Anda di halaman 1dari 14

Nama : Muthia Sheila Azahra

Nim/ No.Absen :185231084/ 02

Kelas : Profesional 5E

(UAS Manajemen Risiko Bank Syariah)

1. Satuan kerja manajemen risiko merupakan bagian dari struktur organisasi Bank yang
bersifat struktural. SKMR harus independen terhadap satuan kerja operasional dan
terhadap satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian intern. sifat independen
tersebut tercermin dari adanya pemisahan fungsi dan tugas antara satuan kerja
manajemen risiko dengan satuan kerja operasional dan satuan kerja yang melaksanakan
fungsi pengendalian intern dan proses pengambilan keputusan. Pertanyaannya apa saja
yang termasuk dalam wewenang dan tanggung jawab satuan kerja manajemen risiko?
Jawab:
Wewenang dan tanggung jawab satuan kerja manajemen resiko meliputi:
 Satuan kerja manajemen risiko memiliki wewenang dalam melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap calon nasabahnya.

 Satuan kerja manajemen risiko memiliki wewenang untuk menyusun mekanisme


persetujuan transaksi antara pihak terkait.

 Memiliki tanggung jawab atas persetujuan transaksi dan memberikan laporan serta
mengendalikan risiko.

 Pemantauan pelaksanaan strategi manajemen risiko yang telah disetujui oleh direksi.

 Pemantauan posisi risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko, dan perjenis
aktivitas fungsional serta melakukan stress testing.

 Kajian ulang secara berkala terhadap proses manajemen risiko

 Pengkajian usulan aktivitas dan/ atau produk baru


 Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk mengukur
risiko, bagi bank yang menggunakan model keperluan intern(internal model)

 Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja profesional (risk-taking unit)dan /atau


kepada komite manajemen risiko, sesuai kewenangan yang dimiliki

 Menyusun dan menyampaikan laporan profil risiko kepada direktur utama atau direktur
yang ditugaskan secara khusus dan komite manajemen risiko secara berkala.

2. Profil risiko adalah gambaran keseluruhan Risiko yang melekat pada operasional bank
syariah baik BUS maupun UUS sedangkan risiko inheren merupakan Risiko yang
melekat pada kegiatan bisnis bank syariah baik yang dapat dikuantifikasikan maupun
yang tidak. Pertanyaannya, Bagaimana cara menilai risiko inheren atas risiko pasar dan
apa saja parameter atau indikator yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian?
Jawab:

Cara dalam melakukan penilaian Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan
rekening administratif termasuk transaksi derivatif, 30 akibat perubahan dari kondisi
pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko
suku bunga, Risiko nilai tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko suku bunga
dapat berasal baik dari posisi trading book maupun posisi banking book. Penerapan
Manajemen Risiko untuk Risiko ekuitas dan komoditas wajib diterapkan oleh Bank yang
melakukan konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Cakupan posisi trading book dan
banking book mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum dengan memperhitungkan Risiko Pasar. Dalam menilai Risiko inheren
atas Risiko Pasar, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) volume dan komposisi
portofolio, (ii) kerugian potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga dalam Banking
Book (Interest Rate Risk in Banking BookIRRBB) dan (iii) strategi dan kebijakan bisnis.
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Pasar menggunakan parameter/indikator
Risiko inheren dengan berpedoman pada lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011.

3. Bagaimana sebuah perbankan melakukan penilaian inheren atas risiko likuiditas dan
apa saja parameter yang digunakan atau parameter yang bisa digunakan?
Jawab:
Sebuah perbankan melakukan penilaian inheren atas risiko likuiditas dengan dasar
pemenuhan kewajiban jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan berpedoman
pada lampiran SE BI No.13/24/DPNP/2011. Kemudian parameter yang digunakan seperti
1) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif; 2) konsentrasi
dari aset dan kewajiban; 3) kerentanan pada kebutuhan pendanaan; 4) akses pada sumber-
sumber pendanaan.

4. Lembaga Keuangan Syariah di Malaysia menerapkan Kebijakan Profit Equalization


Reserve (PER) & Investment Risk Reserve (IRR) untuk menjaga agar bagi hasil yang
diperoleh nasabah tidak terlalu fluktuatif dan juga untuk memitigasi terjadinya
Displaced Commercial Risk, bagaimana pendapat anda terhadap kebijakan tersebut?
Jawab:

Menurut saya kebijakan tersebut sangat tidak sesuai untuk diterapkan dalam
perbankan syariah. Karena dalam penerapan kebijakan tersebut akan ada pihak yang
dirugikan, dan jika ditelusuri lebih jauh kebijakan ini sama seperti dengan bank-bank
konvensional yang lainnya. Artinya penerapan kebijakan PER dan IRR bukanlah
kebijakan yang seharusnya diterapkan pada perbankan syariah. Selain itu menurut saya
Profit Equalization Reserve (PER) & Investment Risk Reserve (IRR) ini dapat
bertentangan dengan syariah jika hal terpenting dalam perbankan syariah tidak dilakukan,
yaitu bank syariah diharuskan untuk memperoleh persetujuan dari pemilik rekening
investasi terlebih dahulu untuk menerapkannya karna jika tidak, maka akan menimbulkan
ketidakadilan bagi pemegang rekening investasi yang mana mereka tidak mendapat bagi
hasil yang penuh karena dana mereka telah dikurangi oleh bank syariah unuk
dicadangkan dan perbuatan ini mengurangi hak manusia. Jadi pemilik rekening harus
mengetahui dan menyetujui dan menurut saya boleh-boleh saja.

5. Dalam pengukuran risiko likuiditas setidaknya harus meliputi empat hal seperti rasio
likuiditas, profil maturitas, proyeksi arus kas dan stress testing. Jelaskan apa dimaksud
dengan hal tersebut?
Jawab:
 Rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang mendeskripsikan indikator likuiditas
dan/atau mengukur kemampuan sebuah perbankan untuk memenuhi kewajiban dalam
jangka pendek.
 Profil maturitas merupakan proses pemetaan aset, kewajiban, dan rekening
administratif dalam kurun waktu tertentu dengan berdasarkan sisa jangka waktu hingga
jatuh tempo.
 Proyeksi arus kas merupakan proyeksi seluruh arus kas masuk dan arus kas keluar,
meliputi kebutuhan pendanaan dalam memenuhi komitmen dan kontinjensi pada
transaksi rekening administratif.
 Stress testing merupakan pengujian terhadap kemampuan perbankan untuk memenuhi
kebutuhan likuditas pada kondisi krisis dengan menggunakan skenario stress secara
spesifik pada perbankan maupun stress pada pasar.

6. Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati dan merupakan risiko
paling fundamental pada operasional bank. Risiko kredit meliputi risiko konsentrasi
pembiayaan, counterparty risk, settlement risk, serta risiko kredit akibat country risk.
Pertanyaannya, Bagaimana menilai risiko inheren atas risiko kredit, dan apa saja
parameter atau indikator yang digunakan?
Jawab:

Perbankan menilai risiko inheren atas risiko kredit dengan menggunakan indikator
risiko inheren yang berpedoman pada lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011. Beberapa
parameter yang digunakan adalah komposisi portfolio aset dan tingkat konsentrasi,
kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan, strategi penyediaan dana dan
sumber timbulnya penyediaan dana, dan faktor eksternal.

7. Dalam risiko kredit, konsentrasi penyediaan dana bank kepada peminjam atau
sekelompok peminjam merupakan salah satu penyebab kegagalan usaha Bank. Dalam
rangka menghindari kegagalan Bank sebagai akibat konsentrasi penyediaan dana bank
wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana dengan menerapkan
penyebaran atau diversifikasi portofolio penyediaan dana yang diberikan atau dikenal
dengan istilah Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) dalam terminologi bank
konvensional dikenal sebagai batas maksimum penyaluran kredit pertanyaannya.
Bagaimana penerapan BMPD pada perbankan?
Jawab:

Penerapan BMPD pada perbankan untuk meminimalisir risiko kredit adalah dengan
melakukan perjanjian dengan pihak yang terkait, yaitu dengan penetapan penyaluran dana
maksimal 10% dari modal. Selain itu BMPD sebelumnya dihitung dengan berdasarkan
nominal Penempatan Dana Antar Bank, serta pembiayaan dihitung dengan berdasarkan
baki debet Pembiayaan.

8. Buatlah analisa anda terkait risiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh perbankan
syariah dan bagaimana langkah mitigasi risikonya dengan berdasarkan akad nya
(murabahah, musyarakah, mudharabah)!
Jawab:

Beberapa risiko yang mungkin dihadapi oleh perbankan syariah adalah sebagai berikut:

 Risiko Kepatuhan, yang meliputi ketidakpatuhan terhadap peraturan-peraturan yang


telah dibuat. Langkah mitigasi risiko berdasarkan akad murabahah adalah dengan
menggunakan prinsip 5C, akad musyarakah dengan menggunakan evaluasi
mendalam pada usaha dan karakter nasabah yang akan dibiayai, dan akad mudharabah
dengan menggunakan proses screening terhadap calon nasabah.
 Risiko Investasi, yang meliputi pembagian hasil antara perbankan dan nasabah dengan
tidak adanya kejujuran dari nasabah atas laporan hasil usaha. Langkah mitigasi risiko
berdasarkan akad murabahah adalah dengan melakukan pengkajian ulang, akad
musyarakah dengan monitoring secara berkala, dan akad mudharabah dengan cara
pemantauan rutin terhadap hasil usaha nasabah.

 Risiko pembiayaan, yang meliputi penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Langkah mitigasi risko berdasarkan akad
murabahah adalah Bank membeli barang kemudian dijual kembali kepada nasabah
dengan harga pokok ditambah dengan margin yang disepakati. Khusus untuk transaksi
murabahah dengan pesanan yang sifatnya mengikat, risiko yang dihadapi bank syariah
hampir sama dengan risiko pada bank konvensional.

A. Murabahah
 Risiko yang mungkin di hadapi bank syariah :
1). Risiko rusak atau hilangnya barang setelah bank membeli dan sebelum
diserahterimakan ke debitur, barang tidak sesuai spesifikasi debitur, pemasok wanprestasi
2). Risiko turunnya harga barang di pasar setelah bank membelinya dan debitur
membatalkan janjinya
3. )Debitur terlambat membayar
 Mitigasi risiko :
1). Mengecek kondisi barang pada waktu serah terima dari pemasok dan kepada debitur.
Agen pembeli, dalam kapasitas pribadinya menjamin kinerja dari pemasok.
2). Memastikan bahwa debitur akan memenuhi wa’ad (janji) yang dibuat dengan cara
mengkaji dulu profil debitur dan tingkat keseriusannya. Sebagian ahli membolehkan meminta
jaminan di awal (Hamish jiddiyah).
3). Bank perlu memperbaiki pola hubungan dan komunikasi dengan debitur untuk
mengetahui penyebab keterlambatannya. Penggunaan sanksi berupa penalty, meskipun
digunakan untuk kegiatan sosial, harus dilakukan oleh pihak berwenang
B. Musyarakah
 Risiko yang mungkin di hadapi bank syariah :
1). menghadapi potensi risiko kredit (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah
wanprestasi atau default.
2). menghadapi potensi risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar apabila
pembiayaan diberikan dalam valuta asing.
3). menghadapi potensi risiko operasional yang diakibatkan oleh proses internal yang
kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
 Mitigasi risiko :
1). Mitigasi (pengendalian) risiko ini diantaranya Bank harus selektif dalam memilih
nasabah dengan menegakkan prinsip 5 C ; Character, Capacity, Capital, Collateral dan
Condition (of business).
2). Mitigasi (pengendalian) risiko ini diantaranya Bank dapat menetapkan batas maksimal
pembiayaan musyarakah dalam valuta asing dan melakukan upaya lindung nilai (nilai
tukar)
3). Mitigasi (pengendalian) risiko ini diantaranya Bank harus melakukan evaluasi Sistem
Operasional Prosedur Pembiayaan Musyarakah, pemeliharaan sistem informasi teknologi
secara berkala.
C. Mudharabah
 Risiko yang mungkin di hadapi bank syariah :
1). kontrak profit losssharing dikaitkan dengan agency problems, manakala seorang
pengusaha tidak mempunyai insentif untuk memberikan usaha tetapi mempunyai
insentif untuk melaporkan profit yang lebih rendah diban dingkan dengan
pembiayaan pribadi dari manajer.
2). kontrak profit losssharing membutuhkan jaminan agar dapat ber-fungsi secara
efisien. Sedikitnya jaminan hak property pada kontrak profit losssharing
menyebabkan kegagalan praktik, karena tidak ada aturan tentang jaminan yang
melandasinya.
3). perbankan Islam menawarkan risiko yang lebih kecil dari pem-biayaan
dibandingkan dengan perbankan konvensional.
4). batasan peran investor pada manajemen dan dikotomi struktur keuangan dari
kontrak profit losssharing menimbulkan ketidak partisipasian.
5). pembiayaan ekuitas tidak tepat bagi pembiayaan proyek jangka pendek manakala
dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi (efek diversifikasi waktu pada ekuitas).
 Mitigasi risiko
1). Penetapan Agunan berupa Fixed Asset dan (atau) Adanya Lembaga Penjamin
2). Penetapan Rasio Maksimal Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi
3). Kembali kepada Asas Profit Loss Sharing pada Akad Penyertaan Modal dan Revenue
Sharing pada Akad Penghimpunan Dana
9. Bagaimana melakukan penilaian dalam risiko hukum dan apa saja parameter atau
indikator yang dapat digunakan?

Jawab:

Dalam melakukan penilaian atas risiko hukum, indikator yang digunakan adalah
faktor litigasi; faktor kelemahan perikatan; dan faktor ketiadaan peraturan perundang-
undangan. Berikut ini yaitu indikator yang dapat digunakan dala penilaian atas risiko hukum:
 Faktor Litigasi, artinya Litigasi dapat terjadi karena adanya gugatan dari pihak ketiga
kepada bank maupun gugatan yang diajukan kepada pihak ketiga. Gugatan tersebut pada
dasarnya menimbulkan biaya yang dapat merugikan kondisi bank.
 Faktor Kelemahan Perikatan, artinya bahwa kelemahan perikatan yang dilakukan oleh
bank merupakan sumber terjadinya permasalahan atau sengketa di kemudian hari yang
dapat menimbulkan potensi risiko hukum bagi bank.
 Faktor Ketiadaan/Perubahan Perundang-Undangan, maksudnya yaitu Ketiadaan
peraturan perundang-undangan terutama atas produk yang dimiliki bank atau transaksi
yang dilakukan bank akan mengakibatkan produk tersebut menjadi sengketa dikemudian
harinya sehingga berpotensi menimbulkan risiko hukum.

10. Jelaskan apa saja parameter yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian risiko
inheren atas risiko strategis?

Jawab:

Berikut ini parameter yang dapat digunakan dalam penilaian risiko inheren atas
risiko strategis:

 Kesesuaian strategi bisnis dengan lingkungan bisnis (Strategi-berisiko-rendah dan


Strategi-berisiko-tinggi) artinya Strategi berisiko rendah merupakan strategi dimana
bank melakukan kegiatan usaha dalam pangsa pasar dan nasabah yang telah dikenal
sebelumnya.Strategi berisiko tinggi merupakan strategi dimana bank berencana untuk
masuk dalam area yang baru, baik dalam bentuk masuk pangsa pasar baru, menawarkan
produk/jasa baru, atau menarik nasabah baru.Dalam menilai parameter ini, perlu
dipahami bahwa strategi baru tidak selalu berisiko tinggi dan sebaliknya strategi lama
belum tentu berisiko rendah.
 Posisi bisnis (Posisi Pangsa Pasar Bank di Industri perbankan) artinya Dalam hal ini
dilihat kondisi atau posisi bank dan keunggulan kompetitif yang dimiliki terhadap
kompetitor, baik terhadap peer group maupun industri perbankan secara keseluruhan.
 Pencapaian Rencana Bisnis Bank (RBB) (Realisasi RBB dibandingkan dengan
RBB) artinya Evaluasi realiasasi RBB bertujuan melihat efektivitas perencanaan strategi
bisnis bank.
11. Jelaskan apa saja parameter yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian risiko
inheren atas risiko Kepatuhan?

Jawab:

Dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan, indikator yang digunakan
adalah:

 Jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan, karena Jenis dan signifikansi
pelanggaran merupakan jenis dari ketentuan yang dilanggar oleh bank yakni apakah
ketentuan yang tergolong prudensial atau hanya merupakan pedoman. Pada prinsipnya
sanksi yang dikenakan juga berbeda terhadap bank atas pelanggaran yang dilakukannya
tersebut.
 Frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record kepatuhan bank artinya
Frekuensi lebih bersifat historical dengan melihat trend kepatuhan bank selama 3 tahun
terakhir periode penilaian untuk mengetahui jenis pelanggaran yang dilakukan apakah
berulang ataukah memang atas kesalahan tersebut tidak dilakukan perbaikan signifikan
oleh bank.
 Pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi keuangan tertentu artinya yaitu
frekuensi pelanggaran atas ketentuan pada transaksi keuangan tertentu karena tidak
sesuai dengan kebiasaan yang berlaku (best practice). Dalam hal ini contohnya adalah
pelanggaran terhadap kode etik bisnis, antara lain UCP, ISDA, ICC, ataupun standar-
standar lainnya yang umumnya digunakan di dunia keuangan.

