Anda di halaman 1dari 29

A.

Tujuan Percobaan
1. Open Circuit Transformator 1 Phasa
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan yakni sebagai
berikut.
a) Menentukan rugi inti trafo saat tegangan nominal dan angka
transformasi 1 phasa.
b) Menentukan parameter rugi inti trafo 1 phasa.
c) Menentukan pengaruh tegangan supply terhadap rugi inti
trafo.
2. Short Circuit Transformator 1 Phasa
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan yakni sebagai
berikut.
a) Menentukan rugi tembaga trafo saat beban nominal
b) Menentukan parameter rugi tembaga trafo 1 fasa
c) Mengetahui % voltage impedance
3. Load Test Transformator 1 Phasa
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan yakni sebagai
berikut.
a) Menentukan besarnya effisiensi trafo dengan variasi besar
dan jenis beban.
b) Menentukan besarnya regulasi tegangan trafo dengan variasi
besar dan jenis beban.
4. Polaritas Transformator 1 Phasa
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan yakni sebagai
berikut.
a) Mengetahui sisi tegangan tinggi (HV) dan sisi tegangan
rendah (LV) pada transformator blank 1 phasa.
b) Mengetahui jenis polaritas transformator blank 1 phasa.
c) Mengetahui kutub terminal positif dan negative pada
transformator blank 1 phasa.
B. Dasar Teori
1. Open Circuit Transformator 1 Phasa
a) Keadaan Transformator Open Circuit (Tanpa Beban)
Keadaan transformator open circuit/ tanpa beban, yaitu bila
kumparan primer (primary turns) suatu transformator dihubungkan
dengan tegangan supply (V1) berbentuk sinusoida, dan kumparan
sekundernya (secondary turns) merupakan rangkaian terbuka (open
circuit) / tanpa pemberian beban (no load), maka akan mengalir arus
primer (I0) yang berbentuk sinusoida juga, serta akan mengalir pula
pada kumparan (induktif) sehingga I0 akan tertinggal 90 terhadap V1.
Arus primer (I0) yang dihasilkan menimbulkan fluks (Φ) yang sephasa
dan berbentuk sinusoida.
Fluks yang telah dihasilkan akan membentuk tegangan induksi e 1
(Faraday’s Law:”The electromotive force around a closed path is
equal to the negative of the time rate of change of the magnetic flux
enclosed by the path.”). Sehingga, pada keadaan tanpa beban, arus
yang mengalir pada kumparan sekunder (I2= 0A). Karena, besarnya
arus dipengaruhi dari bebannya, semakin besar beban maka arus yang
dibutuhkan semakin besar, demikian sebaliknya, bila suatu rangkaian
tanpa pemberian beban, maka tidak akan ada arus yang
melaluinya.sementara kumparan primer dihubungkan dengan sumber
tegangan V1, maka I0 mengalir (I0 = I1).
Rumus asalnya adalah: I1 = I0 + I2’.
Berdasarkan hasil pengukuran daya yang masuk (P1), arus I1, dan
tegangan (V2), maka akan diperoleh harga:
V 12 V 1 V1
Rc = = =
P1 I c I 1 cos Φ
V1
Xm = Im
Ic = I1 × cos Φ
P0
cos Φ =
V c× I 1
V1
a =
V2
Keterangan:
Rc = Tahanan inti besi (Ω)
Xm = Reaktansi magnetik (Ω)
V1 = Tegangan supply (V)
V2 = Tegangan sekunder (V)
P1 = Daya primer (W)
Ic = Arus rugi inti besi (A)
I0 / I 1 = Arus primer (A)
a = Angka transformasi
Demikian hasil pengukuran open circuit/ tanpa beban dapat
diketahui harga Rc dan Xm (parameter rugi inti). Rugi inti besi terdiri
dari rugi histerisis (hysteresis loss) dan rugi arus Eddy (Eddy current
loss), serta angka transformasi.
Arus primer (I0) yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak
ada pemberian beban, maka arus tersebut merupakan arus penguat.
Arus primer (I0), bukanlah merupakan arus induktif murni .
Dalam keadaan ini, sisi sekunder yang tidak dibebani
menyebabkan arus akan cenderung mengalir pada inti besi yang nilai
hambatannya lebih kecil. Sehingga, diperoleh rangkaian ekuivalen
seperti gambar 1.

Gambar 1. Rangkaian Ekuivalen Tranformator 1 Phasa


Dalam Keadaan Tanpa Beban
Gambar 2. Rangkaian Ekuivalen Transformator 1 Phasa
Dalam Keadaan Tanpa Beban yang disederhanakan
Pengukuran parameter rugi inti diperoleh melalui pembacaan hasil
pada wattmeter. Besarnya rugi inti dipengaruhi oleh tegangan bukan
pada beban. Pada percobaan transformator 1 phasa open circuit
menggunakan jenis transformator step up untuk faktor keamanan
(safety) dan kemudahan (convienence), sementara penetapan V1
menggunakan V nominal, karena dapat medekati harga batasannya
denganaoptimal.
b) Inti Besi (Core)
Inti besi merupakan tempat mutual induksi (mutual induction) pada
kumparan primer dan kumparan sekunder. Terbuat dari lempengan
lempengan baja silikon yang memiliki ketebalan ± 0,35-0,5 mm, dan
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu batangan besi.
Tiap lapisan dari lempengan lempengan yang berisolasi kertas
(ketebalan ± 0,04 mm). Pemberian isolasi pada tiap lempengan dapat
memperkecil hysterisis loss sementara, penggunaan baja silicon
sebagai bahan inti dapat mengurangi Eddy current loss. Inti besi
terdiri dari 2 macam, yaitu core type dan shell type.
2.1. Core type

Gambar 3. core type


Inti besi dengan jenis core type sering dijumpai pada transformator
tenaga dengan kapasitas daya yang besar. Lilitan primer dan sekunder
berada pada kaki inti (lilitan melingkupi transformator).
Keuntungan :Penggunaan kawat isolasi lebih rendah, sehingga
lebih ekonomis.
Pada trafo tenaga dengan kapasitas daya yang besar, lempengan
yang tersusun sedemikian rupa dapat berfungsi sebagai pendinginan
(karena adanya celah udara antar lempengan).
2.2. Shell type

Gambar 4. Shell type


Inti besi dengan jenis shell type sering dijumpai pada transformator
tenaga dengan kapasitas daya yang kecil. Lilitan primer dan sekunder
terletak pada satu kaki inti transformator.
Keuntungan :Mudah dalam pembuatan dan fluksi bocor
dapat diperkecil.
Kerugian :Pemakaian inti kurang ekonomis, karena
memerlukan inti yang besar.
c) Rugi Inti Besi
Besarnya rugi besi atau rugi inti tergantung oleh kualitas bahan
dari inti trafo yang terdiri dari:
3.1. Rugi histerisis (Phe) yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik
pada inti besi, yang dinyatakan sebagai:
Phe = Kh × f2 × Bmax (watt)
Keterangan:
Kh : Konstanta histerisis
B : Fluks maksimum (weber)
Inti transformator daya biasanya terbuat dari baja silikon,
dikarenakan sifat permeabilitas magnet yang tinggi serta rugi histerisis
yang relative rendah dibandingkan dengan logam logam lain ketika
fluks bolak-balik.
Penentuan kualitas bahan inti trafo dapat menggunakan kurva
histerisis, dengan melihat luasan kurva histerisis.

Gambar 5. Kurva histerisis (daya jenuh)


3.2. Rugi arus pusar/ Rugi Arus Eddy (Pe), yaitu rugi arus pusar data
dihitung dengan:
Pe = Kh × f2 × Bmax (watt)
Keterangan:
Kh : Konstanta eddy current
B : Fluks maksimum (weber)
Pada proses pembuatan, inti trafo tidak terbuat dari potongan baja
pejal, namun terbuat dari lembaran lembaran baja yang dibentuk
sesuai dengan kebutuhan/ diperlukan, kemudian di laminasi (lapisan
tipis) dengan pernis pengisolasi. Setelah lempengan-lempengan besi
dilaminasi, maka akan disatukan dengan menggunakan klem. Tujuan
pembuatan inti trafo dengan lempengan lempengan baja adalah
penguranagn rugi listrik (panas), dikarenakan adanya Eddy current
(Arus Eddy) pada inti trransformator.
Fluks bolak-balik dari lilitan primer menginduksikan ggl di dalam
inti besi dengan cara yang sama dengan menginduksikan ggl pada
lilitan sekunder. Fluks tersebut akan menghasilkan ggl dalam inti
untuk mengalirkan arus yag dikenal dengan arus Eddy. Bila inti besi
terbuat dari baja yang pejal, maka reseistansi pada inti sangat rendh
dan arus Eddy menjadi sangat besar.
Adanya arus Eddy dapat menghasilkan rugi energi/ losses dalam
skala yang besar serta pemanasan ini yang berlebihan. Dengan
menggunakan inti besi yang terbuat dari lembarang lembraran baja
yang telah terlaminasi satu sama lain, dapat mengurangi pengaruh arus
Eddy, dan lebih mudah terdisipasi.
Jadi total rugi besi (rugi inti) adalah:
PFe = Phe + Pe
2. Short Circuit Transformator 1 Phasa
Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya dari
suatu rangkaian kerangkaian yang lain secara elektromagnetik dengan
frekuensi yang tetap. Dalam transformator terdapat rugi-rugi
transformator yaitu rugi inti dan rugi tembaga. Rugi inti dapat diukur
dengan melakukan pengujian transformator open circuit, sedangkan
untuk mengukur rugi tembaga yaitu dengan pengujian transformator
short circuit.
Rugi tembaga dalam transformator disebabkan oleh arus beban
yang mengalir pada tembaga. Sehingga dapat dikatakan bahwa besar
rugi tembaga akan ditentukan oleh besar beban terpasang pada sisi
sekunder tranformator. Semakin besar arus yang mengalir pada beban,
maka semakin besar rugi tembaga transformator tersebut. Dengan
demikian, digunakan transformator step down agar dapat
memperhatikan safety (keamanan) dan convenience (kemudahan)
terutama pada arus yang akan di suplai.
Dilakukannya pengujian transformator dengan short circuit
memiliki tujuan untuk mencari seberapa besar rugi tembaga yang
dimiliki transformator bila dihubungkan dengan beban nominal (arus
nominal). Maka, perlu diatur besar arus yang disuplai pada sisi primer
transformator adalah arus nominalnya, ini bertujuan agar mendapatkan
arus yang mengalir pada sisi sekunder yang sama besar saat berbeban
nominal.
Adapun rangkaian ekuivalen dari percobaan transformator
short circuit sebagai berikut.

Kemudian, dari rangkaian ekuivalen diatas, dapat disederhanakan


menjadi seperti berikut.
Dari rangkaian diatas, terdapat rugi-rugi inti (R0 dan X0 (Rc dan
Xm)) dan rugi tembaga (R1, X1, R2, X2). Ketika sisi sekunder
transformator di hubung singkatkan, maka rugi-rugi inti akan lebih
besar dari rugi-rugi tembaga pada sisi sekunder. Dengan demikian
akan menyebabkan arus yang mengalir pada sisi sekunder akan lebih
besar dari pada arus yang melewati inti transformator. Sehingga arus
yang melewati inti transformator dapat diabaikan, rugi tembaga pada
sisi primer dan sisi sekunder dapat di seri dan ditulis menjadi R dan X
(Rek dan Xek).
Dengan terukurnya tegangan, arus dan daya pada masing-
masing alat yang terpasang sesuai rangkaian ekuivalen diatas, maka
parameter rugi tembaga dan tegangan impedansi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.

V1
Zek = ( ¿
P sc
I1
Rek = ( )
I 12
P sc
Rek = ( )
I 12
tegangan input saat percobaan
Tegangan impedansi = x 100 %
tegangan nominal trafo

3. Load Test Transformator 1 Phasa

Sebuah trafo tidak membutuhkan bagian yang bergerak untuk


memindahkan energi dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Ini berarti
tidak ada kerugian karena gesekan atau hambatan udara seperti yang terdapat
pada mesin – mesin listrik (contoh motor listrik dan generator). Namun di
dalam trafo juga terdapat kerugian yang disebut rugi-rugi tembaga (copper
losses) dan rugi-rugi besi (iron losses). Rugi-rugi tembaga terdapat pada
kumparan primer dan kumparan sekunder, sedangkan rugi-rugi besi terdapat
dalam inti besi. Rugi-rugi ini berupa panas yang dilepaskan akibat
terjadinya Eddy current.
Ukuran untuk menyatakan perbedaan antara tegangan output beban
nol dengan tegangan saat berbeban pada faktor daya tertentu disebut
regulasi/pengaturan tegangan. Transformator dikatakan baik apabila harga
regulasi tegangannya semakin kecil pada suatu beban tertentu.

