Kimia Dasar 1
AGNES ALDORA
H031 19 1053
KELOMPOK IV
PENDAHULUAN
Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman
modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di
zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi
teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam
basa. Akibat dari serangan teoritis ini, kimia menjadi studi yang sangat kuantitatif
(Takeuchi, 2006)
dan kesetimbangan reaksi sel elektrokimia (Muti’ah, 2015). Bila reaksi kimia telah
reaktan di bejana reaksi yang sama secara alami menyebabkan keadaan setimbang,
terlepas dari seberapa rumit reaksinya dan terlepas dari sfat proses kinetik untuk
Oleh karena itu, konsep kesetimbangan asam basa perlu untuk dipahami.
konsep ini, pH larutan akan mudah untuk ditentukan. Salah satu contoh reaksi
kesetimbangan kimia adalah pengenceran. Pada percobaan kali ini, bahan yang akan
dipakai adalah asam lemah HCOOH (asam formiat) dan CH 3COOH (asam
asetat/asam cuka). Asam lemah ini akan direaksikan dengan akuades (H2O) lewat
derajat ionisasi asam lemah yaitu dengan mengencerkan HCOOH dan CH3COOH,
termometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam dan basa pertamakali dapat dikenali dari sifat sederhananya, seperti
rasanya. Asam memiliki rasa asam dan basa memiliki rasa pahit. Selain itu, asam
dapat mengubah warna dari pewarna tertentu yang disebut indikator seperti indikator
lakmus dan indikator phenolphthalein. Asam akan mengubah warna kertas lakmus
dari biru menjadi merah dan pada indikator fenolftalein dari tidak berwarna akan
berubah menjadi warna merah muda. Sedangkan pada basa akan mengubah indikator
kertas lakmus dari merah ke biru dan pada indikator phenolphthalein dari tidak
berwarna menjadi merah muda. Dari perubahan warna ini, asam dan basa dapat
menetralkan, atau membalikkan, aksi satu sama lain. Selama netralisasi, asam dan
basa bereaksi satu sama lain untuk menghasilkan ion zat yang disebut garam
Dapat dikatakan bahwa Konsep asam Arrhenius adalah sebagai berikut: Asam
adalah zat yang ketika dilarutkan dalam air, meningkatkan konsentrasi ion
hidronium, H3O+ (aq). Untuk kesederhanaan, ahli kimia sering menggunakan notasi
H+ (aq) untuk ion H3O+ (aq) dan menyebutnya ion hidrogen. Namun, ion hidrogen
yang ada bukan berarti proton telanjang dalam air, tetapi suatu proton yang terikat
secara kimiawi dengan air yaitu, H3O+ (aq). Ion H3O (aq) itu sendiri terkait melalui
ikatan hidrogen dengan sejumlah molekul air. Basa, dalam konsep Arrhenius, adalah
zat yang ketika dilarutkan dalam air, meningkatkan konsentrasi ion hidroksida, OH-
(aq) (Ebbing dan Gamon, 2009). Brønsted dan Lowry mengembangkan definisi
umum tentang asam dan basa. Menurut mereka Asam adalah molekul yang memiliki
karakter untuk menyumbangkan ion Hidrogen. Basa didefinisikan sebagai molekul-
molekul yang memiliki karakter untuk menerima proton. Dalam reaksi ini, transfer
proton antar reaktan. Karena asam ini melibatkan transfer ion H + disebut sebagai
asam-basa konjugat, yang dapat didefinisikan sebagai asam dan basa konjugatnya
atau basa dan asam konjugatnya. Basa konjugat dari asam Brønsted adalah spesies
yang tersisa ketika satu proton telah dihapus dari asam. Sebaliknya, asam konjugat
dihasilkan dari penambahan proton ke basa Brønsted. Setiap asam Brønsted memiliki
basa konjugat, dan setiap basa Brønsted memiliki asam konjugat (Chang, 2010).
bahwa konsep asam dan basa dapat digeneralisasi untuk memasukkan reaksi oksida
asam dan basa dan banyak reaksi lainnya, serta reaksi transfer proton. Menurut
konsep ini, asam Lewis adalah spesies yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan
menerima pasangan elektron dari spesies lain; dasar Lewis adalah spesies yang dapat
Teori Lewis tentang asam dan basa menyatakan bahwa Asam berperan
Elektron sangat berbeda dari yang sebelumnya karena teori ini tergantung pada
Setiap asam dan basa memiliki kekuatannya masing-masing, hal ini dapat
elektronegativitas lebih banyak di antara atom atau molekul. Contoh : H 2SO4, HCl,
b) Asam lemah
c) Basa kuat
d) Basa lemah
lebih sedikit di antara atom atau molekul. Contoh : NH4OH dan Mg(OH)2.
Indikator asam basa adalah suatu senyawa organik yang dapat berubah warna
dengan berubahnya pH, biasa digunakan untuk membedakan suatu larutan bersifat
asam atau basa dengan cara memberikan perubahan warna yang berbeda pada larutan
Indikator asam basa yang sering digunakan di Laboratorium kimia saat ini
trayek pH yang ditunjukkan oleh perubahan warna pada kondisi asam dan basa serta
Indikator adalah senyawa organik yang juga disebut sebagai pewarna celup.
Sedangkan sebagian besar pewarna tersebut tidak berubah warna dengan jumlah
asam atau basa yang ada. Ada banyak molekul, yang dikenal sebagai indikator
besar indikator itu sendiri adalah asam lemah (Yadav dkk., 2016).
Pada eksperimen asam-basa, khusunya pada penentuan sifat asam, basa atau
netral suatu larutan dibutuhkan alat bantu atau media yang dikenal dengan larutan
atau kertas indikator. Indikator asam-basa dapat dibuat dari bahan alami dengan
mengekstrak bagian dari tanaman. Beberapa tanaman seperti ubi ungu, bunga pukul
empat, bunga kana, bunga tapak dara, bunga mata kucing, bunga pacar ungu, bunga
kenikir, bunga terompet ungu dan bunga kangkung telah digunakan sebagai indikator
perubahan warna pada lingkungan pH yang berbeda, bahkan dapat dijadikan dasar
jelas pada kondisi asam maupun basa, oleh karena itu hanya beberapa saja yang
dapat dipakai, misalnya; bunga sepatu yang memberikan perubahan warna merah
pada suasana asam dan hijau pada suasana basa, bunga mawar yang memberikan
perubahan warna merah dan kuning, bunga waru yang memberikan perubahan warna
merah dan hijau, dan bunga johar yang memberikan perubahan warna kuning dan
hanya dilakukan dalam waktu singkat karena mengingat salah satu kelemahan dari
METODELOGI PERCOBAAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan asam formiat
(HCOOH) 0,1 M, larutan asam cuka (CH 3COOH) 0,1 M, aquades (air suling), dan
ketas pH universal.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet volume 5mL, pipet
skala 10mL, pipet tetes, labu takar 50 mL, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 100mL,
secukupnya ke dalam gelas kimia. Dipipet 5 mL larutan asam formiat 0,1 M dan
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan akuades hingga tanda batas
dan dihomogenkan. Di masukkan kedalam gelas kimia lain. Lalu diukur suhu dan pH
larutan dengan digunakan termometer dan pH universal. Diberi label sesuai dengan
konsentrasi. Diambil 5 mL larutan asam formiat 0,01 M sisa dari tahap sebelumnya
dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan akuades hingga tanda
batas dan dihomogenkan. Lalu diukur pH dan suhu larutan dengan digunakan kertas
Selanjutnya, hal yang sama dilakukan untuk konsentrasi 0,001 M, 0,0001 M, dan
0,00001 M.
3.3.2 Pengenceran Larutan Asam Asetat (CH3COOH)
Disiapkan labu takar 50 mL dan gelas kimia. Diambil asam asetat secukupnya
ke dalam gelas kimia. Dipipet 5 mL larutan asam asetat 0,1 M dan dimasukkan ke
dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan akuades hingga tanda batas dan
dihomogenkan. Di masukkan kedalam gelas kimia lain. Lalu diukur suhu dan pH
larutan dengan digunakan termometer dan pH universal. Diberi label sesuai dengan
konsentrasi. Diambil 5 mL larutan asam asetat 0,01 M sisa dari tahap sebelumnya
dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan akuades hingga tanda
batas dan dihomogenkan. Lalu diukur pH dan suhu larutan dengan digunakan kertas
Selanjutnya, hal yang sama dilakukan untuk konsentrasi 0,001 M, 0,0001 M, dan
0,00001 M.
BAB IV
A 3 4
B 4 5
C 5 6
D 6 7
E 7 7
terhadap pH larutan. Pada percobaan (e) asam asetat kesalahan terjadi pada proses
Akibatnya, harga pH yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu,
tetap 7.
4.2 Pengaruh Konsentrasi terhadap pH
Semakin renah kosentrasi atau ke pekatan larutan, maka pHnya juga akan
semakin rendah. Hal ini disebabkan karena keasaman larutan perlahan memudar.
pH larutan. Pada percobaan (e) asam asetat kesalahan terjadi pada proses pengeceran
yaitu, praktikan menambahkan aquades lewat dari batas tanda. Akibatnya, harga ph
yang didapatkan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu, tetap 7.
kesetimbangan suatu larutan. Pada percobaan (e) asam asetat kesalahan terjadi pada
proses pengeceran yaitu, praktikan menambahkan aquades lewat dari batas tanda
Asam lemah merupakan suatu senyawa yang jika terionisasi hanya dapat
terhadap derajat ionisasi suatu asam lemah. Pada percobaan (e) asam asetat,
lewat dari batas tanda sehingga, derajat ionisasi asam asetat pada percobaan (e)
berbeda dengan derajat ionisasi asam asetat pada percobaan (a), (b), (c), dan (d).
BAB V
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut”
2. semakin larutan diencerkan, harga pH larutan akan naik dan mendekati harga pH
3. derajat ionisasi suatu larutan asam lemah tidak dipengaruhi oleh pengenceran
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Percobaan selanjutnya
Brown, T.E., LeMay, H. E., Bursten, B.E., Murphy, C.J. dan Woodward, P.M., 2012,
Twelfth Edition Chemistry : The Central Science, Pearson Prentice Hall, New
York.
Ebbing, D.D. dan Gammon, S.D., 2009, General Chemistry Ninth Edition, Houghton
Mifflin Company, Boston.
Rahmawati, Yanti, N. dan Ratman, Indikator Asam Basa dari Bunga Dadap Merah
(Erythrina crista-galli L.), Jurnal Akaemika Kimia, 5(1): 29-36.
Sukemi, Usman, Putra, B.I., Purwati, W., Rahmawati, N.N. dan Pradani, S.D.A.,
2017, Indikator Asam Basa dari Ekstrak Etanol Pucuk Daun Pucuk Merah
(Syzygium oleana), JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia),
2(3): 139-144.
Yadav, R., Srivastav, S. dan Shukla, C., 2016, Acid Base Basic Concept, IJMCA,
6(1): 40-43.
Lampiran 1. Bagan Kerja
Hasil
Hasil
Hasil
d) Asam Formiat sisa percobaan c
- Diambil 5mL larutan asam formiat sisa percobaan c
Hasil
Hasil
Hasil
b) Asam asetat sisa percobaan a
Hasil
Hasil
Hasil
e) Asam asetat sisa percobaan d
Hasil
Lampiran 2. Perhitungan
A. Pengenceran
1. Asam Formiat
a) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,1) = (50)(M2)
0,5
M2 =
50
M2 = 0,01
b) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,01) = (50)(M2)
0,05
M2 =
50
M2 = 0,001
c) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,001) = (50)(M2)
0,005
M2 =
50
M2 = 0,0001
d) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,001) = (50)(M2)
0,0005
M2 =
50
M2 = 0,00001
e) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,00001) = (50)(M2)
0,00005
M2 =
50
M2 = 0,000001
2. Asam Asetat
a) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,1) = (50)(M2)
0,5
M2 =
50
M2 = 0,01
b) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,01) = (50)(M2)
0,05
M2 =
50
M2 = 0,001
c) V1 M1 = V2 M2
(4)(0,001) = (40)(M2)
0,0 04
M2 =
40
M2 = 0,0001
d) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,0001) = (50)(M2)
0,0005
M2 =
50
M2 = 0,00001
e) V1 M1 = V2 M2
(5)(0,00001) = (50)(M2)
0,00005
M2 =
50
M2 = 0,000001
B. Konstanta
[10 -pH ]2
a) Ka =
[M]
[10 -3 ]2
=
[0,01]
= 10-4
[10 -pH ]2
b) Ka =
[M]
[10 -4 ]2
=
[0,001]
= 10-5
[10 -pH ]2
c) Ka =
[M]
[10 -5 ]2
=
[0,0001]
= 10-6
[10 -pH ]2
d) Ka =
[M]
[10 -6 ]2
=
[0,00001]
= 10-7
[10 -pH ]2
e) Ka =
[M]
[10 -7 ]2
=
[0,000001]
= 10-8
[10 -4 ]2
=
[0,01]
= 10-6
[10 -pH ]2
b) Ka =
[M]
[10 -5 ]2
=
[0,001]
= 10-7
[10 -pH ]2
c) Ka =
[M]
[10 -6 ]2
=
[0,0001]
= 10-8
[10 -pH ]2
d) Ka =
[M]
[10 -7 ]2
=
[0,00001]
= 10-9
[10 -pH ]2
e) Ka =
[M]
[10 -7 ]2
=
[0,000001]
= 10-8
C. Derajat Ionisasi
[10 -pH ]
a) α = 100%
[M]
[10 -3 ]
= 100%
[0,01]
= 10 %
[10 -pH ]
b) α = 100%
[M]
[10 -4 ]
= 100%
[0,001]
= 10 %
[10 -pH ]
c) α = 100%
[M]
[10 -5 ]
= 100%
[0,0001]
= 10 %
[10 -pH ]
d) α = 100%
[M]
[10 -6 ]
= 100%
[0,00001]
= 10 %
[10 -pH ]
e) α = 100%
[M]
[10 -7 ]
= 100%
[0,000001]
= 10 %
[10 -4 ]
= 100%
[0,01]
=1%
[10 -pH ]
b) α = 100%
[M]
[10 -5 ]
= 100%
[0,001]
=1%
[10 -pH ]
c) α = 100%
[M]
[10 -6 ]
= 100%
[0,0001]
=1%
[10 -pH ]
d) α = 100%
[M]
[10 -7 ]
= 100%
[0,00001]
=1%
[10 -pH ]
e) α = 100%
[M]
[10 -7 ]
= 100%
[0,000001]
= 10 %
Lampiraan 3. Dokumentasi