Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
OLEH
PENINA
J1A013100
BAB I
PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
digunakan sebagai sumber karbohidrat utama, selain itu juga menjadi alternatif
pangan pokok berada di urutan ketiga setelah padi dan ubi kayu. Produksi jagung
yaitu sebesar 11,6 juta ton (2006); 13,2 juta ton (2007); 15,8 juta ton (2008);
17,04 juta ton (2009) serta 18,3 juta ton pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik,
2012). Data tersebut menunjukkan bahwa jagung mempunyai potensi yang besar
satu cara pengawetan jagung dalam bentuk olahan. Tepung merupakan salah satu
bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan, karena lebih tahan
dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba
sifat fungsional tepung dan kualitas roti dalam aplikasinya lebih baik
kualitas rotinya, perlakuan terbaik adalah perendaman dengan ragi tape sebanyak
1 gram. Sifat fungsional yang dimiliki tepung modifikasi adalah mempunyai daya
kental, mempunyai daya untuk menstabilkan emulsi, dan mempunyai daya serap
diketahui memiliki kandungan pati dan amilosa yang lebih tinggi dibandingkan
tepung jagung. Tepung jagung fermentasi mengandung pati 72,17% dan amilosa
24,03%. Sedangkan tepung jagung mengandung pati 71,3% dan amilosa 20,45%.
Dari data tersebut tepung jagung fermentasi memiliki potensi yang lebih besar
Kandungan pati juga memiliki peranan penting menjadi salah satu kriteria mutu
tepung. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak terlarut disebut amilopektin. Pada
3
derajat gelatinisasi pati. Semakin besar kandungan amilosa, maka pati makin
dapat mengikat air dengan baik sehingga semakin tinggi kandungan amilosa
dalam tepung, maka adonan yang dihasilkan semakin mengembang. Selain itu,
pada makanan dapat menurunkan daya cerna pati in vitro. Kandungan amilosa
yang cukup tinggi merupakan salah satu hal yang diharapkan dalam pembuatan
mie non-terigu karena dapat memiliki daya ikat yang lebih kuat. Untuk itu perlu
diketahui karakteristik dan mutu tepung jagung fermentasi, salah satu karakteristik
Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui kandungan amilosa
pada produk tepung jagung yang difermentasi menggunakan ragi tempe dengan
konsentrasi berbeda.
4
pangan.
1.3 Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung
2.3 Fermentasi
2.3.1 Inokulum
BAB III
METODE PENELITIAN
Kelompok (RAK) dengan percobaan faktor tunggal yaitu konsentrasi ragi tempe
P1 = 0 % (0 gram)
P2 = 0,1 % (1 gram)
P3 = 1 % (10 gram)
P4 = 2 % (20 gram)
P5 = 4 % (40 gram)
P6 = 5 % (50 gram)
unit percobaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketelitian data yang
keragaman (ANOVA) pada taraf nyata 5%. Apabila terdapat beda nyata, maka
akan diuji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% (Ali,
2004).
7
baskom, cabinet dryer, blender, ayakan 80 mesh, sendok pengaduk, kain saring,
panci, loyang, spatula, cawan, oven, alumunium foil, plastik wrap, tabung
sentrifuse, tabung reaksi, rak tabung rekasi, pipet ukur, tisu, label, sentrifuse,
penangas air, labu takar, spektrofotometer, vortex, color solid dan labu tetes.
bersih, ragi tempe merk RAPRIMA, air suling, amilosa murni, 1 mL etanol 95%,
selama ±20 menit, lalu didinginkan. Setelah itu ditimbang sebanyak 1 kg. Beras
jagung sebanyak 1 kg ditambahkan ragi (P1, P2, P3, P4, P5 dan P6) lalu
dalam cabinet dryer suhu 58°C selama ± 5 jam, kemudian beras jagung
Beras jagung yang digunakan adalah beras jagung yang dibeli di pasar
b. Sortasi
menggunakan tampah atau dengan pemilihan oleh tangan. Adapun tujuan sortasi
adalah menghilangkan beras jagung yang cacat dan tidak baik, sehingga diperoleh
Beras jagung yang telah disortasi kemudian direndam dengan menggunakan air
bersih suhu 50°C selama 10 menit yang bertujuan untuk melunakkan beras jagung
dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan zat asing yang tidak diperlukan
d. Pengukusan
menggunakan kain saring bertujuan untuk menghilangkan bau yang berasal dari
beras jagung tersebut. Pengukusan dilakukan selama ±20 menit dengan tekstur
e. Penimbangan
adalah untuk mendapatkan berat beras jagung yang konstan. Beras jagung
f. Fermentasi
berbagai konsentrasi (0%, 0,1%, 1%, 2%, 4% dan 5%) yang dimasukkan dalam
baskom plastik dan ditutup rapat menggunakan plastik wrap, kemudian disimpan
g. Pengeringan
dengan suhu 58°C selama ± 5 jam yang bertujuan untuk menurunkan kadar air
h. Penggilingan
i. Pengayakan
mesh.
10
Beras Jagung
Ragi tempe
Fermentasi (t=48jam)
(P1, P2, P3, P4,
P5 dan P6) Pengeringan (T = 58°C,
t= 5 jam)
Tepung jagung
fermentasi
3.6.1. Parameter
kadar amilosa, kadar air, rendemen, water absorption capacity (daya serap air),
a) Standarisasi Amilosa
NaOH 1N. larutan dibiarkan selama 23 jam pada suhu kamar atau dipanaskan
dalam penangas air bersuhu 100°C selama 10 menit. Larutan selanjutnya dipipet
ke dalam labu ukur 100 mL dengan perlakuan seperti tercantum pada tabel
berikut.
a b c d e f
+ + + + +
Abs rata-rata 1 ppm = 2 4 6 8 12 16
6
pada suhu kamar atau dipanaskan dalam penangas air bersuhu 100°C selama 10
menit dan didinginkan selama 1 jam. Larutan kemudian diencerkan dengan air
suling menjadi 100 mL, dipipet sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam
asetat 1 N dan 2 mL dan I2 2% lalu diencerkan sampai volume 100 mL. Larutan
dengan rumus :
Keterangan :
a = konsentrasi amilosa dari kurva standar (mg/ml)
fp = faktor pengenceran
b = berat sampel (mg)
v = volume mula-mula (ml)
13
beratnya, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C selama 3-4 jam sampai
desikator selama 10 menit dan ditimbang. Perhitungan kadar air dilakukan dengan
rumus:
c-(a-b )
Kadar air (%bb) = x 100%
c
Keterangan : a = berat cawan dan sampel akhir (gram)
b = berat cawan (gram)
c = berat sampel awal (gram)
c. Rendemen
Perhitungan rendemen yaitu dengan menggunakan perbandingan antara
Menurut (Huntching, 1999 dalam Pratama, 2013 dalam Sumarni, 2015) Uji
a. Dipilih “read” pada menu utama MSEZ. Pindahkan kursor ke posisi yang
tengah.
14
b. Ditekan tombol atas dan bawah untuk memilih setup yang diinginkan lalu
c. Disarankan untuk menentukan standar atau sampel mana yang akan dibaca
dari jumlah n (1 dari n atau 2 dari n, dst., jika produk diatur dengan
e. Ditekan tombol tengah untuk membaca, standar atau sampel yang telah
rata-rata.
menunjukkan standar deviasi dari semua ukuran yang dibuat pada ukuran
Pengukuran warna dilakukan dua kali ditempat yang berbeda. Hasil yang didapat
dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dan diamkan pada suhu 30°C selama 1
jam. Setelah itu sentrifuge sampel dengan kecepatan 2000 rpm selama 30 menit.
Volume air dalam endapan diukur, kapasitas penyerapan air dihitung sebagai ml
A-B
Daya serap air (ml/g) =
C
Keterangan :
A = Volume awal (ml)
B = Volume akhir (ml)
C = Berat sampel (gram)
f. Analisis Fisik atau Uji Organoleptik (Lamond, 1977 dalam Yuni, dkk.,
2001)
metode afektif (uji hedonik) dan metode deskriptif (uji skoring) adalah :
1. Disiapkan sampel (tepung jagung fermentasi) dalam piring atau wadah yang
4. Skor metode afektif dan metode deskriptif dinyatakan dalam angka 1-5. Untuk
bahan pangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dan hasil analisis uji mutu kimia dapat dilihat pada
ragi tempe pada tepung jagung yang difermentasi dapat dilihat pada tabel 10.
