Sering kali pasien lanjut usia disalahartikan sebagai pasien geriatri. Padahal, pasien lanjut usia
belum tentu pasien geriatri, sedangkan pasien geriatri dengan sendirinya merupakan pasien
lanjut usia. Pasien geriatri memiliki karakteristik dan gejala yang khas terdapat pada populasi
lanjut usia.
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-mener us,
dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokomia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Depkes RI, 2001).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(CONSTANTINIDES, 1994).
DEFINISI LANSIA
Lansia adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. (Bailon G. Salvaclon, 1978).
Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda
terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi. (BKKBN, 1995).
PEMBAGIAN LANSIA
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
3. Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
KLASIFIKASI LANSIA
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifiksai pada lansia :
1. Pralansia (prasenilis) : seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia potensial : lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia tidak potensial : lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidup
nya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
KARAKTERISTIK LANSIA
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
TEORI PENUAAN
Teori penuaan dikelompokkan menjadi : teori biologis dan teori psikososial.
Jalur biologis memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses
penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk
menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan
perilaku.
1. Teori biologis.
Tingkat perubahan :
Genetika : gen yang diwariskan dan dampak lingkungan.
Dipakai dan dirusak (wear and tear) : kerusakan oleh radikal bebas.
Lingkungan : meningkatnya pajanan terhadap hal-hal yang berbahaya.
Imunitas : integritas sistem tubuh untuk melawan kembali.
Neuroendokrin : kelebihan atau kurangnya produksi hormon.
2. Teori psikologis.
Tingkat proses :
Kepribadian : introvert lawan ekstrovert.
Tugas perkembangan : maturasi sepanjang rentang kehidupan.
Disengagement (pemutusan) : antisipasi menarik diri.
Aktivitas : membantu mengembangkan usaha.
Kontinuitas : pengembangan individualitas.
Ketidakseimbangan sistem : kompensasi melalui pengorganisasian diri sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan perawat dalam memberi asuhan keperawatan kepada
lanjut usia, yaitu karena :
1. Populasi lanjut usia sangat heterogen. Artinya, tidak semua individu lanjut usia memerluka n
asuhan keperawatan dalam bentuk dan jenis yang sama. Secara keseluruhan, lanjut usia
termasuk golongan populasi yang rapuh terhadap kesehatan, tetapi dalam derajat yang
berbeda- beda. Dari aspek kesehatan, perbedaan ini dapat terlihat dari kondisi lanjut usia
yang:
a. Sehat,
b. Setengah sakit dan setengah sehat,
c. Sakit akut (akut ringan, sedang dan berat),
d. Sakit kronis,
e. Sakit gangguan mental (termasuk demensia),
f. Sakit terminal,
g. Sakit tidak ada harapan untuk sembuh/hidup.
2. Jenis asuhan keperawatan yang dibutuhkan sangat bervariasi. Harus diingat bahwa
heterogenitas populasi lanjut usia yang ada disertai kenyataan bahwa aspek fungsional seorang
lanjut usia bergantung pada tiga faktor yaitu: faktor fisik, psikis dan sosial ekonomi.
3. Asuhan keperawatan ini membutuhkan keterkaitan dengan semua bidang, antara lain
kesehatan, sosial, agama, olahraga, atau kesenian. Dalam pemberian askep perawat
memerlukan pendekatan tertentu karena pasien lanjut usia memiliki berbagai masalah
kesehatan dan kekhususan penurunan faal organ tubuh.
(b) Psikologis
(1) Dilakukan saat berkomunikasi dengan pasien untuk mengetahui fungsi kognitf termasuk daya
ingat, alam perasaan, orientasi terhadap realitas, kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
(2) Serta perubahan umum yang terjadi, antara lain:
Penurunan daya ingat.
Proses pikir lambat.
Adanya perasaan sedih.
Merasa kurang perhatian.
(3) Hal-hal lain yang perlu dikaji dalam aspek psikologis meliputi:
Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang dialami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi,
dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
(d) Spiritual
(1) Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejumlah makna keyakinan tersebut
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari lansia.
(2) Hal-hal yang perlu dikaji:
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan. Misalnya: pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.
(e) Kognitif
Bagaimana dengan kondisi kognitif lansia: apa daya ingat lansia mengalami penurunan, mudah
lupa, apa masih ingat hal-hal yang terjadi pada lansia dimasa lalu, dll.
2) Analisa data.
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dan pemeriksaan fisik
lakukan analisa data, dalam rangka untuk memilah data-data yang ada sehingga dapat
dirumuskan suatu diagnosis keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitka n
data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh lansia apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data:
(1) Menetapkan kebutuhan lansia.
(2) Menetapkan kekuatan.
(3) Mengidentifikasi pola respon lansia.
(4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
4) Prioritas masalah.
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu:
(1) Keadaan yang mengancam kehidupan.
(2) Keadaan yang mengancam kesehatan.
(3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, diagnosis keperawatan
keluarga dengan lansia ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata
(aktual), dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan mengandung komponen
utama yaitu: PES: Problem, Etiologi, dan System.
Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain:
a. Fisik/Biologis:
Gangguan nutrisi: kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh sampai dengan pemasukan yang
tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, sampai dengan hambatan penerimaan
dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat dalam merawat diri.
Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh.
Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas atau adanya sekret pada
jalan napas.
Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi.
b. Psikososial:
Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu.
Depresi sampai dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah sampai dengan perasaan ditolak.
Koping tidak adekuat sampai dengan ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat.
Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual:
Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan sampai dengan ketidaksiapan menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang sampai dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
3. Rencana Keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan pada lansia disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah :
perumusan masalah, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil
untuk menilai pencapaian tujuan.
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan dengan lansia dan hal-hal lain
yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan keperawatan yang digunakan dalam
rencana perawatan termasuk di dalamnya kepentingan terapeutik, promitif, preventif, dan
rehabilitatif.
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada
tingkatan yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga
halnya untuk menjelang kematian secara damai. Rencana dibuat untuk keberlangsunga n
pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien.
Pemberian asuhan keperawatan dasar bagi lansia dapat dibedakan atas dua golongan sasaran
lansia, yaitu:
a. Lansia aktif : mereka yang kondisi fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain,
sedemikian sehingga taraf aktivitas sehari-harinya masih tergolong mandiri.
b. Lansia pasif : golongan lansia yang kondisi fisiknya menyebabkan mereka memerluka n
banyak pertolongan orang lain seperti kelumpuhan atau penyakit yang dideritanya.
Adapun strategi intervensi bagi kedua golongan itu meliputi:
a. Intervensi kepada lansia yang tergolong masih aktif.
Bentuk intervensi disini meliputi: aspek perawatan diri, aspek kebersihan lingkungan, aspek
gizi, pencegahan kecelakaan atau keselamatan, pemenuhan kebutuhan istirahat, serta aspek
psikososial lansia.
b. Intervensi kepada lansia yang tergolong pasif.
Strategi intervensi bagi kelompok pasif ini terutama mereka yang dirawat di tempat tidur adalah
mencakup aspek perawatan diri, kebersihan lingkungan tempat tidur dan ruangan, aspek
pencegahan dekubitus, serta aspek perawatan lansia di institusi (panti wreda atau ruang
perawatan).
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan lansia berfungsi seoptimal mungk in
sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung
pada orang lain sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia antara lain:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia
1) Peran pemenuhan gizi pada lansia dalam rangka untuk mempertahankan kesehatan dan
kebugaran serta memperlambat timbulnya penyakit degeneratif sehingga menjamin hari tua
tetap sehat dan aktif.
2) Penyebab masalah yang sering dihadapi lansia adalah: penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang nyaman saat makan karena gigi
kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung
dan usus sehingga nafsu makan berkurang.
3) Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah: gizi berlebihan, gizi kurang, kekurangan
vitamin atau sebaliknya kelebihan vitamin.
4) Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia:
Kalori pada lanjut usia: laki-laki 2.100 kalori dan perempuan 1.700 kalori. Dapat dimodifikas i
tergantung keadaan lanjut usia, Misalnya: gemuk/kurus atau disertai penyakit demam.
Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit,
15% - 20% dari total kalori yang dibutuhkan.
Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20% - 25% dari total kalori yang dibutuhkan.
Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
Air, 6 – 8 gelas per hari.
5) Rencana makanan untuk lanjut usia:
Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
Berikan makanan yang mengandung serat.
Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
Membatasi minum kopi dan teh.
4. Tindakan Keperawatan.
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat.
Perawat memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara kemampuan fungsional lansia
dan mencegah komplikasi serta meningkatkan kemampuan. Tindakan keperawatan
berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat dengan
didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik.
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Edisi ke-2. Jakarta: EGC
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik . Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: CV
Sagung
Seto
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
S, Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Buku
2. Jakarta: Salemba Medika
Diposting oleh intervensi khusus pada lansia (ratna dewi s) di
05.57 Kirimkan Ini lewat Email