Besarnya regulasi tegangan adalah :

a.) Regulasi Tegangan UP (Jika memungkinkan adanya perubahan tegangan


supply trafo untuk menstabilkan tegangan beban)

V 2 ( tanpa beban )−V 2(beban)


Vr= x 100 %
V 2( beban)

b.) Regulasi Tegangan DOWN (Jika tidak dimungkinkan adanya perubahan


tegangan supply trafo untuk menstabilkan tegangan beban)

V 2 ( tanpa beban )−V 2(beban)


Vr= x 100 %
V 2( tanpa beban)

Efisiensi sebuah trafo dapat dihitung dengan membandingkan


daya yang dikeluarkan di kumparan sekunder dengan daya yang
diberikan pada kumparan primer. Yakni di rumuskan sebagai berikut
daya keluar (watt )
efisiensi ( η )= ×100 %
daya input (watt )

Besarnya efisiensi akan sangat dipengaruhi oleh besar beban &


jenis beban (R,L dan C) karena kedua sifat beban tersebut akan
mempengaruhi besarnya arus dan cos  dari rangkaian tersebut.
Selain itu pada transformator akan mempengaruhi besarnya rugi-rugi
yang timbul pada transformator terutama rugi tembaga yang besarnya
tergantung atau dipengaruhi oleh besarnya beban yang diaplikasikan
pada transformator tersebut. Pada transformator ideal efisiensinya 100
%, tetapi pada kenyataannya efisiensi tranformator selalu kurang dari
100 %. Effisiensi akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
beban, dan saat mencapai titik maksimumnya effisiensi akan
mengalami penurunan.

Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi


yang ditimbulkannya semakin kecil pada saat melayani beban, maka
kualitas transformator tersebut semakin baik dan begitu juga
sebaliknya. Regulasi tegangan transformator adalah suatu bentuk
kualitas tegangan dari suatu transformator pada sisi beban. Semakin
besar regulasi tegangan dari suatu transformator maka semakin
buruklah kualitas tegangan pada sisi beban transformator tersebut dan
begitu juga sebaliknya.

4. Polaritas Transformator 1 Phasa

Dengan melihat arah lilitan kumparan transformator dapat


ditentukan arah tegangan induksi yang dibangkitkan serta polaritas
transformator tersebut. Bila kumparan primer yang merupakan
kumparan tegangan tinggi diberi suplai tegangan, cara melilit seperti
pada gambar 1 di bawah akan menghasilkan arah tegangan induksi
dan fluks magnet seperti ditunjukkan oleh masing-masing anak panah.
Artinya terminal 1 (+) mempunyai polaritas yang sama dengan
terminal 3 (+), sedangkan terminal 2 (-) mempunyai polaritas yang
sama dengan terminal 4 (-). Jenis polaritas ini disebut polaritas
pengurangan. Bila polaritas terminal 1 (+) sama dengan terminal 4 (+)
dan polaritas terminal 2 (-) sama dengan terminal 3 (-), berarti cara
melilit kumparan tegangan rendah transformator seperti pada gambar
2. Hubungan ini disebut polaritas penjumlahan.

Gambar 1.1 Arah lilitan kumparan transformator dengan (1) polaritas


pengurangan dan

(2) polaritas penjumlahan

C. Gambar Rangkaian
1. Open Circuit Transformator 1 Phasa

Gambar 6. Rangkaian pengujian sesuai rangkaian ekivalen


2. Short Circuit Transformator 1 Phasa

3. Load Test Transformator 1 Phasa

A W W A

V V RL XL

4. Polaritas Transformator 1 Phasa

1. Untuk mengetahui sisi tegangan tinggi (TT) dan sisi tegangan rendah
(TR) sebuah transformator maka perlu dilakukan pengukuran nilai tahanan
tembaga pada tiap sisi transformator.