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kadar amilosa dan
kadar air tepung jagung yang difermentasi. Parameter yang berbeda nyata tersebut
dilakukan uji lanjut dengan beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil uji lanjut
Tabel 11. Purata dan Uji Lanjut BNJ Hasil Pengamatan Pengaruh
Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Kadar Amilosa dan Kadar
Air Tepung Jagung Fermentasi Pada Taraf Nyata 5%.
Parameter
Perlakuan
Kadar Amilosa (%) Kadar air (%)
P1 (0%) 20,796±0,141a 8,670±0,965a
P2 (0,1%) 21,770±0,116b 8,322±0,697ab
P3 (1%) 22,264±0,323c 7,495±0,721abc
P4 (2%) 23,230±0,259d 6,580±0,352abc
P5 (4%) 24,028±0,331e 6,207±1,139bc
P6 (5%) 24,708±0,368f 5,785±0,844c
BNJ 5% 0,2180 1,4854
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada taraf 5%.
perlakuan konsentrasi ragi tempe 5% (P6) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi
tempe 0% (P1), 0,1% (P2), 1% (P3), 2% (P4) dan 4% (P5). Konsentrasi ragi
tempe 4% (P5) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 5% (P6), 0% (P1),
0,1% (P2), 1% (P3), dan 2% (P4). Konsentrasi ragi tempe 2% (P4) berbeda nyata
dengan konsentrasi ragi tempe 4% (P5), 5% (P6), 0% (P1), 0,1% (P2), dan 1%
(P3). Konsentrasi ragi tempe 1% (P3) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi
tempe 2% (P4), 4% (P5), 5% (P6), 0% (P1), dan 0,1% (P2). Konsentrasi ragi
tempe 0,1% (P2) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 1% (P3), 2% (P4),
4% (P5), 5% (P6), dan 0% (P1). Konsentrasi ragi tempe 0% (P1) berbeda nyata
dengan konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2), 1% (P3), 2% (P4), 4% (P5), dan 5%
(P6).
berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 4% (P5) dan 5% (P6), tetapi tidak
berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2), 1% (P3) dan 2% (P4).
Konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe
20
5% (P6), tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 0,1% (P2), 1% (P3), 2%
(P4) dan 4% (P5). Konsentrasi ragi tempe 1% (P3) dan 2% (P4) tidak berbeda
nyata dengan semua perlakuan. Konsentrasi ragi tempe 4% (P5) berbeda nyata
dengan konsentrasi ragi tempe 0% (P1), tetapi tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2), 1% (P3), 2% (P4) dan 5% (P6). Konsentrasi
ragi tempe 5% (P6) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0% (P1) dan
0,1% (P2), tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 1% (P3), 2%
Hasil pengamatan dan hasil analisis uji mutu fisik dapat dilihat pada
ragi tempe terhadap rendemen, daya serap air dan warna tepung jagung fermentasi
pada mutu fisik dapat dilihat pada tabel 12 dan tabel 13.
serap air dan warna (nilai L*) tepung jagung yang difermentasi., tetapi
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap warna (°Hue) tepung
21
jagung yang difermentasi. Parameter yang berbeda nyata tersebut dilakukan uji
lanjut dengan beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil uji lanjut dengan BNJ
Tabel 13. Purata dan Uji Lanjut BNJ Hasil Pengamatan Pengaruh
Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Rendemen, Daya Serap Air,
Warna (Nilai L* dan °Hue) Tepung Jagung Fermentasi Pada
Taraf Nyata 5%.
Perlakua Parameter
n Rendemen Daya Serap Air Nilai L* °Hue
P1 (0%) 48,77±0,0160a 5,913±0,135b 50,440±1,614a 60,586±7,321
P2
36,63±0,044ab 6,043±0,169b 54,573±2,193b 61,920±4,661
(0,1%)
P3 (1%) 36,50±0,097ab 6,053±0,111b 59,500±1,321c 62,637±6,138
P4 (2%) 33,76±0,0250b 6,126±0,155b 61,983±1,409d 65,319±6,848
P5 (4%) 32,25±0,020b 6,374±0,309b 64,727±1,753e 68,546±3,162
P6 (5%) 32,23±0,028b 6,997±0,172a 69,777±1,910f 73,589±1,891
BNJ 5% 8,850 0,366 1,189 -
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada taraf 5%.