12. Jelaskan apa saja parameter yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian risiko
inheren atas risiko Reputasi?

Jawab:

Dalam menilai risiko inheren atas risiko reputasi, indikator yang digunakan
adalah:

 Pengaruh reputasi dari pemilik bank dan perusahaan terkait, maksudnya yaitu
bahwa Pengaruh reputasi/berita negatif dari pemilik bank dan/atau perusahaan terkait
dengan bank merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan peningkatan risiko
reputasi pada bank.
 Pelanggaran etika bisnis, artinya Dalam hal ini yang perlu diperhatikan apabila bank
melakukan pelanggaran terhadap etika/norma-norma bisnis yang berlaku secara umum.
 Kompleksitas produk dan kerjasama bisnis bank, artinya Produk yang kompleks dan
banyaknya kerjasama dengan mitra bisnis dapat terekspos pada risiko reputasi apabila
terdapat kesalahpahaman penggunaan produk/jasa atau pemberitaan negatif pada mitra
bisnis, misalnya bancassurance dan reksadana.
 Frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif bank, dalam hal ini
dikatakan bahwa Frekuensi, jenis media, dan materialitas pemberitaan negatif bank, juga
meliputi antara lain, pengurus bank yang  diukur selama periode penilaian
 Frekuensi dan materialitas keluhan nasabah, artinya bahwa jika ada keluhan dari
nasabah, maka hal tersebut diukur selama periode penilaian.

13. Jelaskan apa saja parameter yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian risiko
inheren atas risiko Reputasi?

Jawab:

Dalam menilai risiko inheren atas risiko reputasi, indikator yang digunakan
adalah:

 Pengaruh reputasi dari pemilik bank dan perusahaan terkait, maksudnya yaitu
bahwa Pengaruh reputasi/berita negatif dari pemilik bank dan/atau perusahaan terkait
dengan bank merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan peningkatan risiko
reputasi pada bank.
 Pelanggaran etika bisnis, artinya Dalam hal ini yang perlu diperhatikan apabila bank
melakukan pelanggaran terhadap etika/norma-norma bisnis yang berlaku secara umum.
 Kompleksitas produk dan kerjasama bisnis bank, artinya Produk yang kompleks dan
banyaknya kerjasama dengan mitra bisnis dapat terekspos pada risiko reputasi apabila
terdapat kesalahpahaman penggunaan produk/jasa atau pemberitaan negatif pada mitra
bisnis, misalnya bancassurance dan reksadana.
 Frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif bank, dalam hal ini
dikatakan bahwa Frekuensi, jenis media, dan materialitas pemberitaan negatif bank, juga
meliputi antara lain, pengurus bank yang  diukur selama periode penilaian
 Frekuensi dan materialitas keluhan nasabah, artinya bahwa jika ada keluhan dari
nasabah, maka hal tersebut diukur selama periode penilaian.
14. Jelaskan apa saja parameter yang bisa digunakan bank syariah dalam melakukan
penilaian risiko inheren atas risiko investasi yang sesuai regulasi?

Jawab: Parameter yang bisa digunakan bank syariah dalam melakukan penilaian risiko inheren
atas risiko investasi yang sesuai regulasi :

 Karakteristik dan Kompleksitas Bisnis


Bisnis yang muncul dengan berbagai sector dengan beberapa kelompok industry . Masing
–masing industry yang terkumpul didalamnya terdapat perusahaan –perusahaan yang
bervariasi dalam bentuk kepemilikan, volume bisnis, struktur modal, dan lingkup
aktivitasnya, serta gaya manajemen yang diterapkan.
 Sumber Daya Manusia (SDM)
Individu produktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam
institusi maupun perusahaan yang memiliki fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan
dikembangkan kemampuannya.
 Teknologi Informasi (TI) dan Infrastruktur Pendukung
Sumber daya teknologi bersama yang menyediakan “platform” untuk aplikasi sistem
informasi perusahaan yang terperinci.
 Kejadian Eksternal.
Mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu untuk memastikan bahwa
manajemen risiko operasional berjalan dengan baik dan kontinu, biasanya akan dibentuk
pertahanan yang disebut three lines of defense. Team ini bertugas dan berfungsi sebagai
pagar dan pertahanan untuk prefentif, detektif dan korektif action atas apa yang terjadi
dalam proses operasional.

