Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nama Pancasila ini terdiri dari dua kata sanksekerta. Panca berarti lima dan sila
berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengertian Pancasila sebagai dasar Negara diperoleh dari alinea keempat
pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9
juni 1966 yang menandakan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah
dimurnikan dan didapatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar
Negara Republik Indonesia.
Kelima butir tersebut tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945.
Sebagaimana yang telah diketahui oleh hampir semua warga Negara Indonesia bahwa
fungsi pokok dari Pancasila adalah sebagai dasar Negara, meskipun sebenarnya masih
banyak fungsi-fungsi lainnya yang tak kalah penting dan bernilai sacral bagi bangsa
Indonesia sendiri dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
Negara Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea ke-4 Pembukaan
UUD 1945 telah ditetapkan sebagai dasar Negara pada tanggal 18 agustus 1945 oleh
PPKI yang telah dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh Rakyat Indonesia
yang merdeka.
Penerapan Pancasila sebagai dasar Negara itu memberikan pengertian bahwa
Negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu terkandung arti bahwa Negara
harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-
undang.
Alasan saya membuat paper ini adalah untuk memberikan wawasan tambahan
tentang Pancasila bagi para pembaca.
BAB II
PEMABAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi
landasan dari segala keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa
Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah dasar dalam mengatur pemerintahan
negara Indonesia yang mengutamakan semua komponen di seluruh wilayah Indonesia.
Secara Etimologi, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta India (Kasta
Brahmana), yaitu kata “Panca” yang artinya Lima, dan “Sila” yang artinya Dasar.
Sehingga arti Pancasila secara harfiah adalah lima dasar.
Pancasila dicetuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia agar kita mempunyai
pondasi yang kuat dalam menjalankan pemerintahan. Artinya, dengan adanya Pancasila
maka Indonesia memiliki dasar atau pondasi dalam bernegara sehingga tidak mudah
dipengaruhi dan dijajah oleh bangsa lain.
Dasar negara Indonesia tersebut dilambangkan dengan Garuda dimana terdapat
gambar bintang, rantai, pohon beringain, kepala banteng, padi dan kapas, yang
mencerminkan arti dari 5 sila Pancasila. Kemudian lambang negara Indonesia ini disebut
dengan Garuda Pancasila.

B. Pancasila Sebagai Sumber Nilai


Bagi bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah Pancasila.
Hal ini berarti bahwa seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara
menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk
dan benar salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia.
Pancasila memuat nilai-nilai luhur untuk dapat menjadi dasar negara. Ada 3 nilai
yang terdapat dalam Pancasila :
a) Nilai dasar
asas-asas yang berasal dari nilai budaya bangsa Indonesia yang bersifat
abstrak dan umum, relative tidak berubah namun maknanya selalu dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Artinya nilai dasar itu bias terus menerus ditafsirkan
ulang baik makna maupun implikasinya. Melalui penafsiran ulang itulah akan didapat
nilai baru yang lebih operasional sesuai dengan tanntangan zaman. Adapun nilai dasar
yang terkandung dalam Pancasila adalah Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan,
Kerakyatan(musyawarah-mufakat), dan keadilan.
b) Nilai Instrumental
Penjabaran dari nilai dasar yang terbentuk norma social dan norma hokum.
Seperti UUD 1945, Tap MPR, UU No. 40 tahun 1999 tentang PERS, UU No. 2 tahun
1999 tentang partai politik, UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, dll.
c) Nilai praktis
Nilai dasar atau instrumental masih hidup di tengah masyarakat berbangsa dan
bernegara. Contoh nilai Praktis seperti saling menghormati, toleransi, kerja sama,
kerukunan, bergotong royong, menghargai, dll.
Nilai – nilai Pancasila itu merupakan nilai instrintik yang kebenarannya dapat
dibuktikan secara obyektif, serta mengandung kebenaran yang universal. Nilai – nilai
Pancasila. Merupakan kebenaran bagi bangsa Indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan
dipersepsi sebagai nilai – nilai subyektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman hidup
seirama dengan proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh dimensi ruang dan
waktu.

C. Tantangan dan peluang Pancasila bagi Kehidupan Berbangsa


“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi
di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui
media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang
Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion
(FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi
bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020.
Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni
ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi
keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional
terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung
ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni
Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan
mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi
alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti
radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami
penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik
pembelajaran Pancasila.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya
arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala
polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera
dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai
Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.
Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-
nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang
menarik bagi generasi muda dan masyarakat.
Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui
pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan
wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan
perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).
Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr.
Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat
melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan
penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan
global juga berdampak pada anak-anak.
Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara
dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya
gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas
bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.
“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah
Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi
multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi
Moeloek.
Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai
bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan
bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih
mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan kebijakan-kebijakan
politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di
tengah adanya beragam ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik
identitas oleh agama, etnik, dan kepentingan.

D. Upaya Menghayati Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


Anggota Komisi II DPR dari dapil DI Yogyakarta H Sukamto mengatakan, saat ini
nilai-nilai Pancasila seolah tergerus dalam kehidupan sehari-hari. Ini terjadi sejak peristiwa
reformasi pada 1998 lalu dan masih terasa hingga saat ini.
Ada pihak-pihak yang ingin mengajak masyarakat untuk meninggalkan Pancasila,
dan menggantikannya dengan ideologi lain. Sehingga, menjadikan Pancasila sebagai sumber
hukum di Indonesia menjadi lebih sulit.
Karena itu, Sukamto memberikan beberapa solusi agar Pancasila bisa diamalkan dan
direalisasiakan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, diperlukan keikhlasan seluruh
komponen bangsa untuk menerima dan merealisasikan Pancasila dalam setiap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Serta, tidak perlu dimunculkan keyakinan mengganti Pancasila
dengan ideologi lain.
Kedua, memahami dan menghayati Pancasila dalam kehidupan sehari-hari secara
komprehensif. Ini wajib untuk semua pihak mulai dari rakyat hingga seluruh aparatur negara.
Ketiga, mengoperasionalkan seluruh sistem nilai Pancasila dalam segala level
kehidupan sosial masyarakat. Baik pada sistem nilai maupun sistem dalam kelembagaan
negara.
"Dalam hal ini negara tak bisa memaksakan Pancasila kepada rakyat jika negara
tidak bisa mengonstruksikan Pancasila dalam kelembagaan negara sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila," kata Sukamto saat menjadi pembicara dalam kegiatan bertajuk Dialog Jejaring
Pancamandala; Membangun Sinergitas Membumikan Pancasila di Provinsi DI Yogyakarta, di
Yogyakarta, Selasa (17/11).
Untuk itu, perlu pengenalan Pancasila secara historis, kultural, sosiologis, dan
filosofis. Dalam hal ini, kata Sukamto, BPIP sangat penting dan harus berbuat untuk
pembumian Pancasila di masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila, harus memahami apa arti dari
Pancasila itu sendiri, seperti kata Ir. Soekarno pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia. Maka
dari itu Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia.
Pancasila telah melekat dan mendarah daging pada masyarakat Indonesia. Maka masyarakat
Indonesia menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup ataupun menjadikan Pancasila sebagai
perjuangan utama oleh masyarakat bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai