Anda di halaman 1dari 2

Manusia...

bila berbicara tentang manusia, jujur saja, masih banyak hal-hal yang tidak aku
mengerti tentang manusia, termasuk untuk mengerti tentang diriku sendiri sebagai seorang
manusia. Dari dulu kita selalu diajarkan bahwa manusia adalah makhluk hidup yang sangat
istimewa karena diciptakan serupa dengan Allah dan juga mempunyai akal budi untuk
mampu membedakan mana yang benar maupun mana yang salah. Namun, seringkali hal
tersebut malah menjadi suatu kontradiksi. Contohnya, saat seorang anak berkata bahwa ia
lapar kepada ibunya, lalu sang ibu memberinya sepiring nasi dengan sayur dan sepotong
tempe sebagai hidangannya. Tiba-tiba sang anak protes bahwa makanannya tidak enak,
bahwa ia tidak suka sayur, bahwa dia bosan dengan menu yang itu-itu saja. Lantas, apakah
hal itu terjadi karena kesalahan sang ibu? Ini yang menarik, kita bisa meihat segala hal yang
dilakukan oleh manusia dalam berbagai macam sudut pandang. Kita bisa bilang sang ibu
salah karena tidak bertanya terlebih dahulu apa yang ingin dimakan oleh sang anak, kita juga
bisa bilang bahwa sang ibu kurang memahami keinginan sang anak, tapi apakah semuanya
100% kesalahan sang ibu? Tentu tidak. Sang ibu melakukan hal yang benar dengan menuruti
keinginan anaknya yang bilang bahwa ia lapar dengan memberi sang anak makanan, lantas,
bagaimana dengan sang anak? Apakah ia pantas memprotes kebaikan dari ibunya? Itulah
yang pantas kita renungkan. Terkadang manusia tidak menggunakan apa yang kita miliki
dengan maksimal. Kita hanya termakan oleh perasaan dan emosi yang menghinggapi kita
sesaat saja namun sudah cukup untuk membutakan hati seorang manusia. Lalu apa yang
terjadi selanjutnya, ya, adalah penyesalan dan penyesalan. Ya manusia adalah makhluk yang
hidup dengan penuh penyesalan. Memang, harus diakui bahwa manusia bukanlah makhluk
yang sempurna, namun, apakah hal tersebut menjadi alasan untuk manusia tidak sungguh-
sungguh dalam melakukan suatu hal? Jujur saja, saya paling tidak menyukai alasan yang
seperti itu. Usaha yang maksimal maupun tidak, dapat dilihat dari perbuatan dan tindakan
yang dilakukan, bukan dari ucapan dan kata-kata. Manusia pun juga adalah makhluk yang
penuh dengan kebingungan. Mengapa saya mengatakan hal tersebut? Ya, karena saya telah
mengalaminya sendiri. Suatu waktu ada seorang guru yang sedang mengajar di kelas. Seusai
kelasnya berakhir, ia meminta murid-muridnya untuk mengajukan pertanyaan karena ia
menganggap kelasnya terlalu pasif. Setelah sekian waktu akhirnya ada siswa yang
melontarkan pertanyaan, apa yang terjadi? Ya, bukannya memberikan penjelasan yang baik,
sang guru malah membalas dengan mengucuapkan bahwa pertanyaan tersebut adalah
pertanyaan yang bodoh, tidak berbobot, dan sebagainya...jujur, saya heran, apa sih
sebenarnya kemauan dari seorang manusia, apakah sesulit itu untuk memahami keinginan
dari seorang manusia?? Setelah sekian lama merenungkan dan memikirkannya saya juga
masih belum dapat menemukan jawabannya...Manusia juga merupakan makhluk yang penuh
dengan janji, hmm hal ini menarik bila dibicarakan dan cukup sensitif sebenarnya. Sekarang,
sudah berapa banyak janji yang telah kita ucapkan dan gagal untuk kita tepati entah karena
sengaja maupun tidak disengaja? Ya, itu tidak mengagetkan sih, termasuk saya pun juga
terkadang gagal untuk menepati janji, karena yang memberikan contoh tersebut tidak lain
tidak bukan adalah para petinggi negara ini...Nah karena itu kita jadi berpikir, haruskah janji
itu ditepati? Seberapa tinggi sih nilai dari sebuah janji? Apakah janji itu nilainya berbeda jika
orang yang kita buat janji itu berbeda? Kalau menurut pandangan saya sendiri sih, janji
adalah janji, tanggung jawab yang besar. Mengapa? Karena kita telah membuat suatu ikatan
dengan orang lain baik lisan maupun tulisan, dan kita juga telah memberi orang lain harapan,
siapa yang menjadi saksi atas janji yang kita buat? Tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan
Yang Maha Kuasa. Jadi menurut saya sesepele apapun janji yang telah dibuat, pastikan untuk
menepatinya, jangan membuat janji yang tidak dapat ditepati, apalagi janji palsu...Orang
bilang manusia adalah makhluk sosial, ya kita tidak akan dapat hidup tanpa orang lain. Yang
mau saya bahas disini adalah teman dan sahabat. Jujur, saya baru merasakan berharganya
teman dan sahabat setelah saya lama tidak bertemu dengan mereka. Bereuni dengan mereka
merupakan suatu hal yang sangat amat berharga dan indah, meskipun hanya acara kecil
seperti olahraga bersama, saling berbagi pengalaman kuliah, makan, dan bermain
kartu...wow, memang tiada duanya. Kalau zaman dulu sih, karena mungkin seringnya kita
bertemu di sekolah jadi seakan-akan bosan bahkan untuk liat wajahnya pun kita berpikir
dahulu, dia lagi, dia lagi. Tapi itulah, setelah lama berpisah dan akhirnya bertemu lagi, saya
merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Suatu barang akan semakin mahal harganya apabila
barang tersebut semakin langka...ya, mungkin itulah yang cocok untuk peristiwa ini, tapi
jujur saja, saya sangat bahagia dan puas.

Anda mungkin juga menyukai