15. Jelaskan apa saja parameter yang bisa digunakan bank syariah dalam melakukan
penilaian risiko inheren atas risiko investasi yang sesuai Operasional?
Jawab: Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko operasional, parameter yang digunakan antara
lain:

 Karakteristik dan Kompleksitas Bisnis


Bisnis yang muncul dengan berbagai sector dengan beberapa kelompok industry . Masing
–masing industry yang terkumpul didalamnya terdapat perusahaan –perusahaan yang
bervariasi dalam bentuk kepemilikan, volume bisnis, struktur modal, dan lingkup
aktivitasnya, serta gaya manajemen yang diterapkan.
 Sumber Daya Manusia (SDM)
Individu produktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam
institusi maupun perusahaan yang memiliki fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan
dikembangkan kemampuannya.
 Teknologi Informasi (TI) dan Infrastruktur Pendukung
Sumber daya teknologi bersama yang menyediakan “platform” untuk aplikasi sistem
informasi perusahaan yang terperinci.
 Fraud
Merupakan tindak kecurangan yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau lebih.
Tindakan fraud ini bisa terjadi pada suatu manajemen yang dilakukan secara langsung
atau melalui pihak ketiga. Upaya ini juga bisa dilakukan oleh pihak lain yang memiliki
tanggung jawab atas pengelolaan pada suatu perusahaan.
 Kejadian Eksternal
Mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu untuk memastikan bahwa
manajemen risiko operasional berjalan dengan baik dan kontinu, biasanya akan dibentuk
pertahanan yang disebut three lines of defense. Team ini bertugas dan berfungsi sebagai
pagar dan pertahanan untuk prefentif, detektif dan korektif action atas apa yang terjadi
dalam proses operasional.

16. Risiko operasional dapat dikatakan sebagai risiko utama dunia perbankan dan jasa
keuangan. Pertanyaannya dalam mengidentifikasi dan mengukur risiko operasional
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh bank, apa saja dan Jelaskan?

Jawab: Dalam Mengidentifikasi risiko operasional metode yang dapat digunakan adalah
 Self risk assetment
Suatu perangkat/sarana management risiko operasional untuk melakukan penilaian
secara mandiri atas risiko dan kontrol pada Unit Kerja terkait dan yang dilakukan secara
mandiri.
 Risk mapping
Suatu peta yang berisi informasi tentang posisi risiko yang akan dialami oleh
perusahaan, dengan menetapkan dimensi risiko ke dalam pengukuran probability dan
perkiraan severity risiko.
 Key risk indicators
Berupa data statistik atau matrik yang menyediakan data posisi risiko operasional bank,
seperti total asset, total pinjaman, total modal, dan rasio keuangan.
 Scorecards
Suatu metode pencatatan untuk menstranslasikan penilaian/kriteria kualitatif menjadi
matrik kuantitatif yang dapat digunakan untuk menetapkan provisi (biaya balas jasa ke
bank) atau mengalokasikan kebutuhan masing-masing aktivitas fungsional bank

Dalam Mengukur risiko operasional metode yang dapat digunakan ada 2 yaitu Metode standar
dan Metode Internal

 Metode Standar:
a. Basic Indicator Approach (BIA)
Dalam model BIA bank mempergunakan laba kotor rata-rata tiga tahun terakhir
sebagai indicator risiko.
b. Standardized Approach (SA)
Untuk menghitung potensi kerugian risiko operasional berdasarkan metode SA
diperlukan laba kotor dan parameter beta dari masing-masing bisnis bank.
c. Alternative Standardized Approach (ASA)
Metode ASA adalah sama dengan metodologi untuk metode SA. Perbedaan nya
terletak pada pengukuran untuk risiko operasional untuk business lines retail
banking and commercial banking.
 Metode Internal
a. Dalam metode internal digunakan pendekatan secara Advanced Measurement
Approach (AMA) yaitu metode yang lebih menekankan pada analisis kerugian
operasional. Metode ini memerlukan data base kerugian operasional
sekurangkurangnya 2-5 tahun terakhir dan perusahaan harus mempunyai teknologi
yang tinggi sehingga dengan menggunakan bantuan tekonologi tersebut dapat dibuat
model menangkap, menyelidiki, dan melaporkam informasi operasional.

Anda mungkin juga menyukai