perlakuan konsentrasi ragi tempe 0% (P1) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi
tempe 2% (P4) dan 4% (P5) dan 5% (P6), tetapi tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2) dan 1% (P3). Konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2)
dan 1% (P3) tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0% (P1), 2%
(P4), 4% (P5) dan 5% (P6). Konsentrasi ragi tempe 2% (P4), 4% (P5) dan 5%
(P6) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0% (P1), tetapi tidak berbeda
Parameter daya serap air dengan konsentrasi ragi tempe 5% (P6) berbeda
nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0% (P1), 0,1% (P2), 1% (P3), 2% (P4) dan
4% (P5).
22
dengan konsentrasi ragi tempe 0% (P1), 0,1% (P2), 1% (P3), 2% (P4) dan 4%
(P5). Konsentrasi ragi tempe 4% (P5) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi
tempe 5% (P6), 0% (P1), 0,1% (P2), 1% (P3), dan 2% (P4). Konsentrasi ragi
tempe 2% (P4) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 4% (P5), 5% (P6),
0% (P1), 0,1% (P2), dan 1% (P3). Konsentrasi ragi tempe 1% (P3) berbeda nyata
dengan konsentrasi ragi tempe 2% (P4), 4% (P5), 5% (P6), 0% (P1), dan 0,1%
(P2). Konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi
tempe 1% (P3), 2% (P4), 4% (P5), 5% (P6), dan 0% (P1). Konsentrasi ragi tempe
0% (P1) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2), 1% (P3), 2%
Parameter °Hue dengan konsentrasi ragi tempe 5% (P6) tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi ragi tempe 4% (P5), 2% (P4), 1% (P3), 0,1% (P2) dan 0%
(P1)
Hasil pengamatan dan hasil analisis uji mutu organoleptik dapat dilihat pada
lampiran 6 sampai 12, sedangkan signifikasi dan uji lanjut pada pengaruh
Tabel 14. Signifikasi Metode Afektif Dan Deskriptif Pada Uji Mutu
Organoleptik Tepung Jagung Fermentasi
Parameter Afektif Deskriptif
Warna NS S
Bau S S
Keterangan:
S = Signifikan (berbeda nyata)
NS = Non Signifikan (Tidak Berbeda Nyata)
23
terhadap warna dengan metode afektif, namun berbeda nyata terhadap warna
dengan metode deskriptif dan bau dengan metode afektif dan deskriptif. Parameter
yang berbeda nyata tersebut dilakukan uji lanjut dengan beda nyata jujur (BNJ)
pada taraf 5%. Hasil uji lanjut dengan BNJ 5% dapat dilihat pada tabel 15 dan 16.
Tabel 15. Purata Dan Uji Lanjut BNJ Hasil Pengamatan Pengaruh
Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Uji Organoleptik Tepung
Jagung Fermentasi Pada Taraf Nyata 5% Dengan Metode
Afektif.
Afektif
Perlakuan
Warna Bau
P1 (0%) 3,6 2a
P2 (0,1%) 3,35 2,65ab
P3 (1%) 3,45 2,9ab
P4 ( 2%) 3,2 3ab
P5 (4%) 3,55 3,15b
P6 (5%) 3,35 3,4c
BNJ 5% - 0,437
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada taraf 5%.
dengan perlakuan konsentrasi ragi tempe 0% (P1) tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2), 1% (P3), 2% (P4), 4% (P5) dan 5% (P6) .
(P6) berbeda nyata dengan 0% (P1), 0,1% (P2), 1% (P3), 2% (P4) dan 4% (P5).
Konsentrasi ragi tempe 4% (P5) berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 5%
(P6) dan 0% (P1), tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0,1%
(P2), 1% (P3) dan 2% (P4). Konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2), 1% (P3) dan 2%
(P4) berbeda nyata dengan 5% (P6), tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi
24
ragi tempe 0% (P1) dan 4% (P5). Konsentrasi ragi tempe 0% (P1) berbeda nyata
dengan konsentrasi ragi tempe 4% (P5) dan 5% (P6), tetapi tidak berbeda nyata
Tabel 16. Purata Dan Uji Lanjut BNJ Hasil Pengamatan Pengaruh
Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Uji Organoleptik Tepung
Jagung Fermentasi Pada Taraf Nyata 5% Dengan Metode
Deskriptif
Skoring
Perlakuan
Warna Bau
P1 (0%) 3,3 a 2,3 b
P2 (0,1%) 1,95 b 2,5 ab
P3 (1%) 2,25b 2,6 ab
P4 (2%) 2,2 b 2,75 ab
P5 (4%) 2,9 a 2,8 ab
P6 (5%) 2,8 a 3,15 a
BNJ 5% 0,3584 0,4668
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada taraf 5%.
deskriptif dengan perlakuan konsentrasi ragi tempe 0% (P1) berbeda nyata dengan
0,1% (P2) dan 1% (P3), tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe
4% (P5) dan 5% (P6). Perlakuan konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2) berbeda nyata
dengan 0% (P1), 4% (P5) dan 5% (P6), tetapi tidak berbeda nyata dengan 1% (P3)
dan 2% (P4). Konsentrasi ragi tempe 1% (P3) berbeda nyata dengan konsentrasi
ragi tempe 2% (P4) dan 0,1% (P1), tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi
ragi tempe 4% (P5), 5% (P6) dan 0% (P1). Konsentrasi ragi tempe 2% (P4)
berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 0,1% (P2) dan 1% (P3), tetapi tidak
berbeda nyata dengan konsentrasi ragi tempe 2% (P4), 4% (P5) dan 0% (P1).
Konsentrasi ragi tempe 4% (P5) dan 5% (P6) berbeda nyata dengan konsentrasi
25
ragi tempe 0,1% (P2) 1% (P3) dan 2% (P4), tetapi tidak berbeda nyata dengan
4.2 Pembahasan
lingkup penelitian ini serta didukung dengan teori yang ada, maka dikemukakan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar amilosa (Tabel 10). Hubungan
konsentrasi ragi tempe dengan kadar amilosa tepung jagung fermentasi yang
26.0000
25.0000 24.7076
24.0283
24.0000
23.2301
Kadar Amilosa (%)
23.0000
22.2636
22.0000 21.7705
20.0000
19.0000
18.0000
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Konsentrasi Ragi (gram)
ragi tempe yang diberikan, maka kadar amilosa tepung jagung fermentasi semakin
26
meningkat. Hal ini disebabkan karena pada proses fermentasi terjadi proses
perombakan pati oleh mikroba menjadi gula yang lebih sederhana. Enzim
fermentasi menghidrolisis ikatan α-1,6 glikosida yang ada pada rantai cabang
jumlah amilosa juga dikarenakan akibat putusnya rantai cabang amilopektin pada
ikatan α-1,6 dan secara otomatis jumlah rantai cabang amilopektin menurun dan
meningkatnya jumlah rantai lurus amilosa sebagai hasil pemutusan ikatan cabang
(Akbar, 2014).
Kadar amilosa memiliki hubungan dengan daya serap air pada tepung
jagung fermentasi, yaitu semakin tinggi kadar amilosa, maka daya serap air
nilai R2 sebesar 0,7562 dan koefisien korelasinya sebesar 0,870. Nilai koefisien
korelasi positif menunjukkan hubungan linear membentuk garis lurus yang berarti
bahwa apabila nilai x (daya serap air) naik, maka nilai y (kadar amilosa) juga
naik.
pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air tepung jagung fermentasi (Tabel
10). Hubungan konsentrasi ragi tempe dengan kadar air tepung jagung fermentasi
10.0000
9.0000 8.6702 8.3218
8.0000 7.4949
7.0000 6.5798
6.2067
Kadar Air (%)
5.7850
6.0000
5.0000
4.0000
kadar air
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Konsentrasi Ragi (gram)
Gambar 8. Grafik Pengaruh Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Kadar Air Tepung
Jagung Fermentasi
tempe yang diberikan, maka kadar air tepung jagung fermentasi semakin
menurun. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah mikroba ragi tempe
air terikat yang terbebaskan sehingga tekstur bahan semakin lunak dan berpori.
Selain itu, terjadi penguapan air selama proses pengeringan sehingga menurunkan
kadar air tepung. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang menyatakan bahwa
penurunan kadar air disebabkan karena penguapan air terikat. Selama proses
Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan karena dapat
mempengaruhi cita rasa, tekstur, aroma dan keawetan dari bahan pangan tersebut.
Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa dalam pengolahan pangan, air
tersebut bertujuan agar bahan pangan lebih awet dan tahan lama (Safitri Frahma,
2012).
air bebas. Sebelum fermentasi sebagian molekul air membentuk hidrat dengan
berubah menjadi air bebas. Pada umumnya bahan dasar yang mengandung
senyawa organik terutama glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat
Hasil uji kadar air pada tepung jagung fermentasi dengan variasi konsentrasi
ragi telah memenuhi standar yang telah ditentukan SNI tepung (SNI 01-3727-
fermentasi, yaitu semakin tinggi kadar air, maka rendemen semakin tinggi yang
menunjukkan hubungan linear membentuk garis lurus yang berarti bahwa apabila
Kadar air memiliki hubungan dengan kadar amilosa pada tepung jagung
fermentasi, yaitu semakin menurunnya kadar air, maka kadar amilosa semakin
29
sebesar 0,9697 dan koefisien korelasinya sebesar 0,985. Nilai koefisien korelasi
negatif menunjukkan hubungan linear tidak membentuk garis lurus yang berarti
bahwa apabila nilai x (kadar air) turun, maka nilai y (amilosa) akan naik.
4.2.2.1 Rendemen
berbeda nyata terhadap rendemen tepung jagung fermentasi (Tabel 12). Hubungan
60
48.77
50
36.63 36.5
Rendemen (%)
20
rendemen
10
0
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Konsentrasi Ragi (gram)
Gambar 9. Grafik Pengaruh Konsentrasi Ragi Tempe terhadap Rendemen Tepung
Jagung Fermentasi
bahan. Nilai rendemen merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan
bahwa proses yang dilakukan akan semakin efektif dan efisien. Gambar 9
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ragi tempe yang diberikan, maka
30
rendemen yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya proses fermentasi oleh ragi yang menghilangkan glukosa, sehingga akan
mengurangi berat dari tepung yang dihasilkan, oleh karena itu semakin tinggi
level ragi yang digunakan maka semakin banyak glukosa yang hilang. Selain itu
2007). Rendemen dipengaruhi oleh kadar air bahan, semakin rendah kadar air
bahan, maka semakin rendah juga rendemen bahan tersebut. Hal ini disebabkan
karena pada bahan mengandung kadar air, semakin banyak kadar air yang
menguap dari bahan, maka bobot bahan (rendemen) juga akan berkurang (Hafiz,
2008).
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya serap air tepung jagung
fermentasi (Tabel 12). Hubungan konsentrasi ragi tempe dengan daya serap air
tepung jagung fermentasi yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 10.
7.2000 6.9970
7.0000
6.8000
Daya serap air (%)
6.6000 6.3740
6.4000
6.2000 6.0428 6.0526 6.1258
6.0000 5.9128
daya serap air
5.8000
5.6000
5.4000
5.2000
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Konsentrasi Ragi (gram)
Gambar 10. Grafik Pengaruh Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Daya Serap Air
Tepung Jagung Fermentasi
31
maka daya serap air juga meningkat. Hal ini disebabkan karena pada saat
fermentasi granula pati menjadi pecah sehingga ketika dikeringkan tepung bersifat
porous dan mudah menyerap air dan minyak. Struktur pati yang porous setelah
meningkatkan porousitas tepung. Selain itu daya serap uap air juga dipengaruhi
oleh kadar amilosa. Kadar amilosa yang tinggi akan meningkatkan absorbsi air.
4.2.2.3 Warna
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna (nilai L) tepung jagung
fermentasi dan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap °Hue
(Tabel 12). Hubungan konsentrasi ragi tempe terhadap warna (nilai L dan °Hue)
tepung jagung fermentasi dapat dilihat pada gambar 11 (Nilai L) dan Gambar 12
(°Hue).