Gambar 1.2 Rangkaian percobaan pengukuran nilai tahanan tembaga kumparan

2. Untuk mengetahui jenis polaritas transformator adalah polaritas


penjumlahan (additif) atau pengurangan (substraktif) maka perlu dilakukan
pengukuran tegangan pada sisi TT, sisi TR dan tegangan hasil
penghubungan kedua kumparan transformator dengan menghubungkan
salah satu termina lsisi TT dengan terminal sisi TR.

Gambar 1.3 Rangkaian percobaan untuk menentukan polaritas tranformator

3. Untuk mengetahui positif dan negatif terminal sebuah trafo secara pasti
maka perlu dilakukan pembandingan polaritas dengan sebuah trafo referensi
yang prosesnya serupa dengan uji polaritas transformator, akan tetapi
kumparan yang dihubungkan bukan sisi TT dengan TR melainkan sisi TR
dari trafo blank dan trafo referensi.
Gambar 1.4 Rangkaian percobaan untuk menentukan terminal posistif dan
negative transformator

D. Alat Percobaan
1. Open Circuit Transformator 1 Phasa
a) Trafo 1 Phasa De Lorenzo 220-380 V/2 × 110 V, 500 VA : 1 buah
b) Voltmeter : 1 buah
c) Amperemeter : 1 buah
d) Wattmeter 1 phasa : 1 buah
e) Kabel penghubung : secukupnya
2. Short Circuit Transformator 1 Phasa
a) Tranformator 1 Phasa De-Lorenzo : 1 buah
220/380 V / 2 x 110V ; 500VA
b) Amperemeter : 1 buah
c) Wattmeter 1 Phasa : 1 buah
d) AVOmeter : 1 buah
e) Kabel Penghubung
 Kabel banana plug : 7 buah
 Kabel banana skrup : 3 buah
3. Load Test Transformator 1 Phasa
a) Trafo 1 Fasa De Lorenzo 220-380V/2x110V; 500 VA :1 buah
b) Voltmeter : 1 buah
c) Amperemeter : 2 buah
d) Wattmeter 1 Fasa : 2 buah
e) Beban R, L dan C : @1 set
f) CosФmeter : 1 buah
g) Kabel Penghubung : secukupnya
4. Polaritas Transformator 1 Phasa
a) Transformator Blank 1 : 1 buah
b) Transformator Referensi : 1 buah
c) Voltmeter : 1 buah
d) Ohmmeter : 1 buah

e) KabelPenghubung : secukupnya
 220 V/ 48 V
 220 V/ 110 V
E. Prosedur Percobaan
1. Open Circuit Transformator 1 Phasa
a) Menentukan rugi inti, parameter rugi inti dan angka transformasi transformator.
1) Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar rangkaian percobaan di atas.
2) Atur range pengukuran pada alat ukur pada range yang terbesar jika besaran
yang diukur belum dapat diprediksi.
3) Atur tegangan supply (110 V) sampai mencapai tegangan nominal dari trafo
yang dipakai.
4) Ukur dan catat semua hasil pengukuran yang dari semua alat ukur yang
dipakai dalam percobaan.
5) Jika pengukuran sudah selesai maka atur tegangan supply menuju 0 (nol) volt
dan kemudian off kan tegangan supply tersebut.
6) Tentukan besarnya rugi inti dari trafo yang digunakan dalam percobaan
dengan menggunakan pembacaan pada wattmeter
V1
Hitung besarnya angka transformasi dengan rumus a = , dan parameter
V2
rugi inti dari trafo yang digunakan dalam percobaan.
b) Menentukan pengaruh (tegangan supply) terhadap rugi inti trafo.
1) Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar rangkaian percobaan di atas.
2) Atur range pengukuran pada alat ukur pada range yang terbesar jika besaran
yang diukur belum dapat diprediksi.
3) Ubahlah secara berkala regulasi tegangan, mulai dari 50 hingga 110 volt (110,
100, 80, 70, dan 50), dan bandingkan harga rugi inti dari 5 variasi tegangan
tersebut.
4) Ukur dan catat semua hasil pengukuran yang dai semua alat ukur yang
dipakai dalam percobaan.
5) Jika pengukuran sudah selesai maka atur tegangan supply menuju 0 (nol) volt
dan kemudian off kan tegangan supply tersebut.
6) Ubah rangkaian menjadi rangkaian step down (220/110) dan ulangi langkah 4
dan 5.
2. Short Circuit Transformator 1 Phasa
Adapun langkah-langkah dalam melakukan percobaan dituangkan dalam bentuk
prosedur percobaan sebagai berikut.
a) Pertama, disiapkannya trafo step down untuk percobaan. Trafo step down
digunakan atas pertimbangan safety (keamanan) dan convenience (kemudahan)
yang dalam pelaksanaannya akan mudah dalam menyediakan tegangan dan arus
sumber yang tidak terlalu besar nilainya.
b) Arus nominal dihitung berdasarkan tegangan masukan yang dipilih. Dalam
percobaan ini, menggunakan trafo step down 220-110 V sehingga dapat dihitung
besar arus nominalnya yaitu sebesar Inominal = S/Vinput = 500VA/220V = 2,3A
c) Peralatan yang ada dirangkai seperti gambar rangkaian percobaan pada prosedur
no 1.
d) Perlu diperhatikan saat memilih terminal pada amperemeter ataupun wattmeter.
Pada wattmeter dan amperemeter pilihlah terminal arus yang berada diatas arus
nominal yaitu 5A. Hal ini berlaku juga untuk terminal tegangan pada wattmeter,
gunakanlah terminal 240V. Untuk voltmeter, atur batas ukur dari yang paling
tinggi apabila nilai tegangan yang terpakai belum diketahui, kemudian perkecil
batas ukur apabila jarum penunjuk mengarah ke arah kanan.
e) Tegangan input diatur besarnya hingga besar arus yang mengalir dan terbaca pada
amperemeter sebesar Inominal yaitu 2,3A. Dalam pembacaan arus pada
amperemeter, perhatikan cara pembacaan dengan memperhitungkan skala
maksimal dan batas ukur terminal yang dipilih.
f) Angka yang terbaca pada semua alat ukur yang terpakai dicatat dan dihitung
sesuai cara pembacaan. Untuk voltmeter, cara pembacaan disamakan dengan
amperemeter yang memperhatikan skala maksimal dan batas ukur yang dipilih.
Namun pada wattmeter, perlu diperhatikan faktor pengali yang terpakai, bisa
dilihat pada keterangan yang terdapat pada wattmeter. Dalam percobaan ini yang
terpakai adalah faktor pengali 1, sehingga angka yang terbaca pada wattmeter
harus dikalikan dengan 1 untuk menemukan daya yang terukur.
g) Apabila pengukuran dan pencatatan telah dilaksanakan, tegangan input diatur
menuju 0 V dan kemudia matikan sumber tegangan.
h) Besar rugi tembaga trafo saat beban nominal dapat ditentukan berdasarkan hasil
yang didapatkan dari pengukuran menggunakan wattmeter. Nilai rugi tembaga
trafo sebesar faktor pengali dikalikan dengan hasil penunjukan jarum penunjuk
wattmeter.
i) Besar tegangan impedansi dan parameter rugi tembaga trafo 1 fasa yang
digunakan dalam percobaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
tegangan input saat percobaan
Z% = x 100 % ...............(Tegangan Impedansi)
tegangan nominal trafo

Parameter rugi tembaga trafo 1 fasa :


