mandi, peserta harus mengangkat tangan
terlebih dahulu dan bericara meminta izin kepada leader.
h. Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
i. Anggota harus bersikap terbuka
j. Waktu sesuai dengan yang sudah disepakati.
SESI 1 TAK STIMULASI SOSIALISASI
KEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRI

a. Kemampuan Verbal
No Aspek yang diniai Nama Pasien

1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan nama
bangsal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

b. Kemampuan Non Verbal


No Aspek yang Nama Pasien
diniai
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Mengguanakan
bahasa tubuh
yang sesuai
4 Mengikuti
kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
1. Dibawah judul pasien, tulis nama panggilan pasien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap pasien, semua dimulai dengan memberi tanda (√) jika ditemukan
pada pasien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemamuan yang ditemukan, jika mendapatkan nilai 3 atau 4
disebut mampu, dan jika nilai 0,1 atau 2 disebut belum mampu.

Lembar Penilaian Observasi Evaluasi Proses


No Nama Pasien Keaktifan Kerjasama Kedisiplinan Kreativitas
1
2
3
4
5
6
LEMBAR OBSERVASI

A. Evaluasi Proses
No Nama Pasien Keaktifan Kerjasama Kedisiplinan Kreativitas
1 Ny. A
2 Ny. C
3 Ny. H
4 Ny. N
5 Ny. O
6 Tn. M

B. Evaluasi Hasil
1. Kemampuan Verbal
No Aspek yang diniai Nama Pasien
Ny. A Ny. C Ny. H Ny. N Ny. O Tn. M
1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan nama
bangsal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

2. Kemampuan Non-Verbal
No Aspek yang Nama Pasien
Ny. A Ny. C Ny. H Ny. N Ny. O Tn. M
diniai
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Mengguanakan
bahasa tubuh
yang sesuai
4 Mengikuti
kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Keliat, Budi Anna. (2014). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktifitas Kelompok, Ed.2
Jakarta: EGC.
Nancye, P. M. & Maulidah, L. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial
Diagnosa Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth.
Prabowa, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medical Book.
Purwaningsih, W. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai