Definisi
Endokarditis, atau sering disebut endokarditis infektif, adalah infeksi pada permukaan
endokardium, yang dapat meliputi katup jantung (baik asli maupun prostetik), perangkat
jantung (cardiac device), maupun defek septum. Efek dari infeksi ini di antaranya adalah
terbentuknya abses, atau terjadi insufisiensi katup yang dapat menyebabkan gagal jantung.
Epidemiologi
Global
Berdasarkan data epidemiologi tahun 2009, insidensi endokarditis di Amerika Serikat
mencapai 12,7 kasus per 100.000 orang per tahun, dengan rasio hospitalisasi meningkat
2,4% setiap tahunnya sejak 1998-2009. [3]
Selain itu, data epidemiologi menunjukkan pergeseran usia pasien endokarditis di negara
maju, di mana rata-rata usia yang sebelumnya <30 tahun (1926), menjadi 40 tahun (1980),
dan sekarang bergeser >50 tahun (2009). [1,4] Perubahan data epidemiologi endokarditis di
negara maju pun menunjukkan bahwa etiologi endokarditis yang mulanya paling sering
disebabkan penyakit jantung rematik (seperti di negara berkembang saat ini), kini menjadi
etiologi degeneratif dan nosokomial. [1,3]
Indonesia
Data epidemiologi endokarditis di Indonesia masih belum ada hingga saat ini.
Mortalitas
Saat ini mortalitas endokarditis dilaporkan 25% meskipun dengan tatalaksana adekuat.[4]
Berdasarkan publikasi tahun 2016, mortalitas rawat inap (in hospital) diperkirakan 20% dan
meningkat antara 25-30% pada bulan ke-6, meski angka ini bervariasi tergantung dari
kondisi medis pasien dan patogen penyebab infeksinya.
Etiologi
Etiologi endokarditis pada umumnya terkait infeksi mikroorganisme patogen, tersering oleh
bakteri gram positif Streptococcus sp (S. viridans, S. bovis) atau Staphylococcus
sp. (S.aureus atau coagulase-negative staphylococci/CoNS) yang mencakup 80% kasus.
Selain itu, endokarditis juga dapat disebabkan infeksi enterococcus.[4]
Etiologi lain yang lebih jarang adalah organisme HACEK (Haemophilus sp, Aggregatibacter
sp, Cardiobacterium hominis, Eikenlla corrodens, Kingella sp), Pneumococcus, Candida, serta
bakteri gram negatif lainnya. [5]
Faktor Risiko
Faktor risiko endokarditis mencakup adanya kelainan jantung struktural, penggunaan katup
prostetik atau alat bantu jantung (pacemaker / cardioverter defibrillator), penuaan,
penggunaan obat intravena (intravenous drug user / IVDU), kondisi imunosupresi, dan
perawatan di rumah sakit.
Kelainan Jantung Struktural
Penuaan
Intravenous Drug User / IVDU
Kondisi Imunosupresi
Perawatan di Rumah Sakit
Patofisiologi
endokarditis pada dasarnya mencakup 3 proses yaitu kerusakan endotel, bakteremia dan
adhesi bakteri, serta invasi dan kolonisasi bakteri. [1,3]
Kerusakan Endotel
Normalnya, sel-sel endotel pada jantung yang sehat akan resisten terhadap bakteremia.
Akan tetapi, adanya kerusakan endotel akan menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi.
Kerusakan endotel dapat disebabkan berbagai hal seperti sklerosis valvular, valvulitis
rematik, atau infeksi bakteri langsung terutama Staphylococcus aureus, misalnya akibat
penyalahgunaan obat intravena (intravenous drug user/IVDU). Selain itu, trauma katup
jantung akibat prosedur medis dari kateter intravena atau pacing wire pun bisa
menyebabkan kerusakan endotel.
Diagnosis
Anamnesis
Gejala endokarditis seringkali nonspesifik. Pasien dapat mengeluhkan demam, mual,
muntah, pegal-pegal, atau memiliki gejala akibat emboli (batuk, sesak, gejala
neurologis/stroke), gejala jantung (nyeri dada, berdebar-debar, gangguan irama), atau
gejala ginjal (hematuria yang tidak nyeri).
Gali adanya riwayat penyakit sebelumnya, seperti faringitis streptokokus, penyakit jantung
rematik, sakit gigi, atau riwayat endokarditis sebelumnya.
Tanyakan riwayat operasi sebelumnya, seperti pemasangan katup prostetik, operasi gigi dan
mulut, serta paparan materi prostetik melalui intravaskular.
Pada pasien juga perlu ditanyakan riwayat dirawat di rumah sakit sebelumnya jika dicurigai
infeksi terkait fasilitas kesehatan.
Faktor risiko lain yang perlu ditanyakan adalah adanya tato dan penggunaan obat-obatan
terlarang intravena. [1-5]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya murmur, tanda acute kidney injury,
hingga Osler node atau Janeway lesion. Berikut adalah tanda yang mungkin muncul pada
pasien endokarditis serta persentase kemungkinan munculnya.
Manifestasi Klinis Endokarditis
Gejala Keterangan %
Perdarahan retina dengan titik tengah putih, terlihat
pada funduskopi 2-5%
Roth Spot
Komplikasi
Stroke 17-20%
Pemeriksaan adanya defisit neurologis fokal, refleks
Emboli non-stroke (fisiologis & patologis), saraf kranialis. Pemeriksaan 23-33%
sistem organ lengkap; hasil pemeriksaan normal masih
mungkin.
Gagal jantung Periksa tanda-tanda kongesti, JVP, rales pada basal paru, 14-33%
gallop S3, pitting edema
Abses miokard 14-20%
Periksa irama jantung regular/tidak, kekuatan pulsasi
Gangguan konduksi baru arteri perifer setiap denyut sama/tidak 8%
Diagnosis Banding
Endokarditis dapat didiagnosis banding dengan PJR , antiphospholipid syndrome, atrial
myxoma, dan Lyme disease.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terpenting pada endokarditis yaitu kultur darah dan pencitraan
ekokardiografi untuk menegakkan diagnosis endokarditis. Meskipun pemeriksaan
laboratorium lainnya masih digunakan untuk mengevaluasi manifestasi klinis endokarditis
untuk sistem organ lainnya, misalnya ginjal.
Kultur Darah
Pemeriksaan kultur darah untuk diagnosis endokarditis harus diambil setidaknya 3 sampel
terpisah dalam interval setidaknya 1 jam, dari 3 situs pungsi vena berbeda, dan sebelum
terapi antibiotik dimulai. Dengan cara demikian, 96-98% bakteremia dapat terdeteksi. [1,5]
Oleh karena bakteremia pada endokarditis terjadi kontinyu, pengambilan sampel darah
tidak perlu disesuaikan dengan waktu saat puncak demam.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi adalah modalitas pencitraan paling penting untuk menegakkan
diagnosis endokarditis. Gambaran yang bisa ditemukan antara lain: vegetasi atau abses,
dehisensi katup prostetik, perforasi katup, dan pseudoaneurisma.
Menurut publikasi terbaru tahun 2018, pemeriksaan pencitraan lainnya yang dapat
digunakan untuk kasus endokarditis adalah computed tomography scan / CT scan, terutama
CT scan angiografi atau dengan positron emission tomographic scan / PET scan.
CT scan angiografi dapat memvisualisasikan komplikasi paravalvular dengan baik (seperti
abses atau aneurisma), namun masih kurang sensitif dibanding ekokardiografi
transesofageal untuk mendeteksi vegetasi kecil. Sementara PET scan bermanfaat untuk
mendeteksi emboli perifer serta manifestasi infeksi kardiak serta ekstra kardiak. [2]
Pemeriksaan Laboratorium
Penatalaksanaan
endokarditis secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu medikamentosa dan
pembedahan.
Penatalaksanaan Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa yang paling utama untuk pasien endokarditis adalah
antibiotik. Terapi antibiotik dilakukan secara empiris , sementara menunggu hasil kultur.
Pada dasarnya, terapi antibiotik empiris harus mencakup bakteri Staphylococcus,
Streptococcus, dan Enterococcus.
Penatalaksanaan Pembedahan
Pasien endokarditis yang memerlukan penatalaksanaan pembedahan semasa hidupnya
berkisar antara 40-50%. Pada dasarnya, penatalaksanaan pembedahan pada endokarditis
dilakukan untuk 2 tujuan, yaitu mengangkat vegetasi infektif atau mengganti katup yang
terlibat. [1-3]
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien endokarditis, meliputi: