Anda di halaman 1dari 3

Kerangka cerita

Judul: aku, hidupku dan perjuanganku

1. Karantina
Takurasa waktu yang kunanti telah tiba. Saatnya aku melepas semua rasa gelisah
dari sebuah penantian yang setiap saat kian menyakitkan. Tanggal 22 Februari 2019,
jam 7-9pagi setelah sarapan dan bebrapa aktifitas fisik, kendaraan yang gagah yang
nantinya kan mengantarkanku ketempat yang beradu rasa. Truk yang kunaiki terasa
nyaman kian memuncak saat diriku dapat kursi terdepan. Begitu kendaraan itu
mulai memacu kecepatan, hatiku mulai dag dig dug tak karuan, karena memikirkan
nasibku sesampainya disana. Bila aku yang akan keluar terakhir, kan kutunjukan
apapun yang kumiliki. Keberangkatan
2. Kedatangan
Tak kurasa satu jam setengah kira kira waktu yang telah aku lewatkan bersama 26
rekan yang ada bersamaku dalam satu kendaraan. SELAMAT DATANG DI
SECABA, itu adalah kalimat utama yang kubaca pada sebuah gerbang besar bertiang
batu hitam. Begitu truk itu berhenti, kuinstruksikan kepada seluruh rekan untuk
segera keluar guna mengatasi semua kemungkinan yang terburuk. Namun, kami
tak disambut dengan sesuatu yang mengejutkan dari banyak sisi. Segera setelah
semua siap, kami diarahkan pada suatu lapangan luas yang didepannya ada banyak
gedung. Tak lama kemudian beberapa prajurit datang dan memanjat pohon yang
ada disekitar pinggir lapangan, sebagian prajurit mulai menancapkan dua buah
tiang yang membentangkan sebuah baleho ukuran sedang berwarna hijau
bertuliskan: “upacara pembukaan DIKSAR Resimen Mahasiswa Mahakarta Yudha
42” telah berkenalan dengan hangat bersama sinar matahari. Tak lama kami
diinstruksikan kedepan suatu gedung Suprapto. Barisanpun mulai terbentuk
menghadap gedung, satu persatu nama perguruan tinggi disebut dan saat giliran
kami tiba, kamipun masuk kedalam ruangan itu. Saat masuk kami dipecah menjadi
dua bagian yang satu berisi aku akan ditempatkan di kompi I dan yang lainnya di
kompi II. Kemudian kami di beri kertas yang akan diisi data diri dan nomor siswa
yang akan menentukan pengambilan helm. Setelah kami diperiksa tensi darah oleh
dokter militer, kami diinstruksikan untuk ke barak. Sesampainya kami disana, kami
meletakkan perlengkapan kami di sebuah al-mari yang telah ditentukan nomornya
sesuai dengan nomor mahasiswa. Kemudian kami makan siang. Setelah itu kami
siap untuk geladi kotor upacara pembukaan besok hari. Helm terpasang gagah
dikepala dengan nosis: 067.

Kamis, 21 Februari 2019. kami berbaris berjalan menuju ke lapangan untuk


geladi bersih upacara pembukaan. Tabuhan musik pengantar jalan prajurit dari tim
gersang yang selaras dengan langkah menyemangati hati ini. Seusai upacara
pembukaan kami diinstruksikan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya yang berupa
beberapa pengarahan.
Jumat, 22 Februari 2019. Agenda kami: orientasi medan, kami berjalan
menyusuri jalan dan dikenalkan dengan kompleks Rindam IV Diponegoro, terutama
lapangannya. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami yang kemudian
mendung menyapa kami. Seperti memberi berita buruk yang nyata terjadi, kami
tidak melanjutkan orientasi medan dan kami kembali ke SECABA. Sesampainya
disana, para pelatih menyampaikan kekecewaannya terhadap kami akibat surpass
kami yang kurang maksimal. Kami digiring ke pojok lapangan dan kami
diinstruksikan untuk merayap setengah lapangan yang kurang lebih 50meter dan
sisanya kami merangkak. Seusai lapangan menjadi sawah, kami dinstruksikan
kembali ke barak untuk pembersihan. Malamnya kami diberi beberapa pengarahan
yang berakhir renungan yang begitu menusuk hati namun menguatkan semangat.
Setelah selesai, malam itu diakhiri apel malam penuh kantuk.

Sabtu, 23 Februari 2019. Pengarahan tata tertib siswa telah didengar, hari
baru telah tiba dengan suara lengkingan peluit panjang pelatih di subuh hari.
Bergegas dengan setelan training dan sepatu kets. Kami menyesuaikan agenda
ibadah shalat subuh dan kemudian dilanjutkan senam pagi beserta pembinaan fisik.
Seusainya kami diinstruksikan berganti pakaian dinas lapangan kemudian
menerima kehormatan korve, senam mulut dan diakiri makan pagi. Seusai makan
pagi, kami menerima materi sejumlah dua jam pelajaran teori dan dua jam lagi
praktek sampai waktu dzuhur tiba. Seusai shalat dzuhur, kami melakukan
pembinaan fisik siang dan diakiri makan siang. Kemudian kami melanjutkan materi
kelas selama dua jam yang diselingi kantuk luarbiasa tak tertahankan. Ketika waktu
ashar telah tiba, kami shalat di masjid dan kemudian kami menerima kabar gembira
berupa pemberitahuan dan izin untuk pergi ke kantin. Waktu kantin usai, kami
bersiap setelah pembersian untuk pergi ke masjid guna shalat magrib dan kemudian
dilanjutkan doa berama yang berupa pembacaan surah yasin dan ditutup shalat isya.
Rentetan acara ini terjalankan setiap harinya sampai hari penutupan tiba,
dengan semangat, seperti saat tabuhan gersang mengiringi langkah ini masuk ke
dalam lapangan. Dengan kegembiraan, seperti senapan serbu M4A1 yang ku
pegang, suara kokangannya, suara magasennya, bau minyaknya. Belum lagi meriam
lapangan yang berada di lapangan Rindam IV Diponegoro, begitu epic, ingin
kujamah, namun waktu yang tak ramah. Masa masa itu akan kukenang selamanya.
Dengan keengganan, seperti saat mental tersa lemah, keraguan hati ini yang terus
menanyakan apa tujuanku, apa yang membuatmu tetap disini, apa gunanya kau
disini, apa yang telah kau tinggalkan, ini, itu, apalah, entahlah. Dengan
kedongkolan, seperti saat rekan dari satuan lain berlaku elek-elekan setiap harinya,
terasa semua yang terbaik kulakukan seperti teremehkan dan terasa sakit? Apa yang
sebenarnya mereka pikirkan? Elek-elekan karena tidak ada provoost yang selalu
menindak mereka? Mereka menunngu untuk ditindak untu menunjukan yang
terbaik? Mereka bahkan berani melaporkan salah satu polmen ke pelatih hanya
karena penindakan yang diakibatkan ulah mereka sendiri. Namun aku hanya tidak
ada waktu untuk memikirkan sesuatu seperti itu.
Saat semua rasa telah terasa setiap harinya. Seseuatu yang baru dan klasik
telah kudapatkan dari pendidikan ini. Pengetahuan baru, seperti materi dari gumil,
pengalaman tak tergantikan seperti saat renungan. Begitu hari penutupan telah tiba,
baleho dengan tulisan PENUTUPAN DIKSAR MENWA MAHAKARTA YUDHA 42
telah terpasang apik, upacara telah diselenggarakan sukses dengan semua rentetan
demonstrasi memukau mantan siswa. Baret ungu telah diterima, sujud syukur telah
disembahkan kepada Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Kendaraan telah sedia,
waktunya kembali pada pelukan Skomen. Terasa perasaan yang tak definisikan,
seperti batu dalam hati, akupun tak tau apa itu sebenarnya. Semua terasa begitu
istimewa. Entah bagaimana perasaan yang kudapatkan dapat kuceritakan kembali
lewat folio ini. Terasa semua telah kutulis, namun seperti terasa ada yang kurang.
Namun itulah kekuranganku, sebagaimana manusia biasa lainnya.

Anda mungkin juga menyukai