V1
Zek = ........................................................................................................(1)
I1
P
Rek = ........................................................................................................(2)
I 12
Xek = √ Zek 2−Rek 2.........................................................................................(3)
3. Load Test Transformator 1 Phasa
a) Tentukan jenis hubungan trafo yang diguakan dalam percobaan (Step Up / Step
Down) sesuai dengan beban yang digunakan.
b) Atur terlebih dahulu variasi beban yang digunakan dimana untuk beban resistif
gunakan lampu pijar 4x100W untuk 5 kali variasi beban dari beban terkecil
sampai beban terbesar dan hitung arus nominal dari trafo (2,27 A) yang akan
digunakan dalam percobaan sebagai acuan untuk penentuan besar beban.
c) Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar rangkaian percobaan di atas untuk
beban resistif dan atur range pengukuran pada alat ukur pada range terbesar jika
besaran yang yang diukur belum dapat diprediksi.
d) Atur tegangan supply sampai mencapai tegangan supply nominal (110 V) dari
trafo yang dipakai dan mencapai tegangan beban yang sesuai dengan beban yang
dipergunakan.
e) Atur beban sebanyak 5 kali variasi besaran seperti yang direncanakan pada poin 2
f) Ukur dan catat semua hasil pengukuran yang dari semua alat ukur yang dipakai
dalam percobaan dan jika pengukuran sudah selesai maka atur tegangan supply
menjadi 0 (nol) volt dan kemudian off kan tegangan supply tersebut.
g) Hitung besarnya effisiensi dan regulasi dari trafo pada setiap perubahan beban.
h) Ubah jenis beban yang dipakai menjadi beban induktif dan beban kapasitif dan
laksanakan langkah percobaan yang sama dengan beban resistif diatas (1-7)
4. Polaritas Transformator 1 Phasa
a) Peralatan yang akan digunakan disiapkan dan diperiksa
b) Peralatan dirangkai sesuai dengan gambar rangkaian1.2
c) Hasil pengukuran nilai tahanan tembaga kedua kumparan dicatat pada tabel dan
diberi judul “Tabel Pengukuran Nilai Tahanan Tembaga”.
d) Data yang didapatkan dioalah untuk mengetahui sisi TT danTR transformator.
e) Peralatan dirangkaisesuai dengan gambar rangkaian 1.3
f) Rangkaian diberi suplai tegangan 100 V pada sisi TT transformator.
g) Hasil pengukuran tegangan dicatat pada tabel dan diberi judul “Pengukuran Untuk
Mengetahui Jenis Polaritas Trafo”.
h) Data yang didapatkan diolah untuk mengetahui polaritas transformator.
i) Peralatan dirangkai sesuai dengan gambar rangkaian 1.4
j) Rangkaian diberi suplai tegangan 100 V pada sisi TT trafo referensi dan trafo
blank
k) Hasil pengukuran tegangan dicatat pada tabel dan diberi judul “Pengukuran Untuk
Mengetahui Polaritas Terminal”.
l) Data yang didapatkan diolah untuk mengetahui terminal positif dan negatif trafo
blank dibantu dengan data dari tabel “Pengukuran Untuk Mengetahui Jenis
Polaritas Trafo”.
F. Data Tabel, Contoh Perhitungan, dan Grafik Hasil Percobaan
1. Open Circuit Transformator 1 Phasa

 Perhitungan Angka Transformasi (a)


V1
a1 =
V2
110
=
210
= 0.523
 Perhitungan Rugi Arus Eddy (Rc)
V 12
Rc =
P1
110 ×110
=
14
= 864.285 Ω
 Perhitungan Rugi Histerisis (Xm)
I1 = I 0
I0 = I c + I m
P
cos φ =
V 1 I1
14
=
110 ×0.26
= 0.489
Ic = I1 cos φ
= 0.26 × 0.489
= 0.127
Im = I 0 - I c
= 0.26 - 0.127
= 0.133 A
V1
Xm =
Im
110
=
0.133
= 1538.401 Ω
Tabel 1.2 Percobaan Trafo Step Down
V1 V2 P1 I1
No. (V) (V) (W) (A) a
1 220 115 20.5 0.155 1.913
 Perhitungan Angka Transformasi (a)
V1
a1 =
V2
220
=
115
= 1.913
Trafo no.2
Tabel 1.3 Percobaan Trafo Step Up
V1 V2 P1 I1 Rc Xm
No. (V) (V) (W) (A) a (Ω) (Ω)
1 110 210 12 0.21 0.523 1008.333 1089.108

2 100 190 9 0.16 0.578


3 80 152.5 6 0.11 0.524

4 70 132.5 4 0.1 0.528


5 50 90 3 0.078 0.555
a rata rata 0.541

 Perhitungan Angka Transformasi (a)


V1
a1 =
V2
110
=
210
= 0.523
 Perhitungan Rugi Arus Eddy (Rc)
V 12
Rc =
P1
110 ×110
=
12
= 1008.333 Ω
 Perhitungan Rugi Histerisis (Xm)
P
cos φ =
V 1 I1
12
=
110 ×0.21
= 0.519
Ic = I1 cos φ
= 0.21 × 0.519
= 0.109
Im = I 0 - I c
= 0.21 - 0.109
= 0.101 A
V1
Xm =
Im
110
=
0.101
= 1089.108 Ω
Tabel 1.4 Percobaan Trafo Step Down

