Anda di halaman 1dari 148

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA


COLORECTAL DI IRNA BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

YULIA TITANIA
NIM : 163110191

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah
(KTI) ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca
Colorectal di IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang ”.

KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
melakukan penelitian pada Program Studi D-III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan KTI, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan KTI ini.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibuk Ns. Hj Defiaroza, S.Kep, M.Biomed selaku dosen pembimbing I


dan Bapak Ns. Hendri Budi, S.Kep.M.Kep.Sp.KMB yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dalam
penyusunan KTI ini.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim SKM, M.Si selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Padang.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi.A,M.Kep,Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep,Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Dosen dan staf yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral.
7. Teman-teman Program Studi D-III Keperawatan Padang yang selama ini
telah memberi peneliti semangat dan motivasi.

iii
Terima Kasih kepada seluruh pihak yang telah berjasa dalam
penyelesaianstudi KTI ini. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti. Peneliti menyadari KTI ini
masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan
tanggapan, kritikan, dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan KTI ini. Semoga KTI ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu keperawatan.

Padang, 26Mei 2019

Peneliti

iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia Titania


Tempat/Tanggal Lahir : Sawahlunto/ 22 Juli 1998
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Luak Batu, Talawi Hilir, Kota Sawahlunto
Nama Orang Tua
Ayah : Zahrimon
Ibu : Yasneri

Riwayat Pendidikan
NO Pendidikan Tahun Lulus
1 TK Aisyiah Talawi Hilir 2004
2 SD 02 Talawi Hilir 2010
3 SMP N 3 Sawahlunto 2013
4 SMA N 2 Sawahlunto 2016
5 Poltekes Kemenkes Padang 2019

vii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019
Yulia Titania
Penerapan Asuhan Keperawatan pada Ca Colorectal di IRNA
Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang 2019
IX +63 halaman, tabel, lampiran
ABSTRAK
Ca Colorectal adalah suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan epithelial
dari colon / rectum. Ca Colorectal merupakan penyebab kematian terbesar kedua di
Negara maju. Laporan data dari RSUP Dr.M. Djamil Padang didapatkan data tahun
2016 sejumlah 351 pasien dirawat dengan Ca Colorectal dan pada tahun 2017
meningkat menjadi 579 pasien. Tujuan penelitian ini menggambarkan penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Colorectal di ruang IRNA Bedah RSUP
Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
Jenis penelitian deskriptif dengan desain studi kasus. Penelitian ini dilakukan dari
bulan November 2018 sampai dengan bulan Juni 2019. Asuhan keperawatan
dilakukan selama 6 hari dari tanggal 30 Maret – 04 April 2019. Cara pengambilan
sampel yaitu dengan cara purposive sampling. Analisa terhadap proses keperawatan
yang dilakukan peneliti meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi,
implementasi, daan evaluasi keperawatan.
Hasil penelitian didapatkan dengan keluhan utama perut membuncit sejak 2 bulan
yang lalu disertai dengan nyeri pada abdomen. BAB bewarna hitam dan berdarah,
nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu disertai dengan penurunan berat badan.
Didapatkan tiga masalah keperawatan diantaranya nyeri akut, kerusakan integritas
kulit, dan defisit perawatan diri. Rencana keperawatan berdasarkan NIC meliputi
manajemen nyeri, pemberian analgesic, perawatan insisi, perawatan ostomy, dan
hygiene diri. Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan NOC yang dilakukan
selama 6 hari dimana masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian, sedangkan
masalah nyeri akut dan defisit perawatan diri sudah teratasi.
Diharapkan melalui direktur rumah sakit agar perawat ruangan dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan, salah satunya meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan khususnya pasien dengan Ca Colorectal.
Kata Kunci : ca colorectal, asuhan keperawatan
Daftar Pustaka : 11 ( 2008 – 2018 )

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
LEMBAR ORISINALITAS ..................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Ca Colorectal ........................................................................ 8
1. Pengertian Ca Colorectal .............................................................. 8
2. Penyebab Ca Colorectal ................................................................ 8
3. Patofisiologi Ca Colorectal ........................................................... 10
4. Woc Ca Colorectal ........................................................................ 13
5. Manifestasi Klinis ......................................................................... 14
6. Penatalaksanaan ............................................................................ 15
7. Dampak Masalah .......................................................................... 19
B. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Colorectal .................................... 20
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................... 20
2. Pemeriksaan Penunjang Keperawatan .......................................... 22
3. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 24
4. Rencana Keperawatan .................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .............................................................................. 47
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................... 47
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 47
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 48
D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 49
E. Jenis Pengumpulan data ..................................................................... 49
F. Rencana Analis

ix
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Lokasi penelitian .............................................................. 51
1.Pengkajian .................................................................................. 51 2.
Diagnosa Keperawatan.................................................................. 54
3. Rencana Keperawatan ............................................................... 56
4. Implementasi Keperawatan ....................................................... 57
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 58
B. Pembahasan kasus .............................................................................. 59
1. Pengkajian ................................................................................ 59
2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 60
3. Rencana Keperawatan .............................................................. 62
4. Implementasi Keperawatan ...................................................... 64
5. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 65

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 67
B. Saran .................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulias Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulias Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi PoltekkesKemenkes RI
padang
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Kepala RSUP Dr M. Djamil Padang
Lampiran 8 Surat Pernyataan Persetujuan Respondent (Informconsent)
Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian Dari RSUP Dr.M.Djamil Padang
Lampiran 10 Ganchart Penelitian
Lampiran 11 Daftar Hadir Peniliti

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang
jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh.
Kanker terjadi karena proliferasi sel yang tidak terkontrol yang kemudian
berubah menjadi sel-sel kanker (Ariani, 2015). Ca Colorectal adalah suatu
tumor malignant yang muncul pada jaringan epithelial dari colon / rectum.
Umumnya tumor Colorectaladalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polyp adenoma (Wijaya & Putri, 2013).

Ca Colerectal didominasi oleh adenokrasinoma (95%), dengan penderita


kanker kolon berjumlah lebih dari dua kali lipat dari jumlah penderita kanker
rektum. Awalnya, Ca Colerectal dapat muncul sebagai polip jinak terapi
dapat menjadi ganas, menginvasi dan menghancurkan jaringan normal, dan
meluas ke sruktur sekitarnya. Sel-sel kanker dapat bermigrasi dari tumor
primer dan mennyebar ke organ lain di dalam tubuh (sebagian besar ke hati,
peritoneum, dan paru). Insidensi meningkat seiring dengan pertambahan usia
(insidensi paling tinggi terjadi pada individu berusia lebih dari 85 tahun) dan
lebih tinggi lagi pada individu yang memiliki riwayat keluarga menderita
kanker kolon dan mereka yang mengalami penyakit radang usus atau polip.
Jika penyakit dideteksi dan diterapi pada stadium dini sebelum menyebar,
angka kesintasan (survival rate) 5 tahun adalah 90% namun, hanya 39% Ca
Colorectal yang dideteksi di stadium dini. Angka keberlangsungan hidup
setelah diagnosis sangat rendah(Brunner & Sudarth, 2016).

1
2

Penyebab Ca Colerectal tidak diketahui persis. Terjadi secara sama pada laki-
laki dan perempuan dan pada semua grup etnis. Kanker ini berhubungan
dengan residu rendah, diet tinggi lemak dan makanan yang diproses dengan
asupan buah dan sayur yang tidak adekuat. Dua jenis Ca Colerectal herediter
disebabkan mutasi genetic (lihat fitur Pewarisan Genetik pada Ca Colerectal
Herediter). Mutasi gen ditemukan pada orang dengan HNPCC (hereditary
nonpolyposis colorectal cancer) menunjukkan kemungkinan predisposisi
genetic kanker kolon sebesar 90%, dengan usia onset tipikal pada 40-an.
Orang dengan disposisi genetic FAP (familial adenomatous poliposis) juga
beeresiko lebih besar tinggi mengalai Ca Colorectal. Namun, hanya sekitar 5-
10% klien dengan Ca Colerectal memiliki basis herediter. Risiko kanker
meningkat tajam dengan umur, dengan 90% Ca Colerectal terjadi setelah 50
tahun (Black & Hawks 2014).

Ca Colerectal memiliki prevalensi yang sama pada laki-laki dan perempuan,


dan merupakan kanker tersering ketiga, dan merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker nomor dua di AS. Diperkirakan 154.000 kasus baru
kanker kolorektal didiagnosis pada tahun 2007 dengan angka mortalitas 10-
15% sekitar 52.000 kematian. Kemungkinan mengalami Ca Colorectal pada
hidup seseorang sekitar 6%, atau 1dari 17 rang. Dengan deteksi dini, angka
harapan hidup lima tahun pada klien dengan kanker kolon stadium I dan II
adalah 91%. Ketika kanker telah menyebar ke limfonodus (stadium III), angka
harapan hidup lima tahun adalah 60%. Angka harapan hidup lima tahun
menurun menjadi 6% ketika kanker telah bermestasis ke organ lain (stadium
IV). Skrining kolorektal dan deteksi menurunkan angka kejadian dan
mortalitas Ca Colerectal karena adanya pengangkatan dini dari lesi prakanker.
Meskipun metode skrining murah telah ada beberapa decade yang lalu,
sebagian besar tumor ditemukan pada bagian distal untuk alasan keselamatan
(Black & Hawks 2014).
3

Komplikasi yang ditimbulkan oleh Ca Colorectal adalah obtruksi usus parsial


atau lengkap diikuti penyempitan lumen akibat lesi, haemorhagi,
pembentukan abses akibat perforasi dinding usus oleh tumor yang diikuti
kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus, shock akibat peritonitis dan
sepsis, metastase dari keorgan lain yang berdekatan. Terjadi fistel pada
kantong kemih, vagina/ usus (Wijaya & Putri 2013). Ca Colorectal juga dapat
mempengaruhi psikologis berupa cemas. Cemas disebabkan karena banyak
penderita menganggap bahwa diabetes mellitus sebagai suatu penyakit yang
menakutkan , selain itu pasien juga akkan merasakan adanya gangguan
interaksi social, gangguan harga diri yang dirasakan oleh pasien (Price &
Wibson, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan pasien Ca Colorectal
bsnysk mengalami depresi dan memiliki kualitas hidup yang buruk mengenai
tubuhnya (Aulina,dkk,2015).

Penatalaksanaan pada Ca Colorectal meliputi tindakan pembedah dilakukan


tergantung pada tingkat penyebaran dan lokasi kanker itu sendiri. Salah satu
tindakan bedah yang dilakukan adalah dengan pembentukan kolostomi.
Kolostomi mungkin diperlukan bagi kanker kolorektal. Prosedur iini
melibatkan pembuatan saluran antara kolon dan dinding perut, di mana feses
dapat lewat. Kolostomi dapat dilakukan di kolon asendens, transversal,
desendens, atau sigmoid dan dapat bersifat permanen atau sementara.ini
memungkinkan drainase atau avakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh
lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

Menurut data WHO tahun 2018, kanker merupakan penyebab kematian utama
di dunia, dengan jumlah kematian sebanyak 9,6 juta pada tahun 2018. Ca
Colorectaltermasuk dalam tiga jenis kanker yang paling umum terjadi di
4

dunia selain Ca Mamae dan Ca Paru, dengan jumlah kasus sebanyak 1,8 juta.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) memperlihatkan
prevalensi kanker meningkat dari 1,4 persen di tahun 2013 menjadi 1,8 persen
di tahun 2018. Ca Colorectal juga dikenal sebagai penyebab utama kematian
dengan jumlah kematian sebanyak 862.000 yang membuat Ca Colorectal
menjadi insiden kanker tertinggi kedua setelah Ca Paru. Pada tingkat
Sumatera Barat terdapat peningkatan kasus Ca Colorectal pada tahun 2015
sekitar 5,1% Pada tahun 2016 tercatat 5,8% kasus kanker kolorektal. Dalam
periode 2 tahun terakhir pada tahun 2016 – 2017 di RSUP Dr. M. Djamil
Padang menurut rekam medis terdapat 351 kasus ca colorectal pada tahun
2016 dan meningkat menjadi 579 kasus pada tahun 2017.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Welli (2017) tentang Asuhan


Keperawatan pada pasien dengan Ca Colerectal di Ruangan IRNA bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang, diagnosa keperawatan utama yang diangkat
pada pasien Ca Colorectal adalah nyeri akut, resiko infeksi, kerusakan
integritas kulit, gangguan citra tubuh. Diagnosa ini didukung dengan data
yang diperoleh berupa tindakan invasive.

Perawat juga memantau frekuensi dan konsistensi defekasi terjadi obstruksi


pada pasien, peran perawat disini mendorong meningkatkan asupan cairan
serta makan tinggi serat. Persiapan pasien post operasi kolostomi selama
periode penyembuhan, peran perawat disini yaitu menilai karakteristik,
volume, bau dari drain untuk mencegah terjadinya infeksi. Peran perawat juga
untuk membantu mengurangi kecemasan pada pasien dengan perubahan citra
tubuh, peran perawat untuk memberikan dukungan emosional dan
memberikan edukasi yang lengkap mengenai perawatan luka, terdapat dua
manajemen luka yang digunakan yaitu manajemen luka konvensional dimana
hanya membersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9% dan ditutup dengan
5

kassa kering, pada manajemen luka konvensional ini tidak mengenal


perawatan luka lembab. Pada manajemen luka modern prinsipnya perawatan
luka lembab dimana membersihkan luka dengan mempertahankan dan
menjaga lingkungan luka tetap lembab untuk memfsilitasi proses
penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan jaringan dan kematian sel
(Handayani, 2016). Pasien juga harus memahami bagaimana cara pencegahan
infeksi, maka peran perawat disini untuk mengajarkan pada pasien dan
bagaimana cara mencuci tangan dengan benar, dan mengajarkan bagaimana
memeriksa luka, luka disekitar kulit tidak ada memerah, bersih, tidak ada pus,
tanpa ada iritasi (Black & Hawks, 2014).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018


diruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang ditemukan pasien dengan
diagnose medis Ca Colon dan Ca Rektum. Tn. S berusia 56 tahun dan Ny. H
berusia 48 tahun dengan rawatan 5 hari dan 7 hari, keadaan umum pasien baik
dan pasien tampak terpasang kolostomi. Diagnosa keperawatan utama yang
muncul adalah Nyeri Akut, faktor resiko yang muncul pada pasien post
kolostomi adalah terjadinya resiko infeksi. Kesenjangan yang ditemukan
dirumah sakit adalah perawat hanya mengangkat satu diagnosa keperawatan
pada satu pasien, padahal banyak diagnosa lain yang perlu diangkat seperti
resiko infeksi, kerusakan integritas kulit, gangguan citra tubuh. Berdasarkan
fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Colorectal di RSUP Dr. M.
Djamil Padang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka
perumusan masalah penelitiaan ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan
6

pada pasien dengan Ca Colorectal di RSUP DR M. Djamil padang tahun


2019.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca
Colorectal di ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tuujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut:
1) Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan Ca
Colorectal diruangan IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil padang
2) Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada pasien dengan
Ca Colorectal diruangan IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil padang
3) Mampu mendekripsikan rencana asuhan keperawatan dengan pasien
Ca Colorectal diruangan IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang
4) Mampu mendiskripsikan tindakan keperewatan pasien dengan Ca
Colorectal diruangan IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang
5) Mampu mendiskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Ca
Colorectal diruangan IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang
D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Keilmuan
a) Bagi Peneliti
Dapat berguna bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ca Colorectal.
b) Bagi Instusi Pendidikan Keperawatan
Dapat digunakan ebagai bahan pembelajaran di Prodi Keperawatan
Padang khususnya tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Ca
Colorectal.
7

2. Institusi Pelayanan
a) RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran kepada
pimpinan rumah sakit dalam pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Ca Colorectal di Ruang IRNA Bedah RSUP DR. M.
Djamil Padang.
8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Ca Colorectal
1. Pengertian Ca Colorectal
Ca Colerectal merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada
jaringan epithelial dari colon/ rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah
adenokarsinoma yang berkembang dari polyp adenoma (Wijaya & Putri,
2013). Sedangkan menurut Robinson & saputra (2014) menyebutkan Ca
Colorectal merupakan tumor ganas yang terdapat pada kolon atau rectum
biasanya berawal dari adenokarsinoma yang berkembang dengan lambat
dan terlokasi dalam waktu yang lama.