80.000
69.777
70.000 64.727
59.500 61.983
60.000 54.573
50.440
50.000
nilai L*
40.000
30.000 nilai L*
20.000
10.000
0.000
p1 p2 p3 p4 p5 p6
konsentrasi ragi (gram)
Gambar 11. Grafik Pengaruh Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Nilai L* Tepung
Jagung Fermentasi
32
yang diberikan, maka nilai L* semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena
cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam. Hal
ini sesuai dengan hasil pengamatan dan analisis bahwa penambahan konsentrasi
menunjukan perubahan warna menjadi terang, dimana nilai 0 berarti gelap atau
80.000 73.589
68.546
70.000 65.319
60.586 61.920 62.637
60.000
50.000
°Hue
40.000
30.000 °Hue
20.000
10.000
0.000
p1 p2 p3 p4 p5 p6
konsentrasi ragi (gram)
Gambar 12. Grafik Pengaruh Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap °Hue Tepung
Jagung Fermentasi
yang diberikan, maka °Hue semakin meningkat. °Hue menunjukkan warna berada
pada rentang 54-90, yaitu masuk kelompok warna Yellow Red (YR). Terjadinya
33
(YR) menuju ke warna Yellow (Y). Pada tepung jagung fermentasi warna yang
nampak adalah kuning. Hal ini disebabkan karena ragi tempe memiliki warna
dasar putih sehingga ketika ditambahkan pada biji jagung, warna putih dari ragi
tempe tertutupi oleh warna kuning dari biji jagung, yaitu pigmen xantofil.
Menurut Muhandri, 2009 warna kuning pada tepung jagung disebabkan adanya
pigmen xantofil yang termaasuk dalam pigmen karotenoid pada biji jagung.
Hal ini disebabkan pada saat fermentasi pigmen xantofil pada jagung
tetap terikat karena selama proses fermentasi, wadah yang digunakan tertutup
rapat dan disimpan dalam ruangan gelap. Menurut Yulianto, 2013 pigmen xantofil
bebas yang tidak larut dalam air tersebut bersifat sangat sensitif terhadap adanya
oksigen, cahaya dan asam. Oleh karena itu, xantofil pada umumnya disimpan
dalam ruangan gelap (tidak ada cahaya), sehingga pada penambahan konsentrasi
ragi tempe, warna kuning pada tepung jagung fermentasi tidak tertutupi oleh
warna putih pada ragi tempe dikarenakan pigmen xantofil masih terikat.
4.2.3.1. Warna
berbeda nyata pada tingkat kesukaan (afektif) namun memberikan pengaruh yang
tepung jagung fermentasi (Tabel 14). Rerata nilai warna dapat dilihat pada gambar
13.
4 3.6 3.55
3.3 3.35 3.45 3.35
3.5 3.2
2.9 2.8
3
2.5 2.25 2.2
1.95
Warna
2
deskriptif
1.5
afektif
1
0.5
0
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Konsentrasi Ragi (gram)
Gambar 13. Grafik Pengaruh Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Uji Organoleptik
Parameter Warna pada Tepung Jagung Fermentasi
ragi tempe memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna metode
deskriptif. Purata tertinggi pada konsentrasi ragi tempe 0% (P1) yaitu dengan
warna tepung kuning muda. Hasil purata menunjukkan warna pada perlakuan P2,
P3, P4, P5 dan P6 berbeda seiring dengan meningkatnya konsentrasi ragi tempe.
Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi konsentrasi ragi tempe, warna tepung yang
dihasilkan semakin putih. Menurut Muhandri, 2009 warna kuning pada tepung
karotenoid pada biji jagung. Sedangkan untuk uji hedonik warna tertinggi
4.2.3.2. Bau
nyata pada tingkat kesukaan dan tingkat penerimaan panelis (Tabel 14) terhadap
bau tepung jagung fermenetasi, Rerata nilai bau dapat dilihat pada gambar 14
35
4
3.5 3.4
3.15 3.15
2.9 3
3 2.75 2.8
2.65 2.6
2.5
2.5 2.3
2
2
bau
Bau
1.5 deskriptif
Bau afektif
1
0.5
0
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Konsentrasi Ragi (gram)
Gambar 14. Grafik Pengaruh Konsentrasi Ragi Tempe Terhadap Uji Organoleptik
Parameter Bau Pada Tepung Jagung Fermentasi
pada konsentrasi ragi tempe 5% (P6) dengan metode deskriptif dan metode
afektif. Tingkat penerimaan panelis pada metode deskriptif terhadap bau tepung
jagung fermentasi mendekati agak berbau jagung. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi konsentrasi ragi tempe, tepung jagung akan semakin tahan lama (awet) dan
tidak sedap. Menurut Astawan, 2004 menyatakan bahwa jika produk pangan tidak
tidak sedap.
36
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
nyata terhadap kadar amilosa, kadar air, rendemen, daya serap air, warna
(nilai L*), warna dan bau secara deskriptif serta bau secara afektif, tetapi
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap warna (°Hue) dan warna
secara afektif.
2. Semakin tinggi konsentrasi ragi tempe maka kadar amilosa, daya serap air
dan warna (nilai L* dan °Hue) semakin meningkat, sedangkan kadar air
3. Tingkat kesukaan panelis tertinggi pada parameter warna, dan bau adalah
(32,25%), daya serap air (6,374%), warna (nilai L*) (64,727), °Hue
(68,546), warna afektif dengan kriteria mendekati suka (3,55), bau afektif
37
mendekati warna kuning muda (2,9) dan bau deksriptif dengan kriteria
5.2. Saran
Terbatas pada cakupan penelitian ini, maka dikemukakan saran sebagai
berikut:
2. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terhadap parameter lainnya seperti uji
total mikroba.
Aini, Nur. 2013. Teknologi Fermentasi Pada Tepung Jagung. Graha Ilmu.
Jogjakarta
Aini, Nur., Purwiyatno Hariyadi., Tien R. Muchtadi dan Nuri Andarwulan. 2009.
Hubungan Sifat Kimia dan Rheologi Tepung Jagung Putih Dengan
Fermentasi Spontan Butiran Jagung. Forum Pascasarjana Vol. 32 No. 1:33-
43
Armanda, Yoga dan Widya Dwi Rukmi Putri. 2016. Karakteristik Fisikokimia
Tepung Sorgum Coklat Utuh (Whole Grain Brown Sorghum Flour)
Terfermentasi Ragi Tape. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 2 :
458-467
BPS NTB, 2012. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2012 (Nusa Tenggara
Barat in Figures 2012). Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat,
Mataram.
Dila, Nastri Saniati. 2013. Kajian Sifat Organoleptik Mie Berbahan Dasar
Tepung Jagung (Zea Mays L.) Ternikstamalisasi. Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Fajar, Bobby Rianto. 2006. Desain Proses Pembuatan Dan Formulasi Mi Basah
Berbahan Baku Tepung Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Febrina, Erick. 2007. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi NaCl, Kadar Air dan
Passing Terhadap Mutu Fisik Mi Basah Jagung yang Diproduksi Dengan
Menggunakan Ekstruder Ulir Pemasak dan Pencetak. (Skripsi). Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Meyer, L.H. 1996. Food Chemistry. Connecticud the AVI Publishing Company.
Midlanda, Hirda Mega., Linda Masniary Lubis. dan Zulkifli Lubis. 2014.
Pengaruh Metode Pembuatan Tepung Jagung dan Perbandingan Tepung
Jagung dan Tepung Beras Terhadap Mutu Cookies. J.Rekayasa Pangan dan
Pert., Vol.2 No.4
Rahmawati, Alifia Yunika dan Aji Sutrisno. 2015. Hidrolisis Tepung Ubi Jalar
Ungu (Ipomea Batatas L.) Secara Enzimatis Menjadi Sirup Glukosa
Fungsional: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 3
p.1152-1159
Rasper, V., F., dan De Man, J., M. 1980. Effect of Granule Size of Substituted
Straches on the Rheological Character of Composite Doughs. Cereal
Chemists. 57: 331-340
Ryan, Akbar dan Yunianta. 2014. Pengaruh Lama Perendaman Na2S2O5 dan
Fermentasi Ragi Tape Terhadap Sifat Fisik Kimia Tepung Jagung. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.2 p.91-102
Safitri, Frahma dan Sri Hartini. 2012. Substitusi Buah Sukun (Artocapus altilis
Forst) Dalam Pembuatan Mie Basah Berbahan Dasar Tepung Gaplek
Berprotein. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga
Setyani, Sri., Noventi Riana Sari., Eni Kuswandari dan Neti Yuliana. 2012.
Pengaruh Ragi Tempe Dan Fermentasi Jagung Terhadap Sifat Organoleptik
Dan Fisikokimia Formula Mp-Asi Dengan Tepung Tempe. Jurnal
Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.1