V1 V2 P1 I1
No. (V) (V) (W) (A) a
1 220 120 18.5 0.139 1.833

 Perhitungan Angka Transformasi (a)


V1
a1 =
V2
220
=
120
= 1.833
Jenis I1 V1 Phs Rek Zek Xek %Z
Trafo (nominal) (V) (W) (Ω) (Ω) (Ω)
(A)
1 2,3 24 55 10,39 10,43 0,91 10,9%
2 2,3 24,9 55 10,39 10,82 3,01 11,31%

2. Short Circuit Transformator 1 Phasa

Berdasarkan data pada tabel diatas, maka didapatkan data-data yakni sebagai
berikut. Untuk memperoleh nilai I nominal didapatkan dari daya transformator dibagi
dengan tegangan sumber transformator.

1. Tranformator 1
a. Rugi tembaga trafo 1 fasa = Psc = I 2 REK
= (2,3)2 10,39
= 5,29 . 10,39
= 54,961 W
b. Parameter rugi tembaga trafo :
P ( Dayahubung singkat )
 REK =
Ihs2

55
= 2
=10,39 Ω
(2,3)
Vhs(teganganhubung singkat )
 ZEK =
Inom

24
= =10,43 Ω
2,3
 XEK = √ Zek 2−Rek 2
= √ 10,432−10,392 = √ 108,78−107,95 = √ 0,83 = 0,91 Ω
Untuk menc]ari prosen tegangan impedansi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

V pa da saat tegangan di short


Z% = x 100 %
Tegangan nominal

24
= x 100 % = 10,9 %
220

2. Tranformator 2
a. Rugi tembaga trafo 1 fasa = Psc = I 2 REK
= (2,3)2 10,39
= 5,29 . 10,39
= 54,961 W
b. Parameter rugi tembaga trafo :
P ( Dayahubung singkat )
 REK =
Ihs2

55
= 2
=10,39 Ω
(2,3)
Vhs(teganganhubung singkat )
 ZEK =
Inom

24,9
= =10,82 Ω
2,3
 XEK = √ Zek 2−Rek 2
= √ 10,822−10,392 = √ 117,07−107,95 = √ 9,12 = 3,01 Ω
Untuk mencari prosen tegangan impedansi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

V pada saat tegangan di short


Z% = x 100 %
Tegangan nominal

24,9
= x 100 % = 11,31 %
220
3. Load Test Transformator 1 Phasa

Trafo 2 / 500VA

Tabel Hasil
Percobaan

Contoh Perhitungan
Cara menghitung regulasi tegangan adalah :

Regulasi Tegangan UP

V 2 ( tanpa beban )−V 2(beban)


Vr= x 100 %
V 2( beban)

210−205
Contoh : Vr resistif 50 watt = x 100 %
205

= 2,4%

Cara menghitung efisiensi adalah :

daya keluar (watt )


efisiensi ( η )= ×100 %
daya input (watt )

60(watt )
Contoh : efisiensi ( η ) resistif 50 watt= ×100 %
80(watt )

= 75%

Dst.
4. Polaritas Transformator 1 Phasa
1. Pengukuran Nilai Tahanan Tembaga

Trafo Blank R A-B R A-C R B-C R B-D R C-D

1 37,81Ω OL OL OL 2,2897Ω

Gambar Rangkaian Percobaan :


Sisi HV : Terminal A-B
Sisi LV : Terminal C-D

2. PengukuranUntuk Mengetahui Jenis Polaritas Trafo

Trafo Blank V1 V2 V3

1 100V 25V 75V

Gambar Rangkaian Percobaan :

Jenis Polaritas : Polaritas pengurangan
3. Pengukuran Untuk Menentukan Polaritas Terminal

Trafo Blank V1 V2 V3

1 50V 25V 75V

Gambar Rangkaian Percobaan :

Kesimpulan :
Terminal A : Positif (+)
Terminal B : Negatif(–)
Terminal C : Positif (+)
Terminal D : Negatif (–)

Anda mungkin juga menyukai