2. Penyebab
Penyebab dari kanker kolon ini belum diketahui pasti tetapi berdasarkan
American Cancer Society tahun (2014), faktor resikonya dibagi menjadi
dua yaitu yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
Tidak Dapat dimodifikasi :
a. Keturunan dan riwayat keluarga
Seseorang dengan orang tua, saudara atau anak yang memiliki kanker
kolorektal memiliki 2 sampai 3 kali risiko mengembangkan penyakit
dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai riwayat kanker
kolorektal di keluarga (American Cancer Society, 2014). Jika terdapat
riwayat keluarga yang didiagnosis pada usia muda atau jika ada
anggota keluarga lebih dari satu orang yang terkena, risiko meningkat
hingga 3 sampai 6 kali. Sekitar 20% dari semua pasien kanker
kolorektal memiliki saudara dengan riwayat kanker kolorektal. Dan
sekitar 5% dari pasien kanker kolorektal mempunyai sindrom genetic
yang menyebabkan penyakit ini. Yang paling umum adalah Lynch

8
9

syndrome (juga dikenal sebagai hereditary non-polyposi\s colorectal


cancer) (American Cancer Society, 2014).
b. Riwayat polip adenomatous adalah salah satu penyebab yang
meningkatkan risiko ca colon. Hal ini terutamanya apabila ukuran
polip besar atau jika lebih dari satu. Seseorang dengan inflammatory
bowel disease, kondisi dimana terjadi peradangan usus selama jangka
waktu yang panjang, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
kolorektal (iagnost cancer society, 2014). Inflammatory bowel disease
yang paling umum adalah ulcerative colitis dan penyakit crohn
(American Cancer Society, 2014).

Dapat Dimodifikasi :

a. Aktifitas Fisik
Sebuah tinjauan literatur ilmiah telah menemukan bahawa seorang
yang aktif dari segi fisik mempunyai risiko 25% lebih rendah terkena
kanker usus berbanding seseorang yang tidak aktif. Sebaliknya pada
pasien ca colon yang kurang aktif mempunyai risiko kematian yang
lebih tinggi berbandingkan mereka yang lebih aktif (American Cancer
Society, 2014).
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi
terjadinya kanker kolorektal pada laki-laki dan kanker usus pada
perempuan (american iagno society, 2014). Obesitas perut (diukur
keliling pinggang) merupakan faktor risiko yang lebih penting
berbanding obesitas keseluruhan baik pada lakilaki dan
perempuan(American Cancer Society,2014).
c. Diet
Konsumsi daging merah atau daging diproses secara berlebihan akan
meningkatkan risiko terjadinya kanker di usus besar danjuga rektum.
10

Alasan untuk ini belum jelas tetapi mungkin terkait dengan karsinogen
(zat penyebab kanker) yang terbentuk ketika daging merah dimasak
pada suhu yang tinggi selama jangka waktu yang panjang atau aditif
nitrit yang digunakan untuk pengawetan (American Cancer Society,
2014).
d. Merokok
Pada bulan iagnost 2009, international agency for research on cancer
melaporkan bahwa ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa
tembakau dalam rokok dapat menyebabkan kanker kolorektal.
Asosiasi tampaknya lebih kuat pada rektum dari ca colon (American
Cancer Society, 2014).
e. Alkohol
Ca colon dikaitkan dengan konsumsi alkohol berat dan sedang.
Seseorang yang mempunyai purata hidup dengan konsumsi alkohol 2
hingga 4 minuman per hari memiliki risiko 23% lebih tinggi terkena
Ca colon dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi 1
minuman per hari (American Cancer Society, 2014)

3. Patofisiologi
Hampir semua Ca Colorectal yang awalnya sebagai polip adenoma
bersifat adenokarsinoma. Sebagian besar tumor terjadi di rectum dan
kolon sigmoid, meskipun setiap bagian kolon dapat mengalaminya.
Pertumbuhan tumor biasanya tidak terdeteksi menyebabkan sedikit
manifestasi. Pada saat manifestasi terjadi, kanker mungkin telah menyebar
ke lapisan lebih dalam pada jaringan usus dan organ yang berdekatan.
Kanker kolorektal menyebar oleh perluasan langsung hingga melibatkan
seluruh lapisan keliling usus submukosa, dan dinding usus terluar.
Struktur yang bersebelahan, seperti hati, kurvatura mayor lambung,
duodenum, usus halus, pankreas, limfa, saluran perkemihan, dan dinding
11

abdomen dapat terlibat juga oleh perluasan langsung (Priscilla Lemone,


dkk, 2016 ).

Menurut Black & Hawks (2014) ada banyak penyebab terjadinya Ca


Colorectal biasanya disebabkan oleh factor genetik, riwayat penyakit usus
inflamasi, colitis ulcerative atau penyakit chhron, merokok, diet tinggi
lemak, protein, danging, serta rendah serat. Lebih dari 95% Ca Colorectal
berawal dari polip adenoma. Tipe-tipe adenoma adalah tubular,
tubilovilius, dan vilus. Polip ini tumbuh dengan lambat, dan sebagian
besar butuh waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika
polip menjadi ganas, polip membesar di dalam lumen dan mulai
menginvasi dinding usus. Tumor pada usus kanan cenderung menjadi
tebal dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus, tumor pada usus
kiri bermula sebagai masa kecil seperti kancing yang menyebabkan ulkus
pada suplai darah.

Tumor yang ganas menyebar dengan ekstensi langsung ke organ terdekat,


seperti dari kolon transversum ke lambung, saluran limfe dan hematogen,
biasanya ke hati dan sel berkembang pada rongga peritonesis kandung
kemih, ureter dan organ reproduksi sering kali terlihat karena ekstensi
langsung. Metastasis dari darah sering meluas ke hati, paru, ginjal dan
tulang.

Secara umum, tumor pada usus halus dan kolon kanan cenderung lebih
menyebabkan nyeri abdomen, kram, mual, dan muntah. Oleh karena usus
besar berdistensi. Pada lokasi ini, lesi sering kali mengalami ulserasi,
sehingga terjai anemia, serta feses yang bewarna gelap dan coklat
kemerahan pendarahan rectal, perubahan pola defekasi, nyeri abdomen,
penurunan berat badan, anemia, dan anoreksia, penurunan berat badan,
12

;emas, dan massa teraba pada kuadran kanan bawah mungkin muncul pada
saat diagnosis. Lesi kolon asenden dan tranvesum sering bermanifestasi
sebagai obstruksi progresif.

Bila adenoma tumbuh didalam lumen luas (asendens dan transvesum),


maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi (feses masih
mempunyai kosentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut
dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena
tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan bekembang
didaerah lumen yang sempit (desenden atau bagian bawah), maka
obstruksi akan terjadi karena isi tidak dapat melewati lumen yang telah
tersedak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi
total atau parsial. Tindakan yang akan dilakukan adalah dengan
melakukan tindakan pembedahan.

Pembedahan yang akan dilakukan pada pasien Ca Colorectal yaitu dengan


pembuatan kolostomi, prosedur ini melibatkan pembuatan saluran antara
kolon dan dinding perut, dimana feses dapat lewat. Kolostomi dapat
dilakukan dapat dilakukan di kolon asendens, transversal, desendens atau
sigmoid dan dapat bersifat permanen atau sementara.

Pasien dengan kolostomi akan menghadapi perubahan pada konsep diri


dan citra tubuh. Diperlukan pendidikan kesehatan dan dukungan
emosional saat pasien memulai proses penyesuaian kolostomi. Penting
juga untuk member edukasi yang lengkap mengenai perawatan kolostomi
untuk mencegah terjadi infeksi.
13

4. WOC Ca Colorectal
Konsumsi makanan
rendah serat, banyak
Kolitis Ulseratif/
lemak & rendah
Penyakit Chron
Usia >50 tahun Protein

Faktor Genetik
Pertumbuhan sel-sel karsinogen pada
dinding kolon

Kerusakan jaringan
CA COLERECTAL
vaskuler lokal
MK: resiko Anoreksia Mual
ketidakseimbanga & Muntah Inflamasi jaringan dari Perdarahan internal feses
n elektrolit kompresi tumor di kolon bercampur darah
Intake nutrisi tidak
adekuat Energi Anemia
Lesi mukosa MK: Nyeri
dinding kolon Kronis
MK: defisit nutrisi kelemahan Hb O2
ketidakmampuan BAB berdarah
mencerna makanan
MK:
intoleransi Distribusi
Metastase melalui Nyeri saat defekasi O2ke sel
aktifitas
vena vorta
BAB ditahan
Kerusakanjaringan MK: Resiko
Bermestastase ke hati hati Ketidakefektifan
Obstruksi pd kolon Akumulasi feses di perfusi jaringan
segmen kolorektal
Fungsi hati Reabsorpsi air dalam feses perifer
Respon Fisiologis Distensi
Dilatasi/pepelebaran abdomen
Sel bertambah dihati Feses padat
kecemasan
MK: Defesiensi Kematian Kesukaran defekasi Obtipasi
MK: Konstipasi
Pengetahuan
Kurang informasi
Perubahan fungsi & MK: Gangguan
tentang penyakit
Post Operasi struktur tubuh Citra tubuh MK: intoleransi
aktivitas
Pre Operasi Laparatomy

Resiko
HB O2
Kecemasan Kerusakan Perdarahan
jaringan lunak
MK: Nyeri Akut Distribusi O2 ke sel
Pembedahan
laparatomi Cairan kantong
kolostomi merembes MK: kerusakkan
integritas
MK: Ansietas Iritasi pd luka paratomy MK: gangguan pola tidur
Nyeri
MK: defisit pengetahuan MK: Resiko Infeksi
14

5. Manifestasi Klinis
Kanker usus sering kali tidak menimbulkan manifestasi hingga mencapai
kondisi lanjut. Karena tumbuh secara lambat, pertumbuhan selama 5-15
tahun dapat terjadi sebelum memunculkan manifestasi. Manifestasi
bergantung pada lokasi, jenis, dan luasnya, serta komplikasinya.
Perdarahan rectal sering kali merupakan manifestasi awal yang membuat
pasien mencari perawatan medis. Manifestasi awal lain yang sering terjadi
mencakup perubahan kebiasaan defekasi, baik berupa diare maupun
konstipasi. Nyeri, anoreksia, dan perubahan berat badan adalah
karakteristik dari tahap lanjut penyakit. Massa rectal atau abdominal yang
teraba dapat ditemukan. Biasanya pasien teerindentifikasi mengalami
anemia akibat perdarahan samar (Priscilla lemone, dkk, 2016).
Menurut Brunner & Suddarth (2016), Manifestasi Klinis dari Ca
Colorectal adalah:
a. Perubahan kebiasaan defekasi merupakan manifestasi gejala yang
paling sering terjadi, keduanya darah di dalam atau pada feses (gejala
kedua yang paling sering dijumpai). Letak tumor juga berpengaruh
terhadap bentuk feses yang dikeluarkan, makin menipis atau seperti
kotoran kambing atau lebih cair disertai lendir atau darah.
b. Anemia yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya namun bisa
diakibatkan oleh pendarahan yang lama didalam colon akibat
kompresi tumor, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
c. Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan
biasanya selalu berhubungan dengan kerja involuner gastrointestinal.
Mual (nause) disebabkan oleh distensi atau iritasi dibagian mana saja
dari saluran gastrointestinal.
d. Lesi disisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang
tumpul dan melene (feses bewarna hitam keabu-abuan).
15

e. Lesi sisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri kram abdomen,


penyempitan ukuran feses, konstipasi, dan distensi) dan darah
berwarna mrah terang di feses.
f. Lesi rectal dikaitkan dengan tenesmus (mengejan yang nyeri dan tidak
efeksi saat defeksi), nyeri rectal, merasa tidak lampias setelah
defekasi, mengalami konstipasi dan diare secara bergantian, dan feses
berdarah.
g. Tanda-tanda komplikasi: obstruksi usus parsial atau komplit, ekstensi
tumor dan ulserasi ke pemmbuluh darah sekitar (periforasi,
pembentukkan abses, peritonitis, sepsis, atau syok).
h. Dalam banyak kasus, gejala tidak muncul sampai Ca Colorectal berada
dalam stadium lanjut.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Menurut Smeltzer (2016) pasien dengan gejaala obstruksi usus diobati
dengan cairan IV dan persiapan nasogastrik. Apabila terdapat
perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat
diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi
yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi, dan laparaskopi telah
terbukti berhasil dalam pentahapan Ca Colorectal pada periode
praoperatif.
1) Pembedahan
Apabila gejala yng ada diduga menjadi kanker maka perlu
dilakukan operasi laparatomy atau reseksi segmental. Bagian kolon
yang terkena kanker akan diangkat termasuk getah bening di
dekatnya. Kemudian disambungkan kembali dengan bagian usus
yang tersisa.
Prosedur bedah menurut Smeltzer dan Bare (2011) antara lain:
16

a) Reseksi segmental dengan anastomosis (yaitu, penghapusan


tumor dan bagian dari usus pada kedua sisi pertumbuhan, serta
pembuluh darah dan kelenjar limfatik).
b) Reseksi Abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid
permanen (yaitu, pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan
semua rectum dan sfingter anal).
c) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis dan reanastomosis berikutnya dari kolostomi itu,
memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus
sebelum reseki.
d) Kolostomi permanen atau ileostomy untuk paliatif dari
dioperasi menghalangi lesi.
e) Pembangunan reservoir coloanal disebut kolon J kantong
dilakukan dalam dua langkah. Sebuah ileostomy lingkaran
sementara adalah dibangun untuk mengalihkan aliran usus, dan
baru di bangun J kantong (dibuat dari 6 sampai 10 cm dari
usus) yang disambungkan untuk tunggul anal. Sekitar 3 bulan
setelah
2) Kolostomi
Prosedur ini melibatkan pembuatan saluran antara colon dan
dinding perut, dimana feses dapat lewat. Oleh karena fungsi utama
colon adalah untuk menyerap air, kolostomi akan lebih mudah
dirawat jika dilakukan lebih dekat dengan kolon sigmoid karena
lokasi ini feses sudah lebih terbentuk dibandingkan pada kolon
transversal atau kolon kanan. Kolostomi dapat silakukan di kolon
asendens, transversal, desendens, atau sigmoid dan dapat berifat
permanen atau sementara (Black & Hawks, 2014)
17

3) Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan
menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunh sel
karsinoma. Terdapat 2 cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan
radiasi eksternal dan radiasi internal. Radiasi external (external
beam radiation therapy) merupakan penanganan dimana radiasi
tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel karsinoma.terapi
radiasi hanya berlangsung beberapa menit.
4) Radioterapi
Radioterapi biasanya digunakan untuk mengobati kanker ketika
sel-sel kanker sudah menempel ke dalam perut atau organ lain.
Radioterapi dilakukan setelah operasi pengangkatan sel kanker
dengan tujuan untuk memastikan apakah sel-sel kanker yang
tersisa telah mati dan mencegah kekambuhan.
5) Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan apabila Ca Colorectal telah menyebar dan
tindakan pembedahan tidak dapat membantu penyembuhan.
Tujuan kemoterapi adalah meningkatkan harapan hidup pasien.
Obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung kedalam pembuluh
darah yang menuju ke hati apabial kanker telah menyebar ke hati.
6) Target Terapi
Target terapi sering disebut juga msar drugs. Hal ini disebabkan
tujuan pengobatan hanya mematikan sel-sel kanker sehingga tidak
mengganggu sel normal lainnya. Target terapi biasa dilakukan
bersamaan dengan kemoterapi dengan tujuan meningkatkan
peluang keberhasilan pengobatan.
18

b. Penatalaksanaan Keperawatan pada Ca Colorectal menurut Black &


Hawks (2014) antara lain:
1) Perawatan Praoperasi
Sebelum operasi, diet tinggi kalori, protein, dan karbohidrat namun
rendah serat dapat diberikan untuk nutrisi yang cukup sekaligus
menurunkan peristaltik.
Tingkat bakteri pada kolon harus diturunkan sebelum operasi
untuk menurunkan resiko infeksi. Pasien yang akan menjalani
reseksi kolon harus menjalani persiapan kolon untuk
meminimimalkan pertumbuhan bakteri pada kolon dan infeksi luka
pascaoperasi. Persiapan ini melibatkan antara lain :
a) Diet rendah serat atau rendah cairan untuk mengurangi
kandungan feses pada usus.
b) Pemberian antiniotik, seperti sulfonamide dan mungkin
neomisin, diberikan secara oral selama 12 hingga 48 jam
praoperasi.
c) Pemberian enema untuk membersihkan usus (bagian dalam
lumen usus harus bersih dan bebas bakteri).
d) Transfusi darah untuk memperbaiki anemia parah dan
membantu penyembuhan luka.
2) Perawatan Pasca Operasi
Kaji kembalinya peristaltik dan motilitas GI yang ditunjukkan
tidak ada nyeri abdomen, distensi, kembung, mual dan muntah dan
kembalinya nafsu makan.
Selain itu jika dibuat kolostomi, monitor keluaran kolostomi, dan
gunakan perawattan khusus untuk menjaga feses dari kolostomi
(yang mengandung bakteri) jauh dari insisi bedah. Kaji stoma
pasien dari dekat untuk adanya iskemi stomi. Stoma harus merah
19

dan lembab. Jika menjadi gelap dan pucat, laporkan ini pada
dokter bedah sesegera mungkin.
Jika dilakukan reseksi dengan pembuatan kolostomi akhir, kaji
luka abdomen dan perineum. Insisi dapat dijahit sepenuhnya,
namun kadang kala drain ditinggalkan pada insisi dan dapat
tersambung dengan alat isap, drain penrose dapat diletakkan pada
luka. Ganti perban seperti yang diperintahkan. Dapat diperkirakan
akan terdapat drainase serosa dalam jumlah banyak dari luka
perineum. Dapat membutuhkan beberapa minggu atau bulan
sebelum luka sembuh sempurna karena ukuran luka tersebut besar.

7. Dampak Masalah
Menurut Padila (2012) Dampak terjadi berhubungan dengan
bertambahnya pertumbuhan pada lokasi kanker atau melalui penyebaran
metastase yang termasuk :
a. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
b. Pembentukan abses akibat perforasi dinding usus oleh tunor yang
diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi kolon
c. Metastase keorgan lain yang berdekatan. Terjadinya fistel pada
kantong kemih

Biasanya kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang


menyebabkan perdarahan. Kanker tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ
yang berada disekitar (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat
menganggu, dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba
20

menyesuaikannya. Karena stoma ditempatkan di abdomen, pasien dapat


berpikir bahwa setiap orang akan melihat ostomi (Black & Hawks, 2014).

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Ca Colorectal


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien Pre dan Post dengan Ca Colorectal menurut Black
dan Hawks (2014) meliputi:
a. Identitas, seperti: nama, umur, jenis kelamin, suku agama, pendidikan
terakhir, pekerjaan, alamat, diagnosis medis, tanggal masuk, tanggal
pengkajian.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pada pasien dengan Ca Colorectal
adalah nyeri abdomen, konstipasi
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama klien adanya klien biasanya merasakan nyeri dibagian
abdomen kanan. Terjadi perubahan pola defekasi seperti diare atau
konstipasi, BAB berdarah dan berlendir disertai kelemahan dan
penurunan berat badan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah atau tidak mengalami masalah kesehatan terkait dengan
keganasan di organ lain. Klien biasanya ada riwayat pernah dirawat
dan dioperasi sebelumnya serta riwayat penyakit yang berat seperti
kanker payudra, kanker ovarium, dan endometrium.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluaarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien yaitu Ca Colorectal, colitis ulseratif atau penyakit kanker
lainnya.
f. Pola Nutrisi
21

Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari – hari, jenis makanan apa


saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekuensi
makanannya. Biasanya pasien yang ditemukan suka mengosumsi
makanan tinggi lemak, dan rendah serat.
g. Pola Eliminasi
Perubahan kebiasaan buang air besar, biasanya pasien dengan Ca
Colorectal mengeluh konstipasi, diare, feses bercampur dengan darah.
Bentuk feses padat.
h. Pola Latihan atau Aktifitas
Kegiatan sehari – hari, olahraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olahraga.
i. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga
j. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesara kelenjar getah bening.
2) Mata
Biasanya pada pasien dengan Ca Colorectal mengalami anemis
konjungtiva yang disebabkan oleh anemia.
3) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan.
4) Mulut
Biasanya pada wajah klien Ca Colorectal terlihat sianosis terutama
pada bibir.
5) Leher
Lihat apakah ada pembengkakan pada kelenjar getah bening.
6) Thorax
22

Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.


7) Abdomen
Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperlihatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak, umbilikus
menonjol atau tidak, apakah ada benjolan – benjolan / massa.
Palpasi : Teraba massa. Pembuntuan colon sebagian atau
seluruhnya.
Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinaria,
tumor)
Auskultasi : peningkatan bising usus.
8) Kulit
Tampak luka bekas operasi kolostomi.
9) Ekstremitas
Biasanya pada pasien Ca Colorectal tidak ada kelainan pada
eksremitas atas dan bawah.

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan
hematokrit. Pemeriksaan benzidin untuk darah samar bkanlah
pemeriksaan yang khas tetapi petunjuk adanya perdarahan di dalam
saluran cerna (Sjamsuhidayat-de jong,2010).
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Fecal occult blood test (FOBT), untuk mendeteksi adanya darah,
harus dicari sari mana sumber darah tersebut, apakah dari rectum,
colon atau bagian usus lainnya dengan pemeriksaan yang lain
(Diananda, 2008).
23

2) Sigmoidoscopy, yakni suatu pemeriksaan dengan alat dimasukkan


melalui lubang dubur ke dalam rectum sampai kolon sigmoid,
sehingga dinding dalam rectum dan kolon sigmoid dapat dilihat.
Bila ditemukan adanya polip, dapat disekalian diangkat. Bila ada
masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsy, kemudian
diperiksakan kebagian patologi anatomi untuk menentukan ganas
tidaknya dan jenis keganasannya (Diananda, 2008).
3) Colonoscopy, menggunakan kabel yang lebih panjang, shingga
seluruh rectum dan usus besar dapat diteropong dan diperiksa. Alat
yang digunakan adalah colonoscope (Diananda, 2008).
4) Double-contrast barium enema, yakni pemeriksaan radiologi
dengan sinar ronstgen (sinar X) pada kolon dan rectum. Penderita
diberikan enema dengan larutan barium dan udara yang
dipompakan ke dalam rectum. Kemudian difoto. Seluruh lapisan
dinding dalam kolon dapat diliat apakah normal atau ada kelainan
(Diananda, 2008).
5) Colok dubur, yakni pemeriksaan yang sangat sederhana dan dapat
di
6) lakukan oleh semua dokter, yaitu dengan memasukkan jari yang
sudah dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi ke dalam dubur
kemudian memeriksa bagian dalam rectum (Diananda, 2008).
7) Test penanda Tumor CEA
Pemeriksaan melalui pengambilan sampel darah untuk meneliti
adanya peningkatan protein tertentu yang terkait dengan
keberadaan kanker, khususnya pada usus (Black & Hawks, 2014).

3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien Ca
Colorectal menurut SDKI adalah sebagai berikut:
24

1) Pre Op :
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kondisi klinis terkait kanker
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan
imobilisasi
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
f. Defesit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi

2) Post Op :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik
(mis : daya gesek, imobilitas fisik)
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh (pembedahan)
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
g. Defesit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
25

4. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien Pre Operasi dengan Ca
Colorectal adalah seperti yang tertera pada table dibawah ini :

Nic
Diagnosa Keperawatan Noc
Nyeri Kronis a. Kontrol Nyeri Pain Management
berhubungan dengan Kriteria Hasil : 1) Lakukan pengkajian
infiltrasi tumor 1) Mengenali kapan nyeri secara
Defenisi : pengalaman nyeri terjadi komprehensif
sensorik atau emosional 2) Menggunakan termasuk lokasi,
yang berkaitan dengan tindakan karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan actual pengurangan nyeri frekunsi, kualitas, dan
atau fungsional, dengan tanpa analgesic factor presipitasi
onset mendadak atau lambat 3) Melaporkan 2) Observasi reaksi
dan berintensitas ringan perubahan nonverbal dari
hingga berat dan konstan, terhadap gejala ketidaknyamanan
yang berlangsung lebih dari nyeri pada 3) Gunakan teknik
3 bulan professional komunikasi teraupetik
Batasan Karakteristik: kesehatan untuk mengetahui
4) Mengenali apa pengalaman nyeri
1.Mengeluh nyeri
yang terkait pasien
2. Merasa depresi dengan gejala 4) Kaji kultur yang
3. Tampak meringis nyeri mempengaruhi respon
4. Gelisah 5) Melaporkan nyeri nyeri
5. Tidak mampu yang terkontrol 5) Control lingkungan
menuntaskan b. Tingkat nyeri yang dapat
aktivitas Kriteria Hasil: mempengaruhi nyeri
1) Nyeri yang seperti suhu ruangan,
26

dilaporkan tidak pencahayaan dan


ada kebisingan
2) Mengerang dan 6) Kurangi factor
menangis tidak presipitasi nyeri
ada 7) Pilih dan lakukan
3) Ekspresi nyeri penanganan nyeri
wajah tidak ada (farmakologi, non
4) Bisa beristirahat farmakologi,
5) Kehilangan nafsu interpesonal)
makan tidak ada 8) Ajarkan teknik nin
6) Mual tidak ada farmakologi
9) Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
10) Evaluasi tingkat
keefektifan control
nyeri
11) Tingkatkan istirahat
12) Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Pemberian analgesic :

1) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
2) Cek perintah
27

pengobatan meliputi
obat, dosis, frekuensi,
obat analgesic yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat
alergi obat
4) Tentukan pilihan obat
analgesic
5) Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
6) Berikan analgesic
sesuai aktu paruhnya,
terutama pada nyeri
yang berat
7) Dokumentasikan
respon terhadap
analgesic dan adanya
efek samping
8) Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesic

Konstipasi berhubungan Gangguan Eliminasi Manajemen Saluran Cerna:


dengan obstruksi
Kriteria hasil: 1) Monitor BAB
Defenisi: Penurunan
termasuk frekuensi,
1) Pola eliminasi teratur
28

defekasi normal yang 2) Warna feses normal konsistensi, bentuk,


disertai pengeluaran feses 3) Kemudahan dalam volume dan warna
sulit dan tidak tuntas serta BAB 2) Monitor bisisng usus
feses kering dan banyak 4) Pengeluaran feses 3) Catat masalah BAB
tanpa bantuan yang sudah ada
5) Suara bising usus sebelumnya
normal 4) Instruksikan pasien
mengenai makanan
tinggi serat

Defisit nutrisi Nutritional status : food


Nutrition Management
berhubungan dengan and fluid intake
kondisi klinis terkait Kriteria hasil : 1) Kaji adanya alergi

kanker makanan
1) Adanya peningkatan 2) Kolaborasi dengan
Defenisi:asupan nutrisi
berat badan sesuai ahli gizi untuk
tidak cukup untuk
dengan tujuan menentukan jumlah
memenuhi kebutuhan
2) Berat badan ideal kalori dan nutrisi yang
metabolisme
sesuai dengan tinggi dibutuhkan pasien
Batasan Karakteristik:
badan 3) Anjurkan pasien
1. Berat badan
3) Mampu untuk meningkatkan
menurun minimal
mengidentifikasi intake fe
10% dibawah
kebutuhan nutrisi 4) Anjurkan pasien
rentang ideal
4) Tidak ada tanda-tanda untuk meningkatkan
2. Cepat kenyang
malnutrisi protein dan vitamin C
setelah makan
5) Tidak terjadi 5) Berikan subtansi gula
3. Kram/ nyeri
penurunan berat 6) Yakinkan diet yang
abdomen
badan yang berarti diamakan
4. Nafsu makan
mengandung tinggi
29

menurun serat untuk mencegah


5. Bising usus konstipasi
hiperaktif 7) Monitor jumlah
6. Otot pengunyah nutrisi dan kandungan
lemah kalori
7. Otot menelan lemah 8) Berikan informasi
8. Membrane mukosa tentang kebutuhan
pucat nutrisi
9. Sariawan Nutrition Monitoring
10. Serum albumin turun
1) Monitor adanya
11. Rambut rontok
penurunan berat
berlebihan
badan
12. diare
2) Monitor lingkungan
selama makan
3) Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
4) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
5) Monitor mual muntah
6) Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, Ht
7) Catat adanya edema,
hipermik, papilla lidah
dan cavitas oral
30

Intoleransi aktivitas a. Energy conservation Energy Management


berhubungan dengan tirah Indicator:
1) Tentukan
baring dan imobilisasi 1) Menujukkan
keterbatasaan pasien
Defenisi : ketidakcukupan keseimbangan
terhadap aktivitas
energy untuk melakukan antara aktivitas
2) Tentukan penyebab
aktivitas sehari-hari dengan istirahat
lain dari kelelahan
Batasan Karakteristik: 2) Mengenali
3) Dorong pasien untuk
1. mengeluh lelah keterbatasan
mengungkapkan
2. frekuensi jantung energy
perasaan tentang
meningkat > 20% 3) Menyesuaikan
keterbatasannya
dari kondisi istirahat gaya hidup sesuai
4) Observasi nutrisi
3. dispnea saat/setelah tingkat energy
sebagai sumber
aktivitas 4) Mempertahankan
energy yang adekuat
4. merasa nyaman saat gizi yang cukup
5) Observasi respon
setelah beraktivitas 5) Melaporkan
jantung-paru terhadap
5. merasa lemah aktivitas yang
aktivitas (misalnya,
6. sianosis sesuai dengan
takikardi, distrimia,
energy
dispnea, pucat, dan
b. Activity tolerance
frekuensi penafasan)
Indicator :
6) Batasi stimulus
1) Saturasi oksigen
lingkungan (misalnya
saat melakukan
pencahayaan, dan
aktivitas
kegaduhan)
membaik/ dalam
7) Dorong untuk lakukan
rentang normal
periode aktivitas saat
2) Nadi saat
pasien memiliki
melakukan
banyak tenaga
aktivitas dalam
8) Rencanakan periode
31

rentang normal aktivitas saat pasien


3) Tidak sesak napas memiliki banyak
saat melakukan tenaga
aktivitas 9) Hindari aktivitas
4) Tekanan darah selama periode
saat melakukan istirahat
aktivitas dalam 10) Dorong pasien untuk
rentang normal melakukan aktivitas
5) Mudah melakukan sesuai sumber energy
ADL 11) Instruksikan pasien
c. Self Care : ADLs atau keluarga untuk
Indicator : mengenal tanda dan
1) Mampu gejala kelelahan yang
melakukan ADL memerlukan
secara mandiri pengurangan aktivitas
(seperti makan, 12) Bantu pasien atau
memakai baju, keluarga untuk
toileting, mandi, menentukan tujuan
berdandan, akhir yang realistis
menjaga 13) Evaluasi program
kebersihan oral peningkatkan tingkat
hygiene, berjalan, aktivitas
berpindah tempat) Activity Therapy

1) Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi
medic dalam
merencanakan
program terapi yang
32

tepat
2) Bantu klien unntuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
3) Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
4) Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5) Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivasi
seperti kursi roda
6) Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7) Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8) Bantu pasien atau
keluarga untuk
33

mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9) Sediakan penguat
positif bagi yang aktif
beraktifitas
10) Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11) Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

Ansietas berhubungan Anxiety self-control Anxiety Reduction


dengan perubahan dalam Kriteria hasil: (penurunan kecemasan)
status kesehatan
1) Klien mampu 1) Gunakan pendekatan
Defenisi : kondisi emosi dan
mengidentifikasi dan yang menenangkan
pengalaman subyektif
menungkapkan gejala 2) Nyatakan dengan jelas
individu terhadap objek
cemas harapan terhadap
yang tidak jelas dan spesifik
2) Mengidentifikasi, pelaku pasien
akibat antisipasi bahaya
mengungkapkan dan 3) Jelaskan semua
yang memungkinkan
menunjukkan teknik prosedur dan apa yang
individu melakukan
untuk mengontrol dirasakan selama
tindakan untuk menghadapi
cemas prosedur
ancaman
3) Vital sign dalam batas 4) Pahami perspektif
Batasan Karakteristik:
normal pasien terhadap situasi
1. merasa bingung
4) Postur tubuh, ekspresi stress
34

2. merasa khawatir wajah, bahasa tubuh 5) Temani pasien untuk


dengan akibat dari dan tingkat aktivitas memberikan
kondisi yang menunjukkan keamanan dan
dihadapi berkurangnya mengurangi rasa takut
3. sulit berkonsentrasi kecemasan 6) Identifikai tinglat
4. tampak gelisah kecemasan
5. tampak tegang 7) Bantu pasien
6. sulit tidur mngenali situasi yang
menimbulkan
kecemasan
8) Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan
9) Instrksikan kepada
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
10) Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

Defisit pengetahuan
Manajemen Kanker Pengajaran Proses Penyakit
berhubungan dengan
kurang terpapar informasi 1) Tanda dan gejala 1) Kaji tingkat

Defenisi : ketiadaan atau kanker pengetahuan pasien

kurangnya informasi 2) Penyebab factor- terkait dengan proses

kognitif yang berkaitan faktor yang penyakit

dengan topic tertentu berkontibusi 2) Review pengetaahuan


pasien mengenai
35

Batasan Karakteristik: 3) Perjalanan penyakit kondisinya


1. menanyakan biasanya 3) Jelaskan proses
masalah yang 4) Tahapan kanker penyakit
dihadapi 5) Tanda dan gejala 4) Identifikasi
2. menunjukkan kekambuhan kemungkinan
perilaku tidak sesuai 6) Pilihan pengobatan penyebab sesuai
anjuran yang tersedia kebutuhan
3. menunjukkan 7) Pengobatan 5) Identifikasi perubahan
persepsi yang keliru alternative kondisi fisik pasien
terhadap masalah 8) Efek lanjut obat 6) Diskusikan
4. menjalani 9) Masalah perawatan pilihan/terapi
pemeriksaan yang diri selama pemulihan penangan
tidak tepat 10) Tingkat kelangsungan 7) Edukasi pasien
hidup mengenai tindakan
untuk meminalkan
gejala
Pengajaran Prosedur/
perawatan

1) Kaji pengalaman
pasien sebelumnya
dan tingkat
pengetahuan
2) Jelaskan prosedur/
penanganan
3) Beritahu pasien
pentingnya
pengukuran tanda-
tanda vital selama
36

tindakan
4) Informasikan pasien
agar pasien ikut
terlibat dalam proses
penyembuhannya
5) Kaji harapan pasien
mengenai tindakan
yang dilakukan
6)
7) Diskusikan pilihan-
pilihan tindakan yang
memungkinkan
37

Rencana Keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien Post Operasi dengan Ca
Colorectal adalah seperti yang tertera pada table dibawah ini :

Diagnosa Keperawatan Noc Nic

Nyeri akut berhubungan a. Pain Level Pain Management


dengan agen cidera Indicator :
1) Lakukan pengkajian
biologis 1) Melaporkan nyeri
nyeri dengan
berkurang
Defenisi : pengalaman komprehensif
2) Melaporkan
sensorik atau emosional termasuk lokasi,
lamanya nyeri yang
yang berkaitan dengan karakteristik, durasi,
dirasakan
kerusakan jaringan actual frekuensi, kualitas,
3) Tidak mengerang
atau fungsional, dengan dan factor prespitasi
4) Ekspresi wajah
onset mendadak atau lambat observasi reaksi
rileks
dan berintensitas ringan nonverbal dari
5) Pasien tidak
hingga berat dan konstan, ketiaknyamanan
mondar-mandir
yang berlangsung lebih dari 2) Gunakan teknik
6) Respiration rate
3 bulan komunikasi
dalam rentang
Batasan Karakteristik: teraupetik untuk
normal
mengetahui
1.Mengeluh nyeri 7) Blood pleasure
pengalaman nyeri
2.Merasa depresi dalam rentang
3) Kaji kultur yang
normal
3.Tampak meringis mempengaruhi
b. Pain Control
respon nyeri
4.Gelisah Indicator:
4) Control lingkungan
1) Mampu
5.Tidak mampu yang dapat
mengontrol nyeri, (
menuntaskan aktivitas mempengaruhi nyeri
tahu penyebab
seperti suhu ruangan,
nyeri, mampu
pencahayaan dan
menggunakan
38

teknik kebisingan
nonfarmakologis 5) Kurangi factor
untuk mengurangi presipitasi nyeri
nyeri, mencari 6) Pilih dan lakukan
bantuan) penanganan nyeri
2) Melaporkan bahwa (farmakologi, non
nyeri berkurang farmakologi,
dengan interpersonal)
menggunakan 7) Ajarkan tentang
manajemen nyeri teknik non
3) Mampu mengenali farmakologi
nyeri, (skala, 8) Berikan analgetik
intensitas, untuk mengurangi
frekuensi, dan nyeri
tanda nyeri) 9) Evaluasi tingkat
4) Menyatakan rasa keefektifan control
nyaman setelah nyeri
rasa nyeri 10) Tingkatkan istirahat
berkurang 11) Monitor penerimaan
5) Tanda-tanda vital pasien tentang
dalam batas normal manajemen nyeri
c. Comfort Level Analgesic Administration
Indicator :
1) Tentukan lokasi,
1) Nyeri berkurang
karakteristik,
2) Kecemasan
kualitas, dan derajat
berkurang
nyeri sebelum
3) Stress berkurang
pemberian obat
4) Ketakutan
2) Cek instruksi dokter
39

berkurang tentang jenis obat,


dosis dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
5) Berikan analgesic
tepat terutama saat
nyeri hebat
6) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala
Infection Control (Kontrol
a) Immune status
Resiko infeksi Infeksi)
b) Knowledge Infection
berhubungan dengan
control 1) Bersihkan
adanya invasive
c) Risk control lingkungan setelah
Defenisi : beresiko Kriteria hasil: dipakai pasien lain
mengalami peningkatan 2) Batasi pengunjung
1) Klien bebas dari tanda
terserang organism bila perlu
dan gejala infeksi
patogenik 3) Instruksikan kepada
2) Mendeskripsikan
Batasan Karkteristik : pengunjung untuk
proses penularan
mencuci tangan saat
1. Efek prosedur penyakit
berkunjung dan
invasive 3) Menunjukkan
setelah berkunjung
2. Malnutrisi kemampuan untuk
4) Gunakan sabun
3. Peningkatan paparan mencegah timbulnya
antimikroba untuk
organism pathogen infeksi
mencuci tangan
4) Jumlah leukosit dalam
40

lingkungan batas normal 5) Cuci tangan setiap


4. Ketidakadekuatan 5) Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
pertahanan tubuh sehat melakukan tindakan
primer 6) Gunakan baju,
5. Ketidakadekuatan sarung tangan
pertahanan tubuh sebagai alat
sekunder pelindung
7) Pertahankan
lingkungn aseptic
selama pemasangan
alat
8) Ganti letak IV
perifer dan line
sentral dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
9) Berikan terapi
antibiotic bila perlu
10) Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
11) Monitor kerentanan
terhadap infeksi
12) Berikan perawatan
kulit pada daerah
epidema
13) Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
41

terhadap kemerahan,
panas, drainase
14) Dorong masukan
nutrisi yang cukup
15) Dorong istirahat
16) Ajarkan cara
menghindari infksi
17) Laporkan kecurigaan
infeksi

Kerusakan Integritas Kulit Tissue Integrity : Skin and


Pressure Management
berhubungan dengan Mucous Membranes
factor mekanis 1) Anjurkan pasien
Kriteria Hasil :
untuk menggunakan
Defenisi : kerusakan kulit
1) Integritas kulit yang
pakaian yang
(dermis dan/ epidermis) atau
baik bisa longgar
jaringan (membrane mukosa,
dipertahankan (sensasi,
2) Hindari kerutan pada
kornea, fasia, otot, tendon,
elastisitas, temperature,
tempat tidur
tulang, kartilago, kapsul
hidrasi, pigmentasi)
3) Jaga kebersihan kulit
sendi dan/ atau ligament)
2) Tidak ada luka atau
agar tetap bersih dan
Batasan Karakterstik : lesi pada kulit
kering
3) Perfusi jaringan baik
1. Kerusakan jaringan 4) Mobilisasi pasien
4) Mampu melindungi
atau lapisan kulit (ubah posisi pasien)
kulit dan
2. Nyeri setiap 2 jam sekali
mempertahankan kulit
3. Perdarahan 5) Monitor kulit akan
dan perawatan diri
4. Kemerahan adanya kemerahan
5. Hematoma 6) Oleskan lotion atau
baby oil pada daerah
yang tertekan
42

7) Monitor aktifitas dan


mobilisasi pasien
8) Monitor status
nutrisi pasien

Gangguan citra tubuh Adaptasi Terhadap Peningkatan Harga Diri


berhubungan dengan Disabilitas Fisik
1) Monitor pernyataan
perubahan fungsi dan
1) Menyampaikan secara pasien mngenai
struktur tubuh
lisan kemampuan harga diri
Defenisi : Perubahan untuk menyesuaikan 2) Tentukan
persepsi tentang terhadap disabilitas kepercayaan diri
penampilan, struktur, dan 2) Menyampaikan secara pasien dalam hal
fungsi fisik individu lisan penyesuaian penilaian diri
terhadap disabilitas 3) Bantu pasien
Batasan Karakteristik :
3) Beradaptasi terhadap mengidentifikasi
1. Mengungkapkan keterbatasan secara respon positif dari
kecacatan/ fungsional orang lain
kehilangan bagian 4) Mengidentifikasi cara- 4) Eksplorasi alasan-
tubuh ara untuk beradaptasi alasan untuk
2. Kehilangan bagian dengan perubahan mengkritik diri atau
tubuh hidup rasa bersalah
3. Fungsi/ struktur 5) Fasilitasi lingkungan
tubuh berubah/ dan aktivitas-
hilang aktivitas yang akan
meningkatkan harga
dir
6) Sampaikan atau
ungkapkan
43

kepercayaan diri
pasien dalam
mengatasi situasi

Gangguan pola tidur a. Rest : Extent and


Sleep Enhancement
berhubungan dengan Pattern
1. Determinasi efek-
ketidaknyamanan Indicator:
efek medikasi
Defenisi : gangguan kualitas 1) Jumlah pola istirahat,
terhadap pola tidur
dan kuantitas waktu tidur kualitas istirahat
2. Jelaskan pentingnya
akibat factor eksternal 2) Fisik, mental,
tidur yang adekuat
emosional harus
Batasan Karakteristik: 3. Fasilitasi untuk
diistirahatkan
mempertahankan
1. Mengeluh sulit tidur b. Sleep : extent and
aktivitas sebelum
2. Mengeluh sering pattern
tidur (membaca)
terjaga Indicator :
4. Ciptakan lingkungan
3. Mengeluh tidak puas
1) Jumlah jam tidur yang nyaman
tidur
dalam batas normal 6-8 5. Kolaborasi
4. Mengeluh pola tidur
jam/ hari pemberian obat tidur
berubah
2) Pola tidur, kualitas 6. Diskusikan dengan
5. Mengeluh istirahat
dalam batas normal pasien dan keluarga
tidak cukup
3) Perasaan fresh/ segar tentang tidur pasien
6. Mengeluh
sesudah tidur/ istirahat 7. Monitor waktu
kemampuan
4) Mampu makan dan minum
beraktivitas menurun
mengidentifikasi hal- dengan waktu tidur
hal yang 8. Monitor / catat
menningkatkan tidur kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam
44

Ansietas berhubungan Anxiety self-control Anxiety Reduction


dengan ancaman kematian (penurunan kecemasan)
Kriteria Hasil :
Defenisi : kondisi emosi dan 1) Gunakan pendekatan
1) Klien mampu
pengalaman subyektif yang menenangkan
mengidentifikasi dan
individu terhadap objek yang 2) Nyatakan dengan
mengungkapkan gejala
tidak jelas dan spesifik jelas harapan
cemas
akibat antisipasi bahaya terhadap pelaku
2) Mengidentifikasi,
yang memungkinkan pasien
mengungkapkan dan
individu melakukan tindakan 3) Jelaskan semua
menunjukkan teknik
untuk menghadapi ancaman prosedur dan apa
untuk mengontrol
Batasan Karakteristik: yang dirasakan
cemas
1. merasa bingung selama prosedur
3) Vital sign dalam batas
2. merasa khawatir 4) Pahami perspektif
normal
dengan akibat dari pasien terhadap
4) Postur tubuh, ekspresi
kondisi yang situasi stress
wajah, bahasa tubuh
dihadapi 5) Temani pasien untuk
dan tingkat aktivitas
3. sulit berkonsentrasi memberika
menunjukkan
4. tampak gelisah keamanan dan
berkurangnya
5. tampak tegang mengurangi rasa
kecemasan
6. sulit tidur takut
6) Identifikasi tingkat
kecemasan
7) Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
8) Dorong pasien untuk
mengungkapkan
45

perasaan ketakutan
9) Instruksikan kepada
pasien untuk
menggunakan
relaksasi
10) Berikan : obat untuk
mengurangi
kecemasan
Pengajaran Proses
Defisit pengetahuan Manajemen Kanker
Penyakit
berhubungan dengan
1) Tanda dan gejala
kurang terpapar informasi 8) Kaji tingkat
kanker
Defenisi : ketiadaan atau pengetahuan pasien
2) Penyebab factor-faktor
kurangnya informasi kognitif terkait dengan proses
yang berkontibusi
yang berkaitan dengan topic penyakit
3) Perjalanan penyakit
tertentu 9) Review
biasanya
Batasan Karakteristik: pengetaahuan pasien
4) Tahapan kanker
1. menanyakan masalah mengenai kondisinya
5) Tanda dan gejala
yang dihadapi 10) Jelaskan proses
kekambuhan
2. menunjukkan penyakit
6) Pilihan pengobatan
perilaku tidak sesuai 11) Identifikasi
yang tersedia
anjuran kemungkinan
7) Pengobatan alternative
3. menunjukkan penyebab sesuai
8) Efek lanjut obat
persepsi yang keliru kebutuhan
9) Masalah perawatan diri
terhadap masalah 12) Identifikasi
selama pemulihan
4. menjalani perubahan kondisi
pemeriksaan yang fisik pasien
tidak tepat 13) Diskusikan
pilihan/terapi
46

penangan
14) Edukasi pasien
mengenai tindakan
untuk meminalkan
gejala
Pengajaran Prosedur/
perawatan

8) Kaji pengalaman
pasien sebelumnya
dan tingkat
pengetahuan
9) Jelaskan prosedur/
penanganan
10) Beritahu pasien
pentingnya
pengukuran tanda-
tanda vital selama
tindakan
11) Informasikan pasien
agar pasien ikut
terlibat dalam proses
penyembuhannya
12) Kaji harapan pasien
mengenai tindakan
yang dilakukan
13) Diskusikan pilihan-
pilihan tindakan
yang memungkinkan
47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain Penelitian


Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan desain studi kasus yang
bersifat deskriptif. Mencakup pengkajian atau unit penelitian secara intensif
misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi
(Nursalam, 2015). Penelitian ini mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Ca Colorectal di Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2019.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Waktu penelitian di mulai dari November 2018 sampai dengan Juni
2019.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang di diagnosis
medis Ca Colorectal di Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien yang di diagnosa medis Ca Colorectal
yang di rawat di Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
berjumlah 1 orang. Sampel diperoleh dengan cara purposive random
sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti untuk
mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2015).
Adapun kiteria Sampel dalam penelitian ini adalah:

47
48

a. Kriteria inklusi
1) Pasien bersedia menjadi responden
2) Pasien yang kooperatif
b. kriteria ekslusi
1) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari 5 hari.

D. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara
anamnesa (pengkajian dengan wawancara langsung dengan pasien atau
keluarga), observasi dan pemeriksaan fisik.
Adapun langkah- langkah dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti adalah :
1. Peneliti meminta izin penelitian dari instalasi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
2. Meminta surat rekomendasi ke RSUP Dr. M. Djamil Padang.
3. Mmeminta izin ke kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Meminta izin ke kepala keperawatan Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
5. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 1 orang pasien dengan kasus Ca
Colorectal Post Laparatomy
6. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian
7. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan
responden dalam penelitian
8. Responden dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya
9. Responden atau keluarga menandatangani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan
pamit
49

E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format
pengkajian keperawatan medical bedah, alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari tensi meter, thermometer, stetoskop, penlight, timbangan.

F. Jenis Pengumpulan Data


1. Jenis data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
medikal bedah. Data primer dari penelitian berikut didapatkan dari
hasil wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung
pada responden. Data primer yang diperoleh masing-masing akan
dijelaskan sebagai berikut :
1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi : identitas
pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari, dan
pola makan pasien
2) Hasil observasi langsung pada satu partisipan didapatkan berupa
pasien tampak mengeluh nyeri pada abdomen, nafsu makan
menurun, pasien tampak pucat, pasien mengalami penurunan berat
badan.
3) Pemeriksaan fisik berupa : keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan head to toe.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan
diagnose keperawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa data
penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan dokter.
50

G. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pasien dengan Ca Colorectal. Data yang didapat pada
pengkajian, diagnose keperawatan, rencana tindakan, sampai evaluasi hasil
tindakan akan dinarasikan dan kemudian dianalisis sesuai dengan teori
keperawatan.
51

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

Bab ini akan menguraikan hasil asuhan keperawatan beserta analisis pada pasien Ca
Colorectal sebagai kasus kelolaan utama. Pengambilan kasus dilakukan pada tanggal
30 Maret 2019 di Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang sampai dengan 4
April 2019.

A. DESKRIPSI PASIEN
1. Hasil Pengkajian
Pasien Tn.S berjenis kelamin laki-laki berumur 56 tahun merupakan seorang
ayah yang bekerja sebagai karyawan swasta dengan status kawin yang
memiliki 2 orang anak. Pendidikan pasien tamat SLTA. Pasien masuk RSUP
Dr.M. Djamil Padang pada tanggal 27 Maret 2019 pukul 14.57 WIB, melalui
IGD atasrujukan RSUD Solok, sekarang pasien dirawat di ruang bedah pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Pasien masuk dengan keluhan perut semakin membuncit sejak ±2bulan yang
lalu disertai dengan nyeri pada abdomen.BAB keras bewarna hitam disertai
darah. Pasien juga merasakan penurunan nafsu makan sejak ±1 bulan disertai
dengan penurunan berat badan.

Saat dilakukan pengkajian pada hari Sabtu tanggal 30 maret 2019 pukul
10.15 WIB diruang bedah pria, pasien mengatakan nyeri hilang timbul pada
bagian stoma dengan skala nyeri 8, durasi 3-6 menit, nyeri terasa apabila
dibawa bergerak, nyeri seperti ditusuk- tusuk, badan klien terasa lemas,
segala aktivitas dibantu keluarga, nafsu makan pasien berkurang. Kesadaran
composmentis kooperatif dengan GCS 15, TD : 110/70 mmHg, Nadi : 92x/I,

51
52

pernafasan: 20 x/I, Suhu: 36,8ºc. pasien terpasang iufd Nacl 0,9% drip
tramadol.

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit Ca Colorectal


sebelumnya. Dalam keluarga pasien tidak ada anggota keluarga pasien yang
pernah menderita penyakityang sama dengannya dan tidak memiliki anggota
keluarga yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti jantung,
hipertensi, dan DM, pasien juga mengatakan BAB nya bermaalah dan sering
sembelit.

1) Pola Nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu, pasien
hanya menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikan karena sudah
merasa kenyang, pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan,
BB sebelum sakit ±60 Kg, dan BB sekarang ±48 Kg, mukosa mulut
kering, ada karies gigi, kemampuan mengunyah baik.

Kebiasaan makan dirumah pasien tidak baik, karena hamper setiap hari
pasien mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurang minum air putih.
Pasien mengatakan tidak suka makan sayur. Pasien juga merupakan
perokok berat, menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari.
Penatalaksanaan yang diberikan untuk kebutuhan nutrisi adalah diet ML
TKTP 2400 kal (1/2 mc + 1/2 ML) + 4 buah putih telur + 2 potong
papaya, selama dirumah sakit pasien menghabiskan ± 5 botol aqua ukuran
sedang dalam sehari / 3000 ml

2) Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB 1x/hari, tertampung dalam kolostomi pada
kuadran kiri bawah abdomen, karakter feses kuning kehijauan, konsistensi
53

(saat pengkajian) encer, namun pasien mengatakan konsistensi kadang cair


kadang lunak. BAK tidak ada masalah, klien BAK 3-4 x dalam sehari
dengan konsistensi cair, warna bening kekuningan, bau khas

3) Pola Istirahat dan Aktivitas


Pasien mengatakan tidur ± 6 jam/hari, pasien mengatakan kadang tidurnya
terganggu karena nyeri dan disekitarnya terlalu berisik, pasien juga
mengatakansering terbangun pada saat malam hari. Pasien mengatakan
badannya terasa lemas, cepat lelah apabila dibawa beraktivitas walaupun
pasien hanya terbaring ditempat tidur, pasien juga sering miring kiri dan
miring kanan dan segala aktivitas dibantu oleh keluarga.

4) Pemeriksaan Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
composmentis dengan GCS : 15, TD 110/70 mmHg, Nadi: 92x/I, Suhu:
36,8ºC, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, pupil isokor, reaksi pupil 2mm/2mm. reflek terhadap cahaya
positif. Penggunaan alat bantu baca(-), lensa kontak (-), mukosa mulut
tidak kering, lidah pecah – pecah, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening maupun pembesaran vena jugularis. Telinga pasien simetris kiri
dan kanan, terdapat serumen pada telinga pasien, tidak ada luka dan
benjolan pada telinga pasien, tidak menggunakan alat bantu dengar.
Hidung pasien simetris, tidak terdapat secret, tidak terdapat benjolan
dalam hidung pasien. Tenggorokan pasien tidak ada masalah.

Pasien mengatakan tidak ada terasa sesak,bunyi nafas vesikuler, dada


simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada massa,
warna kulit telapak tangan pink, CRT <3 detik. Pada abdomen pasien
simetris kiri dan kanan, bising usus menurun, bunyi tympani. Tidak ada
54

pembesaran hepar maupun lien, pasien tidak memiliki riwayat alergi.


Suhu: 36,8ºC, turgor kulit jelek karena kebutuhan nutrisinya kurang,
pasien mengatakan badannya terasa lemas hanya terbaring ditempat tidur,
deformitas (-), tremor(-).
5) Data Psikologis
Pasien mengatakan saat ini tidak ada merasa cemas dengan keadaannya
sekarang, koping pasien baik, emosi pasien terkontrol dan tidak ada
kesulitan untuk mengungkapkannya apa yang pasien rasakan. Pasien
mengatakan hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat baik,
pasien mengatakan keluarganya selalu mendukung dan memberikan
support untuk kesembuhan pasien sehingga pasien tidak merasa sendiri
dan terbebani dengan penyakitnya. Berikut hasil program dan rencana
pengobatan Tn.S pada tanggal 30 maret-04 april 2019 terdiri dari Nacl
0,9% drip tramadol 3x sehari, ceftriaxone 2x sehari, ranitidine 2x sehari,
primperan 3x1 sehari, alinamin 2x1 sehari.

Hasil pemeriksaan laboratorium kimia klinik, hematologi,imunologi,dan


serulogi pada tanggal 30 Maret 2019 didapatkan Hemoglobin 9,2 g/dl,
leukosit 6.900/mm3, Trombosit 285.000/mm3,Hematokrit 30%, PT 16,3
detik. APTT 33,7 detik, glukosa sewaktu 1515 mg/dl, ureum darah 45
mg/dl, kreatinin darah 0,7 mg/dl, kalsium 8,2mg/dl, Natrium 154 Mmol/L,
Kalium 2,7 Mmol/L,Klorida Serum 122 Mmol/L, totalprotein 5,6 g/dl,
Albumin 2,3 g/dl.

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisis data pada tanggal pengkajian 30 Maret 2019
ditemukan masalah keperawatan pada pasien nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis. Data subjektif maupun objektif yang
menunjang masalah keperawatan ini diangkat adalah pasien mengatakan
55

nyeri hilang timmbul pada daerah kolostomi, pasien merasakan nyeri


dengan skala 8 durasi 3-6 menit, nyeri terasa apabila dibawa bergerak,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien tampak,meringis tampak luka insisi
post operasi dibagian abdomen.

Selanjutnya ditemukan masalah keperawatan kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan factor mekanis. Adapun data-data subjektif maupun
objektif diangkat masalah ini diantaranya terdapat pasien mengatakan
cairan kolostomi sering merembes keluar, pasien mengatakan luka
laparatomi masih ada yang belum kering, pasien mengatakan hanya
berbaring di tempat tidur, kulit disekitar stoma lembab dan bewarna pink
kemeraha dan panjang laparatomi ±10 cm, pasien hanya terbaring
ditempat tidur, turgor kulit jelek.

Masalah keperawatan yang terakhir ditemukan adalah defisit perawatan


diri berhubungan dengan kelemahan. Data yang didapatkan pasien
mengatakan sulit bergerak dan tidak mampu untuk membersihkan
kolostomi sendiri pasien mengatakan tidak mampu mandi sendiri tanpa
adanya bantuan dari keluarga, KU lemah ,kesadaran komposmentis,
rambut dan kepala tampak kotor dan bau, ADL terpenuhi dengan
bantuan.

Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang


pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan factor mekanik. Sedangkan diagnosa keperawatan
yang ketiga adalah defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
.
56

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasienmasalah
keperawatan nyeri akut adalah manajemen nyeri dengan Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekunsi, kualitas, dan factor presipitasi, observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan,
kurangi factor presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi, interpersonal), ajarkan teknik non
farmakologi, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, evaluasi tingkat
keefektifan control nyeri, tingkatkan istirahat, monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.

Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien masalah


kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis adalah
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, hindari
kerutan pada tempat tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering, mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali,
monitor kulit akan adanya kemerahan, oleskan lotion atau minyak baby
oil pada daerah yang tertekan, monitor aktivitas dan imobilisasi pasien,
monitor status nutrisi pasien, memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat,Perawatan insisi,Membersihkan, memantau dan meningkatkan
proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan ,monitor proses
penyembuhan area insisi, monitor tanda dan gejala infeksi pada daerah
insisi, perawatan ostomy.

Rencana masalah keperawatan defisit perawatan diri berhubungan dengan


kelemahan adalah Monitor kondisi umum klien,mandikan klien setiap
hari atau sesuai indikasi, bantu klien mengenakan pakaian yanglayak,
57

jaga agar rambut tetap bersih dan rapi, pasang alat penampung urin atau
kateter apabila diinstruksikan, berikan perawatan kateter yang tepat,
bersihkan kulit setelah BAB/BAK

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan pada pasien mulai dari tanggal 30 Maret
2019 sampai dengan tanggal 04 April 2019 pada masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis adalah cek riwayat alergi
(ceftriaxone), menentukan jumlah analgesic yang digunakan, memonitor
tanda-tanda vital, mencek pemberian analgesic selama 24 jam, terapi
pengobatan Nacl 0,9% drip tramadol 3x sehari, ceftriaxone 2x sehari,
ranitidine 2x sehari, .

Implementasi yang telah dilakukan pada masalah kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan factor mekanis adalah menganjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar, menghindari kerutan pada tempat tidur,
menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, memobilisasi pasien
(ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali, monitor kulit akan adanya
kemerahan, mengoleskan lotion atau minyak baby oil pada daerah yang
tertekan, memonitor aktivitas dan imobilisasi pasien, memandikan pasien
dengan sabun dan air hangat, melakukan perawatan insisi, membersihkan,
memantau dan meningkatkan proses penyembuhan luka yang ditutup dengan
jahitan ,memonitor proses penyembuhan area insisi, memonitor tanda dan
gejala infeksi pada daerah insisi, melalukan perawatan ostomy.

Implementasi yang telah dilakukan pada masalah keperawatan defisit


perawatan diri berhubungan dengan kelemahan adalah Memonitor kondisi
umum klien, memandikan klien setiap hari atau sesuai indikasi, membantu
klien mengenakan pakaian yang layak, menjaga agar rambut tetap bersih dan
58

rapi, pasang alat penampung urin atau kateter apabila diinstruksikan,


memberikan perawatan kateter yang tepat, membersihkan kulit setelah
BAB/BAK

5. Hasil Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari dan dievaluasi serta
dilakukan modifikasi pada Tn.S, maka didapatkan hasil evaluasi pada
masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu pasien
mengatakan nyeri sudah jauh berkurang dari awal masuk rumah sakit, pasien
mampu untuk mengontrol nyeri dengan cara teknik nafas dalam, pasien
mampu mengenali nyeri (skala nyeri : 2, durasi : 2-3 menit, nyeri kadang
terasa saat dibawa bergerak, masalah nyeri akut teratasi dimana kenyamanan
fisik, control nyeri, dan level nyeri sudah teratasi dan intervensi pada
masalah nyei akut dihentikan.

Pada masalah kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis


setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari masalah kerusakan
integritas kulit sebagian teratasi dimana kulit dan membrane mukosa sudah
teratasi, perawatan diri ostomi teratasi sebagian dengan hasil : integritas kulit
bisa dipertahankan, pasien mampu memahami proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang, pasien mampu untuk mempertahankan
kelembapan kulit, pasien mampu menjelaskan tujuan dan fungsi stoma
dengan benar, pasien dan keluarga mampu mengganti kantong kolostomi
namun tidak tepat waktu dan cairan feses pasien sering merembes keluar,
pasien belajar untuk menerima stoma, dan intervensi pada masalah
kerusakan integritas kulit masih tetap dilanjutkan oleh perawat ruangan.

Pada masalah defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, setelah


dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari masalah defisit perawatan diri
59

telah teratasi, pasien sudahterbebas dari bau, ADL terpenuhi tanpa bantuan,
pasien tampak bersih dan segar, pasien mnyatakan kenyamanan terhadap
kemampuan untuk melakukan ADL

B. PEMBAHASAN KASUS
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan hasil penelitian dengan
teori dengan hasil penelitian orang lain asuhan keperawatanpada pasiendengan
kasus Ca Colorectal yang telah dilakukan sejak tanggal 30 Maret 2019 sampai
dengan tanggal 04 April 2019 di Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,masalah keperawatan yang
muncul (diagnosa keperawata), rencana keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pada hasil penelitian didapatkan pasien merasakan nyeri pada abdomen,
kelelahan, dan perubahan defekasi dimana pasien mengalami konstipasi
sebelummasuk RS dan BAB bewarna kehitaman dan berdarah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Brunner dan Suddarth (2016) yaitu manifestasi klinis dari Ca
Colorectal yaitu perubahan defekasi (merupakan gejala yang paling sering
terjadi), keluarnya darah didalam tinja atau feses (gejala kedua yang paling
sering dijumpai), anemia, anoreksi, penurunan berat badan, dan keletihan,
nyeri abdomen, kram abdomen, penyempitan ukuran feses, konstipasi dan
distensi.

Pada kasus, pasien berusia 56 tahun diperkuat dengan penelitian Agelia


Yolanda (2016) pada pasien dengan diagnosis Ca Colorectal menunjukkan
bahwa umur mereka rata-rata sekitar 50 tahun dan mayoritas pasien adalah
pria dengan rasio pria dan wanita 4:1:3. Kematian terbesar dari ca colorectal
adalah kelompok umur >50 tahun
60

Menurut Black dan Hawks (2014) penatalaksanaan pada pasien Ca Colorectal


yaitu dengan salah satunya dengan cara pembedahan Hemikolektomi yaitu
bagian yang terkena kanker akan diangkat termasuk getah bening didekatnya,
kemudian disambungkan kembali dengan bagian usus yang tersisa.

2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa pada pasien Ca Colorectal terdapat 7 diagnosa
keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis, defisit
perawatan diri, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (pembedahan),
gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, defesit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Pada kasus muncul 3 diagnosa keperawatan yang ada pada pasien kelolaan dari
7 kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan Ca Colorectal
dalam teori.

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


NANDA (2015) menjelaskan bahwa nyeri akut merupakan pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang actual dan potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung <6 bulan.

Menurut Hidayat Alimul (2010) terdapat beberapa jenis stimulus nyeri


diantaranya: trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat
terjadinya kerusakan jarigan dan iritasi secara langsung pada reseptor. Karena
61

nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak factor yang mempengaruhi


pengalaman nyeri individu. Berdasarkan analisa peneliti, stoma tidak memiliki
ujung saraf sehingga tidak terlalu sensitive terhadap sentuhan atau nyeri, akan
tetapi stoma kaya dengan pembuluh darah dan mungkin dapat berdarah jika
dilakukan pengusapan. Sedangkan terjadinya nyeri pada Tn.S adalah karenan
adanya iritasi pada daerah sekitar kolostomi pasien. Yang terjadi pada
pembuatan kolostomi adalah iritasi pada kulit disekitar stoma, iritasi ini
umunya terjadi pada lansia disebabkan oleh lapisan epitel dan lemak subkutan
yang semakin menipis karena proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin
mudah mengalami iritasi.

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis


Tn.D mengatakan mengganti kantung kolostomi apabila kantung kolostomi
sudah hampir penuh sehingga fesesnya sering merembes keluar. Hal ini belum
sesuai dengan teori, bahwa kantung kolostomi harus dikosongkan atau diganti
jika sudah 1/3 atau ¼ bagian sehingga isinya tidak menyebabkan kantung lepas
dari diskus perekatnya dan keluar isinya (Smeltzer & Bare 2015). Berdasarkan
analisa peneliti masalah stoma harus diganti apabila feses telah mencapai ½
dari kantung kolostomi sehingga bisa menghindari cairan/ feses merembes
keluar dan menyebabkan iritasi.

Truven Health Analystic (2012) menyampaikan bahwa komplikasi stoma


banyak muncul pada tahun pertama pasca pembedahan. Kondisi stoma Tn.S
saat ini bewarna pink kemerahan, lembab, produksi feses(+), flatus(+), tidak
ada perdarahan. pasien berusia 56 tahun diperkuat dengan penelitian Agelia
Yolanda (20015) pada pasien dengan diagnosis Ca Colorectal menunjukkan
bahwa umur mereka rata-rata sekitar 60 tahun dan mayoritas pasien adalah pria
dengan rasio pria dan wanita 4;1,3. Kematian terbesar dari ca colorectal adalah
kelompok umur 60-70 tahun.
62

Pada konsep asuhan keperawatan biasanya pada pasien Ca Colorectal akan


mengalami ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tidak berdaya, stres karena
hubungan keluarga, pekerjaan, pengobatan yang mahal. Tetapi pada Tn.S
berbanding terbalik dengan apa yang ada pada konsep asuhan keperawatan
dimana Tn.S tidak ada merasa cemas, koping klien baik, emosi terkontrol,
hubungan klien dengan keluarga baik. Klien selalu mndukung dan memberikan
support untuk kesembuhan klien sehingga klien merasa kuat untuk menjalani
cobaan yang sedang dihadapinya.

3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


Defisit perawatan diri pada pasienterjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan akitivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan, berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara
mandiri (Anna &Akemat, 2010).

Pada konsep asuhan keperawatan biasanya pada pasien Ca Colorectal akan


mengalami defisit perawatan diri . Tn.S mengatakan sulit bergerak dan tidak
mampu untuk membersihkan kolostomi dan mandi sendiri tanpa adanya
bantuan dari keluarga. Menurut analisa peneliti, tindakan ini perlu dilakukan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan diri.

3. Rencana Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi
keperawatan dan merupakan metode dokumentasi, tentang asuhan keperawatan
kepada klien (Nurasalam, 2011) Intervensi atauperencanaan tindakan
63

keperawatan pada kasus pasien disusun berdasarkan masalah keperawatan


yang ditemukan yaitu :

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan dengan nyeri akut berhubungan


dengan agen cidera biologis dengan criteria hasil berdasarkan NOC yaitu:
manajemen nyeri, aktivitas yang dilakukan adalah melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi nyeri, mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh nyeri. Salah satu intervensi yang
dilakukan kepada Tn.S adalah manajemen nyeri yaitu dengan mengajarkan
teknik nafas dalam. Menurut Smeltzer & Bare (2015), teknik relaksasi nafas
dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam ini perawat
mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam. Selain
dapat menurunkan tingkat nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Rencana yang dilakukan pada Tn.S dengan diagnose kerusakan integritas kulit
salah satunya adalah mengajarkan kepada pasien cara perawatan stoma, serta
cara mengairi ostomi dengan benar. Pada perawatan stoma, pasien dianjurkan
melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan
sabun ringan waslap lembap serta lembut. Kasa dapat digunakan untuk
menutupi stoma atau tampon vagina dapat dimasukkan dengan perlahan untuk
mengabsorbsi kelainan drainase (Smeltzer & Bare 2015). Menurut analisa
peneliti, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien
tentang cara perawatan ostomi sehingga pasien dan keluarga ketika pulang dari
rumah sakit bisa melakukan ostomi dengan benar.

Intervensi yang dilakukan pada Tn.S dengan diagnose defisit perawatan diri
salah satunya adalah membantu pasien dalam melakukan perawatan diri dan
64

ADL. Dalam melakukan perawatan Tn.S di ajarkan bagaiamana cara merawat


diri sendiri, mengganti pakaian yang kotor dengan yang bersih, dan ajarkan
pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan kolostomi Menurut analisa
peneliti, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien
tentang cara perawatan diri tanpa bantuan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap melakukan rencana keperawatan yang
telah dibuat. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi meliputi
pengkajian ulang, memperbarui data dasar, meninjau dan merevisi asuhan
keperawatan yang direncanakan (Deswani, 2009).

Implementasi keperawatan masalah nyeri akut tidak semua dilakukan oleh


peneliti, dari 23 tindakan peneliti hanya melakukan 20 tindakan. 3 tindakan
yang tidak peneliti lakukan yaitu mengontrol lingkungan tang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang, dan anstipasi ketidaknyamanan dari prosedur, memfasilitasi
pasien terhadap obat, tindakan ini tidak dilakukan karena pasien sudah
mengetahui penyebab, lama, dan antisipasi ketidaknyamanan prosedur,
memeriksa alergi obat dari perawat ruangan.

Implementasi pada masalah keeperawatan kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan faktor mekanis tidak semua dilakukan oleh peneliti. Dari
32 rencana tindakan peneliti hanya melakukan 27 tindakan, 15 tindakan yang
tidak peneliti lakukan diantaranya memandikan pasien dengan sabundan air
hangat karena pasien hanya mau dimandikan olehistrinya, ganti balutan
interval yang sesuai, gunakan preparat anti septic, perawatan luka dilakukan
oleh perawat ruangan sendiri.
65

Implementasi pada masalah keeperawatan defisit perawatan diri berhubungan


dengan kelemahan tidak semua dilakukan oleh peneliti. Dari 7 rencana
tindakan peneliti hanya melakukan 5 tindakan, 3 tindakan yang tidak peneliti
lakukan diantaranya pasang alat penampung urin atau kateter apabila
diinstruksikan, memberikan perawatan kateter yang tepat, karena Tn.S tidak
menggunakan kateter.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini yang
dilakukan adalah mengkaji respon pasien dengan kriteria hasil, memodifikasi
asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada pasien (Deswani, 2009).

Evaluasi yang peneliti lakukan pada pasien tanggal 30 Maret 2019 sampai
tanggal 04 April 2019 menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keprawatan yang sudah dilakukan. Didapatkan
masalah keperawatan nyeri akut teratasi pada hari ke 5 dengan criteria hasil
pasien mampu mengontrol nyeri, pasien mengatakan nyeri telah berkurang,
dan pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang.

Didapatkan evaluasi pada masalah keperawatan kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan kelembapan hanya teratasi sebagian dimana kulit dan
membrane sudah teratasi, perawatan diri ostomi teratasi sebagian.menurut
analisa peneliti dari hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari,
maka ganggun integritas kulit hanya teratasi sebagian hal ini menyebabkan
pasien masih membutuhkan perawatan dalam penyembuhan dan perawatan
luka laparatomi.
66

Didapatkan evaluasi pada masalah keperawatan defisit perawatan diri


berhubungan dengan kelemahan sudah teratasi dimana pasien sudah tampak
bersih dan rapi, klien bebas dari bau badan.

Menurut analisa peneliti, dari hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan
selama 6 hari pasien masih perlu dilakukan tindakan keperawatan untuk
mengurangi gejala subjektif yang dirasakan pasien.
67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilalukan pada Tn.S dengan kasus Ca Colorectal
di ruangan IRNA Bedah RSUP DR.M.Djamil Padang tahun 2019, peneliti
dapat mengammbil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada kasus Ca Colorectal Post Op
Laparatomy didapatkan partisipan mengeluh nyeri pada luka pasca
operasi, terdapat luka operasi ± 15 cm ditutupi perban, pasien mengeluh
tidak nyaman pada perut, tidak bisa tidur, bergerak terbatas dan sulit
beraktivitas.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ca Colorectal ada
sebanyak 7 masalah keperawatan. Sedangkan pada kasus Tn.S ditemukan
3 masalah keperawatan yaitu nyeri akut b/d agen cidera biologis,
kerusakan integritas kulit, defisit perawatan diri.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang telah ada,
berdasarkan dengan Nanda NIC-NOC.
4. Implementasi keperawatan mengacu kepada rencana tindakan yang telah
disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret – 4
April 2019. Sebagian besar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada
implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada tanggal 30 Maret – 4
April 2019 dalam SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada masalah
keperawatan yang muncul pada Tn.S masalah keperawatan teratasi.
Masalah keperawatan teratasi pada hari ke lima yaitu Nyeri Akut dan
defiit perawatan diri.

67
Seluruh tindakan yang dilakukan pada pasien dengan Ca Colorectal di
dokumentasikan pada format asuhan keperawatan, dimana berisi identitas, riwayat
kesehatan, tindakan yang dilakukan pada pasien, serta catatan perkembangan
keperawatan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui direktur agar diadakannya pelatihan tentang metode asuhan
keperawatan pada pasien Ca Colorectal kepada pegawai khususnya
perawat.
2. Bagi Ruang Rawat Inap Bedah
Semoga studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien Ca Colorectal dapat
menjadi acuan bagi perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang dalam melakukan asuhan keperawatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil
diagnose secara tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, harus terlebih dahulu memahami
masalah dengan baik, serta mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2014. Cancer facts and figures


http://www.cancer.org/research/cancerfactsstatistics/cancerfactsfigures2014/i
ndex.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2018. RisetKesehatanDasar (Riskesdas) 2018

Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia: CV Pentasada Media Edukasi

Diananda. 2008. Mengenal seluk beluk kanker, Jakarta: KataHati

Lemone & Priscilla. 2016. Keperawatan Medikal Bedah edisi 5. Jakarta : EGC

Padila. 2012. Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Asuhan


Keperawatan Pada Sistem Cardio, Perkemihan, Integumen, Persyarafan,
Gastrointestinal, Muskulosketal, Reproduksi, dan Respirasi. Yogyakarta:
NuhaMedika

Robinson & Saputra. 2014. Buku Ajar: Visual Nursing (medikal – bedah) sebuah
panduan diagnosis penyakit, keterampilan, serta asuhan keperawatan. Jilid
satu. Tanggerang: BinaRupa Aksara

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidayat-de jong, Ed.3. Jakarta:
EGC

Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth
edisi. 8. Vol 2. Jakarta:EGC

Smeltzer, 2016. Keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth edisi 12. Jakarta:
EGC

Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuhamedika.


LAMPIRAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien
a) Nama Pasien : Tn. S
b) Tempat/Tanggal Lahir : Solok/ 13 Februari 1963
c) Jenis Kelamin : Laki laki
d) Status Kawin : Kawin
e) Agama : Islam
f) Pendidikan : SLTA
g) Pekerjaan : Pegawai Swasta
h) Alamat : Jl. Tanjung Harapan, Solok
i) Tanggal Masuk RS : 27-03-2019
j) Tanggal Pengkajian : 30-03-2019
k) Diagnosa Medis : Ca Colorectal post kolostomi
2) Identitas Penanggung Jawab
a) Nama : Ny.J
b) Pekerjaan : Pegawai Swasta
c) Alamat : Jl. Tanjung Harapan, Solok
d) Hubungan : Istri
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Keluhan Utama :
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
hari rabu tanggal 27 Maret 2019 pukul 04.47 WIB dengan
keluhan utama pasien perut membengkak sejak 2 bulan yang
lalu disertai dengan nyeri pada abdomen, pasien mengalami
sulit BAB ±2 bulan yang lalu, BAB bewarna hitam dan
berdarah, nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu disertai
dengan penurunan berat badan.
2. Keluhan saat dikaji :
Saat dilakukan pengkajian pada hari Sabtu tanggal 30 maret
2019 pukul 10.15 WIB pasien mengatakan nyeri hilang timbul
pada bagian stoma dengan skala nyeri 8, durasi 3-6 menit, nyeri
terasa apabila dibawa bergerak, nyeri seperti ditusuk- tusuk,
badan klien terasa lemas, segala aktivitas dibantu keluarga,
nafsu makan pasien berkurang.
.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit Ca Colorectal
sebelumnya, pasien juga mengatakan memiliki kebiasaan makan
makanan yang bersantan, pemakaian penyedap rasa pada masakan,
tidak suka makan buah, sayur, dan jarang minum air putih, pasien
juga merupakan perokok berat menghabiskan 2 bungkus rokok
dalam sehari. Pasien mengatakan BAB nya bermasalah dan sering
sembelit.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit yang sama dengannya dan tidak memiliki anggota
keluarga yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
jantung, hipertensi, dan DM
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
1. Makan
(a) Sehat : Pasien biasanya makan 3× sehari dengan porsi
sedang. Pasien mengatakan tidak suka makan sayur dan
buah dan sering mengkonsumi mie instan.
(b) Sakit : pasien diberikan diet ML TKTP 2400 kal (1/2 mc +
1/2 ML) + 4 buah putih telur + 2 potong papaya.
2. Minum
(a) Sehat : Pasien minum air putih 4-5 gelas (kira-kira 1200 cc
perhari)
(b) Sakit : selama dirumah sakit pasien menghabiskan ± 5 botol
aqua ukuran sedang dalam sehari / 3000 ml
b) Pola Eliminasi
1. BAK
(a) Sehat : BAK pasien normal tidak ada keluhan saat akan
BAK ataupun sesudah BAK dengan warna BAK
kekuningan, frekuensi BAK selama sakit sekitar 3-4 kali
sehari, bau khas
(b) Sakit : pasien BAK lebih kurang 3500 cc sehari, pasien
terpasang pempers.
2. BAB
(a) Sehat : BAB tidak lancar 1kali dalam 2 hari, BAB bewarna
hitam dan berdarah.
(b) Sakit : Setelah operasi pasien BAB 1x hari, konsistensi
lunak kadang cair.
c) Pola istirahat dan tidur
1. Sehat : Pasien tidur malam selam 7-8 jam, pada malam hari
kualitas tidur baik.
2. Sakit : Pasien tidur ± 6 jam, namun pasien kadang-kadang
sering terbangun di malam hari.
d) Pola aktivitas dan latihan
1. Sehat : Pasien melakukan aktivitasnya sehari-hari secara
mandiri. Namun pasien jarang melakukanolahraga fisik.
2. Sakit : Aktivitas pasien sepenuhnya dibantu oleh keluarga
selama dirawat di RS, pasien hanya berbaring di tempat tidur.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : lemah
b) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Co-operative
c) Tinggi Badan : 155 cm
d) Berat Badan : 48 Kg
e) IMT :18,5
f) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
(2) Nadi : 92 x/i
(3) Suhu : 36,80C
(4) Pernapasan :20 x/i
g) Kepala : Rambut berwarna hitam dan sudah ditumbuhi
uban, tidak ada teraba benjolan yang abnormal, rambut dan kepala
tampak kotor dan bau.
h) Wajah : Wajah tampak pucat, tidak ada edema, tidak
ada lesi, kadang pasien terlihat meringis karena nyeri yang
dirasakan pada perutnya.
i) Mata : Simetris kiri kanan, konjungtiva anemis, sklera
ikterik, pupil isokor, ketajaman penglihatan sudah mulai menurun.
j) Hidung : Simetris kiri dan kanan, mukosa hidung
lembab, konka nasal tidak meradang, tidak ada pernafasan cuping
hidung
k) Mulut dan gigi : Mukosa bibir tampak kering, sariawan tidak
ada, gigi tidak lengkap, ada karies gigi
l) Telinga : Tidak ada serumen,membran tymphani masih
utuh
m) Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis, kelenjer
tyroid tidak membengkak, kelenjer getah bening tidak meradang
n) Sistem pernapasan:
(1) Inspeksi : Dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada
(2) Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan, fremitus kiri-
kanan
(3) Perkusi : Sonor
(4) Auskultasi : Bunyi napas vesikuler
o) Sistem Kardiovaskuler
(1) Inspeksi : Tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjer limfe dan ictus cordis tidak terlihat
(2) Palpasi : Tidak ada massa/benjolan,ictus cordis teraba
dan pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior teraba
lemah
(3) Perkusi : Tidak ada pelebaran batas-batas jantung
(4) Auskultasi : Bunyi jantung reguler
p) Sistem Gastrointestinal
(1) Inspeksi : Terdapat luka bekas operasi ± 10 cm
(2) Auskultasi : Bising usus 15x/menit
(3) Palpasi : tidak ada nyeri tekan di daerah epigastrium dn
di daerah sekitar organ hati
(4) Perkusi : Tympani
q) Ekstremitas
(1) Atas : Akral hangat, terpasang infus ditangan kanan,
tangan sebelah kiri terpasang gelang identitas,tidak ada lesi
(2) Bawah : tidakada lesi, tidak ada edema tungkai, CRT
2detik
r) Genetalia : klien mengatakan tidak ada masalah pada
daerah kemaluan. Klien tidak terpasang kateter namun terpasang
pempers.
s) Integumen : kulit tampak kering, turgorkulit menurun
6) Data Psikososial
a) Status emosional : Emosi pasien stabil
b) Kecemasan : Pasien tampakcemas dengan keadaannya yang
sekarang.
c) Pola koping : Pasien dapat menerima penyakitnya saat ini.
d) Gaya komunikasi : Komunikasipasien baik, dapat dimengerti dan
dapat di feedback dengan baik
e) Konsep Diri :
a) Gambaran diri : Pasien tampak cemas dan tidak nyaman
dengan keadaannya namun tetap kooperatif
b) Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan ingin
dapat beraktifitas dengan normal
c) Harga diri :Pasien merasa diperakukan baik oleh
dokter dan perawat
d) Peran diri :Pasien merupakan seorang karyawan
swasta
e) Identitas diri : Pasien seorang laki-lakiyang berumur 66 tahun
dan bekerja sebagai karyawan swasta
7) Data Sosial Ekonomi
Hubungan pasien dengan keluarga, pasien dengan perawat, dan pasien
dengan pasien lainnya terjalin cukup baik. Pasien menggunakan BPJS
dalam pelayanan kesehatan. Penghasilan pasien sekitar ±Rp
3.000.000,00 per bulan, dan anak-anaknya selalu memberikan uang
tambahan setiap bulannya.
8) Data Spiritual
Pasien beragama islam, dalam keadaan sehat pasien dapat menjalankan
shalat 5 waktu dan juga berdoa. Saat sakitpasien masih bisa shalat dan
berdoa untuk kesembuhannnya di atas tempat tidur
9) PemeriksaanPenunjang
a) Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 29 Maret 2019
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN

Hemoglobin 9,2 g/dl 14-18

Leukosit 13.580 /mm3 5.000-10.000

Trombosit 285.000 /mm3 150.000-400.000

Hematokrit 30 % 40-48

PT 16.3 Detik 8,9-12,1

APTT 33,7 Detik 26,8-36,1

KESAN : Anemia Ringan, Leukositosis, PT-APTT melebihi


nilai rujukan
b) Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 29 Maret 2019
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN

Glukosa sewaktu 151 Mg/dl <200

Ureum Darah 45 Mg/dl 10,0-50,0

Kreatinin Darah 0,7 Mg/dl 0,8-1,3


Kalsium 8,2 Mg/dl 8,1-10,4

Natrium 154 Mmol/L 136-145

Kalium 2,7 Mmol/L 3,5-5,1

Klorida Serum 122 Mmol/L 97-111

Total Protein 7,3 g/dl 6,6-8,7

Albumin 2,8 g/dl 3.8-5,0

Globulin 4,5 g/dl 1.3-2,7

c) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan kolonoskopi

10) Program pengobatang


1. Nacl 0,9%
2. Ceftriaxone 2x1
3. Ranitidine 2x1
4. Drip tramadol

B. Analisa Data
Masalah Penyebab

DS : Nyeri akut Agen cidera biologis


 pasien mengatakan
nyeri hilang timmbul
pada daerah kolostomi
 pasien merasakan
nyeri dengan skala 8
durasi 3-6 menit,
nyeri terasa apabila
dibawa bergerak,
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
DO :

 pasien tampak
meringis
 Tampak luka insisi
post operasi dibagian
abdomen
DS : Kerusakan Factor mekanis
 pasien mengatakan integritas kulit
cairan kolostomi
sering merembes
keluar
 pasien mengatakan
luka laparatomi masih
ada yang belum
kering
 pasien mengatakan
hanya berbaring di
tempat tidur
DO :

 kulit disekitar stoma


lembab dan bewarna
pink kemerahan
 panjang laparatomi
±10 cm,
 pasien hanya terbaring
ditempat tidur
 turgor kulit jelek

DS : Defisit keperawatan Kelemahan


 pasien mengatakan diri
sulit bergerak dan
tidak mampu untuk
membersihkan
kolostomi sendiri
 pasien mengatakan
tidak mampu mandi
sendiri tanpa adanya
bantuan dari keluarga
DO :

 ku lemah
 kesadaran
komposmentis
 rambut dan kepala
tampak kotor dan bau
 ADL terpenuhi
dengan bantuan

2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Dipecahkan
Masalah
Tgl Paraf Tgl Paraf

1 Nyeri akut berhubungan 30 Maret 04 April


dengan agen cidera biologis 2019 2019

2 Kerusakan integritas kulit 30 Maret 04 April


berhubungan dengan 2019 2019
kelembapan

3 Defisit perawatan diri 30 Maret 04 April


berhubungan dengan 2019 2019
kelemahan

1. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KRITETIA INTERVENSI


KEPERAWATAN
Nyeri akut NOC NIC
berhubungan dengan
1 d. Pain Level Pain Management
agen cidera biologis
Indicator :
12) Lakukan pengkajian
8) Melaporkan
nyeri dengan
nyeri
komprehensif
berkurang
termasuk lokasi,
9) Melaporkan
karakteristik, durasi,
lamanya nyeri
frekuensi, kualitas,
yang
dan factor prespitasi
dirasakan
observasi reaksi
10) Tidak
nonverbal dari
mengerang
ketiaknyamanan
11) Ekspresi
13) Control lingkungan
wajah rileks
yang dapat
12) Pasien tidak
mempengaruhi nyeri
mondar-
mandir seperti suhu ruangan,
13) Respiration pencahayaan dan
rate dalam kebisingan
rentang 14) Kurangi factor
normal presipitasi nyeri
14) Blood 15) Pilih dan lakukan
pleasure penanganan nyeri
dalam rentang (farmakologi, non
normal farmakologi,
e. Pain Control interpersonal)
Indicator: 16) Ajarkan tentang
6) Mampu teknik non
mengontrol farmakologi
nyeri, ( tahu 17) Berikan analgetik
penyebab untuk mengurangi
nyeri, mampu nyeri
menggunakan 18) Evaluasi tingkat
teknik keefektifan control
nonfarmakolo nyeri
gis untuk 19) Tingkatkan istirahat
mengurangi Analgesic Administration
nyeri, mencari
7) Tentukan lokasi,
bantuan)
karakteristik,
7) Melaporkan
kualitas, dan derajat
bahwa nyeri
nyeri sebelum
berkurang
pemberian obat
dengan
8) Cek instruksi dokter
menggunakan
tentang jenis obat,
manajemen
dosis dan frekuensi
nyeri
9) Cek riwayat alergi
8) Mampu
10) Monitor vital sign
mengenali
sebelum dan sesudah
nyeri, (skala,
pemberian analgesic
intensitas,
pertama kali
frekuensi, dan
11) Berikan analgesic
tanda nyeri)
tepat terutama saat
9) Menyatakan
nyeri hebat
rasa nyaman
12) Evaluasi efektifitas
setelah rasa
analgesic, tanda dan
nyeri
gejala
berkurang
10) Tanda-tanda
vital dalam
batas normal
f. Comfort Level
Indicator :
5) Nyeri
berkurang
6) Kecemasan
berkurang
7) Stress
berkurang
8) Ketakutan
berkurang

2 Kerusakan integritas NOC NIC


kulit berhubungan
a. kulit dan membrane a. perawatan insisi
dengan factor
mukosa
Aktivitas:
a. Indicator :
1) Integritas kulit 1) Membersihkan,
yang baik memantau dan
dipertahankan meningkatkan proses
(sensasi, elastic penyembuhan luka
sitas, temperature, yang ditutup dengan
hidrasi, jahitan
pigmentasi) penyembuhan area
2) Tidak ada luka/ insisi
lesi pada kulit 2) Monitor tanda dan
3) Perfusi jaringan gejala infeksi pada
baik daerah insisi
4) Menunjukkan 3) Bersihkan area
pemahaman sekitar jahitan
dalam proses dengan kapas steril
perbaikan kulit
dan mencegah
b.Perawatan ostomy
terjadinya cedera
berulang Aktivitas:
5) Mampu
melindungi kulit 1) Anjurkan pasien
dan dalam penggunaan
mempertahankan peralatan ostomi
kelembapan 2) Membantu pasien
kuliat dan dalam memperoleh
perawatan alami peralatan yang
dibutuhkan
3) Pantau
b. Penyembuhan penyembuhan stoma
luka primer 4) Pantau komplikasi
Indicator: pasca operasi seperti
1) Perkiraan luka usus obstruksi, ileus
tepi paralitik, kebocoran
2) Pembentukan anastomosis
luka tepi 5) Pantau stoma /
3) Kulit sekitar penyembuhan
tidak edema jaringan sekitar
dan memar 6) Mengeskplorasi
4) Peningkatan perawatan pasien
suhu kulit dari ostomy
5) Bau luka 7) Monitor pola
tidak bususk eliminasi
8) Menganjurkan
pasien untuk intubasi
c. Perawatan diri
dn menguras
ostomy
kantung setiap kali
Indikator:
terasa penuh (setiap
1)mampu
menjelaskan
fungsi dan tujuan
stoma
2) mengukur
stoma dengan alat
yang tepat
3) mengatakan
nyaman dengan
stoma
4)
memmpertahanka
n perawatan kulit
disekitar stoma
5) menggunakan
teknik irigasi
yang benar
6)
menggosongkan
dan mengganti
kembali kantung
stoma
7) mengikuti diet
yang dianjurkan

3 Defisit perawatan NOC NIC


diri berhubungan
Self Care: Activity of Higiene diri
dengan kelemahan
Daily Livinga
1) Monitor kondisi
Kriteria hasil: umum klien
2) Mandikan klien
1) Klien terbebas setiap hari atau
dari bau sesuai
2) ADL terpenuhi 3) indikasi
tanpa bantuan 4) Bantu klien
3) Klien tampak mengenakan pakaian
bersih dan segar yanglayak
4) Menyatakan 5) Jaga agar rambut
kenyamanan tetap bersih, rapi
terhadap 6) pasang alat
kemampuan penampung urin atau
untuk melakukan kateter apabila
ADL diinstruksikan
7) berikan perawatan
kateter yang tepat
8) bersihkan kulit
setelah BAB/BAK
4.
Implementasi dan evaluasi keperawatan

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf3

30 Maret 2019 1 Nyeri akut berhubungan Pain Management S:


dengan agen cidera biologis 20) Lakukan pengkajian
 Pasien mengtakan
nyeri dengan
komprehensif termasuk nyeri
lokasi, karakteristik,  Klien mampu untuk
durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor mengontrol nyeri
prespitasi observasi  Klien mampu
reaksi nonverbal dari
ketiaknyamanan mengatakan
21) Gunakan teknik mengenal nyeri
komunikasi teraupetik
untuk mengetahui O:
pengalaman nyeri  pasien tampak
22) Kaji kultur yang
mempengaruhi respon meringis
nyeri  TD : 130/60 mmHg
23) Control lingkungan
yang dapat  RR :24 x/menit
mempengaruhi nyeri  HR : 98 x/menit
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan  Suhu :37oC
kebisingan
24) Kurangi factor
presipitasi nyeri
25) Pilih dan lakukan A:
penanganan nyeri
(farmakologi, non Masalah nyeri akut
farmakologi,
interpersonal) teratasi sebagian dimana
26) Ajarkan tentang teknik kenyamanan fisik belum
non farmakologi
27) Berikan analgetik teratasi
untuk mengurangi
nyeri P:
28) Evaluasi tingkat
keefektifan control Intervensi dilanjutkan
nyeri dengan manajemen nyeri
29) Tingkatkan istirahat
30) Monitor penerimaan dan pemberian analgesik
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
13) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
14) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
15) Cek riwayat alergi
16) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
17) Berikan analgesic tepat
terutama saat nyeri
hebat
18) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala

2 Kerusakan Integritas Kulit manajemen tekanan S:


berhubungan dengan factor aktivitas :
 Klien mengatakan
mekanis 1) Anjurkan pasien untuk cairan kolostomi
menggunakan pakaian
yang longgar sering merembes
2) Hindari kerutan pada keluar
tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit  Klien mengatakan
agar tetap bersih dan selalu menjaga kulit
kering
4) Mobilisasi pasien (ubah agar tetap bersih
posisi pasien) setiap O
dua jam sekali
5) Monitor kulit akan  Feses bewarna
adanya kemerahan
6) Oleskan lotion atau kuning kehijauan
minyak baby oil pada  Tampak luka
daerah yang tertekan
7) Monitor aktivitas dan disekeliling stoma
imobilisasi pasien dan luka laparatomi
8) Monitor status nutrisi
masih lembab
pasien
9) Memandikan pasien kemerahan
dengan sabun dan air
 Turgor kulit jelek
hangat
 TD : 130/60 mmHg
b. Perawatan insisi  RR :24 x/menit
Aktivitas:
4) Membersihkan,  HR : 98 x/menit
memantau dan  Suhu :37oC
meningkatkan proses
penyembuhan luka A:
yang ditutup dengan
jahitan Masalah kerusakan
5) Monitor proses integritas kulit belum
penyembuhan area
insisi teratasi dimana kulit dan
6) Monitor tanda dan membrane mukosa,
gejala infeksi pada
daerah insisi penyembuhan luka primer
7) Bersihkan area sekitar dan perawatan diri ostomi
jahitan dengan kapas
steril belum teratasi

c. Perawatan ostomy P:
Aktivitas:
9) Anjurkan pasien dalam Intervensi dilanjutkan
penggunaan peralatan
ostomi dengan menajemen tekanan,
10) Membantu pasien
perawatan insisi,perawatan
dalam memperoleh
peralatan yang ostomy
dibutuhkan
11) Pantau penyembuhan
stoma
12) Pantau komplikasi
pasca operasi seperti
usus obstruksi, ileus
paralitik, kebocoran
anastomosis
13) Pantau stoma /
penyembuhan jaringan
sekitar
14) Mengeskplorasi
perawatan pasien dari
ostomy
15) Monitor pola eliminasi
16) Menganjurkan pasien
untuk intubasi dn
menguras kantung
setiap kali terasa penuh
(setiap 4 jam sampai 6
jam)
Mengungkapakan
keyakinan bahwa pasien
dapat melanjutkan
kehidupan normal
dengan ostomi

3 Defisit perawatan diri Higiene diri S:


berhubungan dengan 9) Monitor kondisi umum  keluarga mengatakan
kelemahan klien
10) Mandikan klien setiap akan memandikan
hari atau sesuaiindikasi pasien dan
11) Bantu klien
mengenakan pakaian mengganti kantung
yanglayak kolostomi
12) Jaga agar rambut tetap
bersih, rapi O:
13) pasang alat penampung
urin atau kateter  Pasien masih tampak
apabila diinstruksikan
lemah
14) berikan perawatan
kateter yang tepat  Pasien tampak kotor
15) bersihkan kulit setelah
 TD : 130/60 mmHg
BAB/BAK
 RR :24 x/menit
 HR : 98 x/menit
 Suhu :37oC
A:

Masalah defisit perawatan


diri belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

31 maret 2019 1 Nyeri akut berhubungan Pain Management S:


dengan agen cidera biologis 1) Lakukan  Pasien mengtakan
pengkajian nyeri
dengan nyeri skala 5
komprehensif  Klien mampu untuk
termasuk lokasi,
karakteristik, mengontrol nyeri
durasi, frekuensi,  Klien mampu
kualitas, dan factor
prespitasi observasi mengatakan
reaksi nonverbal mengenal nyeri
dari
ketiaknyamanan O:
2) Gunakan teknik  pasien tampak
komunikasi
teraupetik untuk meringis
mengetahui  TD : 110/70 mmHg
pengalaman nyeri
3) Kaji kultur yang  RR :24 x/menit
mempengaruhi
 HR : 98 x/menit
respon nyeri
4) Control lingkungan  Suhu :37,2oC
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu A:
ruangan,
pencahayaan dan Masalah nyeri akut
kebisingan
5) Kurangi factor teratasi sebagian dimana
presipitasi nyeri kenyamanan fisik belum
6) Pilih dan lakukan
penanganan nyeri teratasi
(farmakologi, non
farmakologi, P:
interpersonal)
7) Ajarkan tentang Intervensi dilanjutkan
teknik non dengan manajemen nyeri
farmakologi
8) Berikan analgetik dan pemberian analgesik
untuk mengurangi
nyeri
9) Evaluasi tingkat
keefektifan control
nyeri
10) Tingkatkan istirahat
11) Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
2) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama
kali
5) Berikan analgesic
tepat terutama saat
nyeri hebat
6) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala

2 Kerusakan Integritas Kulit manajemen tekanan S:


berhubungan dengan factor aktivitas :
 Klien mengatakan
mekanis 1) Anjurkan pasien untuk cairan kolostomi
menggunakan pakaian
yang longgar sering merembes
2) Hindari kerutan pada keluar
tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit  Klien mengatakan
agar tetap bersih dan
selalu menjaga kulit
kering
4) Mobilisasi pasien (ubah agar tetap bersih
posisi pasien) setiap
O
dua jam sekali
5) Monitor kulit akan
adanya kemerahan  Feses bewarna
6) Oleskan lotion atau kuning kehijauan
minyak baby oil pada
daerah yang tertekan  Tampak luka
7) Monitor aktivitas dan disekeliling stoma
imobilisasi pasien
8) Monitor status nutrisi dan luka laparatomi
pasien masih lembab
9) Memandikan pasien
dengan sabun dan air kemerahan
hangat  Turgor kulit jelek
 TD : 110/70 mmHg
Perawatan insisi  RR :24 x/menit
Aktivitas:  HR : 98 x/menit
1) Membersihkan,  Suhu :37,2oC
memantau dan
meningkatkan
proses
penyembuhan luka A:
yang ditutup
dengan jahitan Masalah kerusakan
2) Monitor proses
integritas kulit belum
penyembuhan area
insisi teratasi dimana kulit dan
3) Monitor tanda dan
membrane mukosa,
gejala infeksi pada
daerah insisi penyembuhan luka primer
4) Bersihkan area
dan perawatan diri ostomi
sekitar jahitan
dengan kapas steril belum teratasi

P:
Perawatan ostomy
Aktivitas: Intervensi dilanjutkan

1) Anjurkan pasien dengan menajemen tekanan,


dalam penggunaan perawatan insisi,perawatan
peralatan ostomi
2) Membantu pasien ostomy
dalam memperoleh
peralatan yang
dibutuhkan
3) Pantau
penyembuhan
stoma
4) Pantau komplikasi
pasca operasi
seperti usus
obstruksi, ileus
paralitik, kebocoran
anastomosis
5) Pantau stoma /
penyembuhan
jaringan sekitar
6) Mengeskplorasi
perawatan pasien
dari ostomy
7) Monitor pola
eliminasi
8) Menganjurkan
pasien untuk
intubasi dn
menguras kantung
setiap kali terasa
penuh (setiap 4 jam
sampai 6 jam)
9) Mengungkapakan
keyakinan bahwa
pasien dapat
melanjutkan
kehidupan normal
dengan ostomi
3 Defisit perawatan diri Higiene diri S:
berhubungan dengan 1) Monitor kondisi umum  pasien mengatakan
kelemahan klien
2) Mandikan klien setiap belum bisa
hari atau sesuaiindikasi beraktivitas
3) Bantu klien
mengenakan pakaian O:
yanglayak
4) Jaga agar rambut tetap  Pasien masih tampak
bersih, rapi
5) pasang alat penampung lemah
urin atau kateter  Tampak kotor pada
apabila diinstruksikan
6) berikan perawatan area kolostomi
kateter yang tepat  TD : 110/70 mmHg
7) bersihkan kulit setelah
BAB/BAK  RR :24 x/menit
 HR : 98 x/menit
 Suhu :37,2oC
A:

Maslah defisit perawatan


diri belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan
01 April 2019 1 Nyeri akut berhubungan Pain Management S:
dengan agen cidera biologis 1) Lakukan  Pasien mengatakan
pengkajian nyeri
dengan nyeri berkurang dari
komprehensif hari kemarin
termasuk lokasi,
karakteristik,  Klien mampu untuk
durasi, frekuensi, mengontrol nyeri
kualitas, dan factor
prespitasi observasi  Klien mampu
reaksi nonverbal mengatakan
dari
ketiaknyamanan mengenal nyeri
2) Gunakan teknik O:
komunikasi
teraupetik untuk  pasien tampak lebih
mengetahui rileks
pengalaman nyeri
3) Kaji kultur yang  TD : 130/60 mmHg
mempengaruhi  RR :24 x/menit
respon nyeri
4) Control lingkungan  HR : 78 x/menit
yang dapat  Suhu :37oC
mempengaruhi
nyeri seperti suhu A:
ruangan,
pencahayaan dan Masalah nyeri akut
kebisingan
teratasi sebagian dimana
5) Kurangi factor
presipitasi nyeri kenyamanan fisik belum
6) Pilih dan lakukan
ada, namun control nyeri
penanganan nyeri
(farmakologi, non sudah teratasi
farmakologi,
interpersonal) P:
7) Ajarkan tentang
teknik non Intervensi dilanjutkan
farmakologi
8) Berikan analgetik dengan pemberian analgesik
untuk mengurangi
nyeri
9) Evaluasi tingkat
keefektifan control
nyeri
10) Tingkatkan istirahat
11) Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
5) Berikan analgesic tepat
terutama saat nyeri
hebat
6) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala

2 Kerusakan integritas kulit manajemen tekanan S:


berhubungan dengan factor aktivitas :
 Klien mengatakan
mekanis 1) Anjurkan pasien untuk cairan kolostomi
menggunakan pakaian
yang longgar sering merembes
2) Hindari kerutan pada keluar
tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit  Klien mengatakan
agar tetap bersih dan selalu menjaga kulit
kering
4) Mobilisasi pasien (ubah agar tetap bersih
posisi pasien) setiap O
dua jam sekali
5) Monitor kulit akan  Feses bewarna
adanya kemerahan
kuning kehijauan
6) Oleskan lotion atau
minyak baby oil pada  Tampak luka
daerah yang tertekan
disekeliling stoma
7) Monitor aktivitas dan
imobilisasi pasien dan luka laparatomi
8) Monitor status nutrisi
masih lembab
pasien
9) Memandikan pasien kemerahan
dengan sabun dan air
 Turgor kulit jelek
hangat
 TD : 130/60 mmHg

Perawatan insisi  RR :24 x/menit


 HR : 78 x/menit
Aktivitas:
 Suhu :37oC
1) Membersihkan,
memantau dan A:
meningkatkan
proses Masalah kerusakan
penyembuhan luka integritas kulit belum
yang ditutup
dengan jahitan teratasi dimana kulit dan
2) Monitor proses membrane mukosa,
penyembuhan area
insisi penyembuhan luka primer
3) Monitor tanda dan dan perawatan diri ostomi
gejala infeksi pada
daerah insisi belum teratasi
4) Bersihkan area
sekitar jahitan P:
dengan kapas steril
Intervensi dilanjutkan
Perawatan ostomy dengan menajemen tekanan,
Aktivitas: perawatan insisi,perawatan
1) Anjurkan pasien ostomy
dalam penggunaan
peralatan ostomi
2) Membantu pasien
dalam memperoleh
peralatan yang
dibutuhkan
3) Pantau
penyembuhan
stoma
4) Pantau komplikasi
pasca operasi
seperti usus
obstruksi, ileus
paralitik, kebocoran
anastomosis
5) Pantau stoma /
penyembuhan
jaringan sekitar
6) Mengeskplorasi
perawatan pasien
dari ostomy
7) Monitor pola
eliminasi
8) Menganjurkan
pasien untuk
intubasi dn
menguras kantung
setiap kali terasa
penuh (setiap 4 jam
sampai 6 jam)
9) Mengungkapakan
keyakinan bahwa
pasien dapat
melanjutkan
kehidupan normal
dengan ostomi

3 Defisit perawatan diri Higiene diri S:


berhubungan dengan 1) Monitor kondisi umum  keluarga mengatakan
kelemahan klien
2) Mandikan klien setiap akan memandikan
hari atau sesuaiindikasi pasien dan
3) Bantu klien
mengenakan pakaian mengganti kantung
yanglayak kolostomi
4) Jaga agar rambut tetap
bersih, rapi
5) pasang alat penampung O:
urin atau kateter
apabila diinstruksikan  Pasien masih tampak
6) berikan perawatan
kateter yang tepat lemah
7) bersihkan kulit setelah  Baju pasien tampak
BAB/BAK
kotor
 TD : 130/60 mmHg
 RR :24 x/menit
 HR : 78 x/menit
 Suhu :37oC
A:

Maslah defisit perawatan


diri belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

02 April 2019 1 Nyeri akut berhubungan Pain Management S:


dengan agen cidera biologis 1) Lakukan
 Pasien mengatakan
pengkajian nyeri
dengan nyeri berkurang dari
komprehensif
termasuk lokasi, hari kemarin
karakteristik,
 Klien mampu untuk
durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor mengontrol nyeri
prespitasi observasi
 Klien mampu
reaksi nonverbal
dari mengatakan
ketiaknyamanan
mengenal nyeri
2) Gunakan teknik
komunikasi O:
teraupetik untuk
 pasien tampak lebih
mengetahui
pengalaman nyeri rileks
3) Kaji kultur yang
 TD : 130/60 mmHg
mempengaruhi
respon nyeri  RR :24 x/menit
4) Control lingkungan
 HR : 78 x/menit
yang dapat
mempengaruhi  Suhu :36oC
nyeri seperti suhu
A:
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan Masalah nyeri akut
5) Kurangi factor teratasi sebagian dimana
presipitasi nyeri
6) Pilih dan lakukan kenyamanan fisik belum
penanganan nyeri ada, namun control nyeri
(farmakologi, non
farmakologi, sudah teratasi
interpersonal) P:
7) Ajarkan tentang
teknik non Intervensi dilanjutkan
farmakologi
8) Berikan analgetik dengan pemberian analgesik
untuk mengurangi
nyeri
9) Evaluasi tingkat
keefektifan control
nyeri
10) Tingkatkan istirahat
11) Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
2) Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis dan
frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama
kali
5) Berikan analgesic
tepat terutama saat
nyeri hebat
6) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala

2 Kerusakan integritas kulit manajemen tekanan S:


berhubungan dengan factor aktivitas :
 Klien mengatakan
mekanis 1) Anjurkan pasien cairan kolostomi
untuk
menggunakan sering merembes
pakaian yang keluar
longgar
2) Hindari kerutan  Klien mengatakan
pada tempat tidur selalu menjaga kulit
3) Jaga kebersihan
kulit agar tetap agar tetap bersih
bersih dan kering O
4) Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien)  Feses bewarna
setiap dua jam
sekali kuning kehijauan
5) Monitor kulit akan  Tampak luka
adanya kemerahan
6) Oleskan lotion atau disekeliling stoma
minyak baby oil
dan luka laparatomi
pada daerah yang
tertekan masih lembab
7) Monitor aktivitas
kemerahan
dan imobilisasi
pasien  Turgor kulit jelek
8) Monitor status
A:
nutrisi pasien
9) Memandikan pasien
dengan sabun dan Masalah kerusakan
air hangat integritas kulit belum
teratasi dimana kulit dan
Perawatan insisi membrane mukosa,
Aktivitas: penyembuhan luka primer
1) Membersihkan, dan perawatan diri ostomi
memantau dan belum teratasi
meningkatkan proses
penyembuhan luka
P:
yang ditutup dengan
jahitan
Intervensi
2) Monitor proses
penyembuhan area dilanjutkan dengan
insisi
menajemen tekanan,
3) Monitor tanda dan
gejala infeksi pada perawatan
daerah insisi
4) Bersihkan area sekitar insisi,perawatan
jahitan dengan kapas
ostomy
steril

Perawatan ostomy
Aktivitas:
1) Anjurkan pasien dalam
penggunaan peralatan
ostomi
2) Membantu pasien
dalam memperoleh
peralatan yang
dibutuhkan
3) Pantau penyembuhan
stoma
4) Pantau komplikasi
pasca operasi seperti
usus obstruksi, ileus
paralitik, kebocoran
anastomosis
5) Pantau stoma /
penyembuhan jaringan
sekitar
6) Mengeskplorasi
perawatan pasien dari
ostomy
7) Monitor pola eliminasi
8) Menganjurkan pasien
untuk intubasi dn
menguras kantung
setiap kali terasa penuh
(setiap 4 jam sampai 6
jam)
9) Mengungkapakan
keyakinan bahwa
pasien dapat
melanjutkan kehidupan
normal dengan ostomi
3 Defisit perawatan diri Higiene diri S:
berhubungan dengan 1) Monitor kondisi umum  pasien mengatakan
kelemahan klien
2) Mandikan klien setiap sudah bisa mandi
hari atau sesuaiindikasi dan mengganti
3) Bantu klien
mengenakan pakaian kolostomi tanpa
yanglayak bantuan
4) Jaga agar rambut tetap
bersih, rapi O:
5) pasang alat penampung
urin atau kateter  Pasien tampak bersih
apabila diinstruksikan
dan telah bisa
6) berikan perawatan
kateter yang tepat melakukan
7) bersihkan kulit setelah
perawatan diri
BAB/BAK
A:

Maslah defisit perawatan


diri sudah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

03 April 2019 1 Nyeri akut berhubungan Pain Management S:


dengan agen cidera biologis 1) Lakukan pengkajian  Pasien mengtakan
nyeri dengan
komprehensif termasuk nyeri sudah
lokasi, karakteristik, berkurang
durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor  Klien mampu untuk
prespitasi observasi mengontrol nyeri
reaksi nonverbal dari
ketiaknyamanan  Klien mampu
2) Gunakan teknik mengatakan
komunikasi teraupetik
untuk mengetahui mengenal nyeri
pengalaman nyeri
O:
3) Kaji kultur yang
mempengaruhi respon  pasien tampak rileks
nyeri
4) Control lingkungan dan tenang
yang dapat
 TD : 130/60 mmHg
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,  RR :24 x/menit
pencahayaan dan
 HR : 98 x/menit
kebisingan
5) Kurangi factor  Suhu :37oC
presipitasi nyeri
6) Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non A:
farmakologi,
interpersonal) Masalah nyeri akut
7) Ajarkan tentang teknik teratasi sebagian dimana
non farmakologi
8) Berikan analgetik kenyamanan fisik sudah
untuk mengurangi teratasi
nyeri
9) Evaluasi tingkat P:
keefektifan control
nyeri Intervensi di hentikan
10) Tingkatkan istirahat
11) Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
2) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama
kali
5) Berikan analgesic
tepat terutama saat
nyeri hebat
6) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala

2 Kerusakan integritas kulit manajemen tekanan S:


berhubungan dengan factor aktivitas :
 Klien mengatakan
mekanis 10) Anjurkan pasien untuk cairan kolostomi
menggunakan pakaian
yang longgar sering merembes
11) Hindari kerutan pada keluar
tempat tidur
12) Jaga kebersihan kulit  Klien mengatakan
agar tetap bersih dan
kering selalu menjaga kulit
13) Mobilisasi pasien (ubah
agar tetap bersih
posisi pasien) setiap
dua jam sekali O
14) Monitor kulit akan
adanya kemerahan  Feses bewarna
15) Oleskan lotion atau
minyak baby oil pada kuning kehijauan
daerah yang tertekan  Tampak luka
16) Monitor aktivitas dan
imobilisasi pasien disekeliling stoma
17) Monitor status nutrisi dan luka laparatomi
pasien
18) Memandikan pasien masih lembab
dengan sabun dan air kemerahan
hangat
 Turgor kulit jelek
d. Perawatan insisi A:
Aktivitas:
8) Membersihkan, Masalah kerusakan
memantau dan integritas kulit belum
meningkatkan proses
penyembuhan luka teratasi dimana kulit dan
yang ditutup dengan membrane mukosa,
jahitan
9) Monitor proses penyembuhan luka primer
penyembuhan area dan perawatan diri ostomi
insisi
10) Monitor tanda dan
gejala infeksi pada belum teratasi
daerah insisi
11) Bersihkan area sekitar P:
jahitan dengan kapas
steril Intervensi dilanjutkan
dengan menajemen tekanan,
e. Perawatan ostomy
Aktivitas: perawatan insisi,perawatan
1) Anjurkan pasien ostomy
dalam penggunaan
peralatan ostomi
2) Membantu pasien
dalam memperoleh
peralatan yang
dibutuhkan
3) Pantau
penyembuhan
stoma
4) Pantau komplikasi
pasca operasi
seperti usus
obstruksi, ileus
paralitik, kebocoran
anastomosis
5) Pantau stoma /
penyembuhan
jaringan sekitar
6) Mengeskplorasi
perawatan pasien
dari ostomy
7) Monitor pola
eliminasi
8) Menganjurkan
pasien untuk
intubasi dn
menguras kantung
setiap kali terasa
penuh (setiap 4 jam
sampai 6 jam)
9) Mengungkapakan
keyakinan bahwa
pasien dapat
melanjutkan
kehidupan normal
dengan ostomi
04 April 2019 Kerusakan integritas kulit manajemen tekanan S:
berhubungan dengan aktivitas :
 Klien mengatakan
kelembapan 1) Anjurkan pasien untuk cairan kolostomi
menggunakan pakaian
yang longgar sering merembes
2) Hindari kerutan pada keluar
tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit  Klien mengatakan
agar tetap bersih dan selalu menjaga kulit
kering
4) Mobilisasi pasien (ubah agar tetap bersih
posisi pasien) setiap
dua jam sekali O
5) Monitor kulit akan
adanya kemerahan  Feses bewarna
6) Oleskan lotion atau
minyak baby oil pada kuning kehijauan
daerah yang tertekan  Tampak luka
7) Monitor aktivitas dan
imobilisasi pasien disekeliling stoma
8) Monitor status nutrisi dan luka laparatomi
pasien
9) Memandikan pasien masih lembab
dengan sabun dan air kemerahan
hangat
 Turgor kulit jelek
A:
Perawatan insisi
Aktivitas: Masalah kerusakan
integritas kulit belum
1) Membersihkan,
memantau dan teratasi dimana kulit dan
meningkatkan proses
membrane mukosa,
penyembuhan luka
yang ditutup dengan penyembuhan luka primer
jahitan
dan perawatan diri ostomi
2) Monitor proses
penyembuhan area belum teratasi
insisi
3) Monitor tanda dan P:
gejala infeksi pada
daerah insisi Intervensi dilanjutkan
4) Bersihkan area sekitar
dengan menajemen tekanan,
jahitan dengan kapas
steril perawatan insisi,perawatan
ostomy
Perawatan ostomy
Aktivitas:
1) Anjurkan pasien
dalam penggunaan
peralatan ostomi
2) Membantu pasien
dalam memperoleh
peralatan yang
dibutuhkan
3) Pantau
penyembuhan
stoma
4) Pantau komplikasi
pasca operasi
seperti usus
obstruksi, ileus
paralitik, kebocoran
anastomosis
5) Pantau stoma /
penyembuhan
jaringan sekitar
6) Mengeskplorasi
perawatan pasien
dari ostomy
7) Monitor pola
eliminasi
8) Menganjurkan
pasien untuk
intubasi dn
menguras kantung
setiap kali terasa
penuh (setiap 4 jam
sampai 6 jam)
9) Mengungkapakan
keyakinan bahwa
pasien dapat
melanjutkan
kehidupan normal
dengan ostomi

Anda mungkin juga menyukai